Anda di halaman 1dari 65

11.

Model pembelajaran Problem Solving


Link akses
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jote/article/view/508

a. Pengertian

Shoimin (2014 : 136) menyatakan bahwa “Model problem solving adalah


salah satu model mengajar yang digunakan oleh guru dalam kegiatan proses
pembelajaran. Model ini dapat menstimulasi peserta didik dalam berpikir
yang dimulai dari mencari data sampai merumuskan kesimpulan sehingga
peserta didik dapat mengambil makna dari kegiatan pembelajaran”.
b. Langkah-langkah model pembelajaran Problem Solving

 Pendidik menjelaskan tujuan pembelajaran.


 Guru memberikan permasalahan yang perlu dicari solusinya.
 Pendidik (guru) menjelaskan prosedur pemecahan masalah yang benar.
 Peserta didik mencari literatur yang mendukung untuk menyelesaikan
permasalahan yang diberikan guru.
 Siswa atau peserta didik menetapkan beberapa solusi yang dapat diambil
untuk menyelesaikan permasalahan.
 Peserta didik melaporkan tugas yang diberikan guru.

c. Keunggulan model pembelajaran Problem Solving

menurut Shoimin (2017, hlm. 137-138) kelebihan dari model


pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut.

 Membuat peserta didik lebih menghayati pembelajaran berdasarkan


kehidupan sehari-hari.
 Melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan
memecahkan masalah secara terampil.
 Dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif.
 Peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya dari
semenjak sekolah (sebelum memasuki kehidupan nyata).
 Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
 Membuat peserta didik berpikir dan bertindak kreatif.
 Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
 Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
 Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
 Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dengan cara yang tepat.
 Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dunia kerja.

d. Nama peneliti, tahun dan judul serta Hasil penelitian


Citra Maesari1 , Rusdial Marta2 , Yusnira3, (2019) Penerapan Model
Pembelajaran Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Sekolah Dasar

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dengan


penerapan model pembelajaran Problem Solving untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas IV SD Negeri 004
Bangkinang Kota tahun ajaran 2019/2020 dapat disimpulkan sebagai berikut:
 Model pembelajaran Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas IV SD Negeri 004
Bangkinang Kota berjalan dengan baik dapat dilihat dari hasil tes. Hasil
tes pada siklus 1 pertemuan I menunjukkan ada 4 orang siswa (33,33%)
dari 12 siswa yang termasuk tuntas dengan kategori sangat kurang
termasuk tuntas dengan kategori cukup (70-79%), sedangkan pada siklus
2 pertemuan 1 menunjukkan ada 9 orang siswa (75%) dari 12 orang siswa
yang termasuk tuntas dengan kategori cukup (70- 79%), dan pada siklus 2
pertemuan II menunjukkan ada 10 orang siswa (83,33%) dari 12 orang
siswa yang termasuk tuntas dalam kategori baik (80-89%).
 proses meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
SD Negeri 004 Bangkinang Kota dengan model pembelajaran Problem
Solving yaitu, a) siswa dilibatkan secara langsung dengan soal cerita,
kemudian mencari data-data yang diketahui dan data yang ditanyakan,
serta menyajikan masalah secara sistematis, b) siswa menemukan solusi
dari masalah serta menghubungkan data yang ditanyakan dan memilih
konsep, rumus, atau strategi yang akan digunakan, c) siswa dapat
menyelesaikan model matematika meliputi kemampuan pengerjaan dan
perhitungan serta kemampuan mengembangkan rumus atau strategi yang
dipilih, d) siswa dapat dan mampu menafsirkan solusi, yaitu memeriksa
kembali jawaban yang didapat dan menarik kesimpulan atas jawaban
tersebut

12. model pembelajaran Think Pair Share


link akses :
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISD/article/view/10127

a. Pengertian
Kurniasih dan Berlin Sani (2016) menyatakan bahwa “Model
pembelajaran think-pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah
jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Frang Lyman dan
Koleganya di universitas Maryland”. Prosedur yang digunakan dalam TPS
dapat memberikan siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan
saling bantu satu sama lain. Dengan metode ini siswa dilatih untuk
mengutarakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain dengan tetap
mengacu kepada materi pembelajaran
b. langkah-langkha model pembelajaran Think Pair Share
langkah-langkah model pembelajaran Think Pair Share yaitu (Sumber :
Arends, 1997 disadur Tjokrodihardjo, 2003 dalam Badar, 2014):
 Langkah 1 Berpikir (Thinking) Guru mengajukan suatu pertanyaan atau
masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa
menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sediri jawaban atau
masalah.

 Langkah 2 Berpasangan (Pairing) Selanjutnya guru meminta siswa untuk


berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi
selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu
pertanyaan yang diajukan, atau menyatukan gagasan apabla suatu masalah
khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru member waktu tidak lebih
dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

 Langkah 3 Berbagi (Sharing) Pada langkah akhir guru meminta pasangan


untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal
ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan lainnya
dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapatkan
keasempatan untuk melaporkan

c. Keunggulan model Think Pair Share :


 Dapat meningkatkan daya nalar siswa, daya kritis siswa dan analisis
terhadap suatu permasalahan.
 Meningkatkan kerja sama antara siswa karena mereka dibentuk dalam
kelompok.
 Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menghargai
pendapat orang lain
 Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat sebagai
implementasi ilmu pengetahuannya.
 Guru lebih memungkinkan untuk menambahkan pengetahuan anak ketika
selesai diskusi

d. Nama peneliti, tahun dan judul serta Hasil penelitian


I.W. Daniel Winantara, I Nyoman Laba Jayanta. (2017). Penerapan
Model Pembelajaran TPS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas
V SD No 1 Mengwitani

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan,


dapat ditarik kesimpulan, yaitu model pembelajaran think pair share dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD No. 1 Mengwitani tahun
ajaran 2016/2017. Hal itu terlihat dari hasil tindakan pada siklus I dan II yang
telah mengalami peningkatan persentase rata-rata hasil belajar siswa pada
siklus I mencapai 75,31% dengan kategori sedang dan pada siklus II
persentase rata-rata hasil belajar meningkat menjadi 80,15% dengan kategori
tinggi. Dengan ketuntasan belajar siswa pada siklus I sebesar 65,62% dan pada
siuklus II mencapai 87,5% sehingga telah tercapai indikator keberhasilan
sebesar 75%

13. Model pembelajaran Grup Investigasi Link


akses :
https://www.edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/1398/pdf

a. Pengertian
Shoimin (2019: 81) menyebutkan bahwa model pembelajaran group
investigation adalah suatu model pembelajaran yang lebih menekankan pada
pilihan dan kontrol siswa dari pada menerapkan teknik-teknik pengajaran di
ruang kelas. Selain itu juga memadukan prinsip belajar demokratis di mana
siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik dari tahap awal
sampai akhir pembelajaran termasuk di dalamnya siswa mempunyai
kebebasan untuk memilih materi yang akan dipelajari sesuatu dengan topik
yang sedang dibahas.

b. Langkah-langkah model Grup Investigasi


Menurut Istarani (2018: 87) model pembelajaran group investigation adalah
model pembelajaran yang dimulai dengan pembagian kelompok. Selanjutnya
guru beserta anak didik memilih topik-topik tertentu sesuai permasalahan-
permasalahan yang dapat dikembangkan dari topik-topik itu. Setelah topik
dan permasalahannya sudah disepakati, peserta didik beserta guru menentukan
model penelitian yang dikembangkan untuk memecahkan masalah.

c. Keunggulan model pembelajaran Grup Investigasi

Menurut Kurniasih dan Sani (2015), model pembelajaran group


investigation memiliki kelebihan yaitu sebagai berikut;

 Model pembelajaran Group Investigation memiliki dampak positif dalam


meningkatkan prestasi belajar siswa.
 Penerapan model ini mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat
meningkatkan motifasi belajar siswa.
 Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan
berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang.
 Model ini juga melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya.
 Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai
dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
d. Nama peneliti, Tahun, judul, dan hasil penelitian
Riani Angreni Buaton1*, Anton Sitepu2 , Darinda Sofia Tanjung3
( 2021) Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar

Berdasarkan pembahasan bab ini peneliti menguraikan simpulan,


implikasi, keterbatasan penelitian, dan saran yang disusun berdasarkan seluruh
kegiatan penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe
Group Investigation terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Swasta Advent
Timbang Deli Medan Tahun Pembelajaran 2020/2021 sebagai berikut:
 Pada kelas IV dengan materi pembelajaran tema Daerah Tempat Tinggalku
Subtema Keunikan Tempat Tinggalku Pembelajaran di SD Swasta Advent
Timbang Deli Medan Tahun Pebelajaran 2020/2021 kelas IV adalah nilai
rata-rata Pretest 53,8 dengan kategori kurang.
 Pada kelas IV dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe
Group Investigation pada mata materi tema Daerah Tempat Tinggalku
subtema Keunikan Tempat Tinggalku Pembelajaran di SD Swasta Advent
Timbang Deli Medan Tahun Pembelajaran 2020/2021 kelas adalah nilai
rata- rata Posttest 87,13 berada dengan kategori baik sekali.
 Pada Kelas IV dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe
Group Investigation pada mata materi tema Daerah Tempat Tinggalku
Subtema Keunikan Tempat Tingalku Pembelajaran di SD Swasta Advent
Timbang Deli
Medan Tahun Pembelajaran 2021/2021 kelas IV hasil angket siswa rata-
rata Angket Test 53,71 dengan kategori sangat tinggi.
 Berdasarkan hasil normalitas dengan menggunakan taraf signifikan 5% atau
0,05 dengan Lhitung < Ltabel yaitu 0,142< 0,934. Dari hasil uji korelasi
sebesar 0,650 artinya rhitung > rtabel yaitu 0,640 > 0,361. Berdasarkan
perhitungan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model
pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation terhadap hasil belajar siswa
pada tema daerah tempat tinggalku subtema keunikan daerah tempat tinggalku
di SD Swasta Advent Timbang Deli Medan Tahun Pembelajaran 2020/2021
dengan thitung > ttabel dimana 4,786> 1,703 pada taraf signifikan α = 0,05.
Siswa dengan tema daerah tempat tinggalku subtema keunikandaerah tempat
tinggalku. Dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak.
 Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan menerapkan model
pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation juga dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada tema Daerah Tempat Tinggalku di kelas IV SD
Swasta Advent Timbang Deli Medan Tahun Pembelajaran 2020/2021

14. Model Pembelajaran TIRU

a. Pengertian
Sekilas TIRU dapat membahasakan respons pembelajar
terhadap subjek pembelajaran. Subjek yang dipelajari diserap, ditiru,
disalin, dikopi secara kognitif dan diterapkan serta ditampilkan
dalam sikap. Namun sesungguhnya TIRU di sini dipakai sebagai
akronim dari prosedur penerapan pendekatan Penyelidikan Apresiatif (PA)
atau Appreciative inquiry (AI) approach dalam pembelajaran. Modifikasi
Pendekatan Apppreciative Inquiry menjadi TIRU didasari kebutuhan praktis
dalam konteks keberlakuan Kurikulum 2013 di Indonesia yang
menggunakan pendekatan berbasis teks dan pengelolaan pembelajaran
berpusat siswa.

