Anda di halaman 1dari 9

Pengaruh Penerapan Model

Pembelajaran Problem Solving


terhadap Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa
Melinda Kusuma Ningrum
Universitas Sebelas Maret
melindakusuma25@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to analyze the critical thinking skills of students who learn
through problem-based learning models or problem solving, the effect of the
interaction between cognitive styles and learning models on critical thinking
skills. Critical thinking is an ability that should be possessed by all students for
that requires an effort to develop it, one effort that can be done by using
problem solving techniques. So that researchers deem it necessary to know the
effectiveness of problem solving techniques in increasing students' critical
thinking skills.
This study uses quantitative research that shows a causal relationship with the
entire student research population. Based on the findings in this study, it can be
suggested that teachers should use the problem-based learning model as an
alternative model to improve critical thinking skills and each teacher's
learning should pay attention to the cognitive style students have.
Keywords: critical thinking skills, cognitive style, problem based learning model.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterampilan berpikir kritis pada
siswa yang belajar melalui model pembelajaran berbasis masalah atau problem
solving, pembelajaran terhadap keterampilan berpikir kritis siswa dan gaya
kognitif merupakan pengaruh dalam interaksi. Kemampuan berpikir kritis
seharusnya sudah dimiliki peserta didik untuk mengembangkan potensi diri,
teknik problem solving merupakan suatu hal yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan keterampilan menganalisis dan potensi diri. Sehingga peneliti
mampu mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dan mampu mengetahui
keefektifan teknik problem solving tersebut. Pembelajaran yang efektif dalam
mengembangkan keterampilan berpikir kritis ini menggunakan teknik penelitian
kuantitatif yang memunculkan hubungan sebab akibat melalui populasi
penelitian seluruh peserta didik. Menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah sebagai model yang relevan untuk meningkatkan keterampilan berpikir
kritis siswa yang dianjurkan dalam setiap pembelajaran. Gaya kognitif yang
dimiliki siswa seharusnya diperhatikan oleh seorang pendidik.
Kata kunci: keterampilan berpikir kritis, gaya kognitif, model pembelajaran
berbasis masalah.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan kegiatan yang terkonsep dan terstruktur untuk
menciptakan suatu keadaan dalam pembelajaran dapat aktif baik pendidik
maupun peserta didik. Maka dari itu, siswa dituntut untuk lebih aktif dan berpikir
kritis untuk mencari media pembelajaran atau materi pelajaran tidak hanya dari
guru (Ginting & Arif, 2015). Pembelajaran yang ilakukan di dalam kelas
merupakan sebuah perencaraan yang sudah dirancang dengan baik sesuai
kondisi yang ada. Peserta didik harus aktif saat pembelajaran berlangsung,
dibuktikan dalam (Guritno dkk. 2015) bahwa peserta didik secara pasif
menyerap pengetahuan yang diberikan guru atau yang terdapat pada buku
pelajaran. Oleh karena itu, peserta didik tidak hanya mengandalkan pendidik
untuk mendapatkan informasi dan masing-masing individu mempunyai
kebutuhan masing-masing saat menerima pelajaran, setiap siswa harus mampu
mengetahui kebutuhan akan hal pendidikan di dalam diri masing-masing,
informasi dan materi pelajaran tidak hanya didapat dari seorang guru saja,
melainkan bisa mencari referensi sebanyak-banyaknya di buku dan referensi
daring lainnya. Peserta didik juga bisa menanyakan beberapa hal kepada
temannya kalau belum memahami materi yang sudah disampaikan oleh guru.
Dibuktikan dalam (Komariya dkk. 2018) bahwa peserta didik memiliki motivasi
belajar yang tinggi dia akan berusaha untuk menyelesaikan suatu permasalahan
dengan berbagai cara, misalnya dengan membaca referensi atau dengan diskusi
bersama teman.
