ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam belajar metematika menggunakan model creative
problem solving. Penelitian ini bertempat di SMP Al- Hidayah Medan. Subjek Penelitian ini
adalah siswa kelas VII-C SMP Al-Hidayah Medan. Prosedur penelitian tindakan kelas terdiri
dari empat tahapan, yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keberhasilan
penerapan model creative problem solving tercapai setelah diterapkannya tiga siklus.
Penyebab kurangnya cara berpikir siswa pada tahap awal sebelum diterapkannya model
creative problem solving adalah siswa kurang aktif dan kurang termotivasi dalam proses
pembelajaran sehingga hanya ada beberapa orang yang mengerjakan soal yang diberikan
guru. Hasil tindakan pada siklus pertamadiperoleh hasil kemampuan berpikir kreatif siswa
secara umummencapai rata –rata 57,91% dengan kategori cukup. Pada siklus kedua,
kemampuan siswa meningkat mencapai rata-rata 67,66% dan pada siklus ketiga telah
menunjukkan hasil peningkatan yang memuaskan dengan rata-rata 81,41% dengan kategori
baik.
ABSTRACT
This research is a classroom action research that is able to improve the ability of creative
thinking in learning math using creative problem solving model. This research took place at
SMP Al-Hidayah Medan. The subject of this research is the students of grade VII-C SMP Al-
Hidayah Medan. The classroom action research procedure consists of four stages: planning,
action, observation, and reflection. Successful implementation of creative problem solving
models after three cycles. The cause of the lack of student thinking in the early stages before
the implementation of the creative problem solving model is less learning and less motivated
in the learning process because there are only a few people who are working on the
questions given by the teacher. The result of action in the first cycle resulted from the
students' thinking ability in general reaching an average of 57.91% with sufficient category.
In the second cycle, students' ability increased by an average of 67.66% and in the third cycle
has shown satisfactory improvement results with an average of 81.41% with good category.
Munandar (1999) memberikan uraian tentang aspek berpikir kreatif sebagai dasar
mengukur berpikir kreatif siswa seperti terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif
Kategori Pengertian Perilaku
Berpikir lancar 1. Mencetuskan banyak gagasan, 1. Mengajukan banyak pertanyaan
(fluency) jawaban, penyelesaian masalah. 2. Menjawab dengan sejumlah
2. Memberikan banyak cara atau jawaban jika ada pertanyaan.
saran untuk melakukan berbagai 3. Mempunyai banyak gagasan
hal. mengenai suatu masalah.
3. Selalu memikirkan lebih dari satu 4. Bekerja lebih cepat dan
jawaban. melakukan lebih banyak dari
orang lain
5. Dapat melihat kesalahan dan
kelemahan dari suatu objek atau
situasi
Berpikir Luwes 1. Menghasilkan gagasan, jawaban, 1. Memberikan aneka ragam
(fleksibility) atau pertanyaan yang bervariasi penggunaan yang tak lazim
2. Dapat melihat suatu masalah dari terhadap suatu objek.
sudut pandang yang berbeda. 2. Memberikan bermacam- macam
3. Mencari banyak alternative atau penafsiran terhadap suatu
arah yang berbeda. gambar cerita atau masalah
4. Mampu mengubah cara pendekatan 3. Menerapkan suatu konsep atau
atau pemikiran. asas dengan cara yang berbeda
beda.
4. Memberikan pertimbangan
terhadap situasi yang berbeda
dari yang diberikan orang lain.
5. Dalam membahas/
mendiskusikan suatu situasi
selalu mempunyai posisi yang
bertentangan dengan mayoritas
kelompok.
6. Jika diberikan suatu masalah
Dari hasil persentase kemampuan berpikir kreatif diatas dapat kita lihat bahwa
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai harapan, karena telah
menerapkan langkah –langkah model creative problem solving, sehingga dengan
adanya langkah- langkah pembelajaran ini siswa semakin aktif dan termotivasi untuk
mengembangkan ide dengan kemampuan berpikir kreatif mereka masing-masing.
Terbukti dengan menerapkan model creative problem solvingdapat meningkatkan
kemampuan berpikir matematika siswa dalam pembelajaran khususnya pada pokok
bahasan persegi dan persegi panjang.
Dari hasil tahap refleksi pertemuan pertama dan kedua dari siklus III dapat
diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Hasil Belajar dan Ketuntasan Belajar Siswa.Pada siklus III siswa aktif dalam
mengikuti pembelajaran di kelas. siswa sudah tidak malu lagi dan ragu untuk
bertanya serta mengemukakan ide – ide kreatif mereka dalam memecahkan soal.
Tidak hanya siswa yang pandai saja yang berani menyampaikan hasil yang telah
mereka kerjakan di depan kelas tetapi siswa yang kurang pandai juga berani
menyampaikan hasil yang telah mereka kerjakan menurut pendapatnya di depan