Anda di halaman 1dari 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA PADA


SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) AL HIDAYAH MEDAN

Tut Wuri Handayani Manurung1, Edy Surya2


Universitas Negeri Medan
tutwuri34@gmail.com1, edy_surya71@yahoo.com2

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam belajar metematika menggunakan model creative
problem solving. Penelitian ini bertempat di SMP Al- Hidayah Medan. Subjek Penelitian ini
adalah siswa kelas VII-C SMP Al-Hidayah Medan. Prosedur penelitian tindakan kelas terdiri
dari empat tahapan, yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keberhasilan
penerapan model creative problem solving tercapai setelah diterapkannya tiga siklus.
Penyebab kurangnya cara berpikir siswa pada tahap awal sebelum diterapkannya model
creative problem solving adalah siswa kurang aktif dan kurang termotivasi dalam proses
pembelajaran sehingga hanya ada beberapa orang yang mengerjakan soal yang diberikan
guru. Hasil tindakan pada siklus pertamadiperoleh hasil kemampuan berpikir kreatif siswa
secara umummencapai rata –rata 57,91% dengan kategori cukup. Pada siklus kedua,
kemampuan siswa meningkat mencapai rata-rata 67,66% dan pada siklus ketiga telah
menunjukkan hasil peningkatan yang memuaskan dengan rata-rata 81,41% dengan kategori
baik.

Kata kunci : kemampuan berpikir kreatif,creative problem solving

ABSTRACT

This research is a classroom action research that is able to improve the ability of creative
thinking in learning math using creative problem solving model. This research took place at
SMP Al-Hidayah Medan. The subject of this research is the students of grade VII-C SMP Al-
Hidayah Medan. The classroom action research procedure consists of four stages: planning,
action, observation, and reflection. Successful implementation of creative problem solving
models after three cycles. The cause of the lack of student thinking in the early stages before
the implementation of the creative problem solving model is less learning and less motivated
in the learning process because there are only a few people who are working on the
questions given by the teacher. The result of action in the first cycle resulted from the
students' thinking ability in general reaching an average of 57.91% with sufficient category.
In the second cycle, students' ability increased by an average of 67.66% and in the third cycle
has shown satisfactory improvement results with an average of 81.41% with good category.

Keywords: creative thinking ability, creative problem solving

1 | Journal Mathematic Education


A. PENDAHULUAN pendahulauan yang peneliti lakukan di
SMP Al Hidayah Medan, menemukan
Matematika dengan berbagai peranan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa
menjadikannya sebagai ilmu yang sangat dalam belajar matematika sangat rendah.
penting, dan salah satu peranan Kemampuan siswa yang kurang dan
matematika adalah sebagai alat berpikir proses pembelajaran yang tidak
untuk menghantarkan siswa memahami berlangsung sebagaimana mestinya dapat
konsep matematika yang sedang mengakibatkan hasil belajar siswa
dipelajarinya. Menurut Surya dan Sari menjadi rendah karena prestasi yang
(2017) matematika adalah salah satu dicapai siswa di sekolah. Clack dan Boy
cabang ilmu pengetahuan yang paling (Hidayat, 2010: 5) menemukanbahwa
penting. Siswa perlu belajar matematika 70% ditentukan oleh faktor internal
karena pentingnya dalam kehidupan (kemampuan individu) dan 30%
sehari-hari. Selain itu, matematika juga ditentukan oleh faktor eksternal
sangat penting bagi siswa untuk belajar (lingkungan belajar).
dan memahami mata pelajaran lain,
Hal seperti itu digambarkan oleh
namun nyatanya banyak siswa merasa
Sumarmo (2002) dan Fahinu (2007)
kurang tertarik dengan mata pelajaran
sebagai proses pembelajaran yang terlalu
matematika.
banyak menekankan pada aspek doing,
Menurut Surya (2017) Matematika tetapi kurang menekankan pada aspek
adalah mata pelajaran yang diajarkan dari thinking. Pembelajaran lebih banyak
jenjang pendidikan dasar sampai menekankan pada keterampilan
pendidikan menengah. Selain mempunyai manipulatif atau bagaimana mengerjakan
sifat yang abstrak, pemahaman konsep sesuatu tetapi kurang yang berkaitan
matematika yang baik sangatlah penting dengan mengapa demikian dan apa
karena untuk memahami konsep yang implikasinya, dengan kata lain proses
baru diperlukan prasarat pemahaman pembelajaran hanya berupa hafalan saja,
konsep sebelumnya. Dalam proses belajar bukan pemecahan masalah, bukan
mengajar guru mempunyai tugas untuk penalaran, bukan berpikir kritis, dan
memilih model pembelajaran berikut bukan berpikir kreatif.
media yang tepat sesuai dengan materi
Menurut Putra dkk (2012), salah satu
yang disampaikan demi tercapainya tujuan
tujuan pembelajaran matematika adalah
pembelajaran. Sampai saat ini masih
agar siswa memiliki kemampuan berpikir
banyak ditemui kesulitan siswa untuk
kreatif. Kemampuan berpikir kreatif
mempelajari dan masih rendahnya hasil
merupakan kemampuan individu untuk
belajar matematika.
mencari cara, strategi, ide atau gagasan
Permasalahan yang sering muncul baru bagaimana memperoleh
bahwa cara berpikir kreatif siswa dalam penyelesaian terhadap suatu permasalahan
pembelajaran matematika masih sangat yang dihadapi. Siswa harus memiliki
rendah dan mampu mempengruhi hasil kemampuan berpikir kritis, logis, kreatif,
belajar matematika. Sebagaimana studi sistematis, komunikasi, serta kemampuan