Pembelajaran seharusnya mengarahkan peserta didik mencari ilmu dan
menemukan konsep-konsep secara mandiri sehingga meningkatkan
keterampilan berpikir siswa yang mengarah pada keterampilan berpikir kritis dan
meningkatkan sikap ilmiah (Gunur dkk. 2019). Proses penyelesaian masalah
sangat menekankan untuk menggunakan konsep dasar pembelajaran yang
berbasis masalah. Kelebihan model pembelajaran problem solving adalah dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam
bekerja
(Andini dkk. 2018) Pembelajaran yang dilakukan di kelas pasti secara tidak
langsung akan menemukan masalah yang nantinya akan dijadikan sebagai
acuan untuk berlatih memecahkannya, semua siswa akan berlomba-lomba untuk
berpikir secara cepat agar segala permasalahn yang dihadapi cepat menemukan
titik terang dan cepat untuk diselesaikan. Peserta didik mampu melakukan
identifikasi masalah yang sulit untuk dipahami dalam materi sehingga peserta
didik memiliki kemampuan untuk mengevaluasi informasi dengan tepat (Munira
dkk. 2018). Keterampilan dalam menyelesaikan masalah dengan cara yang
sudah dipelajari merupakan bentuk ketelitian pada diri peserta didik.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang dapat
menginterpretasi dan menganalisis (Pratama dkk. 2019). Semua usaha dalam
memecahkan masalah merupakan proses yang dilakukan untuk menyajikan
sesuatu produk pembelajaran yang nantinya dianalisis untuk mencari jawaban
dari suatu permasalahan tersebut. Jika model pembelajaran berbasis masalah
diterapkan di suatu pembelajaran, peserta didik harus aktif dalam pembelajaran
tersebut, tidak hanya berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat
tetapi juga memahami agar terbiasa berpikir secara kritis guna menyelesaikan
suatu masalah dan membuat peserta didik mempunyai keterampilan yang tinggi
dalam penerapannya. Pada kesempatan ini, pemelajar memerlukan lebih banyak
kesempatan berkomunikasi yang sesungguhnya (Setyaningrum dkk. 2018).
Pendidik sangat berharap agar peserta didik mempunyai tanggung jawab dalam
mengikuti pembeajaran yang ada dan berharap mampu mengaitkan antara teori
yang telah dipelajari dengan kenyataan yang terjadi di luar pembelajaran.
Pendidik menerapkan model tersebut guna meningkatkan dan
mengembangkan keterampilan peserta didik dalam memahami situasi, mampu
mempraktikkan pengetahuan yang ada dengan suatu hal yang nyata dengan
opini atau pendapat yang sedang terjadi.
Manfaat model pembelajaran bagi peserta didik sangat banyak yaitu dapat
berpikir secara kritis dan dapat menerapkannya untuk menyelesaikan masalaha
dalam suatu hal yang nyata. Berlatih berpikir kritis dimulai dari hal kecil dengan
membaca dan memahami kalimat. Gemar membaca memperoleh wawasan dan
pengetahuan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya (Harsono
dkk. 2012). Jawaban walaupun sederhana tetapi jika untuk menjawab
permasalahan yang nyata memerlukan waktu yang cukup lama karena tidak
dapat dijawab dengan mengarang dan cepat, tetapi harus dipikirkan dengan
efektif.
Menggunakan cara sudut pandang keilmuan dalam suatu pembelajaran
harus dengan berpikir secara riil dan bertepatan dengan aturan yang terstruktur.
Siswa melakukan penyelesaian masalah dengan keterampilan yang dimiliki dan
dengan cara berpikir kritis agar ide-ide yang dituangkan dapat memudahkan
dalam penyelesaian masalah. Peserta didik mampu menuangkan gagasannya
secara sistematis, runtut, dan lengkap (Ariningsih dkk. 2012). Model
pembelajaran problem solving tepat untuk mengajarkan materi ekstraksi yang
memiliki karakteristik materi mencakup pemahaman konsep (Firmansyah dkk.
2016).
Mengembangkan sebuah potensi diri mengharuskan peserta didik untuk
menemukan sebuah masalah yang nantinya dianalisis, kemudian
mengembangkan suatu prediksi untuk nantinya membuat kesimpulan dari
pengamatan autentik tersebut. Membiasakan peserta didik untuk belajar tentang
cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran (Nurhayati dkk.