b. Langkah-langkah Penerapannya

Langkah-langkah Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Tiru


Model. Proses pembelajaran dengan metode tiru model adalah:
1. Sebuah model yang dipilih guru dibaca bersama-sama di kelas.
2. Kemudian, dibaca pula analisis model itu (setiap model disertai sedikit
analisis mengenai bagus tidaknya tulisan itu dan menelurusi jalan
pikiran penulisnya ketika menciptakan tulisan itu, melihat sistematika
penulisannya).
3. Guru mengajak para siswa memikirkan objek-objek lain yang kira-
kira dapat dituliskan dengan menggunakan pola, gaya, atau cara-cara
yang dipakai dalam model itu.
4. Selanjutnya siswa menuliskan idenya yang sejalan dengan model yang
dibahas itu.
5. Siswa menuliskarangan dengan waktu yang cukup.
6. Setelah selesai, tugas siswa dikumpulkan dan diperiksa,
kemudiandijanjikan kapan pekerjaan mereka dikembalikan.
7. Guru harusmengembalikan tugas siswa sesuai dengan waktu yang
telah dijanjikan. Ketika mengembalikan karangan-karangan itu,
gurumembahas kesalahan-kesalahan yang umumnya dilakukan
siswaSedangkan kesalahankesalahan yang dilakukan siswa tertentu
cukup ditulis di kertas siswa yang bersangkutan untuk kemudian
diselesaikan secara khusus antara guru dengan siswa
c. Kelebihan Model Tiru

Kelebihan dan Kelemahan Metode Tiru Model Suatu metode atau teknik
pembelajaran tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan metode
tiru model adalah:

1. Anak dalam pembelajaran di kelas lebih mudah dikondisikan


karenaanak menjadi aktif dengan kegiatan masing-masing.
2. Tugas guru dalam proses pembelajaran menjadi lebih ringan danmudah
karena guru hanya menyediakan bahan yang dijadikan modeldan
memeriksa tulisan anak.
3. Adanya latihan yang menunjang kemampuan menulis anak
karenalatihan menulis yang dilakukan anak akan merefleksikan
kemampuan menulis semakin sering berlatih maka anak akan semakin
mahir dalam menulis.

Kegiatan pembelajaran melalui metode ini bisa dilakukan di dalam dan di


luar kelas.
https://www.researchgate.net/publication/330161513_ARTIKEL_MODEL_PEM
BELAJARAN_TIRU

15. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


a. Pengertian
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam implementasinya sangat
memerlukan tekad, inovasi dan kesabaran guru dalam merancang pembelajaran
sehingga peserta didik benar-benar menjadi tertarik untuk mengikuti
pembelajaran. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru merasa
lebih ringan pekerjaannya, karena untuk memahami materi pelajaran guru sudah
dibantu oleh siswa sehingga penanganan kesulitan belajar siswa lebih mudah.
Bagi siswa dapat memperoleh pengalaman hidup bersama melalui kerja sama
dalam kelompok, mampu memberikan sikap positif dan percaya diri, karena
dalam pembelajaran ada saling ketergantungan positif. Ketergantungan semacam
ini selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok
dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Jadi hal yang
menarik dari pembelajaran ini adalah adanya harapan selain memiliki dampak
pembelajaran, yaitu berupa peningkatan hasil belajar peserta didik (student
achievement) juga mempunyai dampak pengiring seperti keterampilan sosial.
Keterampilan sosial ini mutlak diperlukan dalam kehidupan keluarga, sekolah,
masyarakat dan kehidupan bernegara.
b. Langkah-langkah Penerapannya

Langkah - langkah penerapannya adalah sebagai berikut.

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran.


2. Menyajikan informasi.
3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok - kelompok belajar.
4. Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar.
5. Evaluasi .
6. Memberikan penghargaan

c. Keunggulan Model Kooperatif STAD


 Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial
 Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,
keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan;
 Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial;
 Mengajarkan siswa untuk membangun komitmen
dalam mengembangkan kelompoknya;
 Memacu kreatifitas siswa dengan adanya kesempatan untuk bertukar ide
dengan siswa lainnya.

https://www.neliti.com/publications/119310/pengaruh-model-
pembelajaran- kooperatif-tipe-stad-terhadap-hasil-belajar-matemati

4. Model Snowball Throwing

Model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing adalah suatu


model pembelajaran yang diawali dengan pembentuka kelompok yang diwakili
ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa
membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar
ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang
diperoleh” ( Huda 2013 : 226).

Model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat


menigkatkan aktivitas dan kreatifitas siswa, melatih siswa belajar mandiri dalam
pengetahuan berdasarkan diskusi, mengembangkan kemampuan berpikir siswa
dalam mendiskusikan dan meyelesaikan tugas belajar, mengembangkan
kemampuan mengemukakan pendapat, meningkatkan kemampuan menjelaskan
kembali materi yang diperoleh berdasarkan diskusi, dan meningkatkan hasil
belajar siswa.

Langkah-langkah Penerapannya

Langkah - langkah model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing


menurut ( Kusworo ) adalah sebagai berikut.

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan


2. Menjelaskan materi.
3. Siswa berdiskusi tentang materi yang sudah di jelaskan guru, masing
masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu
pertanyaan saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan guru dan
didiskusikan dengan teman kelompoknya.
4. Kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilemparkan dari satu siswa ke
siswa lainnya.
5. Setelah siswa dapat satu bola dan dilempar atau satu pertanyaan diberi
kesempatan kepada teman untuk menjawab pertanyaan yang ditulis dalam
kertas berbentuk bola tersebut.
6. Secara bergantian siswa membacakan pertanyaan dan jawabannya.
7. Evaluasi.
8. Penutup.

Keunggulan Model Snowball Throwing

Kelebihan model pembelajaran snowball throwing adalah sebagai berikut.

1. Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dan bersumber


pada materi yang diajarkan, serta memberikan pengetahuan;
2. Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi
pelajaran yang dipelajari;
3. Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam menggunakan pertanyaan;
4. Melatih siswa menjawab pertanyaan;
5. Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topic yang
sedang dibicarakan;
6. Dapat mengurangi rasa takut dalam bertanya;
7. Siswa lebih mengerti makna kerja saman;
8. Siswa akan memahami makna tanggung jawab

https://unma.ac.id/jurnal/index.php/CP/article/view/593
5. Model Snowball Throwing

Model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing adalah suatu


model pembelajaran yang diawali dengan pembentuka kelompok yang diwakili
ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa
membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar
ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang
diperoleh” ( Huda 2013 : 226).

Model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat


menigkatkan aktivitas dan kreatifitas siswa, melatih siswa belajar mandiri dalam
pengetahuan berdasarkan diskusi, mengembangkan kemampuan berpikir siswa
dalam mendiskusikan dan meyelesaikan tugas belajar, mengembangkan
kemampuan mengemukakan pendapat, meningkatkan kemampuan menjelaskan
kembali materi yang diperoleh berdasarkan diskusi, dan meningkatkan hasil
belajar siswa.

Langkah-langkah Penerapannya

Langkah - langkah model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing


menurut ( Kusworo ) adalah sebagai berikut.

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan


2. Menjelaskan materi.
3. Siswa berdiskusi tentang materi yang sudah di jelaskan guru, masing
masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu
pertanyaan saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan guru dan
didiskusikan dengan teman kelompoknya.
4. Kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilemparkan dari satu siswa ke
siswa lainnya.
5. Setelah siswa dapat satu bola dan dilempar atau satu pertanyaan diberi
kesempatan kepada teman untuk menjawab pertanyaan yang ditulis dalam
kertas berbentuk bola tersebut.
6. Secara bergantian siswa membacakan pertanyaan dan jawabannya.
7. Evaluasi.
8. Penutup.

Keunggulan Model Snowball Throwing

Kelebihan model pembelajaran snowball throwing adalah sebagai berikut.

1. Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dan bersumber pada


materi yang diajarkan, serta memberikan pengetahuan;
2. Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi
pelajaran yang dipelajari;
3. Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam menggunakan pertanyaan;
4. Melatih siswa menjawab pertanyaan;
5. Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topic yang
sedang dibicarakan;
6. Dapat mengurangi rasa takut dalam bertanya;
7. Siswa lebih mengerti makna kerja saman;
8. Siswa akan memahami makna tanggung jawab
https://unma.ac.id/jurnal/index.php/CP/article/view/593

16. Model Pembelajaran Team Assited Individualization (TAI)


a. Pengertian
Model pembelajaran Team Assited Individualization (TAI)
memiliki dasar pemikiran yaitu untuk mengadaptasi pembelajaran terhadap
pembelajaran individual berkaitan dengan kemampuan siswa maupun
pencapaian prestasi siswa. Team Assited Individualization (TAI) termasuk
dalam pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran Team Assited
Individualization (TAI) siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4
sampai 5 siswa) yang heterogeny yang selanjutnya diikuti dengan pemberian
bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Dengan
pembelajaran kelompok diharapkan para siswa dapat meningkatkan pikiran
kritisnya, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.
b. Langkah-langkah model Team Assited Individualization (TAI) meliputi:
 Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi
pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru
 Guru memberikan kusi kepada siswa secara individual untuk mendapatkan
skor dasar atau skor awal
 Guru membentuk beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 sampai
5 orang siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda
 Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam
diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban
teman satu kelompok
 Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan
memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang sudah dipelajari
 Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual
 Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis
c. Kelebihan model Pembelajaran Team Assited Individualization (TAI) meliput

 Meningkatkan hasil belajar


 Meningkatkan motivasi belajar
 Model pembelajaran Team Assited Individualization (TAI) membantu
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dan
mengurangi anggapan banyak peserta didik bahwa matematika itu sulit
 Pada model pembelajaran Team Assited Individualization (TAI) peserta
didik mendapatkan penghargaan atas usaha mereka
 Melatih peserta didik untuk bekerja secara kelompok, melatih keharmonisan
dalam hidup bersama atas dasar saling menghargai. Penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assited Individualization (TAI) dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah secara
berkelompok. Guru memberikan tugas individu untuk dikerjakan secara
mandiri.
17. Model Pembelajaran Open-Ended Learning (OEL)
a. Pengertian
Pembelajaran terbuka yang sering dikenal dengan istilah Open-
Ended Learning (OEL) merupakan proses pembelajaran yang didalamnya
tujuan dan keinginan individu peserta didik dibangun dan dicapai secara
terbuka. Tidak hanya tujuan, Open-Ended Learning (OEL) bisa merujuk pada
cara-cara untuk mencapai maksud dari tujuan pembelajaran itu sendiri.

