Anda di halaman 1dari 32

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) UNTUK MENINGKATKAN


HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN PUCUK 2 PADA
MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI OPERASI
BILANGAN PECAHAN

Wasis Setyo Bakti ( 818622906 )

kakeknenek2019@gmail.com

ABSTRAK

Bakti, Wasis Setyo : 2022, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
(Think Pair Share) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN
PUCUK 2 Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Operasi Bilangan Pecahan

Berdasarkan hasil pengamatan pada kelas IV SDN PUCUK 2, ditemukan


permasalahan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi
operasi bilangan pecahan tergolong rendah, karena banyak siswa yang tidak
tuntas KKM yang ditetapkan yaitu 68. Dari 10 siswa hanya 2 siswa yang tuntas
KKM sedangkan 8 siswa tidak tuntas KKM. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi operasi bilangan
pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think
Pair Share) pada siswa kelas IV SDN PUCUK 2 tahun pelajaran 2022/2023.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian
siswa kelas IV SDN PUCUK 2, Dawarblandong, Mojokerto. Objek dari penelitian
ini adalah hasil belajar matematika siswa materi operasi bilangan pecahan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar tes
dan lembar observasi. Sedangkan teknik analisis data menggunakan pendekatan
kuantitatif kualitatif. Hasil dari perbaikan siklus I diperoleh sebesar 60% atau 6
siswa yang tuntas KKM dan pada siklus II diperoleh sebesar 90% atau 9 siswa
yang tuntas KKM. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penelitian dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi operasi bilangan
pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think
Pair Share) pada siswa kelas IV SDN PUCUK 2.

Kata kunci : , Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share),
Hasil Belajar, Operasi Bilangan Pecahan.

1
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Definisi pendidikan dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu pendidikan
sebagai proses dan pendidikan sebagai hasil. Pendidikan sebagai proses, yaitu
sebagai suatu aktivitas interaksi manusia dengan lingkungannya. Sedangkan
sebagai hasil, yaitu pendidikan sebagai perubahan yang merupakan hasil
interaksi manusia dengan lingkungannya, yakni perubahan perilaku menurut
Ahmadi (2016). Pendidikan di Sekolah Dasar sangatlah penting, karena
berkaitan dengan keberhasilan belajar dijenjang berikutnya. Maka dari itu
pendidikan Sekolah Dasar membutuhkan perhatian khusus agar mencapai
keberhasilan. Keberhasilan sebuah pendidikan tidak terlepas karena adanya
pembelajaran yang baik di sekolah. Pembelajaran yang baik merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
Salah satu mata pelajaran di sekolah yang dianggap sulit oleh siswa
sehingga menghasilkan hasil belajar mereka rendah adalah pelajaran
matematika. Apabila model pembelajaran yang digunakan oleh guru tepat dan
menyenangkan bagi siswa maka siswa tidak akan menganggap sulit suatu
mata pelajaran dan siswa juga akan lebih bersemangat dalam belajar.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan peneliti, ada beberapa
permasalahan yang terjadi di kelas IV SDN PUCUK 2, Dawarblandong,
Mojokerto diantaranya :
a. Metode pembelajaran yang disampaikan guru sangat monoton, yaitu
sekedar penjelasan kemudian diberi tugas sehingga siswa kurang
memahami materi yang disampaikan guru sehingga hasil belajar siswa
rendah. Dari 10 siswa yang tuntas KKM hanya 2 siswa sedangkan 8
siswa tidak tuntas KKM. KKM yang ditetapkan yaitu 68.
b. Siswa kurang memperhatikan saat guru sedang menjelaskan materi
karena metode yang digunakan guru kurang menarik.
c. Siswa terlihat pasif dan tidak berani bertanya saat pembelajaran
berlangsung.

2
d. Siswa kurang percaya diri ketika harus menjelaskan hasil pekerjaannya
di depan kelas.
Dalam sebuah pembelajaran sebaiknya guru menggunakan model
pembelajaran yang melibatkan siswa sehingga siswa akan lebih bersemangat
dan termotivasi dalam suatu pembelajaran. Aunurrahman (2012) Penggunaan
model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang
siswa terhadap sebuah pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi
dalam mengerjakan tugas, serta memberikan kemudahan untuk siswa dalam
memahami mata pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil
belajar yang lebih baik.
2. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan di atas, ada
beberapa masalah yang mengakibatkan hasil belajar siswa rendah
diantaranya:
a. Metode yang digunakan guru saat mengajar yaitu ceramah, tanya
jawab, dan penugasan. Apabila metode atau model pembelajaran yang
digunakan guru monoton akan membuat siswa kurang tertarik dan
kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Akan tetapi,
apabila metode atau model pembelajarannya melibatkan siswa akan
membuat siswa lebih antusias dalam pembelajaran.
b. Siswa kurang aktif saat pembelajaran, karena hanya sebagai pendengar
informasi dan mengerjakan tugas yang kurang dipahami. Selain itu
siswa kurang percaya diri dalam bertanya ataupun presentasi.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut, alternatif pemecahan masalah
yang dapat dilakukan guru yaitu penggunakan metode dan model
pembelajaran yang tepat saat pembelajaran agar materi dapat tersampaikan
dengan baik dan siswa lebih antusias adalah dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share). Model pembelajaran
tersebut dapat membuat siswa lebih aktif, karena siswa akan berkelompok
dan bekerjasama saling membantu dalam memahami materi pelajaran.