2019). Memahami soal dibutuhkan keterampilan khusus agar memudahkan
dalam menjawab pertanyaan di dalam soal tersebut dengan cepat dan tanggap,
sehingga diharuskan untuk berlatih untuk berpikir kritis. Peserta didik yang
memiliki kemampuan pemecahan masalah akan lebih mudah dalam
menyelesaikan soal (Khairani, 2017). Menghindari ketakutan pada dri peserta
didik dalam menyelesaikan suatu maslaah, maka pendidik perlu melatih
kepercayaan pada diri masing-masing siswa, perlu waktu yang cukup untuk
membiasakan mereka agar tidak akan takut untuk menyelesaikan masalah
tetapi justru semangat agar permasalahan itu cepat selesai. Guru harus
menerapkan manajemen interaksi untuk meningkatkan partisipasi siswa dan
menciptakan kesempatan belajar (Darmuki dkk. 2015).
Proses pembelajaran yang berbasis masalah ini merupakan suatu kegiatan
yang menarik untuk dilakukan karena dapat memahami satu sama lain
karakteristik peserta didik. Penyelesaian masalah tersebut harus sesuai dengan
kondisi siswa agar mampu memahami dengan teliti suatu permasalahan yang
ada. Selain itu, keberhasilan pembelajaran juga dapat ditilik dari kemampuan
siswa berkomunikasi secara lisan dan tulis sesuai dengan pencapaian tujuan
belajar (Setyaningrum dkk. 2018). Berpikir secara cepat dan tanggap merupakan
hal yang harus dilakukan agar memperlancar dalam mengambil keputusan
dalam suatu permasalan yang ada. Permasalahan yang sering dialami oleh guru
yaitu sulitnya mengatur waktu pembelajaran karena materi yang akan
disampaikan terlalu banyak sehingga guru kurang melibatkan peserta didik
selama proses pembelajaran (Marisa, Firtiyanti, & Utami, 2016)(Fauzia dkk.
2019). Permasalaan tersebut mengakibatkan permbelajaran di kelas menjadi
tidak memiliki konsep dan kebingungan dalam menyampaikan materi. Ketelitian
juga diharuskan dalam menyelesaikan masalah karena dapat memperlancar
menarik kesimpulan dalam sebuah permasalahan yang dihadapi. Kecerdasan ini
melibatkan sejumlah keterampilan menganalisis pola, komputasi,
menghubungkan, memprediksi ketepatan waktu, dan kemampuan memecahkan
masalah secara logis (Shaleha dkk. 2019)
Menghadapi berbagai persoalan guna mencari sebuah jawaban yang
dapat memcahkan permasalahn tersebut melibatkan semua siswa tidak
terkecuali agar mencapai indikator tersebut. Pembelajaran akan lancar jika
memiliki komunikasi yang baik antara pendidik dengan peserta didik.
Pendekatan pembelajaran difokuskan pada proses komunikasi sehingga arah
materi pembelajaran diwujudkan dalam bentuk keterampilan berbahasa
(Rahmawati dkk. 2012). Suatu proses pembelajaran berpusat pada aturan
pendidikan yang ada, yang dulu mengahruskan pendidik untuk menjadi pusat
dalam sebuah proses pembelajaran, dibuktikan dengan (Khairani, 2017) bahwa
jika dilihat dari kegiatan pembelajaran sehari-hari, umumnya guru sering
menggunakan metode konvensional, proses belajar mengajar hanya berpusat
pada guru yang dilakukan menggunakan metode ceramah, dilanjut dengan sesi
tanya jawab, kemudian diberikan soal dan peserta didik diharuskan menjawab
soal tersebut.
Semula aktivitas hanya berpusat pada guru, sehingga siswa tidak aktif
dalam mlaksanakan pembelajaran di kelas, siswa hanya menggantungkan
materi dari guru untuk mendapatkan pelajaran yang dibutuhkan. Sebuah
pembelajaran yang mengahruskan siswa untuk berpikir secara aktif dan kritis
sehingga peserta didiik terbiasa saat menyelesaikan permasalahan yang ada.