2 | Journal Mathematic Education


dalam bekerja sama secara efektif. membiasakan siswa untuk berpikir secara
Berpikir kreatif adalah kemampuan divergen. Sebagaimana yang dinyatakan
berpikir yang berawal dari adanya bahwa dengan adanya masalah menuntut
siswa untuk mengembangkan pola
kepekaan terhadap situasi yang sedang
pikirnya dalam memecahkan masalah
dihadapi, bahwa di dalam situasi itu tersebut. Disamping itu, salah satu tujuan
terlihat atau teridentifikasi adanya siswa dilatih menyelesaikan masalah
masalah yang ingin atau harus dengan menggunakan metode Cretive
diselesaikan. Cara berpikir seperti ini Problem Solving.
diperlukan dalam mempelajari Creative Problem Solving adalah
matematika, karena matematika memiliki merupakan metode pemecahan masalah
struktur dan keterkaitan yang kuat dan secara kreatif, di mana metode ini
jelas antara konsep-konsepnya sehingga menekankan kemampuan peserta didik
memungkinkan siswa terbiasa untuk untuk menyelesaikan soal secara kreatif.
menggunakan keterampilan di atas dalam Kemampuan siswa dalam membuat dan
mengembangkan keterampilan berpikir menyelesaikan soal menunjukan
kreatif matematis pada saat siswa dalam pemahaman siswa tentang apa yang telah
pemecahan masalah. dipelajari, sehingga dalam hal ini siswa
dituntut untuk berfikir kreatif dan dapat
Dari permasalahan di atas, maka perlu meningkatkan motivasi pada diri siswa.
diupayakan solusinya. Salah satu alternatif
yang dilakukan adalah memilih dan Oleh karena itu, peneliti berkeinginan
menerapkan metode yang tepat. Dalam untuk memperbaiki kualitas belajar dan
menyampaikan materi, seorang guru harus hasil belajar siswa pada meteri persegi dan
mampu menggunakan berbagai metode persegi panjang menggunakan model
pembelajaran agar siswa lebih termotivasi, creative problem solving dengan harapan,
namun tidak merugikan peserta didik. melalui tindakan pembelajaran
Guru dapat memilih metode pembelajaran menggunakan model ini, dapat
yang baik untuk mencapai tujuan meningkatkan berpikir kreatif siswa dalam
pelajaran tertentu atau metode belajar matematika, khususnya pada
pembelajaran yang sesuai dengan meteri persegi dan persegi panjang.
lingkungan belajar atau kelompok siswa.
Berdasarkan uraian di atas maka
Hal serupa juga dikatakan oleh Siswono peneliti mengadakan penelitian mengenai
dan Novitasari (2007) bahwa untuk Penerapan Model Pembelajaran Creative
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif Problem Solving Dalam Meningkatkan
siswa dalam pembelajaran matematika, Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Siswa
perlu dilaksanakan pembelajaran yang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al
memberi kesempatan kepada siswa untuk
Hidayah Medan.
mengembangkan kemampuan berpikir
kreatifnya. Salah satu pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada siswa untuk
dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kreatifnya adalah model
pembelajaran berbasis masalah. Model
pembelajaran berbasis masalah

3 | Journal Mathematic Education


B. Tinjauan Pustaka dalam bidang lainnya merupakan bagian
1. Kemampuan Berpikir keterampilan hidup yang perlu
Berpikir, memecahkan masalah dan dikembangkan terutama dalam
menghasilkan sesuatu yang baru adalah menghadapi era informasi dan suasana
kegiatan yang kompleks dan berhubungan bersaing semakin ketat. Individu yang
erat satu dengan yang lain. Suatu masalah diberi kesempatan berpikir kreatif akan
umumnya tidak dapat dipecahkan tanpa tumbuh sehat dan mampu menghadapi
berpikir, dan banyak masalah memerlukan tantangan. Sebaliknya, individu yang tidak
pemecahan yang baru bagi orang-orang diperkenankan berpikir kreatif akan
atau kelompok. Sebaliknya, menghasilkan menjadi frustrasi dan tidak puas.
sesuatu (benda-benda, gagasan-gagasan) Pengembangan aktivitas kreatif tersebut
yang baru bagi seseorang, menciptakan adalah dengan melibatkan imajinasi,
sesuatu, itu mencakup pemecahan masalah intuisi dan penemuandengan
Menurut Drever (dalam Walgito, mengembangkan pemikiran divergen,
1997 dikutip Khodijah, 2006:117) berpikir orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi
adalah melatih ide-ide dengan cara yang dan dugaan serta mencoba-coba.
tepat dan seksama yang dimulai dengan Menurut La Moma (2015) Berpikir
adanya masalah. Sedangkan menurut kreatif dalam matematika dapat dipandang
Slameto, 2003 : 12 berpikir adalah sebagai orientasi atau disposisi tentang
keadaan berpikir rasional, dapat diukur. instruksi matematis, termasuk tugas
Dapat dikembangkan dengan latihan penemuan dan pemecahan masalah.
sadar dan sengaja. Tujuan berpikir untuk Aktivitas tersebut dapat membawa siswa
menemukan pemahaman atau pengertian mengembangkan pendekatan yang lebih
yang dikehendaki” (B.Clark dalam kreatif dalam matematika. Tugas aktivitas
Munandar, 2009 : 184) tersebut dapat digunakan oleh guru untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam
hal yang berkaitan dengan dimensi
C. Kemampuan Berpikir Kreatif kreativitas. Krutetskii mengatakan bahwa
kreativitas identik dengan keberbakatan
Berpikir diasumsikan secara umum matematika. Lebih lanjut, Krutetskii
sebagai proses kognitif yaitu suatu mengatakan kreativitas dalam pemecahan
aktivitas mental yang lebih menekankan masalah matematis merupakan
penalaran untuk memperoleh kemampuan dalam merumuskan masalah
pengetahuan. Sabandar (2008), bahwa matematika secara bebas, bersifat
berpikir kreatif sesungguhnya adalah penemuan, dan baru. Ide-ide ini sejalan
suatu kemampuan berpikir yang berawal dengan ide-ide seperti fleksibilitas dan
dari adanya kepekaan terhadap situasi kelancaran dalam membuat asosiasi baru
yang sedang dihadapi, bahwa situasi itu dan menghasilkan jawaban divergen yang
terlihat atau teridentifikasi adanya berkaitan dengan kreativitas secara umum.
masalah yang ingin harus diselesaikan. Kemampuan kreatif secara umum
Berpikir kreatif adalah aktivitas mental dipahami sebagai kreativitas. Seringkali,
yang terkait dengan kepekaan terhadap individu yang dianggap kreatif adalah
masalah, mempertimbangkan informasi pemikir sintesis yang benar-benar baik
baru dan ide-ide yang tidak biasanya yang membangun koneksi antara berbagai
dengan suatu pikiran terbuka, serta dapat hal yang tidak disadari orang–orang lain
membuat hubungan-hubungan dalam secara spontan. Suatu sikap kreatif adalah
menyelesaikan masalah tersebut. sekurang-kurangnya sama pentingnya
Menurut Nurmasari dkk (2014) dengan keterampilan berpikir kreatif
Berpikir kreatif dalam matematika dan Schank (dalam Sternberg, 2007).