b. Langkah-langkah
 Pemberian masalah
 Memahami masalah
 Membandingkan dan mendiskusikan
 Menyimpulkan

c. Kelebihan
 Siswa dapat berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering
mengekspresikan idenya
 Siswa memimiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan
pengetahuan dan keterampilan secara komperenship
 Siswa dengan kemampuan rendah dapat merespon dengan baik
Guru harus menyadari pembelajaran memiliki sifat yang kompleks
karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis secara
bersamaan. Aspek pedagogis menunjuk pada kenyataan bahwa pembelajaran
berlangsung dalam satu lingkungan pendidikan. Aspek psikologis menunjuk
pada kenyataan bahwa peserta didik pada umumnya memiliki taraf
perkembangan yang berbeda, yang menuntut materi yang berbeda pula.
Aspek didaktis menunjuk pada pengaturan belajar peserta didik oleh guru.
Proses belajar hakikatnya mengadakan hubungab sosial dalam pengertian
peserta didik berinteraksi dengan peserta didik lain dan berinteraksi dengan
kelompoknya. Dalam hal ini, guru harus menentukan secara tepat jenis
belajar manakah yang paling berperan dalam proses pembelajaran tertentu,
dengan mengingat kompetensi dasar yang harus dicapai.
18. Model Pembelajaran VAK (Visualization, Auditory, Kinestethik)
a. Pengertian
Model pembelajaran VAK (Visualization, Auditory, dan
Kinestethic) adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan ketiga gaya
belajar yaitu (melihat, mendengar dan bergerak) setiap individu dengan cara
memanfaatkan potensi yang telah dimiliki dengan melatih dan
mengembangkannya, agar semua siswa terbiasa belajar siswa terpenuhi.
b. Langkah-langkah
 Tahap persiapan (kegiatan pendahulu)
 Tahap penyampaian (kegiatan eksplorasi)
 Tahap pelatih
 Tahap mempresentasikan hasil

c. Keunggukan
 Pembelajaran akan lebih efektif, karena mengombinasikan ketiga gaya
belajar
 Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah dimiliki oleh
pribadi masing-masing
 Memberikan pengalaman lagsung kepada siswa
 Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan dan
memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik seperi demonstrasi,
percobaan observasi, dan diskusi aktif
 Mampu menjangkau setiap gaya pembelajarann siswa
 Siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terlambbat oleh siswa
yang dalam belajar karena model ini mampu melayani kebutuhan siswa
yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.

19. Model Pembelajaran Example Non Example


a. Pengertian
Hary Kurniadi (2010:1) menyatakan bahwa model pembelajaran
Example Non Example merupakan model pembelajaran yang menggunakan
gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun
dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah
bentuk deskriptif singkat mengenai apa yang ada didalam gambar.

b. Langkah-langkah
 Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
 Guru menempelkan gambar pada papan tulis
 Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisis gambar
 Melalui diskusi kelompok, hasil diskusi dari analisis gambar dicatat dalam
kertas
20. Model Pembelajaran Bamboo Dancing
a. Pengertian
Bamboo Dancing atau yang biasa di sebut dengan tarian bambu merupakan
modifikasi dari lingkaran kecil lingkaran besar. Model Bamboo Dancing
dikembangkan oleh Spanser Kagan. Pembelajaran tipe bamboo dancing sering
juga disebut tari bambu, karena siswa belajar dan saling berhadapan dengan
strategi yang mirip dua potong bambu yang digunakan dalam tari bamboo
Fillipina yang juga popular di beberapa daerah di Indonesia.

b. Langkah-langkah
 Separuh jumlah siswa dikelas atau seperempatnya jika jumlah siswa terlalu
banyak berdiri berjajar. Jika ada cukup ruang, siswa bisa berjajar didepan
kelas. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar disela-sela deretan bangku.
Cara yang kedua ini akan memudahkan kelompok karena diperlukan waktu
relative singkat
 Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
 Dua siswa yang berpasangkan dari kedua jajaran pindah keujung lainnya
dijajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser, dengan cara ini masing-masing
mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan
sesuai dengan kebutuhan.

c. Kelebihan
 Siswa dapat bertukar pengalaman dan pemgetahuan dengan sesamanya
dalam proses pembelajaran
 Meningkatkan kecerdasan sosial dalam hal kerja sama di antara siswa
 meningkatkan toleransi antar sesama siswa Peserta didik dapat dikatakan
aktif dalam belajar jika sudah mampu menerapkan kelima aktivitas belajar
seperti mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengelola
informasi dan mengkomunikasikan. Untuk mewujudkan aktivitas belajar
tersebut dibutuhkan model pembelajaran yang interaktif.
Salah satu model pembelajaran yang ditawarkan adalah model
pembelajaran kooperatif tipe bamboo dancing dimana siswa akan bertukar
informasi, pengalaman dan pikiran dalam sintaks pergeseran peserta didik.

A. Strategi Penguatan Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar

1. Inovasi Strategi Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat pada Satuan


Pendidikan Dasar

Secara teoritik pendidikan karakter mesti dilakukan secara kolaboratif


antara keluarga, sekolah, dan masyarakat (Perdana, 2018; Dewi, 2018). Halini
penting agar prinsip pendidikan karakter secara berkelanjutan dapat
terlaksana, tidak terdapat perbedaan pemahaman dan pandangan tentang
pendidikan karakter. Kesesuaian pandangan dan penanganan antara keluarga,
sekolah, dan masyarakat merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan
karakter (Amin, 2018; Hidayati, 2016). Terdapatnya kesesuaian dan
kesepahaman tentang pendidikan karakter oleh ketiga sumbu pendidikan ini,
menjadikan anak tidak mengalami kebingungan ataupun kebimbangan dalam
menentukan keputusan berperilaku baik. Berdasarkan Permendikbud No. 20
Tahun 2018, tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dilaksanakan di
Tripusat pendidikan, sehingga terdapat konsep PPK berbasis kelas, PPK
berbasis sekolah, dan PPK berbasis masyarakat. PPK berbasis kelas adalah
PPK yang dilaksanakan di kelas melalui proses pembelajaran dan berbagai
aktivitas di kelas, pengkondisian kelas, dan atribut-atribut kelas yang
mendukung terbentuknya karakter baik siswa. PPK berbasis budaya sekolah
adalah PPK yang dilaksankan di sekolah melalui berbagai program kerja
sekolah, pengkondisian lingkungan dan budaya sekolah, terpasangnya atribut-
atribut yang mendukung terbentuknya karakter baik di tempat-tempat strategis
di lingkungan sekolah. Dalam hal ini pimpinan sekolah dan semua staf
bertanggungjawab dalam pelaksanaan PPK berbasis budaya sekolah ini.
Selanjutnya PPK berbasis masyarakat, yaitu penguatan pendidikan karakter
yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan untuk membentuk karakter siswa
dengan melibatkan masyarakat (Fajri & Mirsal, 2021; Agus Supian,2021).

Pendekatan PPK berbasis masyarakat dilakukan dengan memperkuat


peranan orang tua sebagai pemangku kepentingan utama pendidikan,
memperkuat peranan komite sebagai lembaga partisipasi masyarakat,
melibatkan dan memberdayakan potensi lingkungan sebagai sumber belajar,
serta menyinergikan implementasi PPK dengan berbagai program di lingkup
akademisi, pegiat pendidikan, lembaga swadaya masyarakat, dan lembaga
informasi (Priyanasari & Susanti, 2021). Strategi PPK berbasis masyarakat
juga dilakukan dengan penyamaan persepsi tentang visi sekolah dengan
semua stakeholder, pemetaan profil orang tua, pembentukan komite sekolah,
sosialisasi dan pelibatan penguatan pendidikan karakter kepada orang tua dan
masyarakat / komite sekolah, pendampingan kepada orang tua secara
berkelanjutan, komunikasi intensif dengan orang tua dan masyarakat / komite,
serta pelibatan secara aktif orang tua dalam berbagai kegiatan sekolah
(Anshori, 2017; Priyanasari & Susanti, 2021). Dalam buku Panduan
Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat dijelaskan langkah-
langkah PPK berbasis masyarakat adalah idenifikasi dan analisis kebutuhan
sekolah, identifikasi partisipasi masyarakat, membangun jejaring dan
komunikasi, mendesain kegiatan PPK secara bersama-sama, implementasi
program, evaluasi program, dan menjaga keberlanjutan program. Terdapat
enam tipe kerjasama sekolah dengan orangtua yaitu: parenting, komunikasi,
volunteer, keterlibatan orangt tua pada pembelajaran anak di rumah,
pengambilan keputusan, dan kolaborasi dengan kelompok masyarakat (Amma
et al., 2020).

Langkah-langkah atau tahapan implementasi PPK berbasis masyarakat


di satuan pendidikan dasar diatur dalam Permendikbud No.20 Tahun 2018.
Langkah-langkah tersebut meliputi identifikasi dan analisis kebutuhan
sekolah, identifikasi partisipasi masyarakat, membangun jejaring dan
komunikasi, mendesain program secara bersama-sama, implementasi
program, dan evaluasi program.

Penguatan Pendidikan karakter (PPK) berbasis masyarakat oleh


satuan pendidikan berperan strategis dalam membentuk peserta didik yang
berkarakter, yang mampu melakukan olah pikir, olah rasa/hati, olah karsa,
dan olah raga secara proporsional. Keberlanjutan implementasi penguatan
pendidikan karakter berbasis masyarakat merupakan hal yang mesti
diupayakan oleh setiap satuan pendidikan. Inovasi strategi penguatan
pendidikan karakter berbasis masyarakat menjadi point penting dalam
keberlanjutan tersebut. Salah satu media yang digunakan satuan pendidikan
dasar dalam penguatan pendidikan karakter berbasis masyarakat adalah
Buku Pantauan Kegiatan Penguatan Nilai-nilai Karakter Siswa. Penguatan
pendidikan karakter berbasis masyarakat juga dikemas dengan komunikasi
dan pembelajaran berbasis IT, meskipun dalam implementasinya masih
ditemukan beberapa kendala.

2. Penguatan Pendidikan Karakter melalui Literasi Digital di SD


Sekarang ini terjadi perubahan peradaban manusia yang ditandai
dengan berubahnya kebudayaan, kemasyarakatan, dan pendidikan tanpa
terkecuali. Guru sebagai fasilisator dalam pembelajaran tentunya juga harus
memahami teknologi yang berkembang pada saat ini supaya bisa
membimbing peserta didik agar tidak terjerumus pada dampak buruk
teknologi pada saat ini (Wijanarti, W., Degeng, I. N. S., & Untari,
2019)Dalam menghadapi era globalisasi, diperlukan adanya tempat untuk
menyampaikannya, salah satunya melalui bidang pendidikan.