Selain itu pembelajaran yang berpusat kepada siswa akan membuat siswa lebih
aktif dan lebih mandiri dalam menemukan sendiri pengetahuannya (Simanjuntak
& Sudibjo, 2019) Model pembelajaran dengan mempelajari cara menyelesaikan
masalah ini merupakan salah satu alternatif model yang diharapkan dapat
mengatasi permasalahan-permasalah di atas serta dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa (Ujiati & Herlina, 2019). Informasi yanag faktual
mengharuskan siswa untuk mengungkapkan dan juga menjawab yang relevan
dan secara nyata.
Proses penilaian yang digunakan dalam mengatasi dan menyelesaikan
masalah dengan objek-objek yang mendukung, misalnya menggunakan metode
ilmiah yang relevan guna meningkatkan proses pembelajaran. Penerapan untuk
meningkatkan keterampilan menyelesaikan masalah diharuskan dengan
melakukan pelatihan yang tertuju dengan konsep yang ada. Keterampilan yang
harus ditingkatkan guna mempercepat dalam menjawab soal yang berbasis
masalah harus dengan kemampuan berpikir kritis. Menanamkan sikap kritis
harus dimulai sejak kecil, baik di lingkungan keluarga maupun bangku sekolah
dan lingkungan masyarakat. Pembelajaran untuk menngkatkan kemampuan
berpikir kritis dan aktif agar mencapai hasil yang maksimal. Hal ini berarti
proses pembelajaran yang optimal membutuhkan pemikiran kritis dari peserta
didik. Jadi, berpikir kritis sangat penting dalam proses kegiatan pembelajaran
(Ahmatika, 2016).
Siswa dalam melakukan proses pembelajaran harus berisi dam mampu
meningkatkan kemampuan pada diri masing-masing siswa agar tergerak hati
untuk selalu meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Kepedulian terhadap
sebuah pembelajaran harus ditanamkan pada diri masing-masing siswa dan
pendidik, sehingga akan mewujudkan pembelajaran yang nyaman dan ilmu akan
terserap dengan baik.
Menggunakan konsep yang sudah diterapkan dalam menyelesaikan
maslaah harus dikuasai peserta didik, hal tersebut bertujuan agar meningkatkan
keterampilan berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah untuk masa-masa
yang selanjutnya.
Mengambil sebuah keputusan seharusnya dilakukan dengan berpikir secara kritis
agar dalam menarik kesimpulan tidak terjadi kesalahan. Sikap yang baik dalam
melaksanakan pembelajaran ini adalah peserta didik harus mampu berpikir
secara aktif dan kritis. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
kognitif siswa dan menghasilkan sebuah pembelajaran yang baik. Siswa dapat
semangat dalam mengikuti pembelajaran jika model pembelajaran problem
solving mampu masuk dalam pikiran siswa dan pendidik.

METODE PENELITIAN
Metode konvensional merupakan metode yang digunakan dalam penelitian ini.
Dalam metode ini siswa diharuskan untuk melakukan sebuah tindakan yaitu
observasi. Sifat dan karakter peserta didik harus mempertimbangkan dalam
memilih model pembelajaran, agar tetap tercipta kenyamanan dalam melakukan
proses pembelajaran. Penerapan model pembelajaran yang relevan akan
menciptakan proses belajar mengajar lebih efektif karena dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Pengaruh dalam melakukan kegiatan belajar
mengajar ini adalah sikap peserta didik dalam menerima ilmu yaitu pengaruh
gaya kognitif. Keunggulan dan kelemahan pasti terdapat dalam penerapan gaya
kognitif. Pencapaian hasil belajar siswa dipengaruhi oleh gaya kognitif yang
mempunyai kelebihan dan kelemahan tersebut. Penerapan model pembelajaran
inilah yang harus menjadi acuan agar meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa dan juga mengajarkan siswa cara menyelesaikan masalah dengan proses
yang sudah ditentukan. Tahap persiapan dalam mencari masalah, tahap
pelaksaan untuk eksekusi meyelesakan masalah, dan tahap akhir yaitu menarik
kesimpulan dalam masalah tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil dari penelitian ini adalah kemampuan dalam mencari sebuah informasi dan
mengolahnya, kemudian menganalisis sebuah permasalahan tersebut setelah itu
mengidentifikasi untuk mengasilkan kesimpulan dan dapat diambil sebuah
tindakan untuk mencapai sasaran. Mengembangkan potensis diri adalah hal
yang harus dilakukan dalam meningkatkan keterampilan pada peserta didik.