4 | Journal Mathematic Education


Berkenaan dengan hal tersebut Sternberg menemukan minat sejati, (11) menunda
mengemukakan bahwa dalam hal kepuasan, (12) membuat model
mengembangkan kemampuan berpikir kreativitas.
kreatif ada beberapa strategi yang Dari uraian di atas, beberapa
digunakan antara lain: (1) mendefinisikan strategi untuk mengembangkan
kembali masalah, (2) mempertanyakan kemampuan berpikir kreatif antara lain:
dan menganalisis asumsi-asumsi, (3) siswa diperlukan dengan membangkitkan
menjual ide-ide kreatif, (4) ide-ide baru, mendefinisikan kembali
membangkitkan ide-ide, (5) mengenali masalah, mengidentifikasi dan mengatasi
dua sisi pengetahuan, (6) mengidentifikasi masalah, membangun kecakapan diri,
dan mengatasi hambatan, (7) mengambil minat belajar matematika dan membuat
resiko-resiko dengan bijak, (8) model kreativitas.
menoleransi ambiguitas (kemenduan), (9)
membangun kecakapan diri, (10)

Munandar (1999) memberikan uraian tentang aspek berpikir kreatif sebagai dasar
mengukur berpikir kreatif siswa seperti terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif
Kategori Pengertian Perilaku
Berpikir lancar 1. Mencetuskan banyak gagasan, 1. Mengajukan banyak pertanyaan
(fluency) jawaban, penyelesaian masalah. 2. Menjawab dengan sejumlah
2. Memberikan banyak cara atau jawaban jika ada pertanyaan.
saran untuk melakukan berbagai 3. Mempunyai banyak gagasan
hal. mengenai suatu masalah.
3. Selalu memikirkan lebih dari satu 4. Bekerja lebih cepat dan
jawaban. melakukan lebih banyak dari
orang lain
5. Dapat melihat kesalahan dan
kelemahan dari suatu objek atau
situasi
Berpikir Luwes 1. Menghasilkan gagasan, jawaban, 1. Memberikan aneka ragam
(fleksibility) atau pertanyaan yang bervariasi penggunaan yang tak lazim
2. Dapat melihat suatu masalah dari terhadap suatu objek.
sudut pandang yang berbeda. 2. Memberikan bermacam- macam
3. Mencari banyak alternative atau penafsiran terhadap suatu
arah yang berbeda. gambar cerita atau masalah
4. Mampu mengubah cara pendekatan 3. Menerapkan suatu konsep atau
atau pemikiran. asas dengan cara yang berbeda
beda.
4. Memberikan pertimbangan
terhadap situasi yang berbeda
dari yang diberikan orang lain.
5. Dalam membahas/
mendiskusikan suatu situasi
selalu mempunyai posisi yang
bertentangan dengan mayoritas
kelompok.
6. Jika diberikan suatu masalah

5 | Journal Mathematic Education


biasanya memikirkan
bermacam-macam cara untuk
menyelesaikannya.
7. Menggolongkan hal-hal menurut
pembagian (kategori) yang
berbeda- beda
8. Mampu mengubah arah berpikir
secara spontan.
Berpikir orisinil 1. Mampu melahirkan ungkapan yang 1. Memikirkan masalah – masalah
(Originality) baru dan unik. atau hal yang tidak terpikirkan
2. Memikirkan cara-cara yang tak orang lain.
lazim untuk mengungkapkan diri 2. Mempertanyakan cara- cara
3. Mampu membuat kombinasi- yang lama dan berusaha
kombinasi yang tak lazim dari memikirkan cara yang baru
bagian –bagian atau unsur-unsur. 3. Memilih asimetri dalam
menggambar atau member
desain
4. Memilih cara berpikir lain
daripada orang lain
5. Mencari pendekatan baru dari
yang stereotypes (klise)
6. setelah membaca atau
mendengarkan gagasan-
gagasan, bekerja untuk
menyelesaikan yang baru.
7. Lebih senang mensintesa
daripada menganalisis sesuatu.

Berpikir 1. Mampu memperkaya dan 1. Mencari arti yang lebih


Elaboratif mengembangkan suatu gagasan mendalam terhadap jawaban
(Elaboration) atau produk atau pemecahan masalah dengan
2. Menambah atau merinci detail- melakukan langkah-langkah
detail dari suatu objek, gagasan yang terperinci
atau situasi sehingga menjadi 2. Mengembangkan atau
lebih menarik memeperkaya gagasan orang
lain
3. Mencoba atau menguji detail –
detail untuk melihat arah yang
akan ditempuh
4. Mempunyai rasa keindahan
yang kuat sehingga tidak puas
dengan penampilan yang kosong
atau sederhana
5. Menambah garis – garis, warna
– warna dan detail - detail
(bagian – bagian ) terhadap
gambarnya sendiri atau orang
lain.