3
Selain itu, dalam model pembelajaran ini juga menuntut siswa untuk
mempresentasikan hasil diskusi sehingga dapat melatih keberanian dan
percaya diri siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
rumusan masalah dari penelitian ini yaitu:
1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair
Share) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN PUCUK 2
pada mata pelajaran matematika materi operasi bilangan pecahan.?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mendiskripsikan cara meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN
PUCUK 2 pada mata pelajaran matematika materi operasi bilangan
pecahan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
(Think Pair share).
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan untuk perkembangan
ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang pendidikan matematika
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair
Share) agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

2. Manfaat Praktis
Manfaat bagi siswa yaitu dapat menambah wawasan siswa dalam
berpikir, berdiskusi, dan mempresentasikan hasil yang telah dikerjakan.
Selain itu, siswa percaya diri dalam bertanya, berpendapat dan
menjelaskan sehingga pembelajaran lebih bermakna.
Manfaat bagi sekolah yaitu memberikan sumbangan yang baik bagi
sekolah untuk perbaikan proses pembelajaran matematika.
Manfaat bagi guru yaitu memberi alternatife pada guru bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share)

4
dapat digunakan untuk variasi pembelajaran matematika sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Manfaat bagi peneliti dapat memberi pengetahuan upaya dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika melalui
model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share).
II. Kajian Pustaka
A. Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya belajar dari guru,
namun juga dapat belajar dari teman sejawat karena dalam pelaksanaan
pembelajaran kooperatif diperlukan adanya kerja sama antar siswa dalam
memahami suatu materi pelajaran.
Terdapat enam langkah dalam model pembelajaran kooperatif menurut
Daryanto dan Rahardjo (2012) :
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan
kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Guru menyajikan informasi kepada siswa.
3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar. Guru
menginformasikan pengelompokan siswa.
4. Membimbing kelompok belajar. Guru memotivasi serta memfasilitasi
kerja siswa dalam kelompok belajar.
5. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
6. Guru memberi penghargaan (verbal maupun non verbal) hasil belajar
individual dan kelompok.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang
mengutamakan kegiatan berkelompok. Dari kelompok tersebut siswa dapat
bekerjasama dan memahami suatu materi dengan teman sejawat sehingga
akan tercapai keberhasilan belajar. Selain itu siswa juga dapat berperan aktif
dalam kegiatan pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator.

5
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Kurniasih dan Sani (2015) Tipe pembelajran Think Pair Share (TPS)
atau berpikir, berpasangan, berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Pada dasarnya model ini
merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi pola diskusi kelas.
Dalam pembelajaran Think Pair Share (TPS) siswa dapat bekerjasama dan
berdiskusi secara efektif karena setiap kelompok hanya terdiri dari 2 siswa.
Selain itu siswa juga dapat belajar tentang tanggung jawab dan keberanian,
karena setelah berdiskusi siswa membagikan atau mempresentasikan hasil
pekerjaan yang telah didiskusikan bersama kelompoknya.
Dalam sebuah model pembelajaran tentunya ada tahap-tahap yang harus
dilaksanakan. Berikut tahap-tahap pembelajaran TPS menurut Shoimin
(206).
1. Tahap satu, think (berpikir)
Pada tahap ini guru dapat memberikan pertanyaan yang terkait dengan
materi pelajaran. Guru mengemukakan pertanyaan yang menggalakkan
berpikir ke semua siswa. Pertanyaan ini sebaiknya berupa pertanyaan
terbuka yang memungkinkan dijawab dengan berbagai macam jawaban.
Siswa diberikan beberapa menit untuk berpikir secara individu.
2. Tahap dua, pair (berpasangan)
Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mulai memikirkan
pertanyaan atau masalah yang diberikan guru dalam waktu tertentu.
Lamanya waktu ditetapkan berdasarkan pemahaman guru terhadap
siswanya, sifat pertanyaannya, dan jadwal pembelajaran. Siswa
disarankan untuk menulis jawaban atau pemecahan masalah hasil
pemikirannya.
3. Tahap tiga, share (berbagi)
Pada tahap ini siswa secara individu mewakili kelompok atau berdua
maju bersama untuk melaporkan hasil diskusinya ke seluruh kelas. Pada
tahap terakhir ini siswa seluruh kelas akan memperoleh keuntungan

6
dalam bentuk mendengarkan berbagai ungkapan mengenai konsep yang
sama dinyatakan dengan cara yang berbeda oleh individu yang berbeda.
Dalam sebuah model pembelajaran tentu ada kelebihan dan kekurangan.
Menurut Kurniasih dan Sani (2015) kelebihan pembelajaran TPS sebagai
berikut:
a. Model ini dengan sendirinya memberikan kesempatan siswa untuk
berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
b. Adanya kemudahan interaksi sesama siswa.
c. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya.
d. Antara sesama siswa dapat belajar dari siswa lain serta saling
menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan
kelas.
e. Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan
untuk berpartisipasi dalam kelas.
f. Memudahkan guru dalam memantau siswa pada proses pembelajaran.
g. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya
dengan seluruh siswa sehingga ide yang mereka dapatkan menyebar pada
setiap anak.
Sedangkan kekurangan pada pembelajaran Think Pair Share (TPS)
diantaranya:
a. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
b. Lebih sedikit ide yang muncul.
c. Menggantungkan pada pasangan
d. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok,
karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yaitu suatu model
pembelajaran yang memiliki tiga tahap pembelajaran. Tiga tahapan tersebut
yaitu berpikir, berpasangan dan berbagi.
C. Hasil Belajar matematika
1. Hasil Belajar

7
Menurut Keller dalam Abdurrahman (2012) hasil belajar adalah prestasi
aktual yang ditampilkan oleh anak. Menurut Gagne dan Driscoll dalam
Ekawarna (206) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan
siswa. hasil belajar berkaitan dengan perubahan tingkah laku. Jika perubahan
tingkah laku yang ditunjukkan oleh seseorang semakin baik maka perubahan
tersebut adalah keberhasilan dari belajar.
Surya Brata dalam Sriyanti, Suwardi, Muna Erawati (2009)
Keberhasilan suatu belajar di pengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut
diantaranya faktor internal (faktor dari dalam) dan faktor eksternal (faktor
dari luar). Dari kedua faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang terdapat dalam diri seseorang
yang sedang belajar. Faktor internal ini meliputi tiga bagian diantaranya :
a. Faktor jasmaniah
Faktor jasmaniah adalah proses belajar seorang siswa akan terganggu
apabila kesehatan peserta didik tersebut terganggu.
b. Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar
yang muncul dari segi kejiwaan.
c. Faktor kelelahan
Faktor kelelahan juga bisa mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.
Karena siswa yang kelelahan semangat belajarnya akan berkurang
sehingga hasil belajar yang diperoleh juga kurang memuaskan.