Kelas control yang kurang mengembangkan konsep pembelajaran yang
diberikan pendidik. Siswa juga kurang mendapatkan pelajaran yang sesuai
dengan model pembelajaran berbasis masalah, kurangnya pengetahuan akan
hal mencari informasi, hanya mengandalkan pendidik dalam memberikan materi
di kelas, tidak dengan inisiatif sendiri untuk mencari secara individu,
mengakibatkan hasil dari belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol.
Kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional sedangkan kelas
eksperimen menggunakan metode pembelajaran problem solving. Terdapat hasil
yang optimal antar kelas eksperimen dan kelas kontol, sehingga dapat dilihat
bahwa pembelajaran yang berbasis masalah ini dapat meningkatkan hasil
belajar dari masing-masing kelas.
Pelaksanaan pembelajaran sebelumnya dibagi dua kelompok, kelas kontrol dan
kelas eksperimen, pembagian tersebut terdapat beberapa kelompok yang
masing-masing kelompok mempunyai anggota yang terdiri dari 4-5 orang. Pada
kelas kontrol diterapkan model pembelajaran konvensional dan pada kelas
eksperimen diterapkan model pembelajaran berbasis masalah. Model
pembelajaran ini mengharuskan siswa untuk berpikir secara kritis dan kreatif
guna meningkatkan kecerdasan setiap individu siswa. Pelaksanaan kegiatan ini
ditujukan untuk belajar mencari informasi yang ada dengan memilih dan
memilah sesuai kondisi yang relevan. Pengembangan metode juga berpengaruh
terhadap kelancaran proses belajar mengajar siswa. Berpikir kritis membuat
wawasan siswa semakin berkembang (Yunita dkk. 2019). Tidak hanya
menggantungkan pada guru untuk mendapatkan materi, tetapi berusaha untuk
mencari sendiri sumber-sumber yang relevan agar terciptanya kemampuan
berpikir kritis. Hasil yang akan didapat peserta didik adalah kemampuan untuk
berpikir secara aktif dalam penegmbangan cara berpikir. Penerapan model
pembelajaran berbasis masalah dalam menyelessikan masalah sangat efektif
karena dalam penyelesaian masalah siswa akan dituntut untuk berpikir secara
cepat dan tanggap agar siswa terbiasa dengan pemikiran yang terbuka.
Pembahasan yang relevan dapat menuntaskan sebuah permasalahan yang
sedang dibahas.
Akhir dari penelitian ini adalah model pembelajaran problem solving
dengan ranah kognitif menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran model
problem solving lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan
dengan penerapan pembelajaran konvensional. Problem solving dapat
mengajarkan siswa membuat kesimpulan yang tidak tergesa-gesa, menimbang
kemungkinan berbagai pemecahan, dan menangguhkan pengambilan keputusan
sampai terdapat bukti- bukti yang cukup (Masitoh, 2019).

SIMPULAN
Kemampuan berpikir kritis siswa sangat bermanfaat untuk keberhasilan dalam
menjalankan kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan pembelajaran yang
berlangsung dapat meningkatkan pengetahuan siswa dan membantu siswa
berpikir secara kreatif dan kritis. Proses pembelajaran yang digunakan untuk
meningkatkan kemampuan tersebut adalah mencoba menyelesaikan masalah
dengan pikiran yang terbuka dan dengan menggunakan tata cara dan proses
yang semestinya digunakan dalam model pembelajaran berbasis masalah.
Pembelajaran berbasis masalah ini sangat membantu peserta didik untuk
memahami setiap permasalahan yang akan diselesaikan, tidak dengan terburu-
buru untuk menyimpulkan sebuah masalah tetapi dengan pemikiran yang
matang untuk menarik kesimpulan dari sebuah permasalahan tersebut.