6 | Journal Mathematic Education


D. Model Pembelajaran Creative dalam kaitannya dengan tugas dan
Problem Solving (CPS) tanggungjawabnya sebagai pendidik
Untuk hidup dalam abad ke-21, dan pengajar dalam membimbing
kreativitas akan sangat diperlukan dan mengantarkan anak didik
manusia agar ia dapat bersaing secara kepada pertumbuhan dan
global. Bahkan, Covey (dalam Munandar perkembangan prestasinya secara
1999) dalam bukunya The Seven Habits optimal.
of Highly Effective People menyatakan c) Belajar kreatif dapat menimbulkan
bahwa kualitas daya cipta orisinil manusia kepuasan dan kesenangan yang
sangat dipengaruhi oleh kemamapuan besar. Secara lebih luas, belajar
menggunakan otak kanan yang bersifat kreatif dapat menimbulkan
kreatif. Otak sebelah kanan memang terciptanya ide-ide baru. Berpikir
menjadikan manusia memiliki kapasitas kreatif dapat dinilai sebagai segi
pribadi yang mampu melakukan yang amat penting dalam kehidupan
visualisasi suatu konsep dan mampu terutama dalam konteks pendidikan.
melakukan sintesis dari bagian-bagian d) Satu sisi dari kreativitas yang
untuk membangun dan memproyeksikan penting untuk dipedulikan dalam
keutuhan suatu ide dan gagasan. Namun, proses belajar mengajar di samping
jika hal ini tidak pernah disentuh oleh ciri aptitude adalah ciri non-
proses pendidikan, kemampuan itu juga aptitude. Untuk itu, guru diperlukan
tidak akan pernah terlahirkan. Mengenai kemampuan untuk menciptakan
makna dan posisi kreativitas, suasana agar siswa terangsang
dikemukakan oleh banyak ilmuan, salah untuk lebih ingin mengetahui
satunya pendapat Treffinger (dalam Akbar materi, senang menanyakan dan
2001) mengatakan bahwa tidak ada berani mengajukan pendapat, serta
seorangpun yang tidak memiliki melakukan percobaanyang
kreativitas. Untuk melihat nilai pentingnya menuntut pengalaman baru.
kreativitas dalam kehidupan secara nyata, Pepkin (dalam Cahyo, 2008),
dapat diuraikan sebagai berikut: menyatakan bahwa model pembelajaran
a) Dengan kreatifnya seseorang dapat Creative Problem Solving (CPS) adalah
melakukan pendekatan secara suatu model pembelajaran yang
bervariasi dan memilki bermacam- memusatkan pada pengajaran dan
macam kemungkinan penyelesaian ketrampilan pemecahan masalah, yang
terhadap suatu persoalan. Dari diikuti dengan penguatan ketrampilan.
potensi kreatifnya, seseorang dapat Dengan menggunakan model
menunjukkan hasil perbuatan, pembelajaran ini diharapkan dapat
kinerja atau karya, baik dalam menimbulkan minat sekaligus kreativitas
bentuk barang maupun gagasan dan motivasi siswa dalam mempelajari
secara bermakna dan berkualitas. matematika, sehingga siswa dapat
b) Dengan mengacu kepada tujuan memperoleh manfaat yang maksimal baik
pendidikan nasional dalam GBHN dari proses maupun hasil belajarnya.
ditegaskan bahwa pendidikan Model CPS merupakan suatu model
adalah mendorong berkembangnya pembelajaran yang melakukan pemusatan
kreativitas peserta didik yang pada pengajaran dan keterampilan
sejajar dengan perkembangan pemecahan masalah, yang diikuti dengan
aspek-aspek lain, agar tercipta penguatan ketrampilan. Ketika
keseimbangan dan keselarasan. dihadapkan dengan suatu pertanyaan,
Untuk itu, kreativitas penting untuk siswa dapat melakukan keterampilan
dipahami bagi para guru terutama memecahkan masalah untuk memilih dan