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri seseorang
yang sedang belajar. Faktor eksternal tersebut meliputi:
a. Faktor keluarga
Faktor keluarga dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa.
b. Faktor sekolah

8
Faktor sekolah dapat mempengaruhi belajar meliputi hal-hal yang
berkaitan dengan metode mengajar, kurikulum yang digunakan, sarana
dan prasarana sekolah, dan metode belajar siswa,
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini banyak berhubungan dengan kegiatan siswa
dalam masyarakat, media massa yang beredar/ada dalam masyarakat,
pengaruh teman bergaul, dan pola hidup masyarakat.
Berdasarkan penjelasan di atas, hasil belajar yaitu suatu perubahan
perilaku seseorang yang mencakup kemampuan kognitif yang bisa dilihat
melalui skor/nilai. Jadi, apabila pencapaian hasil belajar mencapai indikator
yang telah ditentukan, maka bisa dikatakan bahwa proses belajar mengajar
tersebut berhasil.
2. Pembelajaran matematika
Menurut Arifin (206) Matematika merupakan ilmu tentang bagaimana
menentukan ukuran-ukuran, bentuk-bentuk, struktur-struktur, pola maupun
hubungan objek-objek maupun fenomena di alam semesta, serta penalaran
logis yang pengembangannya berdasarkan pola pikir deduktif. Pembelajaran
matematika yaitu membentuk logika berpikir bukan hanya sekedar pandai
berhitung. Berhitung dapat dilakukan dengan alat bantu, seperti kalkulator dan
komputer, namun menyelesaikan masalah perlu logika berpikir dan analisis
menurut Fatimah(2009). Dengan demikian melalui belajar matematika siswa
mampu memiliki pemahaman dalam memecahkan masalah maupun berpikir
logis yang benar dan lengkap sesuai tahapan, dengan cara dan media yang
menyenangkan sesuai prinsip matematika.

Adapun karakteristik pembelajaran matematika yaitu (Amir, 206):


1. Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral, yaitu pembelajaran
matematika yang selalu dikaitkan dengan materi yang sebelumnya.
Konsep yang baru harus selalu dikaitkan dengan konsep yang dipelajari
oleh siswa.

9
2. Pembelajaran matematika bertahap, yang dimaksudkan disini adalah
pembelajaran matematika yang dimulai dari hal yang konkret menuju hal
yang abstrak, atau dari konsep-konsep yang sederhana menuju konsep
yang lebih sulit agar konsisten dan sesuai dengan perkembangan
intelektual anak dan kematangan berpikir matematikanya.
3. Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif, yaitu metode
yang menerapkan proses berpikir yang berlangsung dari kejadian khusus
menuju umum.
4. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi, artinya suatu
pertanyaan dianggap benar apabila didasarkan atas pertanyaan-pertanyaan
terdahulu yang diterima kebenarannya.
5. Pembelajaran matematika hendaknya bermakna, yaitu cara pengajaran
materi pembelajaran harus mampu membawa siswa membentuk
pemahaman tentang konsep matematika yang abstrak, misalnya melalui
penggunaan media pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran matematika merupakan salah
satu mata pelajaran yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu
pembelajaran matematika juga mempunyai karakteristik tertentu. Karakteristik
pembelajaran matematika yaitu harus menyenangkan dan bermakna, karena
dengan begitu akan membuat siswa lebih semangat dalam belajar.
D. Operasi Bilangan Pecahan
1. Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Pecahan
Penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa atau campuran bisa
dilakukan jika penyebutnya sama. Jika penyebutnya tidak sama maka
harus disamakan terlebih dahulu dengan mencari KPK atau bisa dengan
cara tanpa mencari KPK. Berikut cara mudahnya.
a. Rumus Penjumlahan b. Rumus Pengurangan
a b aq +bp a b aq−bp
+ = − =
p q pq p q pq
2. Perkalian dan Pembagian Bilangan Pecahan
a. Perkalian Pecahan

10
Untuk mengalikan bilangan pecahan yaitu dengan mengalikan pembilang
dengan pembilang lalu mengalikan penyebut dengan penyebut.
a c axc
x =
b d bxd
b. Pembagian Pecahan
Dalam menyelesaikan operasi pembagian bilangan pecahan yaitu dengan
membalik pembilang dan penyebut dari salah satu bilangan pecahan
tersebut, kemudian kedua bilangan pecahan tersebut dikalikan.
a c a d axd
: = x =
b d b c bxc

III. Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


A. Subjek, Tempat, dan Waktu serta Pihak yang Membantu Penelitian

1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian ini yaitu siswa kelas IV SDN PUCUK 2
tahun ajaran 2022/2023 yang berjumlah 10 siswa, terdiri dari 7 siswa laki-laki
dan 3 siswa perempuan. Mata pelajaran yang diteliti yaitu mata pelajaran
Matematika pada materi operasi bilangan pecahan.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN PUCUK 2 yang beralamat di Dusun
Brejel Kidul Desa Pucuk Kecamatan Dawarblandong Kabupaten Mojokerto
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II pada
semester ganjil tahun ajaran 2022/2023.
a. Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 8 November 2022.
b. Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 21 November 2022.

4. Pihak yang Membantu Penelitian


a. Bapak Yudi Dwi Saputra, M.Pd. selaku Supervisor 1.
b. Ibu SUPENI, S.Pd.,M.MPd selaku Kepala Sekolah SDN PUCUK 2.
c. Siswa-siswa SDN PUCUK 2 khususnya kelas IV.

11
B. Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Pada penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus, yakni siklus I dan II. Desain
penelitian seperti pada gambar berikut.

(Arikunto, 2006)
Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas
1. Prosedur Tindakan pada Siklus I
Prosedur penelitian tindakan kelas untuk siklus I terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi siklus 1
a. Rencana Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan sebelumnya, peneliti akan
menggunakan Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share).
Setelah itu peneliti dapat menyusun prosedur rencana tindakan diantaranya
menentukan Kompetensi Dasar atau materi yang akan digunakan, membuat
RPP Perbaikan siklus I, merancang metode dan lembar kerja siswa, dan
menyusun instrumen tes berupa soal uraian matematika
b. Implementasi/ Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pendahuluan, peneliti mengkondisikan siswa dan menanyakan
kabar siswa serta mengecek kehadiran siswa. Setelah itu peneliti
menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan dan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai. Peneliti melakukan apersepsi dengan mengingat kembali materi
sebelumnya yang berkaitan dengan pecahan.
Pada tahap inti, peneliti memberi sebuah pertanyaan tentang operasi
bilangan pecahan yang menggalakkan siswa untuk berpikir. Siswa mengamati

12
konsep dari penjumlahan dan pengurangan yang dijelaskan oleh peneliti.
Kemudian peneliti membagi kelompok yang telah ditetapkan sebelumnya
dengan ketentuan setiap kelompok terdiri dari 2 siswa. Setiap kelompok akan
dibagikan soal berupa lembar kerja siswa yang didiskusikan dengan
kelompoknya. Peneliti berkeliling ke setiap kelompok untuk mengamati
kelompok saat berdiskusi. Setelah selesai perwakilan kelompok maju ke
depan menuliskan hasil diskusinya dan menjelaskan pada teman-temannya,
peneliti memberikan penguatan. Siswa diberikan soal untuk dikerjakan secara
individu untuk mengetahui pemahaman siswa.
Pada tahap penutup, peneliti bersama siswa melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah berlangsung dan menyimpulkan hasil diskusi materi
yang telah dipelajari.
c. Pengamatan/ Pengumpulan Data/ Instrumen
Pengamatan dilaksanakan peneliti pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengukur hasil belajar pada mata pelajaran matematika melalui model
pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) yaitu menggunakan
teknik tes. Tes yang digunakan berupa tes uraian. Tes tersebut diberikan pada
akhir siklus yang dikerjakan secara individu.
Data dalam penelitian ini didapatkan dari hasil tes uraian pada akhir
pelaksanaan siklus I. Hasil belajar siklus I digunakan sebagai dasar dalam
merancang kegiatan pada siklus II.
d. Refleksi siklus I
Refleksi adalah langkah untuk mengulas kembali apa yang telah di
lakukan dari kegiatan di siklus I. Kelebihan dan kekurangan pada siklus I dapat
diketahui dari analisis masalah.. Hasil analisis bisa dijadikan bahan untuk
perbaikan tindakan pada siklus II.
2. Prosedur Tindakan pada Siklus II
a. Rencana Tindakan
Rencana tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu menetukan
kompetensi dasar yang akan digunakan, membuat Rencana Pelaksanaan

13
Pembelajaran (RPP) perbaikan, merancang metode dan lembar kerja siswa
dan menyusun instrumen tes uraian matematika.
b. Implementasi/ Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pendahuluan, peneliti mengkondisikan siswa dan menanyakan
kabar siswa serta mengecek kehadiran siswa. Peneliti memberikan motivasi
belajar dan menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan serta tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Peneliti melakukan apersepsi dengan
mengingat kembali materi sebelumnya dan mengaitkan dengan materi yang
akan dipelajari.
Pada tahap inti, peneliti memberi sebuah pertanyaan tentang operasi
bilangan pecahan yang menggalakkan siswa untuk berpikir. Siswa mengamati
konsep dari perkalian dan pembagian pecahan yang dijelaskan oleh peneliti.
Kemudian peneliti membagi kelompok yang telah ditetapkan sebelumnya
dengan ketentuan setiap kelompok terdiri dari 2 siswa. Setiap kelompok akan
dibagikan soal berupa lembar kerja siswa yang didiskusikan dengan
kelompoknya. Peneliti berkeliling ke setiap kelompok untuk mengamati
kelompok saat berdiskusi. Setelah selesai perwakilan kelompok maju ke
depan menuliskan hasil diskusinya dan menjelaskan pada teman-temannya,
peneliti memberikan penguatan dengan jelas. Siswa diberikan soal yang
dikerjakan individu yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman dan hasil
belajar siswa.
Pada tahap penutup, peneliti bersama siswa melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah berlangsung dan menyimpulkan hasil pembelajaran
pada materi yang telah dipelajari.
c. Pengamatan/ Pengumpulan Data/ Instrumen
Peneliti mengamati kegiatan siswa dalam keberaniannya menjawab dan
mengajukan sebuah pertanyaan, memperhatikan penjelasan guru serta
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran matematika melalui model

14
pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) yaitu menggunakan
teknik tes. Tes yang digunakan tes uraian yang diberikan pada akhir siklus.
Data dalam penelitian ini didapatkan dari hasil tes uraian pada akhir
pelaksanaan siklus II. Sesudah tes uraian pada siklus II dikoreksi, hasil
koreksi siklus II akan dibandingkan dengan hasil tes uraian siklus II untuk
mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar siswa.
d. Refleksi
Refleksi bisa dijadikan bahan untuk perbaikan dalam penelitian
berikutnya. Kelebihan yang ada di siklus I dan siklus II akan dipertahankan dan
dapat digunakan sebagai pedoman pada penelitian berikutnya.Sedangkan
kekurangan yang ada di siklus I dan siklus II dapat diperbaiki pada penelitian
berikutnya supaya hasil yang diperoleh lebih maksimal.
C. Teknik Analisis Data
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini yaitu
pendekatan kuantitatif kualitatif. Jenis penelitan ini merupakan penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research). Arikunto (2007) mengartikan
penelitian tindakan kelas merupakan suatu perencanaan pada kegiatan belajar
berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah
kelas secara bersama- sama.
2. Jenis Data
a. Data Kualitatif
Menurut Sugiyono (2007), data kualitatif merupakan data yang berbentuk
kalimat atau gambar. Lembar observasi keberanian dan keaktifan siswa
merupakan data kualitatif dalam penelitian ini.
b. Data Kuantitatif
Menurut Sugiyono (2007), data kuantitatif merupakan data yang berbentuk
angka. Hasil tes siswa yang berbentuk soal uraian diberikan penilaian berupa skor
(angka) merupakan data kuantitatif dalam penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data

15
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas
ini yaitu:
a. Lembar tes yaitu untuk memperoleh data kuantitatif yang berbentuk nilai
atau angka yang menggambarkan tingkat pencapaian keberhasilan dari
hasil belajar setiap siswa.
b. Lembar observasi, digunakan untuk mengamati keaktifan dan keberanian
siswa saat proses pembelajaran berlangsung.
4. Menentukan Rata-rata Kelas
Hasil tes siswa berupa soal uraian merupakan data yang akan dianalisis.
Dalam menghitung nilai rata-rata siswa di suatu kelas menggunakan rumus:
Keterangan:
X = Nilai rata-rata
ƩX
X=
ƩN ƩX = Jumlah semua nilai siswa
ƩN = Jumlah siswa
5. Ketuntasan Belajar
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) belajar yang telah ditetapkan di SDN
PUCUK 2 yaitu 68 maka dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori diantaranya
tuntas dan tidak tuntas sebagai berikut:
Tabel Kriteria Ketuntasan Minimal Belajar
Kriteria Ketuntasan Kualifikasi
≥68 Tuntas
≤68 Tidak Tuntas
Sedangkan rumus untuk mengetahui ketuntasan belajar keseluruhan yaitu:
Ʃ Siswa y ang memperoleh nilai ≥ 68
% Ketuntasan Belajar = X 100
Ʃ Seluruh Siswa

6. Indikator Keberhasilan Tindakan


Indikator keberhasilan dari penelitian ini yaitu jika terdapat 80% siswa
yang mendapatkan nilai/skor lebih dari atau sama dengan KKM yang telah
ditetapkan oleh SDN PUCUK 2 yaitu 68 pada mata pelajaran matematika.

16
IV. Hasil Dan Pembahasan
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Prasiklus
Dari hasil penilaian harian pada hari Kamis, 22 Oktober 2022 dapat
diketahui bahwa hasil belajar matematika materi operasi bilangan pecahan
tergolong rendah karena banyak siswa yang tidak tuntas KKM yang telah
ditetapkan yaitu 68. Hasil pembelajaran prasiklus disajikan dalam tabel berikut
ini.
Tabel Hasil Belajar Siswa Prasiklus

Keterangan
No. Nama Siswa Nilai
Tuntas Tidak Tuntas
1 PUTRI 63 √
2 ANGGI 56 √
3 FARHAN 60 √
4 SALSA 58 √
5 KEVIN 74 √
6 ANTON 73 √
7 FANDI 54 √
8 ALFINO 58 √
9 FARID 66 √
10 RAKA 41 √
Jumlah 603
Rata-rata 60,3
Nilai Tertinggi 74
Nilai Terendah 41

Tabel Persentase Hasil Belajar Siswa Prasiklus

Kriteria Jumlah Siswa Persentase


Tuntas 2 20%
Tidak Tuntas 8 80%
Jumlah 10 100%

17
Berdasarkan tabel persentase hasil belajar siswa prasiklus dapat diketahui
persentase ketuntasan belajar siswa yaitu sebesar 20%, yang berarti hanya 2 siswa
dari 10 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM. Sedangkan persentase
ketidaktuntasan belajar siswa sebesar 80% yang berarti ada 8 siswa dari 10 siswa
yang nilainya di bawah KKM. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian
besar siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar sehingga perlu adanya
tindak lanjut perbaikan. Dari tabel di atas diperjelas dengan grafik di bawah ini.
Grafik Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Prasiklus

80
70
60
50
40 Prasiklus

30
20
10
0
Tuntas Tidak Tuntas

2. Siklus I
Proses pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 8 November
2022 dengan objek siswa kelas IV semester ganjil di SDN PUCUK 2, Kecamatan
Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto.
a. Perencanaan Tindakan
1. Menyusun RPP
2. Menyiapkan LKS yang hendak digunakan siswa dalam pembelajaran.
3. Menyiapkan kelompok siswa secara heterogen.
4. Menyusun lembar observasi keaktifan dan keberanian siswa.
5. Menyusun dan menyiapkan soal tes untuk siswa.
6. Menyiapkan kamera HP yang hendak digunakan dalam
mendokumentasikan kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung.

18
b. Pelaksanaan Tindakan
1. Guru memberikan pertanyaan yang menggalakkan siswa untuk berpikir.
2. Guru menuliskan dan menjelaskan konsep penjumlahan dan pengurangan
pecahan kemudian siswa mengamati konsep tersebut.
3. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya.
4. Guru membagi kelompok yang sudah disiapkan sebelumnya.
5. Guru membagikan soal LKS agar didiskusikan siswa dengan
kelompoknya.
6. Guru meminta beberapa perwakilan kelompok untuk presentasi
7. Guru memberikan penguatan pada kelompok yang presentasi.
8. Guru memberikan soal tes agar dikerjakan siswa secara individu untuk
mengetahui pemahaman siswa.
9. Guru bersama siswa menyimpulkan materi atau kegiatan yang telah
dipelajari.
c. Observasi/ Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Pengamatan ini untuk mengetahui perilaku positif dan negatif siswa,
mengetahui hasil belajar siswa, dan mengetahui apakah guru sudah
menyampaikan materi dengan tepat atau belum. Perilaku siswa yang diamati
diantaranya:
1. Keberanian siswa dalam bertanya ataupun berpendapat
2. Kerja sama siswa dalam sebuah kelompok
3. Memperhatikan guru ketika menjelaskan
4. Percaya diri pada saat mempresentasikan hasil diskusinya
Berikut ini akan disajikan Lembar observasi Keaktifan dan Keberanian
siswa pada saat proses pembelajaran siklus I berlangsung.
Tabel Lembar Observasi Keaktifan dan Keberanian Siswa Siklus I
No. Indikator Skor
1 2 3 4
1 Siswa berani bertanya √
2 Siswa berani berpendapat/ menjawab pertanyaan guru √

19
3 Siswa aktif dalam pembelajaran √
4 Siswa aktif dalam berdiskusi √
5 Siswa percaya diri dalam mempresentasikan hasil diskusi √
Keterangan :1. Kurang Sekali , 2. Kurang, 3. Baik, 4. Baik Sekali
Berdasarkan Tabel 4.3 hasil observasi keseluruhan siswa, dalam
keberaniannya untuk bertanya sudah baik karena ada beberapa siswa yang mau
bertanya dibandingkan dengan prasiklus tidak ada siswa yang bertanya. Untuk
keberanian berpendapat tergolong kurang karena siswa berani berpendapat kalau
ditunjuk guru terlebih dahulu mereka tidak mau berpendapat sesuai keinginannya
sendiri. Keaktifan siswa dalam pembelajaran maupun berdiskusi tergolong baik
karena siswa dapat bekerjasama dengan baik bersama kelompok. Sedangkan
untuk keberanian dan percaya diri dalam mempresentasikan hasil diskusinya
tergolong baik karena ada beberapa siswa yang berani mempresentasikan hasil
diskusinya akan tetapi, masih ada sebagian siswa yang malu dan tidak berani
untuk unjuk kerja.
Tabel Hasil Belajar Siswa Siklus I
Keterangan
No. Nama Siswa Nilai
Tuntas Tidak Tuntas
1 PUTRI 73 √
2 ANGGI 65 √
3 FARHAN 70 √
4 SALSA 58 √
5 KEVIN 78 √
6 ANTON 74 √
7 FANDI 60 √
8 ALFINO 81 √
9 FARID 86 √
10 RAKA 67 √
Jumlah 712
Rata-rata 71,2
Nilai Tertinggi 86
Nilai Terendah 58

Tabel Persentase Hasil Belajar Siswa siklus I

20
Kriteria Jumlah Siswa Persentase
Tuntas 6 60%
Tidak Tuntas 4 40%
Jumlah 10 100%

Berdasarkan tabel persentase hasil belajar siswa siklus I menunjukkan


bahwa persentase ketuntasan belajar siswa yaitu sebesar 60%, yang berarti ada 6
siswa dari 10 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM. Sedangkan persentase
ketidaktuntasan belajar siswa sebesar 40% yang berarti ada 4 siswa dari 10 siswa
yang memperoleh nilai di bawah KKM. Dari data tersebut ada peningkatan hasil
belajar siswa dari pelaksanaan pembelajaran siklus I, akan tetapi peningkatan
tersebut belum memenuhi indikator yang ditentukan oleh peneliti maka dari itu
perlu dilakukan tindakan lanjutan siklus II. Berikut ini adalah grafik persentase
hasil belajar siswa siklus I.
Grafik Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I

60
50
40
30 Siklus 1

20
10
0
Tuntas Tidak Tuntas
.
d. Refleksi
Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran siklus I ada beberapa keberhasilan
dan kegagalan yang terjadi sebagai berikut:
1. Keberhasilan
- Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran pada siklus I

21
- Siswa memiliki keberanian dalam bertanya, berpendapat dan
mempresentasikan hasil kerjasamanya meskipun ada beberapa siswa
yang masih belum percaya diri saat presentasi.
2. Kegagalan
- Ketuntasan hasil belajar siswa belum tercapai.
- Guru/peneliti kurang memahami langkah-langkah pembelajaran pada
model kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) sehingga pembelajaran
kurang optimal.
Ada beberapa alternatif untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa
pada siklus II sebagai berikut.
a. Sebelum pelaksanaan guru harus memahami setiap langkah-langkah
pembelajaran yang akan disampaikan agar pada saat pembelajaran dapat
berjalan dengan sukses.
b. Memberi motivasi pada siswa agar lebih berani dan percaya diri saat
bertanya ataupun mempresentasikan hasil diskusinya.
c. Saat siswa selesai mempresentasikan hasil diskusinya, guru dapat
memberi penguatan lebih jelas dan terperinci agar semua siswa
memahaminya..
3. Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 21
November 2022. Berikut uraian pelaksanaan siklus II sebagai berikut:
a. Perencanaan Tindakan
1. Menyusun RPP perbaikan.
2. Mempelajari dan memahami setiap poin dari langkah-langkah
pembelajaran agar pembelajaran lebih optimal dari sebelumnya.
3. Menyiapkan LKS yang hendak digunakan siswa dalam pembelajaran.
4. Menyusun dan menyiapkan alat evaluasi atau soal tes untuk siswa.
5. Menyiapkan kamera HP untuk dokumentasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
1. Guru memberikan motivasi belajar sebelum pembelajaran dimulai.
2. Guru mengingatkan kembali materi sebelumnya.

22
3. Guru memberikan pertanyaan yang menggalakkan siswa untuk berpikir.
4. Guru menuliskan dan menjelaskan konsep perkalian dan pembagian
pecahan kemudian siswa mengamati konsep tersebut.
6. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya jika ada yang
kurang dipahami.
7. Guru menugaskan siswa untuk berkelompok sesuai dengan kelompok
sebelumnya.
8. Guru membagikan soal LKS agar didiskusikan siswa dengan
kelompoknya.
9. Guru meminta beberapa perwakilan kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusinya.
10. Guru memberikan penguatan pada kelompok yang presentasi secara rinci
dan jelas.
11. Guru memberikan soal tes agar dikerjakan siswa secara individu untuk
mengetahui pemahaman siswa.
12. Guru bersama siswa menyimpulkan materi atau kegiatan yang telah
dipelajari.
c. Observasi/ Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Perilaku siswa yang diamati diantaranya:
1. Keberanian siswa dalam bertanya ataupun berpendapat
2. Kerja sama siswa dalam sebuah kelompok
3. Memperhatikan guru ketika menjelaskan
4. Percaya diri pada saat mempresentasikan hasil diskusinya
Berikut ini akan disajikan Lembar observasi Keaktifan dan Keberanian
siswa pada saat proses pembelajaran siklus II berlangsung.
Tabel Lembar Observasi Keaktifan dan Keberanian Siswa Siklus II

No. Indikator Skor


1 2 3 4
1 Siswa berani bertanya √

23
2 Siswa berani berpendapat/ menjawab pertanyaan guru √
3 Siswa aktif dalam pembelajaran √
4 Siswa aktif dalam berdiskusi √
5 Siswa percaya diri dalam mempresentasikan hasil √
diskusi
Keterangan : 1.Kurang Sekali , 2. Kurang, 3. Baik, 4. Baik Sekali
Berdasarkan Tabel 4.6 hasil observasi keseluruhan siswa, dalam keaktifan dan
keberaniannya dalam bertanya maupun berpendapat sudah baik. Karena pada
siklus II siswa tidak perlu ditunjuk untuk mau menjawab pertanyaan guru. Mereka
sudah memiliki keberanian dan proses pembelajaran menjadi lebih aktif. Selain
itu, keberanian dan percaya diri siswa dalam mempresentasikan hasil diskusinya
baik sekali karena hampir setiap kelompok berani mempresentasikan ke depan
kelas. Berikut akan disajikan tabel hasil belajar siswa siklus II pada tabel berikut
ini:
Tabel Hasil Belajar Siswa Siklus II
Keterangan
No. Nama Siswa Nilai
Tuntas Tidak Tuntas
1 PUTRI 85 √
2 ANGGI 78 √
3 FARHAN 81 √
4 SALSA 79 √
5 KEVIN 89 √
6 ANTON 88 √
7 FANDI 75 √
8 ALFINO 90 √
9 FARID 84 √
10 RAKA 67 √
Jumlah 816
Rata-rata 81,6
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 67

Tabel Persentase Hasil Belajar Siswa siklus II


Kriteria Jumlah Siswa Persentase

24
Tuntas 9 90%
Tidak Tuntas 1 10%
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada pembelajaran siklus
II sebagian besar siswa mendapatkan nilai di atas KKM. Dari 6 siswa ada 12
siswa yang memperoleh nilai di atas KKM atau bisa dikatakan tuntas KKM.
Sedangkan hanya 2 siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM atau belum
tuntas KKM. Nilai rata-rata kelas tersebut yaitu 81,36 dengan nilai tertinggi 90
dan nilai terendah 65. Dari hasil belajar siswa tersebut artinya ada peningkatan
pada siklus II. Berikut ini grafik persentase ketuntasan belajar siswa siklus II.
Grafik Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II

90
80
70
60
50
Siklus II
40
30
20
10
0
Tuntas Tidak tuntas

Grafik Perbandingan Persentase Hasil Belajar Siswa Prasiklus, Siklus I dan


Siklus II

25
90
80
70
60
50 Tuntas
40 Tidak Tuntas
30
20
10
0
Prasiklus Siklus I Siklus II

Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa ada peningkatan


persentase dari prasiklus ke siklus I. Ketuntasan pada prasiklus sebesar 20%
sedangkan pada siklus I sebesar 60%, jadi peningkatannya sebesar 40%. Untuk
ketuntasan pada siklus II persentasenya sebesar 90%, yang artinya dari siklus I ke
siklus II ada peningkatan sebesar 30%. Dari persentase ketuntasan hasil belajar
siswa pada siklus II sebesar 90% menunjukkan bahwa hasil belajar telah mencapai
indikator sehingga tidak perlu ada tindakan lanjutan .
d. Refleksi
Pada tahap siklus II ini yang memperoleh nilai di atas KKM yaitu 9 siswa dan
masih ada 1 siswa yang tidak tuntas KKM atau mendapatkan nilai di bawah
KKM. Selain itu, berdasarkan hasil observasi keaktifan dan keberanian siswa
dalam bertanya, berpendapat ataupun mempresentasikan hasil diskusinya juga
sudah lebih baik atau mengalami peningkatan, karena sebagian besar siswa berani
melakukan hal tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
berhenti pada pembelajaran siklus II dan tidak perlu ada tindakan lanjutan
karenadari hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN PUCUK 2 mengalami
peningkatan dan telah mencapai indikator.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Prasiklus
Pada saat pembelajaran prasiklus yang dilakukan sebelum perbaikan
pembelajaran pada materi operasi bilangan pecahan di kelas IV SDN PUCUK
2, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tergolong rendah, karena banyak

26
siswa yang tidak tuntas KKM yang telah ditetapkan yaitu 68. Dari 10 siswa
hanya 2 siswa yang tuntas KKM sedangkan 8 siswa tidak tuntas KKM, atau
jika dalam bentuk persentase hanya 20% siswa yang tuntas KKM sedangkan
80% siswa yang tidak tuntas KKM. Setelah peneliti merefleksi diri, maka
ketidaktuntasan tersebut disebabkan beberapa hal, diantaranya:
a. Metode pembelajaran yang disampaikan guru sangat monoton, yaitu
sekedar penjelasan kemudian diberi tugas sehingga siswa kurang
memahami materi yang disampaikan guru.
b. Siswa kurang memperhatikan saat guru sedang menjelaskan materi.
c. Siswa terlihat pasif dan tidak berani bertanya saat pembelajaran
berlangsung dan kurang percaya diri ketika harus menjelaskan di depan
kelas.
2. Siklus I
Berdasarkan permasalahan pada pembelajaran prasiklus, untuk dapat
meningkatkan hasil belajar siswa maka peneliti menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share), karena model
pembelajaran ini dapat membuat siswa belajar lebih aktif, saling membantu
dan melatih keberanian siswa saat presentasi.
Dari hasil refleksi tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus I dihasilkan
beberapa permasalahan yang mengakibatkan perbaikan belum berhasil yaitu:
a. Ada beberapa langkah model pembelajaran TPS (Think Pair Share) yang
belum dipahami guru sehingga pembelajaran kurang optimal.
b. Saat beberapa siswa mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas, guru
tidak memberi penguatan secara jelas dan terperinci akan tetapi hanya
memberi penguatan singkat saja karena alokasi waktunya tidak
mencukupi.
c. Masih ada beberapa siswa yang kurang percaya diri saat
mempresentasikan hasil diskusinya sehingga penyampaian kurang
maksimal.
d. Hasil belajar siswa menunjukkan bahwa dari 10 siswa yang tuntas KKM
atau memperoleh nilai di atas KKM yaitu 6 siswa sedangkan 4 siswa yang