Sekolah saat ini telah menjadi tumpuan untuk menguatkan


pendidikan karakter dengan berbagai macam strategi, termasuk diantaranya
adalah kurikukum, penegakan disiplin, manajemen kelas, baik melalui
progam progam sekolah yang sudah direncanakan (Isbadrianingtyas, N.,
Hasanah, M., & Mudiono, 2016) Pembentukan karakter pada anak sekolah
dasar bisa dengan cara menanamkan pedidikan karakter secara konsisten
dan berkelanjutan, baik dari keluarga, sekolah maupun lingkungan
masyarakatnya (Kurniawan, 2015).
Sekolah harus mempunyai strategi untuk mengatasi krisis karakter
melalui Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). PPK ini harus
mengembangkan lima nilai karakter termasuk diantaranya adalah religius,
nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Krisis karakter
seperti ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan media digital. Seperti yang
kita ketahui bahwa sekarang kita memasuki era digitalisasi.
Wiyani (Anjarwati et al., 2021) menerangkan bahwa ada enam pilar
pendidikan karakter, yaitu kewarganegaraan, keadilan, kepercayaan,
tanggung jawab, kepedulian, dan respek. Dalam keberhasilan ini
dikarenakan adanya sebuah kelebihan berdasarkan literasi digital masih ada
kelebihan pada literasi digital bagi peserta didik yaitu: sumber bacaan yang
beragam, tidak sulit dan cepat ditemukan, memaksimalkan waktu, praktis,
dan bermacam-macam. Seperti yang diketahui bahwa kehidupan yang
terjadi di abad 21 begitu penuh dengan tantangan juga persaingan. Adanya
teknologi pembelajaran mendorong peserta didik agar dapat menjelajahi
informasi yang ikut serta dalam interaksi langsung dan bekerjasama untuk
mempertegas keterampilan abad 21. Selain memberikan kesempatan kepada
orang-orang dengan kecakapan hidup dan multiliterasi untuk meningkatkan
kemampuan fisik, mental dan intelektual siswa, hal ini berdampak kuat pada
tingkat depresi yang tinggi. Peserta didik harus mempunyai karakter yang
sangat kuat untuk menghadapi tantangan abad ke-21. Peningkatan
pendidikan karakter melalui

literasi digital dapat menjadi strategi menghadapi era 4.0. Melalui literasi
digital, upaya penguatan 5 karakter dasar seperti nasionalisme, religiusitas,
kemandirian, integritas dan gotong royong dapat ditumbuhkan dan
dikembangkan secara sistematis dan efektif (Agustini, R., & Sucihati, 2020)
Menerapkan literasi digital pada pendidikan karakter peserta didik
dapat diterapkan dengan beberapa cara. Diantaranya penguatan pemahaman
nilai-nilai kepribadian, penerapan literasi digital berbasis pendidikan
karakter, pemberdayaan pengelolaan kelas, dan pemahaman konsep diri
peserta didik (Knutsson, 2019). Dengan hadirnya kegiatan literasi digital di
sekolah menawarkan tujuan dan manfaat untuk membangun dan
meningkatkan karakter siswa di era digital. Untuk membentuk karakter
siswa, konten buatan pendidik harus dilihat menggunakan platform digital
seperti YouTube, dan aktivitas literasi digital dilihat oleh siswa secara kritis
dalam pemecahan masalah. Tujuan diadakannya kegiatan literasi digital
adalah untuk meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran,
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, dan meningkatkan
bonding siswapendidik. Dengan cara ini, pendidikan karakter di era digital
saat ini terbentuk (Dewi, Hamid, et al., 2021)..
Penguatan pendidikan karakter melalui literasi digital di sekolah
dasar dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter berdasar dari karakter
dasar yang dimiliki seseorang dan berasal dari nilai moral global yang
sifatnya otoriter, disebut juga sebagai the golen rule. Ketika berdasar pada
nilai-nilai tersebut, pendidikan karakter akan mempunyai
tujuan yang terarah. Peningkatan pendidikan karakter melalui literasi
digital dapat menjadi strategi Menghadapi era 4.0. Melalui literasi digital,
upaya penguatan 5 karakter dasar seperti nasionalisme, religiusitas,
kemandirian, integritas dan gotong royong dapat ditumbuhkan dan
dikembangkan secara sistematis dan efektif. Dengan hadirnya kegiatan
literasi digital di sekolah menawarkan tujuan dan manfaat untuk
membangun dan meningkatkan karakter siswa di era digital

2. Strategi Pembelajaran Kreatif Inklusi

a. Pengertian
Pendidikan Inklusi diartikan sebagai sistem penyelenggaraan
pendidikan kepada peserta didik yang memiliki kelainan dan potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa.
Pendidikan inklusi dilaksanakan sejajar dengan praktik pendidikan
pada umumnya (Herawati, 2016). Demikian, diharapkan praktik
pendidikan mengedepankan prinsip keanekaragaman dan tidak
diskriminatif. Namun, praktik pendidikan inklusi di jenjang sekolah dasar
memerlukan perhatian lebih. Layanan pendidikan yang mengikutsertakan
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) belajar bersama dengan non-ABK
usia sebaya menyisakan tantangan. Masih ditemukan enggannya sekolah
menerima peserta didik dengan kondisi berkebutuhan khusus (Sari,
2017). Satu diantaranya dikarenakan kurangnya kesiapan tenaga pendidik
memilih metode, maupun sumber belajar yang sesuai dengan
heterogenitas kelas (Saputra, 2016).

b. Langkah-langkah Penerapannya
Implementasi pendidikan inklusif pada saat pengajaran dikelas
harus mengupayakan sikap tidak diskriminatif, pengakuan dari semua
pihak kepada seluruh peserta belajar, pemberian fasilitas dan
lingkungan yang aman terhadap setiap individu anak.

c. Keunggulan Strategi Inklusi

Adapun keunggulan dari pendidikan inklusi sebagai strategi


pembelajaran adalah sebagai berikut.

 Hak dan kewajiban yang sama dengan peserta didik reguler lainnya
di kelas

 Berbagai fasilitas untuk belajar dan mengembangkan diri, terlepas


dari keterbatasannya.

 Dorongan untuk lebih percaya diri. Kesempatan untuk belajar dan


menjalin persahabatan bersama teman sebaya

Pendidikan inklusi selaku proses mengkombinasikan


seluruh peserta didik di kelas. Tentunya hal ini tidak hanya terbatas
pada kondisi normal, tetapi juga bagi Anak berkebutuhan khusus
(ABK). Secara teoritis, ABK terdiri dua kelompok, yaitu: ABK
temporer (sementara) dan permanen (tetap). Karakteristik ABK
umumnya bersinggungan dengan tingkat perkembangan fungsional.
Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensor
motorik, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep
diri, interaksi sosial serta kreativitas. Pembelajaran bagi peserta didik
ABK khususnya di jenjang Sekolah Dasar tidak hanya berfokus pada
keterampilan motorik tetapi juga untuk mampu berinteraksi dengan
lingkungan sosial. Strategi pembelajaran yang kreatif guru dapat
meningkatkan pemanfaatan tujuan, materi pembelajaran, media,
metode, evaluasi, hingga lingkungan belajar peserta didik. Adapun
strategi pembelajaran yang bisa diaplikasikan bagi peserta didik ABK
di jenjang Sekolah Dasar dengan remedial teaching, strategi deduktif,
induktif, heuristik, ekspositori, klasikal, kooperatif, hingga perubahan
perilaku. Guru diharapkan mampu mengoptimalkan prinsip
pendidikan inklusi dengan kemampuan dalam mengelola kelas. Dalam
menunjang kebutuhan tersebut, maka guru disarankan untuk
mengeksplorasi media belajar yang ramah bagi peserta didik
berkebutuhan khusus, seperti puzzle. Demikian, pembelajaran yang
tercipta mampu meningkatkan partisipasi antar peserta didik.

3. Strategi Pembelajaran Ekspositori

Strategi atau rencana Pembelajaran Ekspositori adalah rencana


pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal
atau lisan (bisa dilakukan dengan diskusi dan ceramah) kepada sekelompok
peserta didik, agar peserta didik mampu untuk berpikir lebih kritis dalam
menguasai materi yang dipelajari (Sanjaya, 2011:179).

Langkah-langkaah Penerapannya

Gurusinga dan Sibarani (2011:30-31) langkah-langkah penerapan dan


pengaplikasian Strategi atau Rencana Pembelajaran Ekspositori yaitu:

1. Persiapan merupakan langkah pertama kunci dari Strategi atau


Rencana Pembelajaran Ekspositori, tujuannya antara lain:
a) Membangkitkan motivasi dan minat peserta didik untuk belajar
b) Merangsang dan menmbangkitkan rasa keingintahuann pada diri
peserta didik
c) Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka dan
menyenangkan bagi peserta didik agar peserta didik merasa
tertarik dengan situasi belajar yang mereka inginkan.
2. Penyajian atau proses merupakan langkah penyampaian materi
pelajaran dari guru kepada peserta didik atau sekelompok peserta
didik yang sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan pada langkah
pertama.
3. Korelasi merupakan hubungan antara materi pelajaran dengan
pengalaman peserta didik atau dengan hal-hal lain yang
memungkinkan peserta didik dapat menangkap keterkaitannya dalam
struktur pengetahuan yang dimilikinya.
4. Menyimpulkan atau merangkum tahapan untuk memahami inti dari
materi pelajaran yang telah dipaparkan dan dijelaskan. Dalam Strategi
atau Rencana Pembelajaran Ekspositori dengan melalui langkah
menyimpulkan ini peserta didik akan mengambil intisari dan hal penting
dari proses penyajian sehingga memberi keyakinan kepada peserta didik
tentang kebenaran sesuatu paparan yang telah dijelaskan.
5. Mengaplikasikan atau menerapkan merupakan langkah yang sangat
penting dalam Strategi atau Rencana Pembelajaran Ekspositori karena
guru dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan materi peserta
didik dan tehnik yang biasa dilakukan pada langkah ini adalah
memberikan tes yang sesuai dengan materi yang telah diajarkan.

Keunggulan Strategi Ekspositori

Ekspositori merupakan strategi atau rencana pembelajaran yang banyak dan


sering digunakan dalam kegiatan mengajar. Hal ini disebabkan karena strategi atau
rencana pembelajaran ini memiliki beberapa keunggulan atau kelebihan, diantaranya:

1. Dengan menggunakan Strategi atau Rencana Pembelajaran Ekspositori ini


guru bisa mengontrol atau memeriksa urutan dan penguasaan materi
pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sampai sejauh mana
peserta didik memahami materi.
2. Strategi atau Rencana Pembelajaran Ekspositori dianggap sangat efektif dalam
proses pembelajaran di sekolah.

Strategi atau Rencana Pembelajaran Ekspositori selain efektif juga dapat


membuat peserta didik lebih mendengarkan materi pelajaran, juga sekaligus
membuat peserta didik bisa melihat atau mengobservasi materi yang disampaikan
oleh guru Berdasarkan hasil wawancara dengan guru wali kelas diperoleh informasi
bahwa pembelajaran ekspositori sangat tepat dengan pembelajaran matematika,
sebelum menggunakan strategi pembelajaran ini anak-anak sangat susah memahami.
Strategi pembelajaran ekspositori sangat tepat digunakan karena, melihat kondisi
peserta didik yang masih harus dibantu dalam pembelajarannya. Strategi
pembelajaran ekspositori juga mendorong dan mengupayakan peserta didik untuk
mendengarkan, memahami, dan saling berdiskusi. Setelah beralih menggunakan
strategi pembelajaran ekspositori kemungkinan 70% siswa mengalami peningkatan
hasil belajar matematika.