Berpikir secara kritis dan aktif dalam menyelsaikan masalah semsestinya
harus menggunakan emahaman yang sangat tinggi. Perlu adanya kesadaran
dalam menjalankan proses pembelajaran tersebut agar terciptanya suasana
yang mendukung dalam sebuah pembelajaran. Seorang pendidik harus
menegtahui karakter dan sifat pada setiap diri siswa agar siswa dapat terbiasa
dalam berpikir kreatif. Pemahaman yang sangat tinggi dapat memunculkan ide-
ide yang berguna untuk menyelesaikan permasalah yang ada. Setiap peserta
didik mempunyai kapasitas pemahaman berbeda-beda, tidak semua mampu
memahami dengan cepat materi yang disampaikan oleh guru.
Peserta didik yang menerapkan keterampilan berpikir kritis pada diri masing-
masing siswa akan memudahkan dalam mengambil keputusan dan mampu
menjawab dengan cepat dan tanggap. Setiap inividu harus didorong agar selalu
mengutamakan pendidikan dan selalu berpikir positif dalam proses belajar
mengajar.

REFERENSI
Aji, Wisnu Nugroho. 2016. “Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Eksposisi
dengan Metode Inquiry discovery Learning dan Penggunaan Media Video
pada Siswa Kelas VII G SMP Negeri 3 Colomadu”. Magistra. No. 95. 34–42.
Ahmatika, D. (2016). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan
Pendekatan Inquiry/Discovery. Euclid, 3(1), 394–403.
Andini, R., Subandi, & Wonorahardjo, S. (2018). Efektivitas Model Pembelajaran
Problem Solving Menggunakan LKS Berbantuan Diagram Ve dalam
Meningkatka Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Termokimia.
Pendidikan, 3(9), 1204–1210.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.17977/jptpp.v3i9.11575
Ariningsih, N. E., Sumarwati, & Saddhono, K. (2012). Analisis Kesalahan
Berbahasa Indonesia Siswa Sekolah Menengah Atas. Jurnal Penelitian
Bahasa, Sastra Indonesia Dan Pengajarannya, 1(1), 40–53. Retrieved from
https://eprints.uns.ac.id/id/eprint/1283
Darmuki, A., Nurkamto, J., & Saddhono, K. (2015). Model Student Learning To
Speak for Education Study Language and Literature Indonesia : Document
Analysis And Needs Learning To Speak. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra
Indonesia, 2(1), 99–109.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.20961/pras.v0i0.1452
Fauzia, D. P., Badarudin, & Supriatna. (2019). Peningkatkan Keterampilan
Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Peserta Didik melalui Model Inkuiri
Terbimbing. Madrasah Ibtidaiyah, 4(2), 57–66.
Firmansyah, Wonorahardjo, S., & Arief, M. (2016). Penerapan Model
Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web pada Materi Ekstraksi
terhadap Hasil Belajar Dan Motivasi Mahasiswa. Pendidikan Sains, 4(2), 65–
72. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.17977/jps.v4i2.8184
Ginting, D. A., & Arif, S. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching And Learning) Terhadap Kemampuan Menulis Teks
Eksposisi oleh Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tiga Panah Tahun Pembelajaran
2014/2015. Sastra, 4(1), 5–7.
https://doi.org/https://doi.org/10.24114/ajs.v4i1.3755
Gunur, B., Ramda, A. H., & Makur, A. P. (2019). Pengaruh Pendekatan Problem
Based Learning Berbantuan Masalah Open-Ended Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Ditinjau dari Sikap Matematis Siswa [The Influence Of The
Problem-Based Learning Model Assisted By Open-Ended Problems Towards
Mathematical Critica. Journal of Holistic Mathematics Education, 3(1), 1–15.
https://doi.org/https://dx.doi.org/10.19166/johme.v3i1.1912
Guritno, T. A. M. R., Masykuri, M., & Ashadi. (2015). Pembelajaran Kimia Melalui
Model Pemecahan Masalah Dan Inkuiri Terbimbing Ditinjau Dari
Keterampilan Proses Sains ( KPS ). Inkuiri, 4(2), 1–9.
https://doi.org/https://doi.org/10.20961/inkuiri.v4i2.953
Harsono, A. S. R., Fuady, A., & Saddhono, K. (2012). Pengaruh Strategi Know
Want To Learn ( Kwl ) dan Minat Membaca terhadap Kemampuan Membaca
Intensif Siswa SMP Negeri di Temanggung. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra
Indonesia Dan Pengajarannya, 1(3), 53–64.
https://doi.org/https://doi.org/10.15575/bioeduin.v8i1.2920
Khairani, I. (2017). Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Usaha dan Energi di
MAN Rukoh Banda Aceh. Pendidikan Sains Indonesia, 5(2), 2013–2014.
https://doi.org/10.24815/jpsi.v5i2.9814
Komariya, Farida, N., & Vahlia, I. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran FSLC
terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau dari
Motivasi Belajar Siswa. Pendidikan Matematika, 7(1), 96–102. https://doi.org/
http://dx.doi.org/10.24127/ajpm.v7i1.1355
Marisa, C., Firtiyanti, E., & Utami, S. (2016). Peningkatan Hasil dan Kemampuan
Membaca Intensif Siswa Kelas IV pada Pembelajaran Bahasa Indonesia
dengan Model Pembelajaran Word Square di SD Negeri 27 Batang Anai.
Jurnal Konseling Pendidikan, 4(2), 74–78. https://doi.org/10.29210/16600
Masitoh, I. (2019). Implementasi Model Pembelajaran Problem Solving dalam
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa pada Mata Kuliah
Konsep Dasar Manajemen Pendidikan PAUD. Revolusi Pendidikan, II(3), 3–5.
Munira, J., Yusrizal, & Safitri, R. (2018). Efektivitas Model Pembelajaran Problem
Solving untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Peserta Didik di SMA
Negeri 11 Banda Aceh. Pendidikan Sains Indonesia, 6(1), 40–45.
https://doi.org/10.24815/jpsi.v6i1.10716
Nurhayati, Angraeni, L., & Wahyudi. (2019). Pengaruh Model Problem Based
Learning Kemampuan Berpikir Kritis terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi. EDUSAINS, 11(1), 12–20.
Pratama, R., Masykuri, M., & Ashadi. (2019). Modul Virtual Berbasis Inkuiri
Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis. EDUSAINS,
11(1), 62–69. https://doi.org/http://doi.org/10.15408/es.v11i1.10000
Rahmawati, L. E., Suwandi, S., Saddhono, K., & Setiawan, B. (2012). Urgensi
Literasi Komunikasi dalam Pengembangan Tes Kompetensi Berbahasa
Indonesia untuk Mahasiswa Asing. Pendidikan Bahasa Indonesia, 2(1), 901–
906. Retrieved from http://hdl.handle.net/11617/8760
Setyaningrum, L. W., Andayani, & Saddhono, K. (2018). Pembelajaran Afiks
Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra
Indonesia, 1(2), 49–61.
https://doi.org/https://doi.org/10.21831/amp.v6i1.8066
Shaleha, P. R., Kumala, F. N., & Delawanti, D. (2019). Keterampilan Berpikir
Kritis: Model Brain-Based Learning dan Model Whole Brain Teaching. Bidang
Pendidikan Dasar, 3(2), 5–6.
https://doi.org/https://doi.org/10.21067/jbpd.v3i2.3356
Simanjuntak, M. F., & Sudibjo, N. (2019). Kemampuan Memecahkan Masalah
Siswa melalui Pembelajaran Berbasis Masalah [ Improving Students ’ Critical
Thinking Skills And Problem Solving Abilities Through Problem-Based
Learning ]. Journal of Holistic Mathematics Education, 2(2), 108–118. https://
doi.org/https://dx.doi.org/10.19166/johme.v2i2.1331
Ujiati, C., & Herlina, A. (2019). Model Pembelajaran Problem Posing dalam
Meningkatan Kemampuan Berpikir Kritis. Cakrawala Pendas, 5(2), 65–69.
https://doi.org/10.31949/jcp.v5i2.1349
Yunita, H., Meilanie, S. M., & Fahrurrozi. (2019). Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis melalui Pendekatan Saintifik. Obsesi, 3(2), 425–432.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v3i2.228

Anda mungkin juga menyukai