27
tidak tuntas KKM atau memperoleh nilai di bawah KKM. Jika dalam
bentuk persentase, siswa yang tuntas KKM sebesar 60% dan yang tidak
tuntas KKM sebesar 40%. Rata-rata kelas sebesar 71,2 dengan nilai
tertinggi 86 dan nilai terendah 58.
3. Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, ada beberapa tindakan
yang dilakukan pada siklus II sebagai berikut.
a. Sebelum pelaksanaan guru harus memahami setiap langkah-langkah
pembelajaran yang akan disampaikan agar pada saat pembelajaran
dapat berjalan dengan sukses.
b. Memberi motivasi pada siswa agar lebih percaya diri saat
mempresentasikan hasil diskusinya.
c. Menggunakan alokasi waktu dengan baik sehingga semua langkah
pembelajaran dapat terlaksana secara optimal.
Adapun hasil evaluasi perbaikan pembelajaran pada siklus II yaitu sebagai
berikut.
a. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran melalui bertanya,
menjawab pertanyaan guru, berdiskusi serta mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas.
b. Siswa lebih berani dan percaya diri ketika bertanya ataupun
mempresentasikan hasil diskusi.
c. Siswa lebih meguasai materi operasi bilangan pecahan dibuktikan
dengan hasil belajar siswa yang meningkat.
d. Hasil belajar siswa menunjukkan bahwa dari 10 siswa ada 9 siswa atau
90% yang memperoleh nilai di atas KKM atau tuntas KKM. Sedangkan
masih ada 1 siswa atau 10% yang memperoleh nilai di bawah KKM
sehingga belum tuntas KKM. Nilai rata-rata pada siklus II yaitu 81,6
dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 67. Berdasarkan indikator
keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka hasil
belajar siswa tersebut sudah mencapai indikator sehingga penelitian ini
berhenti dan tidak ada tindakan lanjutan.

28
Berdasarkan tindakan perbaikan yang telah dilaksanakan, menunjukkan
bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I
rata-rata nilai siswa adalah 71,2 kemudian pada siklus II menjadi 81,6. Dari
siklus I ke siklus II peningkatannya sebesar 10,4. Berdasarkan indikator yang
telah ditentukan yaitu jika 80% dari jumlah siswa mencapai KKM yang
ditetapkan yakni 68, maka penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
TPS (Think Pair Share) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran matematika materi operasi bilangan pecahan dikatakan telah
berhasil.
Keberhasilan penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) sesuai untuk diterapkan pada proses
pembelajaran matematika. Karena model pembelajaran tipe TPS (Think Pair
Share) dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran maupun dalam
diskusi serta siswa dapat melatih keberanian dalam berbagi hasil diskusinya.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Kurniasih dan Sani,2015) yang
menyatakan bahwa model pembelajran tipe TPS (Think Pair Share) atau
berpikir, berpasangan, berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Pada dasarnya model ini
merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi pola diskusi kelas.
V. Simpulan Dan Tindak Lanjut
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang telah dilakukan
oleh peneliti, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada pelajaran matematika materi operasi bilangan pecahan pada
siswa kelas IV SDN PUCUK 2, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten
Mojokerto. Karena model pembelajaran tersebut dapat membuat siswa lebih
aktif saat proses pembelajaran, memiliki keberanian dalam bertanya maupun
unjuk kerja. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari persentase
ketuntasan belajar dari prasiklus sebesar 20% (2 siswa) , siklus I sebesar 60% (6
siswa), dan siklus II sebesar 90% (9 siswa). Nilai rata-rata siswa pada setiap

29
siklus juga mengalami peningkatan. Nilai rata-rata prasiklus sebesar (60,3),
siklus I sebesar (71,2), dan siklus II sebesar (81,6).
B. Saran Tindak Lanjut
1. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan penelitan dalam penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS ( Think Pair Share) dengan materi
yang berbeda.
2. Bagi Guru
dapat dijadikan referensi untuk diterapkan pada mata pelajaran matematika
ataupun mata pelajaran yang lain.
3. Bagi Siswa
Siswa diharapkan dapat mempertahankan keaktifan dan keberanian dalam
unjuk kerja maupun kemampuan dalam menyelesaikan soal matematika
dengan terus belajar dan berlatih.

30
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman,M. (2012). Anak Berkesulitan Belajar Teori,Diagnosis,dan


Remediasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Ahmadi,Rulam. (2016). Pengantar Pendidikan Asas & Filsafat Pendidikan.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Amir, A. (2006). Kemampuan Penalaran dan Komunikasi dalam Pembelajaran
Matematika. Logaritma vol.II.No.01

Arifin,Zainal.(2006).Membangun Kompetensi Pedagogis Guru Matematika


(Landasan Filosofi Histori dan Psikologi).Surabaya:Lentera
Cendika.
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
PT.Rineka Cipta.

Arikunto. (2007). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI.
Jakarta : PT.Rineka Cipta.

Aunurrahman.(2012).Belajar dan Pembelajaran.Bandung:Alfabeta.


Daryanto dan Muljo Rahardjo. (2012). Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:
Penerbit Gava Media.
Ekawarna.(2006).Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta:Gaung Persada Press(GP
Press).
Erawati,Muna dkk (2009) Teori-Teori Belajar. Yogyakarta:CV.Orbittrust.

Fatimah,Siti. (2009). Matematika Asyik dengan Metode Pemodelan. Bandung:Dar


Mizan

Kurniasih,Imas dan Berlin Sani. (2015). Ragam Pengembangan Model


Pembelajaran untuk Profesionalitas Guru. Jogjakarta: Kata Pena

31
Shoimin,A. (2006). 68 Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.
Sugiyono. (2007). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

32

Anda mungkin juga menyukai