Sesuai dengan focus penelitian yang membahas penerapan dan pengaplikasian


strategi atau rencana pembelajaran ekspositori untuk meningkatkan hasil belajar
matematika, diperoleh hasil penelitian bahwa:

Strategi atau rencana Pembelajaran Ekspositori adalah rencana pembelajaran


yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal atau lisan (bisa
dilakukan dengan diskusi dan ceramah) kepada sekelompok peserta didik, agar
peserta didik mampu untuk berpikir lebih kritis dalam menguasai materi yang
dipelajari.

3. Strategi Pembelajaran Paikem

Pembelajaran yang saat ini dikembangkan ke seluruh pelosok tanah air adalah
Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau disingkat dengan
PAIKEM. Amanat Permendiknas no. 41/2007: “Proses pembelajaran pada setiap
satuan pendidikan harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, memberi ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik dan psikologis peserta didik”.

Dalam proses pembelajaran, bertanya adalah cara paling mudah dan murah untuk
meningkatkan keterampilan berfikir siswa, membuat siswa menjadi aktif, kreatif, dan
inovatif. Siswa memiliki keterampilan merumuskan pertanyaan yang mendorong
untuk membangun gagasan sendiri, berpikir alternatif, berpikir kreatif, untuk
melakukan pengamatan, dan penyelidikan sehingga mereka memberikan jawaban
yang berupa gagasan mereka sendiri.

Langkah-langkah Penerapannya

Adapun kelebihan dari strategi pembelajaran PAKEM adalah sebagai berikut.

1. Tahap pendahuluan.
2. Tahap persentasi materi.
3. Tahap membimbing pelatihan.
4. Menelaah pemahaman dan memberikan umpan balik.
5. Mengembangkan dengan memberikan kesempatan untuk pelatihan
lanjutan dan penerapan.
6. Menganalisis dan mengevaluasi

Keunggulan Strategi Pakem

Kelebihan strategi PAKEM yaitu :

1. Pakem merupakan pembelajaran yang mengembangkan kecakapan hidup.


2. Dalam pakem siswa belajar bekerja sama.
3. Pakem mendorong siswa menghasilkan karya kreatif.

Hasil karya inovasi pembelajaran “Pendidikan karakter bangsa melalui


bermain cincin akik dan emas dijari jempol tangan dalam strategi
pembelajaran PAKEM di SD” untuk mewujudkan pendidikan bermutu
menunjukan peningkatan pada setiap pembelajaran baik dikelas 5.
1. Peningkatan hasil pembelajaran dengan menggunakan inovasi permainan
mencapai 11,33 % (rata-rata hasil belajar dikelas 5 sebelum penggunakan
permainan 76,55 % rata-rata hasil belajar setelah menggunakan inovasi
permainan mencapai 86,38 %.
2. Penerapan karya inovasi pembelajaran pada siswa kelas 5 SD bianaan
sangat efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan guna menghadapi
persaingan global.
3. Aktifitas seluruh peserta didik lebih meningkat, kreatif, efektif, efesien,
dan menyenangkan, sehingga pengalaman belajar anak lebih awet dan
bisa membentuk karakter yang diharapkan.
4. Pelayanan terhadap peserta didik lebih maksimal, sehingga hasil belajar
juga lebih maksimal, yaitu terbentuknya Insan Indonesia yang cerdas,
kompetitif, dan berdaya saing tinggi melalui sikap yang sesuai nilai-nilai
karakter menuju bangsa yang bermartabat.

5. Strategi Pembelajaran Aktif

Menurut Raka Joni16mengatakan bahwa strategi belajar


mengajaradalah beberapa alternatif model, cara-cara menyelenggarakan
kegiatan belajarmengajar, yang merupakan pola-pola umum kegiatan
yang harus diikuti guru danmurid di dalam perwujudan kegiatan belajar
mengajar. Istilah lain yang jugadipergunakan dan sama maksudnya
dengan strategi belajar mengajar adalahkerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalammengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, danberfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajardalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar.

Langkah-langkah Penerapannya
• Adapun langkah-langkah Strategi pembelajaran active learning
adalah sebagai berikut. Memulai pembelajaran dengan awal yang
sederhana.
• Pengajar dapat memilih satu atau dua model teknik, kemudian di
modifikasi supaya sesuai dengan tujuan pembelajaran.
• Mengisi pembelajaran dengan aktivitas yang menarik.

Keunggulan Strategi Active Learning

Menurut Hosnan (2014:216) kelebihan dari active learning antara lain:

1. Peserta didik lebih termotivasi.


2. Mempunyai lingkungan yang aman.
3. Partisipasi oleh seluruh kelompok belajar.
4. Setiap orang bertanggung jawab dalam kegiatan belajarnya sendiri.
5. Kegiatan bersifat fleksibel dan ada relevansinya.

Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan


peserta didik berperan secara aktifdalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam
bentuk interaksi antar peserta didik maupun peserta didik denganpengajar dalam
proses pembelajaran tersebut. Strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatanpembelajaran yang harus dikerjakan guru dan pesertadidik agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secaraefektif dan efisien. Kegiatan-kegiatan kelas yang
dapat membantu untukmengarahkan peserta didik menjadi aktif antara lainadalah
Pembelajaran aktif untuk memperbaiki perilaku.

6. Strategi Pembelajaran Reciprocal Teaching

lakey dan Spence (1990) yang mengungkapkan bahwa Reciprocal


Teaching merupakan salah satu metode yang paling efektif dalam
mengembangkan proses kognitif dan metakognitif siswa selama pembelajaran.

Langkah-langkah Penerapannya

• Guru menyiapkan materi yang akan dikenai model Reciprocal


Teaching. Materi tersebut diinformasikan kepada siswa.
• Siswa mendiskusikan materi tersebut
bersama dengan satu kelompoknya
• Siswa diminta untuk membuat pertanyaan terkait materi yang
sedang dipelajari.
Keunggulan Strategi Pembelajaran Reciprocal Teaching

Kelebihan dari Reciprocal Teaching yaitu :

a) Siswa belajar dengan mengerti


b) Siswa tidak mudah lupa
c) Siswa belajar dengan mandiri
d) Siswa termotivasi untuk belajar

Potensi kedua strategi ini dalam memberdayakan retensi hasil belajar


kognitif siswa juga telah dilaporkan sebelumnya secara terpisah oleh Wicaksono
(2011) dalam penelitiannya yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh strategi
pembelajaran reciprocal teaching terhadap retensi belajar siswa. Demikian pula
dengan penelitian yang dilakukan Kolow (2012) yang menyebutkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan untuk interaksi antara strategi pembelajaran
kooperatif STAD, cooperative script, dan integrasi STAD cooperative script
terhadap retensi hasil belajar siswa. Serta yang disampaikan oleh Warrouw (2009)
bahwa pengaruh strategi pembelajaran Cooperative Script (CS), Reciprocal
Teaching (RT), CS+M, dan RT+M tidak hanya menentukan keberhasilan siswa
tetapi juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap daya retensi siswa.

7. Strategi Pembelajaran Cooperative Script

Jacobs dkk. (1996) yang mengungkapkan bahwa strategi CS digunakan


untuk meningkatkan pemahaman dan mengembangkan kreativitas siswa selama
pembelajaran.

Langkah-langkah Penerapannya

Adapun langkah-langkah penerapan strategi pembelajaran cooperative


script adalah sebagai berikut :

• Guru membagi siswa untuk berpasangan


• Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan
membuat bahan ringkasan.
• Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan
sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai penulis.
Keunggulan Strategi Pembelajaran Cooperative Script

Kelebihan Cooperative Script menurut Hamdayama, 26 yaitu :

a) Peserta didik dilatih pendengarannya, ketelitian dan kecermatannya.\


b) Setiap peserta didik mendapatkan peran.
c) Peserta didik dilatih untuk mengungkapkan kesalahan orang lain

Potensi kedua strategi ini dalam memberdayakan retensi hasil belajar


kognitif siswa juga telah dilaporkan sebelumnya secara terpisah oleh Wicaksono
(2011) dalam penelitiannya yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh strategi
pembelajaran reciprocal teaching terhadap retensi belajar siswa. Demikian pula
dengan penelitian yang dilakukan Kolow (2012) yang menyebutkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan untuk interaksi antara strategi pembelajaran
kooperatif STAD, cooperative script, dan integrasi STAD cooperative script
terhadap retensi hasil belajar siswa. Serta yang disampaikan oleh Warrouw (2009)
bahwa pengaruh strategi pembelajaran Cooperative Script (CS), Reciprocal
Teaching (RT), CS+M, dan RT+M tidak hanya menentukan keberhasilan siswa
tetapi juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap daya retensi siswa.
8. Strategi Pembelajaran Kolaboratif Berbasis Online

Pembelajaran kolaboratif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah


pembelajaran kolaboratif dengan bantuan komputer atau yang dikenal dengan
istilah Computer-supported collaborative learning (CSCL). Pembelajaran
kolaboratif dapat dilakukan secara synchronous (komunikasi secara langsung) dan
atau asynchronous (komunikasi secara tidak langsung). Pembelajaran kolaboratif
akan berhasil jika setiap individu didalam kelompok tersebut meyakini bahwa
karya atau produk yang dihasilkan di dalam pembelajaran berkelompok akan lebih
baik daripada dikerjakan secara individu (Laal, 2013). Salah satu keuntungan dari
pembelajaran kolaboratif adalah dapat melatih siswa untuk sharing pengetahuan
yang dimilikinya dan melatih siswa bekerja secara team work.

Langkah-langkah Penerapannya

Adapun penerapan model pembelajaran kolaboratif dilakukan melalui


tahap-tahap :

• Menentukan tujuan belajar


• Membagi siswa ke dalam kelompok yang heterogen
berdasarkan hasil pre tes dan jenis kelamin.
• Melakukan diskusi kelompok dan mencatat hasil diskusi tersebut.
• Laporan dikumpulkan kemudian dikoreksi dan dikomentari.

Keunggulan Strategi Pembelajaran Kolaboratif

Suryani mengungkapkan sejumlah keunggulan dengan penerapan


pembelajaran kolaboratif, sebagai berikut:

a) Prestasi belajar lebih tinggi.


b) Pemahaman lebih mendalam.
c) Belajar lebih menyenangkan.
d) Mengembangkan keterampilan kepemimpinan.
e) Meningkatkan sikap positif
Kesimpulan dari penelitian ini adalah teknologi Pembelajaran MOOCs
Aptikom, google classroom dan asmape dapat digunakan untuk mendukung
proses pembelajaran kolaboratif secara online. Salah satu kelebihan dari teknologi
pembelajaran kolaboratif berbasis online adalah dapat mendukung di dalam
metode pembelajaran flipped classroom.

Sedangkan salah satu kelemahannya adalah dalam pengerjaan tugas atau


kuis dimana belum bisa menentukan apakah partisipan sendiri yang mengerjakan
ataukah orang lain. Aplikasi Sistem Manajemen Pengetahuan (http://asmape.com)
merupakan salah satu aplikasi LMS yang diintegrasikan dengan google drive
sehingga dapat dimanfaatkan untuk menulis paper secara bersama-sama dengan
teman kelompoknya.