7 | Journal Mathematic Education


mengembangkan tanggapannya. Tidak Langkah 3: Problem Finding
hanya dengan cara menghafal tanpa  Salah satu aspek terpenting dari
dipikir, keterampilan memecahkan kreativitas adalah mendefinisikan
masalah memperluas proses berpikir. kembali perihal permasalahan agar siswa
Menurut (Huda, 2013:298) Osborn bisa lebih dekat dengan masalah sehingga
yang pertama kali memperkenalkan memungkinkannya untuk menemukan
struktur Creative Problem Soling (CPS) solusi yang lebih jelas. Salah satu teknik
sebagai metode untuk menyelesaikan yang bisa digunakan adalah
masalah secara kreatif. Menurut Osborn, membrainstorming beragam cara yang
hampir semua pemecahan masalah mungkin dilakukan untuk semakin
melibatkan enam karakteristik yang sering memperjelas sebuah masalah.
disingkat dengan OFPISA: Objektif Langkah 4: Idea Finding
Finding, Fact Finding, Idea Finding,  Pada langkah ini, gagasan-gagasan
Solution Finding, dan Acceptence siswa didaftar agar bisa melihat
Finding. Dalam konteks pembelajaran, kemungkinan menjadi solusi atas situasi
Creative Problem Soling juga melibatkan permasalahan. Ini merupakan langkah
keenam tahap tersebut untuk dapat membrainstorming yang sangat penting.
dilakukan oleh siswa. Guru dalam Setiap usaha siswa harus diapresiasi
Creative Problem Soling bertugas untuk sedemikian rupa dengan penulisan setiap
mengarahkan upaya pemecahan masalah gagasan, tidak peduli seberapa relevan
secara kreatif. Ia juga bertugas untuk gagasan tersebut akan menjadi solusi.
menyediakan materi pelajaran atau topik Setelah gagasan-gagasan terkumpul,
diskusi yang dapat merangsang siswa cobalah melungkan beberapa saat untuk
untuk berpikir kreatif dalam memecahkan menyortir mana gagasan yang potensial
masalah. Langkah-langkah proses dan yang tidak potensial sebagai solusi.
Creative Problem Soling berdasarkan Tekniknya adalah evaluasi cepat atas
kriteria OFPISA model Osborn dapat gagasan-gagasan tersebut menghasilkan
dilihat sebagai berikut. hasil sortir gagasan yang sekiranya bisa
Langkah 1: Objektif Finding menjadi pertimbangan solusi lebih lanjut.
 Siswa dibagi kedalam kelompok- Langkah 5: Solution Finding
kelompok. Siswa mendiskusikan situasi  Pada tahap ini, gagasan-gagasan yang
permasalahan yang diajukan guru dan memiliki potensi terbesar dievaluasi
membrainstorming (menyampaikan bersama. Salah satu caranya adalah
pendapat) sejumlah tujuan atau sasaran dengan membrainstorming kriteria-kriteria
yang bisa digunakan untuk kerja kreatif yang dapat menentukan seperti apa solusi
mereka. Sepanjang proses ini, siswa yang terbaik itu seharusnya. Kriteria ini
diharapkan bisa membuat suatu konsensus dievaluasi hingga ia menghasilkan
tentang sasaran yang hendak dicapai oleh penilaian yang final atas gagasan yang
kelompoknya. pantas menjadi solusi atas situasi
Langkah 2: Fact Finding permasalahan.
 Siswa membrainstorming semua fakta Langkah 6: Acceptance Finding
yang mungkin berkaitan dengan sasaran  Pada tahap ini, siswa mulai
tersebut. Guru mendaftarkan setiap mempertimbangkan isu-isu nyata dengan
perspektif (pandangan) yang dihasilkan cara berpikir yang sudah mulai berubah.
oleh siswa. Guru memberikan waktu Siswa diharapkan sudah memiliki cara
kepada siswa untuk berefleksi tentang baru untuk menyelesaikan berbagai
fakta-fakta apa saja yang menurut mereka masalah secara kreatif. Gagasan-gagasan
paling relevan dengan sasaran dan solusi mereka diharapkan sudah bisa digunakan
permasalahan.

8 | Journal Mathematic Education


tidak hanya untuk menyelesaikan masalah, 4. Siswa mampu memilih suatu
tetapi juga untuk mencapai kesuksesan. pilihan solusi yang optimal.
5. Siswa mampu mengembangkan
Dari uraian di atas, dapat suatu rencana
disimpulkan bahwa Creative Problem dalamimplementasikan strategi
Solving dapat mendorong siswa untuk pemecahan masalah.
berpikir secara ilmiah, praktis, intuitif dan 6. Siswa mampu mengartikulasikan
bekerja atas dasar inisiatif sendiri, bagaimana CPS dapat digunakan
menumbuhkan sikap objektif, jujur dan dalam berbagai bidang/situasi.
terbuka. Suatu proses belajar akan
Demikian juga Osborn (dalam berlangsung secara optimal jika
Cahyo, 2008), mengatakan bahwa model pembelajaran diawali dengan tahap
CPS mempunyai 3 (tiga) prosedur, yaitu: enaktif, dan kemudian jika tahap belajar
(1)menemukan fakta, melibatkan yang pertama ini dirasa cukup, siswa
penggambaran masalah, mengumpulkan beralih ke tahap belajar yang kedua, yaitu
dan meneliti data dan informasi yang tahap belajar dengan menggunakan modus
bersangkutan. (2) menemukan gagasan, representasi ikonik. Selanjutnya kegiatan
berkaitan dengan memunculkan dan belajar itu dilanjutkan pada tahap ketiga,
memodifikasi gagasan tentang strategi yaitu tahap belajar dengan menggunakan
pemecahan masalah. (3) manemukan modus representasi simbolik. Sebagai
solusi, yaitu proses evaluatif sebagai contoh nyata untuk anak SMP kelas tujuh
puncak pemecahan masalah. Model yang sedang mempelajari tentang persegi
pembelajaran CPS ini juga merupakan dan persegi panjang, pada tahap enaktif
variasi dari pembelajaran dengan anak diberikan contoh tentang benda di
pemecahan masalah melalui teknik sekitarnya yang berbentuk persegi dan
sistematik dalam mengorganisasikan persegi panjang dan ditunujukkan panjang
gagasan kreatif untuk menyelesaikan sisi-sisinya. Kemudian mengajak siswa-
suatu permasalahan. Sintaksnya adalah siswa untuk mengukur panjang sisi-sisi
mulai dari fakta aktual sesuai dengan dari persegi dan persegi panjang tersebut.
materi bahan ajar melalui tanya jawab Selanjutnya pada tahap ikonik siswa dapat
lisan identifikasi permasalahan danfokus- diberikan penjelasan tentang hubungan
pilih, mengolah pikiran sehingga muncul panjang keempat sisi pada persegi dan
gagasan orisinil untuk menentukan solusi, persegi panjang menggunakan gambar dan
presentasi dan diskusi. Berbeda dengan model segitiga siku-siku selanjutnya pada
hafalan yang sedikit menggunakan tahap simbolik siswa dibimbing untuk
pemikiran, CPS memperluas proses dapat mendefinisikan secara simbolik
berpikir. Sasaran dari CPS adalah sebagai tentang persegi dan persegi panjang, baik
berikut: dengan lambang-lambang verbal maupun
1. Siswa akan mampu menyatakan dengan lambang-lambang matematika.
urutan langkah-langkah pemecahan Dalam pembelajaran matematika salah
masalah dalam CPS. satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru
2. Siswa mampu menemukan adalah dengan menggunakan model
kemungkinan-kemungkinan pembelajaranProblem Solvingkarena
strategipemecahan masalah. dengan menggunakan model pembelajaran
3. Siswa mampu mengevaluasi dan ini dapat memberikan siswa kesempatan
menyeleksi kemungkinan- seluas-luasnya untuk memecahkan
kemungkinan tersebut kaitannya masalah matematika dengan strateginya
dengan kriteria-kriteria yang ada. sendiri.