9. Strategi Pembelajaran Flipped Classroom

Para pendidik saat ini menunjukkan minat yang sangat besar pada
pendekatan pengajaran inovatif yang menjawab kebutuhan zaman ini. Salah satu
pendekatan tersebut adalah model flipped classroom. Flipped classroom
merupakan suatu strategi pembelajaran yang tergolong baru. Strategi
pembelajaran ini semakin berkembang dengan kemajuan teknologi, seperti akses
internet serta software yang pendukung lainnya. Pada pembelajaran tradisional
pendidik menyampaikan materi, lalu untuk menambah pemahaman materi
tersebut maka siswa akan mengerjakan tugas di sekolah dan diberikan pekerjaan
rumah. Pada flip classroom, peserta didik berpartisipasi dalam mempersiapkan
pembelajaran melalui tontonan video, memahami powerpoint dan mengakses
sumber belajar yang disediakan oleh pendidik baik melalui e-learning atau cara
lainnya. Setelah memiliki persiapan yang lengkap di rumah, maka di kelas peserta
didik akan mampu untuk menyelesaikan masalah (problem solving), menganalisis
serta memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi.

Langkah-langkah Penerapannya

Pada situs pembelajaran inovatif kemdikbud, flipped classroom dibagi ke


dalam tiga tahapan, yaitu :

• Kegiatan siswa belajar mandiri di rumah.


• Kegiatan siswa belajar tatap muka di sekolah
• Evaluasi dan tindak lanjut

Keunggulan Strategi Pembelajaran Flipped Classroom

Kelebihan strategi Flipped Classroom adalah siswa lebih leluasa untuk


belajar mandiri di rumah dan dapat mengulang-ngulang mempelajari materinya
hingga siswa paham dan siswa lebih bertanggung jawab atas apa yang sudah
dipelajari mandiri dirumah sehingga siswa lebih matang dan lebih siap saat masuk
kelas dan pembelajaran dimulai. Siswa sudah punya pengetahuan awal sebelum
masuk kelas dan bisa bertanya saat ada bagian materi yang belum dipahami yang
butuh penjelasan dari guru.
Revolusi digital memiliki pengaruh penting di bidang pendidikan seperti
di banyak bidang lainnya. Pengaruh ini juga menyebabkan perubahan radikal di
bidang pendidikan, seperti dalam hal pendekatan pengajaran dan pembelajaran,
sehingga pendidik perlu menciptakan bentuk pembelajaran aktif yang sesuai
dengan 58 Heme, Vol I No 2 July 2019 Health & Medical Journal karakteristik
peserta didik zaman ini. Flipped classroom adalah strategi pembelajaran yang
menggunakan jenis pendekatan pembelajaran campuran (blended learning)
dengan membalikkan lingkungan belajar tradisional dan memberikan konten
pembelajaran di luar kelas (sebagian besar online), dengan memanfaatkan
kemajuan teknologi.

10. Strategi pembelajran terintegrasi


 Langkah-langkah:
Daryanto (2014: 127) menjelaskan ada beberapa langkah-langkah
yang harus diperhatikan saat merancang model integrated terkait pada
perencaan pembelajaran yang akan digunakan, yaitu:
• pemilihan tema, dalam memilih tema sebaiknya dilakukan curah
gagasan yang menumbuhkan minat, memotivasi, rasa ingin tahu
siswa dan memperhatikan sumber daya sekolah agar pembelajaran
menjadi efektif;
• guru menetapkan hasil pembelajaran yaitu pengetahuan,
keterampilan, dan sikap;
• membuat jaringan-jaringan topik pada mata pelajaran satu dengan
mata pelajaran lainnya yang dapat dipadukan secara efektif untuk
mendukung topik utama.
• menentukan dan mengembangkan kegiatan belajar. Pembelajaran
harus memuat kognitif, psikomotorik, dan afektif;
• mengembangan rancangan penilaiaan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap.
 Keunggulan:

1) Memberikan peluang dan motivasi bagi guru untuk mengembangkan


materi pembelajaran serta mendorong guru untuk mengembangkan
kreatifitas; Mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal,
menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan
antara konsep, pengetahuan, nilaiatau tindakan yang terdapat dalam
beberapa pokok bahasan atau bidang studi;
2) Menghemat waktu, tenaga dan sarana serta biaya pembelajaran,
disamping menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran.

 Nama peneliti, tahun penelitian, judul penelitian, dan hasil penelitian


1Yeni Wulandaridan 2Muhammad Kristiawan (2017)

Sekolah harus dapat memaksimalkan peran orangtua


dalam upaya penguatan karakter siswa. Karena menimbang sangat
pentingnya peran orangtua terhadap suksesnya pendidikan karakter
yang dilaksankan oleh sekolah.Strategi SD Negeri 62 Palembang
dalam upaya memaksimalkan peran orang tua untuk penguatan
pendidikan karakter bagi siswa adalah :

1) mengangkat nilai nilai karakter sebagai bagian dari


perumusan visi, misi dan tujuan lembaga, serta berusaha
keras mewujudkannya melalui kegiatan riil sehari hari,
2) membangun hubungan yang kuat dalam upaya penguatan
nilai nilai karakter bagi siswa,
3) menyiapkan pendidik yang benarbenar berjiwa pendidik
sehingga mengutamakan tugas-tugas pendidikan dan
bertanggung jawab terhadap kesuksesan pendidikan
karakter peserta didiknya,
4) mengkondisikan lingkungan sekolah yang aman, nyaman
dan menstimulasi pendidikan karakter, dan mengkondisikan
lingkungan yang islami baik dalam beribadah, bekerja,
pergaulan sosial, maupun kebersihan

B. Media – Media Yang Dapat Meningkatkan Daya dan Minat Membaca Siswa
1. Media pembelajaran games book
Akses link :
https://ejournal.upi.edu/index.php/IJPE/article/view/7494
Games Book merupakan sebuah buku yang didalamnya terdapat serangkaian
permainan menarik, yang memungkinkan akan belajar untuk mengetahui,
belajar untuk mahami, belajar untuk mengikuti dan bnelajar untuk melakukan.
Bentuk dan permaian didalam Games Book disesuiakan dengan materi dan
konsep materi yang diajarkan.

 Langkah-langkah
melalui cara permainan. Permainan terselip disebuah buku, didalam
buku tersebut terdapat variasi berbagai jenis permainan yang
memungkinkan siswa tertarik dan mengikutinya

Pada implementasi Games Book terhadap proses pembelajaran, peran


serta guru sangat diperlukan, guru perlu membuat suatu konsep Games
Book yang diselipi dengan mata pelajaran yang akan diajarkan. Misal :
guru akan mengajarkan materi penjumlahan, maka permainan catur,
dan tebak tanggal lahir dapat dijadikan suatu metode penunjang
pembelajaran, pasalnya permainan catur, dan tebak gambar
memberikan indikasi pada pemecahan masalah, proses pengenalan
angka dan proses penjumlahan. Penggunaan media haruslah diselipi
dengan bentuk evaluasi. Evaluasi terhadap kinerja siswa dimaksudkan
untuk menilai sejauhmana keaktifan siswa, respon siswa, daya
pengerjaan siswa, dan kemampuan untuk memahami isi materi dengan
media Games Book. Adapun bentuk evaluasi dilakukan dengan
berdasar atas aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
 Kelebihan
untuk memperbaiki minat baca siswa sejak dini. Pada pembelajaran
Bahasa Indonesia melalui Games Book, diharapkan siswa bisa
terdidik, dan termotivasi dalam rangka menumbuhkembangkan minat
yang dimilikinya.
 Nama peneliti, tahun penelitian, judul penelitian, hasil penelitian
Acep Saepul Rahmat (2017) Games Book sebagai Media
Peningkatan Minat Baca pada Pembelajaran Bahasa Indonesia SD
Kelas Tinggi

Berdasarkan data-data yang terhimpun melalui data kualitatif


dan kuantitatif maka dapat disimpulkan bahwa media Games Book
memberikan pengaruh terhadap minat siswa membaca, serta
memberikan pengaruh terhadap ketertarikan dalam membaca, respon
siswa, kerjasama siswa dan kinerja siswa. Sebelum adanya perlakuan
rata- rata minat baca siswa adalah berkisar 62,24% dan setelah
adanya penerapan media Games Book maka minat membaca siswa
menjadi 90,81%.Hal ini membuktikan bahwa pendapat para ahli
yang menyatakan bahwa metode dan media pembelajaran dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa, sudah terbukti, dengan hasil
keinginan kelompok. Setelah itu, soal TTS ditukarkan dengan
kelompok lain lalu dijawab. Hal ini secara tidak langsung akan
memberikan semangat tersendiri bagi peserta didik untuk
memperoleh apresiasi yang baik dari pengajarnya. Keseruan dalam
permainan ini juga meminimalisasi suasana kelas yang pasif.
Selanjutnya, program balsem plang. Baca Lima Menit
Sebelum Pulang ini yaitu program baca bacaan apa saja selama lima
menit. Peserta didik diberikan bacaan, baik dalam bentuk buku,
majalah, ataupun koran. Hal ini sangat penting, karena pengajar
seringkali mengabaikan kewajibannya sebagai „pendidik‟. Pengajar
sebaiknya tidak hanya fokus terhadap pemberian materi saja, tetapi
juga melaksanakan kewajibannya untuk mendidik pebelajar agar
memiliki budi pekerti, karakter, dan kepribadian yang luhur. Dengan
cara membaca bahan bacaan yang mendidik, sesuai dengan situasi,
dan bermanfaat, niscaya peserta didik akan mendapatkan
pengetahuan serta pemahaman mendalam tentang hal lain di luar
materi yang diajarkan, dapat bersikap dengan baik, dan berwawasan
luas.

pembuktian data kuantitatif dan kualitatif berdasarkan intrumen


penelitian dan validasi instrumen oleh guru senior, pakar pendidikan
dan teman sejawat. Implementasi suatu media dalam pembelajaran
dinilai sangat penting dilakukan, pada dasarnya media merupakan
suatu sarana dan alat bantu dalam menunjang proses pembelajaran.
Fakta dilapangan masih ada beberapa yang menganggap media justru
membuat sulit dalam pembelajaran. Pada hakikatnya pembuatan dan
implementasi media akan dinilai efektif dan mudah apabila guru
sebagai perancang mampu membuat suatu media berdasarkan dengan
kemampuan guru, kondisi lapangan serta ketersediaan sarana dan
prasarana yang memadai. Pemerintah melalui dinas pendidikan, baik
yang berada di daerah maupun pusat harus seyogyanya membantu para
guru dalam mengapresiasi dan memberikan dukungan berupa diklat
pembinaan dan pengawasan sebgaai bentuk dukungan terhadap
peningkatan kualitas dan hasil pembelajaran.Koordinasi antara guru
dan dinas pendidikan baik dengan pengawas sekolah, pengurus KKG
setempat serta sampai pada direktorat pembinaan guru dan sampai
pada tingkat kementerian perlu adanya jalinan koordinasi yang
kuat.dengan hal ini akan menjamin dan merangsang para guru untuk
terus berinovasi dan berkreasi lebih kreatif lagi.

2. Media pembelajaran scrapbook dongeng fabel


Akses link :
https://eprints.untirta.ac.id/7701/
 Langkah-langkah

1) Baca dengan Santai dan Tanggapi Jawaban Anak


Saat mendongeng, bacalah cerita tersebut dengan pelan-pelan agar anak
mudah memahaminya. Gunakan ekspresi dan emosi Anda agar anak bisa ikut
berimajinasi. Jika tiba-tiba si kecil menyela dengan pertanyaan, berhenti
sejenak dan beri respons pada pertanyaannya.

2) Bangun Interaksi
Selain menjawab pertanyaan anak, Anda juga dapat membangun interaksi
dengan bertanya terlebih dahulu. Beri jeda di tengah-tengah cerita dan
tanyakan pada anak tentang apa yang akan terjadi selanjutnya atau bagaimana
karakter si tokoh. Anda juga dapat menghubungkan cerita itu dengan
kehidupan sehari-hari agar anak lebih memahami.

3) Buat Cerita Terasa "Hidup"


Agar cerita terasa lebih hidup, Anda dapat memainkan intonasi, ekspresi, dan
emosi. Tambahkan gerakan jika memungkinkan. Saat melihat Anda
berekspresi, si kecil bisa lebih menikmati cerita tersebut.

4) Biarkan Anak Berpikir pada Akhir Cerita


Saat ceritanya sudah selesai, jangan buru-buru untuk bertanya pada anak.
Berilah ia waktu untuk berpikir dan mengolah cerita tersebut. Bila ia bertanya,
jawablah dengan menyenangkan, Moms. Bisa jadi juga, ia akan minta
dibacakan ulang atau meminta Anda membacakan cerita lain.

 Kelebihan :
melatih siswa untuk mampu mengembangkan kreatifitasnya terutama
dalam berbahasa seperti membaca dan menulis. Dengan adanya media
pembelajaran Scrapbook juga dapat melatih siswa dalam
berkomunikasi, bersosialisasi, serta dapat juga digunakan sebagai alat
ukur untuk melihat ketertarikan siswa pada dunia literasi baca tulis.

 Nama peneliti, tahun penelitian, judul penelitian, hasil penelitian


Inggrid Dwi Cahyani1*, Lukman Nulhakim2, Rina Yuliana3 (2021)
Pengembangan Media Pembelajaran Scrapbook Dongeng Fabel
Terhadap Minat Literasi siswa SD Pengembangan media Scrapbook
dongeng fabel terhadap minat literasi siswa SD yang telah dilakukan
diciptakanya sebuah buku dongeng Scrapbook yang interaktif dan
menarik. Selian itu media yang dikembangkan layak dengan katagori
sangat baik dari aspek materi dan media. Oleh sebab itu bisa di
rekomendasikan bahwa media Scrapbook Dongeng Fabel yang
diahasilkan bisa digunakan sebagai salah satu alternative dalam
pembelajaran

3. Media pembelajaran POLICINDO


Akses link :
https://www.ejournal.unma.ac.id/index.php/jipe/article/view/4013
 Langkah-langkah
1) Tahap awal pembuatan media adalah dengan mendesain pohon
literasi kemudian mencetaknya dengan kertas banner.
Sementara itu, daun pohon literasi berisi informasi yang harus
siswa cari berkaitan dengan produk Indonesia yang dicetak
menggunakan kertas HVS.
2) Media POLICINDO kemudian diimplementasikan pada
pembelajaran tema "Globalisasi" subtema "Globalisasi dan
Cinta Tanah Air". Peserta didik diberikan brosur yang berisi
informasi produk asal Indonesia dari berbagai daerah, kemudia
peserta didik ditugaskan untuk membaca informasi yang
terdapat dalam brosur dan mencatat nama produk, keunikan,
dan asal daerah pada daun POLICINDO. Setelah informasi
pada daun lengkap, peserta didik menempelkan daun pada
pohon literasi yang sudah guru tempelkan di dinding kelas.
Peserta didik secara bergiliran mencari informasi terkait
berbagai nama produk, keunikan, dan asal daerah yang terdapat
pada POLICINDO.
 Kelebihan :
untuk membangun kreativitas peserta didik dan memberi semangat
peserta didik untuk selalu membaca agar membaca menjadi
kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan Pohon
literasi diharapkan bisa meningkatkanminat baca peserta didik
 Nama peneliti, tahun penelitian, judul penelitian, hasil penelitian
DidikDian Rosdiani1,Dahlia Rineva Puspitasari2 ( 2022) Media
Policindo (Pohon Literasi Cinta Produk Indonesia) Untuk
Meningkatkan Minat Baca Peserta didik
Berdasarkan pemerolehan hasil penelitian dan data yang teranalisisdari
penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwasannya minat
bacapeserta didik kelas 6 di SDN 2 Jayamuktimengalami
peningkatan dengan bantuan media pembelajaran POLICINDO
(Pohon Literasi Cinta Produk Indonesia). Peningkatan minat baca
peserta didiktersebut ditunjukkan dengan presentase hasil angket
minat bacayang semakin meningkat dibandingkan sebelumnya.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa minat baca
peserta didik kelas 6 di SDN 2 Jayamukti, mengalami peningkatan
dalam menggunakanmedia POLICINDO (Pohon literasi cinta produk
Indonesia). Berdasarkan hasil observasi aktivitas peserta didik
pada setiap siklusnya juga meningkat, dimana pada siklus I masih
banyak peserta didik yang kurang antusias, kurang aktif bertanya
maupun menjawab pertanyaan dari guru dan banyak yang kurang
kompak dalam bekerjasama. Pada siklus II diperoleh hasil yang
baik, respon terhadap pertanyaan atau intruksi yang diberikan oleh
guru juga sangat baik. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan minat baca
peserta didikmenggunakan media POLICINDO (Pohon Literasi Cinta Produk
Indonesia), dengan adanya media tersebut peserta didik dapat tertarik dan lebih
bersemangat untuk membaca.

4. Perpustakaan Sebagai Media dalam Menigkatkan Minat Baca Siswa


Perpustakaan sekolah pada hakikatnya sangat bermanfaat karena
dengan adanya perpustakaan di sekolah akan membantu siswa maupun guru
untuk menyelesaikan tugastugas dalam proses belajar mengajar dan juga
dengan adanya perpustakaan sekolah murid-murid dapat belajar mandiri
sehingga tidak berpikir untuk mencari informasi melalui media atau tempat
lain yang lebih instan yang tidak diketahui asal-usulnya (Budiywono, 2015;
Husain, 2015). Fasilitas perpustakaan adalah hal yang sangat penting karena
dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan segala aktivitas
perpustakaan (Leorke, Wyatt, & McQuire, 2018; Micle, 2014; Muthanna &
Sang, 2019; Yoon, 2016). Fasilitas yang baik seperti koleksi buku pustaka
yang lengkap dan bervariasi, perabot dan perlengkapan perpustakaan yang
memadai, serta ruangan yang nyaman jauh dari kebisingan maka akan
menciptakan suasana menyenangkan bagi murid-murid maupun guru.

5. Meningkatkan Minat Baca melalui Permainan Teka Teki Silang dan


Balsem Plang
Perpustakaan sekolah pada hakikatnya sangat bermanfaat karena
denganadanya perpustakaan di sekolah akan membantu siswa maupun guru
untuk menyelesaikan tugastugas dalam proses belajar mengajar dan juga
dengan adanya perpustakaan sekolah murid-murid dapat belajar mandiri
sehingga tidak berpikir untuk mencari informasi melalui media atau tempat
lain yang lebih instan yang tidak diketahui asal-usulnya (Budiywono, 2015;
Husain, 2015). Fasilitas perpustakaan adalah hal yang sangat penting karena
dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan segala aktivitas
perpustakaan (Leorke, Wyatt, & McQuire, 2018; Micle, 2014; Muthanna &
Sang, 2019; Yoon, 2016). Fasilitas yang baik seperti koleksi buku pustaka
yang lengkap dan bervariasi, perabot dan perlengkapan perpustakaan yang
memadai, serta ruangan yang nyaman jauh dari kebisingan maka akan
menciptakan suasana menyenangkan bagi murid-murid maupun guru.

6. Meningkatkan Minat Baca melalui Permainan Teka Teki Silang dan


Balsem Plang

Ada banyak cara untuk meningkatkan minat baca, di antaranya dengan


permainan teka teki silang (TTS) dan balsem plang (baca lima menit
sebelum pulang). Cara pengaplikasian TTS sebagai media pembelajaran
yaitu pengajar memberikan sebuah bacaan kepada peserta didik. Setelah
mereka membaca, mereka dibagi ke dalam beberapa kelompok lalu diminta
membuat soal TTS sebanyak 10 soal menurun dan 10 soal mendatar dengan
bentuk yang sesuai keinginan kelompok. Setelah itu, soal TTS ditukarkan
dengan kelompok lain lalu dijawab. Hal ini secara tidak langsung akan
memberikan semangat tersendiri bagi peserta didik untuk memperoleh
apresiasi yang baik dari pengajarnya. Keseruan dalam permainan ini juga
meminimalisasi suasana kelas yang pasif.
Selanjutnya, program balsem plang. Baca Lima Menit Sebelum
Pulang ini yaitu program baca bacaan apa saja selama lima menit. Peserta
didik diberikan bacaan, baik dalam bentuk buku, majalah, ataupun koran.
Hal ini sangat penting, karena pengajar seringkali mengabaikan
kewajibannya sebagai „pendidik‟. Pengajar sebaiknya tidak hanya fokus
terhadap pemberian materi saja, tetapi juga melaksanakan kewajibannya
untuk mendidik pebelajar agar memiliki budi pekerti, karakter, dan
kepribadian yang luhur. Dengan cara membaca bahan bacaan yang
mendidik, sesuai dengan situasi, dan bermanfaat, niscaya peserta didik akan
mendapatkan pengetahuan serta pemahaman mendalam tentang hal lain di
luar materi yang diajarkan, dapat bersikap dengan baik, dan berwawasan
luas.

7. Media Gamesbook

Link akses :

https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/761482

Games Book merupakan serangkaian media mengajar guru, dalam rangka


memahamkan materi kepada siswa, melalui cara permainan. Permainan terselip
disebuah buku, didalam buku tersebut terdapat variasi berbagai jenis permainan
yang memungkinkan siswa tertarik dan mengikutinya. Games Book merupakan
sebuah buku yang didalamnya terdapat serangkaian permainan menarik, yang
memungkinkan akan belajar untuk mengetahui, belajar untuk mahami, belajar
untuk mengikuti dan bnelajar untuk melakukan. Bentuk dan permaian didalam
Games Book disesuiakan dengan materi dan konsep materi yang diajarkan.

Langkah-langkah Penerapannya

 Mengidentifikasi kebutuhan sumber belajar siswa.