9 | Journal Mathematic Education


1. Metode Penelitian Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara dengan judul Penerapan Model
Penelitian ini merupakan
Pembelajaran Creative Problem Solving Dalam
penelitian tindakan kelas yang bertujuan
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Pada Siswa SMP Al-Hidayah Medan T.P
Penelitian ini bertempat di SMP Al-
2015/2016 ”. Hasil dari penelitian tersebut mean
Hidayah Medan.Subjek Penelitian ini
hasil belajar sebelum menggunakan Creative
adalah kelas VII-C SMP Al-Hidayah
problem Solving sebesar 57,91% dan sesudah
Medan T.P 2016/2017 berjumlah 28 orang
tindakan meningkat menjadi 81,41% Kesimpulan
siswa yang terdiri dari laki-laki dan
penelitian tersebut adanya strategi pembelajaran
perempuan. Objek penelitian ini adalah
menggunakan Creative Problem Solving dapat
Model Pembelajaran Creative Problem
meningkatkan hasil belajar. Adapun yang
Solvinguntuk meningkatkan kemampuan
membedakan penelitian yang dilakukan peneliti
berpikir kreatif matematik pada siswa
dengan penelitian yang dilakukan Tut Wuri
SMP Al- HIdayah Medan T.P 2016/2017.
Handayani adalah peneliti ingin menelaah
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan
pengaruh pembelajaran Creative Problem Solving
dengan proses berdaur yang terdiri dari
terhadap kemampuan berpikir kreatif matematika
empat tahapan, yaitu : perencanaan,
siswa SMP Al- Hidayah Medan, sedangkan
tindakan, pengamatan, dan refleksi, serta
penelitian yang dilakukan Tut Wuri Handayani
rangkaian tersebut dilakukan dengan
bertujuan untuk meningkatkan Kemampuan
siklus yang berulang. Untuk memperoleh
Berpikir Kreatif Matematika.
data yang diperlukan dalam penelitian ini
digunakan instrument penelitian (alat
3. Hasil dan Pembahasan
pengumpulan data). Alat pengumpulan
data ini adalah lembar observasi.Observasi Tindakan Siklus Pertama.
yang dilakukan merupakan pengamatan Adapun pengamatan yang dilakukan
terhadap seluruh kegiatan dan perubahan terhadap cara berpikir kreatif siswa untuk
yang terjadi pada saat dilakukannya proses mengetahui pencapaian tingkat berpikir
belajar mengajar. Pengamatan dilakukan kreatif matematika siswa yang dilakukan
terhadap produktivitas dan kreativitas dengan menerapkan model creative
belajar siswa. Untuk mendeskripsikan data problem solving, maka berdasarkan hasil
dari variabel digunakan statistic siklus I pada penelitian ini dapat dilihat
deskripsitif yaitu mendeskripsikan, dari pencapaian tingkat kemampuan
mencatat dan menglah data. Setelah data berpikir kreatif belajar matematika siswa
itu didapatkan, kemudian diolah dengan secara individual. Cara berpikir kreatif
menggunakan analisis statistik. Siswa belajar matematika siklus I pada kriteria
dikatakan kreatif jika memiliki nilai akhir berpikir lancar dengan persentase 59,67%
individual diatas 55% dari total skor kategori cukup, berpikir luwes dengan
keseluruhan indikator kreativitas. persentase 76,00% kategori baik, berpikir
Selanjutnya, siswa dikatakan kreatif orisinil dengan persentase 44,00%
secara klasikal jika memiliki nilai akhir kategori kurang, dan berpikir elaboratif
 70% 52,00% kategori cukup. Sehingga dari
semua kriteria yang diamati dalam
2. Penelitian yang Relavan kemampuan berpikir kreatif belajar
matematika siswa diperoleh persentase
Penelitian ini relevan dengan penelitian rata-rata sebesar 57,91% dengan kategori
yang dilakukan oleh Tut Wuri hanadayani cukup. Dari data yang diperoleh ini akan
Mahasiswa Program Studi Pendidikan digunakan sebagai acuan dalam
Matematika Fakultas Keguruan dan ilmu pemberian tindakan pada siklus II sebagai

10 | Journal Mathematic Education


upaya meningkatkan kemampuan berpikir berpikir elaboratif dengan persentase
kreatif pada pokok bahasan persegi dan 67,00% kategori cukup. Sehingga dari
persegi panjang.Berdasarkan data yang semua kriteria yang diamati dalam
ada, maka ditarik kesimpulan pada kemmapuan berpikir kreatif siswa pada
pelaksanaan siklus I persentase rata-rata pelajaran matematika siswa diperoleh
kemampuan berpikir kreatif belajar persentase rata-rata sebesar 67,66%
matematika siswa diperoleh 57,91% dengan kategori cukup. Maka dari data-
dengan kategori cukup. Hal ini juga dilihat data yang diperoleh ini akan sebagai
dari kemampuan berpikir kreatif belajar acuan dalam pemberian tindakan pada
matematika siswa menunjukkan sebagian siklus III sebagai uapaya meningkatkan
besar siswa belum ikut aktif dalam kemampuan berpikir kreatif.
pengerjaan soal. Begitu juga dengan Tindakan Siklus Ketiga.
ketuntasan belajar siswa mengalami Pengamatan atau observasi yang
peningkatan. Siklus I 13 orang yang tuntas dilakukan terhadap kemampuan berpikir
dan 15 orang belum tuntas.Kesulitan- kreatif siswa untuk mengetahui
kesulitan yang dialami siswa pada saat pencapaian tingkat berpikir kreatif belajar
belajar diantaranya: (1) siswa masih matematika siswa dilakukan dengan
kurang paham dengan pola berpikir menerapkan model creative problem
kreatif, (2) sebagian siswa kurang antusias solving, maka berdasarkan hasil siklus III
dalam belajar dengan menggunakan pada penelitain ini dapat dilihat dari
model pembelajaran yang baru sehingga pencapaian tingkat berpikir kreatif belajar
mereka masih kurang aktif pada proses matematika siswa secara individual. Pada
belajar. Hal ini dapat dilihat dari observasi kemampuan berpikir kreatif di siklus III
terhadap kemampuan berpikir kreatif memiliki kriteria Berpikir Lancar dengan
siswa dalam proses persentase 78,00% kategori baik, berpikir
pembelajaran.Berdasarkan kesulitan - luwes dengan persentase 98,00% kategori
kesulitan yang dialami siswa, maka baik, berpikir orisinil dengan persentase
peneliti perlu melakukan tindakan untuk 72,00% kategori baik, dan berpikir
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif elaboratif dengan persentase 77,67%
dengan siklus II. Untuk mendapatkan hasil kategori baik. Sehingga dari semua
yang lebih maksimal, peneliti merasa kriteria yang diamati dalam kemmapuan
perlu melakukan perbaikan-perbaikan berpikir kreatif siswa pada pelajaran
kembali pada siklus II. matematika siswa diperoleh persentase
Tindakan Siklus Kedua. rata-rata sebesar 81,41% dengan kategori
Pengamatan atau observasi yang baik. Maka dari data-data yang diperoleh
dilakukan terhadap kemampuan berpikir dari observasi kemampuan berpikir kreatif
kreatif siswa untuk mengetahui pada pembelajaran matematika siswa dari
pencapaian tingkat berpikir kreatif belajar siklus I mengalami peningkatan siklus II
matematika siswa dilakukan dengan dan terjadi peningkatan lagi pada siklus
menerapkan model Creative Problem III. Dilihat dari catatan guru selama proses
Solving, maka berdasarkan hasil siklus II pembelajaran berlangsung dengan
pada penelitain ini dapat dilihat dari menerapkan model creative problem
pencapaian tingkat berpikir kreatif belajar solvingdapat meningkatkan kemampuan
matematika siswa secara individual. Pada berpikir kreatif pada pembelajaran
kemampuan berpikir kreatif di siklus II matematika.Dari analisis data diatas, dapat
memiliki kriteria berpikir lancar 64,00% ditarik kesimpulan bahwa siklus III
kategori cukup, berpikir luwes 81,33% kegiatan pembelajaran dengan
kategori baik, berpikir orisinil dengan menerapkan model creative problem
persentase 58,33% kategori cukup, dan solving menunjukkan perkembangan yang

11 | Journal Mathematic Education


sangat baik, hampir seluruh siswa dapat menerapkan model creative problem
meluangkan ide-ide kreatif dalam solving dapat meningkatkan kemampuan
pembelajaran. Adapun hasil refleksi pada berpikir kreatif pada mata pembelajaran
siklus III adalah: (1) pada umumnya siswa matematika khususnya materi persegi dan
cukup aktif mengikuti proses persegi panjang. Secara umum hasil
pembelajaran, (2) siswa sudah termotivasi pelaksanaan tindakan disetiap siklus dapat
mengikuti proses pembelajaran, (3) dilihat pada tabel berikut :
keharmonisan siswa pada refleksi si siklus
II sudah baik, hal ini terlihat dari
ketenangan dan kerja sama dalam
mengerjakan soal-soal yang diberikan
oleh guru.
Hasil ini menunjukkan bahwa
tindakan pembelajaran dengan

Tabel. 2 Perbedaan Kemampuan Berpikir Kreatif Setiap Siklus


No. Aspek Yang Diamati Siklus I Siklus II Siklus III

1 Berpikir Lancar 59,67% 64,00% 78,00%

2 Berpikir Luwes 76,00% 81,33% 98,00%

3 Berpikir Orisinil 44,00% 58,33% 72,00%

4 Berpikir Elaboratif 52,00% 67,00% 77,67%

Jumlah Skor 231,67% 270,66% 325,67%

Rata – rata Persentase 57,91% 67,66% 81,41%

Dari hasil persentase kemampuan berpikir kreatif diatas dapat kita lihat bahwa
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai harapan, karena telah
menerapkan langkah –langkah model creative problem solving, sehingga dengan
adanya langkah- langkah pembelajaran ini siswa semakin aktif dan termotivasi untuk
mengembangkan ide dengan kemampuan berpikir kreatif mereka masing-masing.
Terbukti dengan menerapkan model creative problem solvingdapat meningkatkan
kemampuan berpikir matematika siswa dalam pembelajaran khususnya pada pokok
bahasan persegi dan persegi panjang.
Dari hasil tahap refleksi pertemuan pertama dan kedua dari siklus III dapat
diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Hasil Belajar dan Ketuntasan Belajar Siswa.Pada siklus III siswa aktif dalam
mengikuti pembelajaran di kelas. siswa sudah tidak malu lagi dan ragu untuk
bertanya serta mengemukakan ide – ide kreatif mereka dalam memecahkan soal.
Tidak hanya siswa yang pandai saja yang berani menyampaikan hasil yang telah
mereka kerjakan di depan kelas tetapi siswa yang kurang pandai juga berani
menyampaikan hasil yang telah mereka kerjakan menurut pendapatnya di depan

12 | Journal Mathematic Education


kelas. Dari kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus III mengalami
peningkatan. Nilai rata-rata kelas menjadi 80.00 dengan kriteria ketuntasan baik.
Peningkatan kemmapuan berpikir kreatif siswa pada siklus III berhasil karena
guru meminimalisir masalah –masalh yang muncul pada siklus II sehingga
kendala yang dialami pada siklus II dapat diperbaiki, serta guru lebih
menciptakan suasana yang menyenangkan dibanding pada siklus II.Kesimpulan
pada siklus III, dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif pada pokok
bahasan persegi dan persegi panjang sudah berhasil karena memenuhi indikator
kemampuan berpikir kreatif dengan model pembelajaran Creative Problem
Solving siswa menjadi semakin kreatif dan terampil dalam menyelesaikan soal-
soal.
2. Hasil Aktivitas Siswa. Pada siklus III persentase cara berpikir kreatif siswa
adalah 80.00%. Ini berarti aktivitas siswa dikelas mengalami peningkatan. Hal ini
disebabkan siswa sudah memahami aturan dalam pemebelajaran Creative
Problem Solving sehingga kendala pada siklus I, yaitu siswa terkadang masih
bingung dengan apa yang dilakukan, siswa kurang termotivasi dalam belajar
tetapi pada siklus III kenadal itu sudah tidak ditemui lagi. Ini terbukti ketika ada
persentase hasil, banyak siswa yang menanggapi penjelasan siswa di depan kelas.
3. Hasil Aktivitas Guru. Pengamatan kegitan pembelajaran oleh guru pada siklus
III juga mengalami peningkatan. Pengasaan guru terhadap materi pelajaran sudah
baik dan perhatian guru merata pada seluruh siswa sehingga siswa aktif dan
memahami apa yang telah disampaikan oleh guru. Selain itu juga guru
memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa menjadi lebih semangat
dalam proses belajar matematika.

E. Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VII C SMP Al- Hidayah Medan pada
pokok bahasan persegi dan persegi panjang.
2. Penerapan model pembelajaran creative problem solving dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam mengemukakan ide-ide kreatif saat memecahkan soal.
Berdasarkan pengalaman selama pelaksanaan tindakan kelas, maka saran yang di
dapat adalah sebagai berikut:
1. Dalam menetapkan model pembelajaran creative problem solvingguru
hendaknya menciptakan kondisi yang aktif, serta sering member motivasi kepada
seluruh siswa agar siswa terdorong untuk aktif dalam pemebelajaran
2. Pada penerapan model creative problem solving saat persentase di depan kelas,
hendaknya guru memperhatikan waktu, sehingga untuk persentase dapat
dilakukan dengan baik.
3. Model pembelajaran creative problem solving perlu dikembangkan lagi, selain
itu juga dapat diterapkan pada materi lain.

13 | Journal Mathematic Education


DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Reni. Dkk. (2001). Kreativitas. Munandar, Utami. (1999). Pengembangan


Jakarta: PT Gramedia Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
Widiasarana Indonesia. Rineka Cipta.

Cahyo, Nur. A. (2008). Penegembangan Nurmasari, N., Kusmayadi, A, T., Riyadi.


Model Creative Problem Solving (2014). Analisis Berpikir Kreatif
Berbasis Teknologi. Tersedia di: Siswa Dalam Menyelesaikan
http://adi-negara.blogspot.com/. Masalah Matematika Pada Materi
Peluang Ditinjau Dari Gender
Fahinu. 2007. Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri
BerpikirKritis dan Kemandirian 1 Kota BanjarBaru. Jurnal
BelajarMatematika pada Elektronik Pembelajaran
Mahasiswa melaluiPembelajaran Matematika. Vol. 2, No. 4, pp
Generatif. DisertasiDoktor pada 351-358. ISSN: 2339-1685.
SPS. UPI Tidak diterbitkan.
Pengaruh Pendekatan Open Ended
Hamzah. (2008). Model Pembelajaran. Terhadap Kemampuan
Menciptakan Proses Belajar Berpikir Kreatif Matematika
Mengajar yang Kreatif dan (PDF Download Available).
Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Available from:
https://www.researchgate.net/p
Hartono, R. D. Dan Reynolds, D. (2009). ublication/320736483_Pengaru
Effective Teaching. Teori dan h_Pendekatan_Open_Ended_T
Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka erhadap_Kemampuan_Berpikir
Pelajar. _Kreatif_Matematika [accessed
Nov 20 2017].
Huda, Miftahul. (2013). Model-model
Pengajaran dan Pembelajaran.
Putra, T.T., Irwan., Vionanda, D. (2012).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa Dengan
La Moma. (2015). Pengembangan Pembelajaran Berbasis Masalah.
Instrumen Kemampuan Berpikir Jurnal Pendidikan Matematika.
Kreatif Matematis Untuk Siswa Vol. 1, No.1, pp 22-26.
SMP. Jurnal Matematika Dan
Pendidikan Matematika. Vol. 4,
Sumarmo, U. 2010. Berpikir dan
No. 1, pp 27-41. ISSN: 2089-
DisposisiMatematik: Apa,
855X.
Mengapa, dan Bagi139 mana
dikembangkan pada Peserta
Munandar, Djihad dan Suyanto. (1999). Didik.Makalah. Prodi. Pendidikan
Refleksi dan Reformasi Matematika SPS UPI.
Pendidikan di Indonesia
Memasuki Milenium III.
Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

14 | Journal Mathematic Education


Surya, E., Sari, N. (2017). Analysis (Berparadigma Eksploratif dan
Effectiveness of using Problem Investigatif). Jakarta: Leuser Cita
Posing Model in Mathematical Pustaka.
Learning. Basic and Applied
Research (IJSBAR), Vol. 33, No Wijaya, C. (2008). Pendidikan Remedial.
3, pp 13-21. Bandung: Rosdakarya.

Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan


Teori Pembelajaran Matematika

15 | Journal Mathematic Education

Anda mungkin juga menyukai