 Mengidentifikasi Game Digital pembelajaran yang dapat digunakan
siswa.
 Menyiapkan lembar kerja siswa untuk materi yang akan dipelajari.
 Membentuk beberapa kelompok.
 Menjelaskan konsep awal pembelajaran.
 Membuat rangkuman.
 Refleksi.

Keunggulan Media Gamesbook

Kelebihan dari penggunaan media gamesbook yaitu dapat meningkatkan


minat baca peserta didik, karena dalam media ini terdapat permainan yang bisa
merangsang peserta didik melakukan kegiatan membaca.
Berdasarkan data-data yang terhimpun melalui data kualitatif dan
kuantitatif maka dapat disimpulkan bahwa media Games Book memberikan
pengaruh terhadap minat siswa membaca, serta memberikan pengaruh terhadap
ketertarikan dalam membaca, respon siswa, kerjasama siswa dan kinerja siswa.
Sebelum adanya perlakuan rata- rata minat baca siswa adalah berkisar 62,24% dan
setelah adanya penerapan media Games Book maka minat membaca siswa
menjadi 90,81%.Hal ini membuktikan bahwa pendapat para ahli yang menyatakan
bahwa metode dan media pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa,
sudah terbukti, dengan hasil pembuktian data kuantitatif dan kualitatif
berdasarkan intrumen penelitian dan validasi instrumen oleh guru senior, pakar
pendidikan dan teman sejawat.

8. Media Komik Digital

Link akses :
https://bajangjournal.com/index.php/JPDSH/article/view/4518/3563

Komik merupakan media yang memberi informasi dan mendidik. Aplikasi


yang dapat diunduh secara gratis dan memiliki banyak pilihan komik membuat
komik menjadi menarik. Selain menarik, komik digital lebih efisien dan
terjangkau karena untuk dapat menikmatinya pembaca hanya perlu kuota internet.
Komik dapat dibaca dan dinikmati oleh berbagai kalangan usia. Komik
menampilkan visual gambar yang menarik agar pesan disampaikan kepada
pembaca mudah dimengerti dan menyenangkan. Selain itu, media pembelajaran
ini juga dapat menumbuhkan kreativitas, imajinasi, serta ketelitian.

Langkah-langkah Penerapannya

Langkah-langkah Penggunaan komik sebagai media pembelajaran adalah


sebagai berikut.

Langkah-langkah penggunaan komik dalam pembelajaran sebagai berikut:

 Apersepsi mengenai kondisi saat ini, masa depan dan keseharian


siswa.
 Guru membagikan komik kepada siswa
 Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok di mana setiap
kelompok terdiri dari 6-7 siswa.
 Siswa berdiskusi mengenai tokoh, sifat dan pesan yang terkandung
dalam komik yang dibacanya.
 Guru memberikan penekanan mengenai cerita dan unsur yang ada
di dalamnya.

Keunggulan/kelebihan Media Komik

Media komik memiliki kelebihan seperti halnya media-media lain.


Kelebihan media komik antara lain sebagai berikut.

1. Peran pokok dari buku komik dalam intruksional adalah


kemampuannya dalam menciptakan minat siswa.
2. Melalui bimbingan dari guru, komik dapat berfungsi sebagai jembatan
untuk menumbuhkan minat baca.
3. Komik menambah perbendaharaan kata-kata pembacanya.
4. Mempermudah siswa menangkap hal-hal atau rumusan yang abstrak.
5. Dengan adanya perpaduan antara bahasa verbal dan non verbal dapat
mempercepat pembaca memahami isi pesan yang dibacanya, karena
pembaca terbantu untuk tetap fokus dan tetap pada jalurnya.
6. Seluruh jalan cerita komik menuju pada satu hal yakni kebaikan atau
studi yang lain.
Seorang siswa Sekolah Dasar membutuhkan media yang lebih menarik untuk
meningkatkan minat bacanya. Adanya gambar yang menarik dan pemilihan font tulisan
dalam buku membuat siswa perlahan tertarik dalam membaca. Guru dituntut untuk lebih
kreatif dalam membuat media baca siswa. Salah satu contohnya adalah media komik
digital, media pembelajaran ini yang membuat bacaan dengan tampilan yang berbeda
dengan buku pada umumnya. Komik menampilkan visual gambar yang menarik agar
pesan yang disampaikan kepada pembaca mudah dimengerti dan menyenangkan untuk
dibaca. Selain itu, media pembelajaran ini juga dapat menumbuhkan kreativitas,
imajinasi, serta ketelitian.

Dengan tampilan komik digital yang kreatif dan penuh akan warna
membuat siswa sekolah dasar dapat tertarik dalam membaca dan termotivasi
untuk giat membaca. Oleh karena itu, semakin seringnya guru melibatkan media
komik digital dalam pembelajaran maka semakin sering pula siswa dalam
membaca. Media komik digital telah berhasil meningkatkan kemampuan
membaca siswa, mulai dari minat baca, pembiasaan siswa membaca, dan
kemampuan siswa menceritakan kembali apa yang dibacanya. Hal ini sejalan
dengan beberapa penelitian sebelumnya bahwa media pembelajaran komik dapat
menumbuhkan minat baca dan pembiasan dalam membaca.

9. Media Pop Up Book

Link akses :
https://www.ejurnal-
stitpringsewu.ac.id/index.php/alibda/article/view/209/158

Buku pop up adalah merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat
membantu proses pembelajaran dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan
yang disampaikan sehingga proses pembelajaran dapat tercapai. Buku pop up
merupakan media cetak yang bersifat fleksibel yang memiliki banyak gambar
ilustrasi dan di setiap halaman terdapat bagian gambar yang membentuk suatu
kerangka tiga dimensi dengan tujuan meningkatkan minat belajar anak.
Langkah-langkah Penerapannya

Langkah-langkah penggunaan media poop up book yaitu :

 Buka pop up book.


 Berdirikan gambar-gambar hewan yang sudah tertempel.
 Bacakan materi-materi yang sudah tertempel diatas kertas manila
 Guru menjelaskan materi dengan mengaitkan gambar yang sudah ada.

Keunggulan Media Pop Up Book

Keunggulan dari media pembelajaran pop up book adalah media ini


berbentuk pop-up 3 Dimensi sehingga peserta didik dapat terlibat langsung dan
turut serta dalam proses belajar mengajar. Disamping itu bentuknya yang unik dan
tentu banyak warna ini akan menarik perhatina siswa, sehingga akan lebih
semangat belajar.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Membaca merupakan bagian terpenting dalam peningkatan kualitas


pendidikan yang akan berpengaruh pada peningkatan kualitas sumberdaya
manusia. Membaca yang dijadikan kebiasaan begitu penting, artinya sedari anak-
anak harus dibiasakan akrab dengan membaca. Budaya membaca yang
ditanamkan mulai dari anak-anak akan menghasilkan kehidupan lebih bermakna.
Dalam pembelajaran di Sekolah Dasar dibutuhkan media pembelajaran yang tepat
untuk membimbing anak-anak mencintai buku. Dengan media PoP Up Book yang
menarik adalah salah satu upaya untuk meningkatkan anak gemar membaca yang
bertujuan membudayakan membaca.

10. Media Video Animasi Berbasis Zoom Meeting

Link Akses :

https://www.semanticscholar.org/paper/Pengaruh- Penggunaan-Media-
Pembelajaran-Video-Zoom-Sunami-
Aslam/896c321714485fd3cb16b63341a90e1d5124ae86

Video animasi merupakan alat untuk membantu proses pembelajaran yang


berupa gambar yang bergerak seperti hidup (Agustien et al., 2018) sedangkan
animasi dapat memberi objek dapat bergerak dan dapat mengubah bentuk, ukuran
dan warna (MADCOMS, 2002). Media ini dapat menarik minat, minat merupakan
timbulnya dari diri sendiri ingin memperhatikan objek tersebut (Sirait, 2016, p.
37). Kemudian setelah menarik perhatian bisa membuat siswa tertarik secara
spontan untuk melihat dan mengamati video animasi tersebut dan munculnya
perubahan nilai yang meningkat dari sebelumnya. Hasil belajar merupakan hasil
akhir yang mencapai semua komponen dan menguasi matapelajaran yang telah
diajarkan (Kusuma et al., 2015). Namun, ketika wabah covid-19 saat ini melanda
dunia, kegiatan belajar dapat dilakukan secara online tanpa perlu bertemu di
sekolah. Sekolah menggunakan aplikasi Zoom meeting dan WA. Untuk
mempermudah berbagi video animasi, peneliti menggunakan Zoom Meeting.
Zoom meeting merupakan aplikasi untuk lebih mudah berinteraksi dan melakukan
diskusi tanpa harus bertemu (Monica & Fitriawati, 2020).

Langkah-langkah Penerapannya

1. Tahap perencanaan.
2. Melaksanakan tindakan proses pembelajaran.
3. Melaksanakan observasi proses pembelajaran sesuai dengan rencana
proses pembelajaran yang telah dibuat peneliti dengan kolaborasi guru
kelas dan refleksi untuk menganalisis data yang terkumpul.

Keunggulan Media Video Animasi


Kelebihan media film Rudi Sulisiana dan Cepi Riyana (2008: 19-20):
1. Memberikan pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh
siswa.
2. Sangat bagus untuk menerangkan suatu proses.
3. Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
4. Lebih realistis, dapat diulang-ulang dan dihentikan sesuai kebutuhan.
5. Memberikan kesan mendalam, yang dapat mempengaruhi siswa.

Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini selaras dengan beberapa artikel yaitu dalam
penelitian yang dilakukan oleh Viviantini, Amaram Rede dan Sahrul Saehana
dalam penelitian “pengaruh media video pembelajaran terhadap minat dan hasil
belajar ipa siswa kelas VI SD” menunjukan adanya perbedaan pengaruh dimana
media video animasi lebih berpengaruh dibandingkan dengan media yang biasa
guru gunakan (Viviantini, Amram Rede, 2015), sehingga siswa lebih cepat
menerima materi pembelajaran. Hubungan penelitian ini bahwa peran media
pembelajaran video animasi sangat bagus untuk meningkatkan minat dan hasil
belajar. Kemudian dalam penelitian yang dilakukan oleh Selamat Febriadi
Ramadhona “pengaruh penggunaan media pembelajaran animasi terhadap minat
dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di kelas X SMA”
menunjukkan perbedaan yang signifikan pada kegiatan pembelajaran (Ramadhona
& Trisnawati, n.d.). Sehingga dalam menggunakan media video animasi dapat
berdampak baik dati sebelumnya. Selanjutnya Muhammad Ikhwanul Muslimin
mengemukkan dalam penelitiannya yang berjudul “pengaruh penggunaan media
pembelajaran video animasi terhadap hasil belajar Pendidikan kewarganegaraan
kelas II SD” bahwa penggunaan media pembelajaran video animasi sangat
bermanfaat dan berdampak baik dalam proses pembelajaran (M. I. Muslimin,
2012). Namun dalam pengaruh yang baik ini juga masih terdapat keterbatasan
terutama pada permasalahan pada penggunaan media pembelajaran video animasi
guru harus banyak bersabar dalam mengajarkan, sehingga akan tercapai hasil yang
lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai