Disusun oleh:
Belajar merupakan salah satu usaha sadar yang dilakukan oleh setiap orang untuk
kelangsungan hidup manusia. Belajar dapat membantu manusia untuk menyesuaikan
diri (beradaptasi) terhadap lingkungan di sekitarnya. Slameto dalam Hamdani
(2011:20) mengemukakan bahwa: "Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya".
Belajar menurut pandangan Piaget berpendapat bahwa belajar adalah
pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus
menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan
adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku atau pengetahuan seseorang sebagai
upaya dari hasil pengalamannya melalui proses interaksi dengan lingkungannya.
2. Hakikat Belajar
Menurut Gagne dalam Suprijono (2010:2) mengatakan bahwa: "Belajar adalah
perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui
aktivitas". Seseorang yang melakukan pembelajaran dan selesai dari kegiatannya itu
telah memperoleh perubahan-perubahan dalam dirinya dengan memiliki pengalaman
baru setelah belajar. Maka seseorang dikatakan telah belajar.
1. Valid (sahih)
2. Objektif
3. Transparan (terbuka)
4. Adil
5. Terpadu
6. Menyeluruh dan berkesinambungan
7. Bermakna
8. Sistematis
9. Akuntabel
10. Beracuan kriteria
C. Pembelajaran Matematika di SD
Sekolah dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia.
Sekolah dasar (SD) ditempuh dalam kurun waktu 6 tahun, dimulai dari kelas 1 sampai
kelas 6. Pelajar SD umumnya berusia 6-12 tahun. Jenis mata pelajaran di SD berbeda
beda sesuai dengan tingkatan kelas. Mata pelajaran di SD antara lain Pendidikan
Agama, Pendidikan Kewarganegaraa, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu
Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Prakarya, Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan serta Muatan Lokal. Di dalam kurikulum 2013 mata
pelajaran terintegrasi dalam tema kecuali pelajaran Pendidikan Agama, Matematika,
dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
Mata pelajaran Matematika adalah mata pelajaran ilmu pengetahuan eksak yang
mengkaji objek kajian abstrak, berpola pikir deduktif dan memiliki simbol kosong
dari arti. Pembelajaran matematika di SD diarahkan pada pencapaian standar
kompetensi oleh siswa. Menurut Bruner (dalam Heruman, 2008: 4) bahwa dalam
pembelajaran matematika siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang
diperlukannya. Sejalan dengan pemikiran di atas, pembelajaran matematika materi
pecahan yang akan dilakukan dengan menerapkan model
pembelajaran Make A Match
mengembangkan ketrampilan siswa memecahkan masalah sehingga siswa akan
mengembangkan pengetahuannya sendiri.
Untuk memecahkan masalah matematika tersebut perlu adanya suatu strategi
pemecahan masalah. Ada sebelas strategi pemecahan, yaitu:
a. Beraksi (Act It Out)
Strategi ini mengharuskan kita melihat apa yang ada dalam masalah dan membuat
hubungan antar komponen dalam masalah menjadi jelas melalui serangkaian aksi fisik
atau manipulasi objek.
b. Membuat Gambar atau Diagram
Strategi ini digunakan untuk menyelesaikan masalah dan memperjelas hubungan
yang ada pada saat pembelajaran.
c. Mencari Pola
Untuk memudahkan memahami masalah-masalah, siswa diminta untuk membuat
tabel dan kemudian menggunakannya untuk menemukan pola yang relevan dengan
masalah-masalah yang ada. Tetapi tidak selamanya melalui penggunaan tabel.
d. Membuat Tabel
Strategi ini membantu mempermudah siswa untuk melihat pola dan memperjelas
informasi yang hilang. Strategi ini berguna sekali dalam mengklasifikasi dan
menyusun informasi atau data dalam jumlah besar.
e. Menghitung Semua Kemungkinan secara Sistematis
Strategi ini bisa digunakan bersamaan dengan strategi mencari pola dan membuat
tabel, karena kadangkala tidak mungkin bagi kita untuk mengidentifikasi seluruh
kemungkinan himpunan penyelesaian.
f. Mengidentifikasi Informasi yang disampaikan
Strategi ini membantu kita mememperoleh informasi dan memberi mereka
pengalaman dalam merumuskan pertanyaan-pertanyaan.
g. Menulis Kalimat Terbuka
Untuk menyelesaikan permasalahan, kita dapat menggunakan variabel sebagai
pengganti kalimat dalam soal-soal yang kita berikan kepada siswa.
h. Menyelesaikan Masalah yang Lebih Mudah
Suatu masalah yang sulit dapat diselesaikan dengan cara menyelesaikan masalah
serupa tetapi lebih sederhana menggunakan metode yang berbeda.
i. Mengubah Pandangan
Cara ini bisa digunakan setelah beberapa strategi lain telah dilakukan tanpa hasil.
Permasalahan yang dihadapi perlu didefinisikan dengan cara yang sama sekali
berbeda.
D. Model Pembelajaran Make A Match
Pada bagian model pembelajaran Make A Match akan dijelaskan secara rinci
tentang: pengertian model pembelajaran Make A Match, komponen-komponen model
pembelajaran Make A Match, dan langkah-langkah penerapan model pembelajaran
Make A Match. Uraian selengkapnya sebagai berikut:
1) Pengertian model pembelajaran Make A Match
Menurut Rusman (2011: 223-233) Model pembelajaran Make A Match (membuat
pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif.
Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu cara keunggulan
teknik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu
konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match adalah suatu teknik pembelajaran Make A Match adalah teknik mencari
pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam semua mata
pelajaran dan tingkatan kelas.
Kelebihan dan kelemahan model Cooperative Learning tipe Make A Match menurut
Miftahul Huda (2013: 253-254) adalah :
1) Kelebihan model pembelajaran tipe Make A Match antara lain:
a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran
berlangsung, baik secara kognitif maupun fisik
b. Karena ada unsur games, model ini sangat menyenangkan
c. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajari
dan dapat meningkatkan semangat belajar siswa
d. Efektif untuk melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi
e. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.
2) Kelemahan Model pembelajaran Make A Match antara lai:
a. Jika cara ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang
terbuang sia-sia.
b. Pada awal-awal penerapan model, banyak siswa yang akan malu berpasangan
dengan lawan jenisnya
c. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang
kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan
d. Guru harus lebih hati-hati dan bijaksana saat memberikan hukuman kepada
siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu
e. Menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.
2) Langkah-langkah model pembelajaran Make A Match
Agar sebuah metode pembelajaran berjalan secara sistematis, maka setiap metode
pembelajaran dilengkapi dengan langkah-langkah pembelajarannya. Menurut
Suprijono (2009: 94) pada metode pembelajaran tipe make a match memiliki
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan
make a match adalah menggunakan kartu-kartu. Kartu dalam model
pembelajaran ini dibagi menjadi 2 kartu yaitu kartu berisi pertanyaan-
pertanyaan dan kartu-kartu yang lain berisi jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan.
b. Langkah berikutnya adalah guru membagi komunitas menjadi 3 kelompok.
Kelompok pertama yaitu kelompok pembawa karu-kartu berisi pertanyaan-
pertanyaan. Kelompok kedua yaitu kelompok yang membawa kartu-kartu
berisi jawaban-jawaban. Kelompok ketiga yaitu kelompok sebagai penilai.
Buatlah posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk huruf U. Buatlah
kelompok pertama dan kedua sejajar saling berhadapan.
c. Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan,
maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun
kelompok kedua saling bergerak mereka bertemu, mencari pasangan
pertanyaan-jawaban yang cocok. Berikan kesempatan kepada mereka untuk
berdiskusi. Ketika mereka diskusi alangkah baiknya jika ada musik
instrumentalia yang lembut mengiringi aktivitas belajar mereka.
d. Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan
pertanyaanjawaban kepada kelompok penilai. Kelompok ini kemudian
membaca apakah pasangan pertanyaan-jawaban itu cocok. Setelah dinilai,
kemudian buatlah kelompok pertama dan kelompok kedua bersatu kemudian
memosisikan dirinya menjadi kelompok penilai. Sementara, yang bertugas
sebagai kelompok penilai pada sesi pertama tersebut diatas dipecah menjadi
dua kelompok, sebagian anggota memegang kartu pertanyaan sebagian lainnya
memegang kartu jawaban. Posisikan mereka dalam bentuk huruf U. Guru
selanjutnya meniup peluitnya kembali yang menandakan bahwa kelompok
pemegang kartu pertanyaan dan jawaban bergerak untuk mencari,
mencocokkan, dan mendiskusikan pertanyaan-jawaban. Berikutnya adalah
masing-masing pasangan pertanyaan-jawaban menunjukkan hasil kerjanya
kepada penilai.
e. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua peserta didik baik yang berperan
sebagai pemegang kartu pertanyaan, pemegang kartu jawaban, maupun penilai
mengetahui dan memahami secara pasti apakah betul kartu pertanyaan-
jawaban yang mereka pasangkan sudah cocok. Demikian halnya bagi peserta
didik kelompok penilai. Mereka belum mengetahui terkait penilaian mereka
benar atas pasangan pertanyaan-jawaban. Berdasarkan situasi ini guru
memberikan fasilitas kepada siswa untuk melakukan diskusi untuk
memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik mengonfirmasikan hal-
hal yang mereka telah lakukan yaitu memasangkan pertanyaan jawaban dan
melaksanakan penilaian.
E. Penerapan model pembelajaran Make A Match pada pembelajaran Matematika
materi operasi hitung campuran pada bilangan pecahan
Sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V A di MI DAUD
KHOLIFATULLAH TARAKAN pada mata pelajaran matematika materi pelajaran
operasi hitung campuran bilangan pecahan, maka akan disajikan aktifitas-aktifitas
pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan kooperatif menggunakan model
pembelajaran make a match. Pada hakikatnya model pembelajaran make a match
melibatkan aktifitas pembelajaran yang menitik beratkan pada pencarian pasangan antara
soal dan jawaban yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran.
Penerapan model ini dapat dimulai dengan membagikan sebagian kartu yang berisi
pertanyaan dan sebagian lagi berisi jawaban kepada siswa, masing-masing siswa akan
memperoleh satu kartu. Siswa diminta untuk mencari pasangan kartu yang merupakan
jawaban atau soal sebelum batas waktunya 32 berakhir, jika siswa dapat mencocokkan
kartunya sebelum waktunya berakhir maka akan diberi point, namun sebaliknya jika
siswa belum dapat menemukan pasangan kartunya, maka akan diberi hukuman sesuai
dengan yang telah disepakati sebelumnya. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
make a match ini tidak lain adalah agar proses pembelajaran Matematika akan tercipta
suasana yang lebih menyenangkan, siswa tidak merasa terbebani, karena dalam
penerapannya model ini menagandung unsur permainan sehingga siswa dapat lebih
bersemangat untuk belajar Matematika, materi yang dipelajari pun akan lebih mudah
difahami dan dapat diterapkan dikehidupan sehari-harinya.
BAB III
Keterangan:
B = banyaknya butir yang dijawab benar (dalam bentuk pilihan ganda) atau
(jumlah skor jawaban benar pada tiap butir/ item soal pada tes bentuk
penguraian)
St = skor teoritis (jumlah skor seluruhnya)
N = nilai
(Poerwanti dkk, 2008:6 14-6 16)
Hasil penghitungan dikonsultasikan dengan kriteria ketuntasan belajar
siswa yang dikelompokkan ke dalam dua kriteria tuntas dan tidak tuntas.
Tabel 3.1
Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa
Kriteria Ketuntasan Kualifikasi
≥ 65 Tuntas
< 65 Tidak Tuntas
(Sumber : KKM mata pelajaran Matematika kelas V A SDN Lempongsari
Kota Semarang)
Dengan demikian, dapat ditentukan jumlah siswa yang tuntas dan
tidak tuntas. Ketuntasan belajar klasikal dapat tercapai apabila ≥ 85% dari
keseluruhan obyek penelitian (Hamdani, 2011: 60)
Tabel 3.2
Kriteria Ketuntasan Klasikal Kriteria Ketuntasan Klasikal (%)
Kriteri Ketuntasan Klasikal (%) Kualifikasi
≥ 85 Tuntas
< 85 Tidak Tuntas
b) Data Kualitatif
Menurut Widoyoko (2012: 106-110) untuk mengolah data skor dilakukan
dengan langkah sebagai berikut:
1) Menentukan skor terendah
2) Menentukan skor tertinggi
3) Membagi rentan menjadi 4 kriteria yaitu sangat baik, baik, cukup dan
kurang
4) Menentukan jarak interval (i) dilakukan dengan cara sebagai berikut:
i= 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
30
= 4
= 7, 5
Jadi kriteria skor ketrampilan guru dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.3
Kriteria Skor Ketrampilan Guru
Kriteria Skala
Sangat Baik 32,5 ≤ skor ≤ 40
Baik 25 ≤ skor < 32,5
Cukup 17,5 ≤ skor < 25
Kurang 10 ≤ skor < 17,5
Aktivitas siswa
Jika instrumen terdapat 10 indikator dengan rentangan yang dipakai 1
sampai 4 maka:
Nilai terendah = 10 x 1 = 10
Nilai tertinggi = 10 x 4 = 40
R = 40 – 10 = 30
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
i= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
30
= 4
= 7, 5
Jadi kriteria skor aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.4
Kriteria Skor Aktivitas Siswa
Kriteria Skala
Sangat Baik 32,5 ≤ skor ≤ 40
Baik 25 ≤ skor < 32,5
Cukup 17,5 ≤ skor < 25
Kurang 10 ≤ skor < 17,5
e. Indikator Keberhasilan
Pembelajaran dengan model pembelajaran Make A Match dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika pada siswa kelas VA MI
DAUD KHOLIFATULLAH TARAKAN Kecamatan Tarakan Timur Kota
Tarakan dengan indikator sebagai berikut ini:
1) Ketrampilan guru dalam pembelajaran Matematika melalui pembelajaran
model make a match meningkat dengan kriteria sekurang-kurangnya baik
(25
≤ skor < 32,5).
2) Aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika melalui pembelajaran
model make a match meningkat dengan kriteria sekurang-kurangnya baik
(25
≤ skor < 32,5).
3) Hasil belajar siswa kelas VA MI DAUD KHOLIFATULLAH TARAKAN
dalam pembelajaran Matematika melalui model pembelajaran make a
match mencapai ketuntasan belajar klasikal ≥85% dan individu ≥ 66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dipaparkan uraian yang lebih jelas terkait pelaksanaan pembelajaran, yaitu pra siklus,
siklus I dan siklus II. Tahapan pada setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi.
Berikut ini deskripsi atau gambaran per siklus:
a. Deskripsi pelaksanaan pra siklus
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
2. Pelaksanaan
Kegiatan pra siklus dilaksanakan pada hari Selasa, 26 September 2023 dengan
mata pelajaran matematika pada kompetensi dasar 3.1 Menjelaskan dan melakukan
penjumlahan dan pengurangan dua pecahan dengan penyebut berbeda dengan materi
operasi hitung campuran bilangan pecahan. Proses pembelajaran pada pra siklus
dilaksanakan melalui 4 tahapan yaitu pra kegiatan, kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegitan akhir.
Pada pra siklus, diperoleh hasil pembelajaran (tes tertulis) yaitu 10 siswa
mendapat nilai dibawah KKM dan 10 siswa mendapat nilai diatas KKM atau jika di
prosentase 50% yang tuntas dan 50% yang belum tuntas.
3. Refleksi
Berdasarkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada pra siklus dapat
diketahui bahwa prosentase siswa yang tuntas sebanyak 50 % dan yang 50% siswa
belum tuntas. Karena masih banyak siswa yang belum tuntas maka peneliti dengan
tim kolaborator akan melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran .
Berikut ini adalah hasil refleksi perbaikan pembelajaran pra siklus:
1) Dengan menerapkan pendekatan pembelajarab metode diskusi, siswa belum
dapat memahami materi yang diajarkan.
2) Dari analisis hasil evaluasi belajar pra siklus menunjukan bahwa ketuntasan
belajar hanya mencapai 50%. Hal ini belum maksimal karena belum
mencapai indikator keberhasilan yaitu 85%, sengan demikian perlu dilakukan
perbaikan pembelajaran.
3) Model pembelajaran yang digunakan oleh guru hanya metode diskusi.
b. Deskripsi pelaksanaan siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti telah melakukan identifikasi dan perumusan
masalah sebagai acuan untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
siklus I. Dalam perencanaan telah disiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa,
lembar pengamatan ketrampilan guru, dan merancang tes tertulis (terlampir).
2. Pelaksanaan
Perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan hari Selasa, 3 Oktober 2023 pada
mata pelajaran Matematika pada kompetensi dasar 3.1 Menjelaskan dan melakukan
penjumlahan dan pengurangan dua pecahan dengan penyebut berbeda dengan materi
operasi penjumlahan bilangan pecahan. Proses pembelajaran pada siklus I
dilaksanakan melalui 4 tahapan yaitu pra kegiatan, kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegitan akhir.
Setelah melalui kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I, maka diperoleh hasil
pembelajaran (tes formatif) siklus I yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Hasil tes formatif pembelajaran siklus I
No Nilai siswa Banyaknya siswa
1. 10
2. 20
3. 30
4. 40 3
5. 50 2
6. 60 3
7. 70 4
8. 80 3
9. 90 5
10. 100
Jumlah siswa 20
Jumlah nilai 1420
Rata-rata kelas 71
Bila hasil pengamatan pada siklus I disajikan dalam grafik diagram batang
adalah sebagai berikut:
Grafik 4.1
Hasil Evaluasi Siklus I
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Nilai siswa
3. Pengamatan
Hasil pengamatan aktivitas siswa yang telah dilakukan oberver bersama tim
kolaborator setelah melalui kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I seperti yang
tertera dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.2
Ketrampilan Guru dalm pembelajaran Siklus I
No Ketrampilan guru kemunculan Keterangan
Ada tidak
1. Persiapan pembelajaran Silabus dan RPP sudah
ada
2. Mengawali Melakukan apersepsi
pembelajaran dengan baik dan
mengunakan bahasa
yang lugas
3. penguasaan materi Guru menguasai materi
4. Penggunaan model Penggunaan model
pembelajaran pembelajaran sudah
baik tetapi ada satu
langkah
yang tidak dilakukan
5. Pemberian bimbingan Guru mebimbing siswa
dengan sabar
6. Pengelolaan kelas Guru dapat
mengkondisikan siswa
dengan baik
7. Pemberian reward Guru memberikan
reward berupa tepuk
tangan dan ucapan
Hasil pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran siklus ii, sebagai berikut:
Tabel 4.3
Aktivitas Siswa selama Pembelajaran Siklus I
No Perilaku siswa yang Kemunculan Keterangan
diamati Ada Tidak
1. Perhatian siswa pada Siswa
materi pelajaran memperhatikan
dengan tenang
2. Keberanian siswa dalam Siswa berani
permainan kartu dalam
permainan
3. Semangat siswa dalam Siswa
mengikuti permainan semangat
dalam
mengikuti
permainan
4. Keaktifan siswa dalam Siswa terlihat
mencari jawaban aktif mencari
jawaban pada
kartu
4. Refleksi
Setelah selesai melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I, maka dapat
dipaparkan seperti tabel dibawah ini:
Tabel 4.4
Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
Aspek penilaian Pencapaian
Nilai Terendah 40
Nilai Tertinggi 95
Rata-rata Kelas 71
Siswa yang Tuntas 13 siswa (65 %)
Siswa yang Tidak Tuntas 7 siswa (35 %)
Bila prosentase ketuntasan belajar siswa dibuat grafik, maka akan terlihat sebagai
berikut:
Grafik 4.2
Prosentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Tuntas Belum Tuntas
Apabila prosentase ketuntasan belajar siswa pada pra siklus dengan siklus I
dibandingkan, maka akan terlihat pada grafik berikut ini:
Grafik 4.3
Prosentase Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus dan Siklus I
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Tuntas Tidak Tuntas
Hasil pembelajaran tes tertulis pada siklus II disajikan dalam grafik sebagai
berikut:
Grafik 4.4
Hasil Evaluasi Siklus II
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Nilai siswa
3. Pengamatan
Hasil pengamatan ketrampilan guru yang telah dilakukan peneliti setelah
melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II disajikan dalam tabel di bawah
ini:
Tabel 4.6
Ketrampilan Guru dalm pembelajaran Siklus II
No Ketrampilan guru kemunculan Keterangan
ada tidak
1. Persiapan pembelajaran Silabus dan RPP sudah
ada
2. Mengawali Melakukan apersepsi
pembelajaran dengan baik dan
mengunakan bahasa
yang lugas
3. penguasaan materi Guru menguasai materi
4. Penggunaan model Penggunaan model
pembelajaran pembelajaran sudah
baik tetapi ada satu
langkah
yang tidak dilakukan
5. Pemberian bimbingan Guru mebimbing siswa
dengan sabar
6. Pengelolaan kelas Guru dapat
mengkondisikan siswa
dengan baik
7. Pemberian reward Guru memberikan
reward berupa tepuk
tangan dan ucapan
Hasil pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran siklus ii, sebagai berikut:
Tabel 4.8
Aktivitas Siswa selama Pembelajaran Siklus II
No Perilaku siswa yang Kemunculan Keterangan
diamati Ada Tidak
1. Perhatian siswa pada V Siswa
materi pelajaran memperhatikan
dengan tenang
2. Keberanian siswa dalam V Siswa berani
permainan kartu dalam
permainan
3. Semangat siswa dalam V Siswa
mengikuti permainan semangat
dalam
mengikuti
permainan
4. Keaktifan siswa dalam V Siswa terlihat
mencari jawaban aktif mencari
jawaban pada
kartu
4. Refleksi
Setelah selesai melakukan perbaikan pembelajaran, peneliti bersama tim
kolaborator merefleksi dan didapatkan data-data sebagai berikut:
Tabel 4.8
Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
Aspek penilaian Pencapaian
Nilai Terendah 50
Nilai Tertinggi 100
Rata-rata Kelas 80
Siswa yang Tuntas 17 siswa (85 %)
Siswa yang Tidak Tuntas 3 siswa (15 %)
Bila prosentase ketuntasan belajar siswa dibuat grafik, maka akan terlihat sebagai
berikut:
Grafik 4.6
Prosentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Tuntas Belum Tuntas
Ketuntasan belajar
Apabila prosentase ketuntasan belajar siswa pada pra siklus dengan siklus II
dibandingkan, maka akan terlihat pada grafik berikut ini:
Grafik 4.7
Prosentase Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Tuntas Tidak Tuntas
c. Siklus II
Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran pada pelaksanaan siklus ii, maka dapat
disimpulkan bahwa kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus ii telah mencapai
indikator keberhasilan yaitu 85% tuntas. Banyaknya siswa yang mendapatkan nilai diatas
KKM adalah 17 dan yang nilainya dibawah KKM adalah 3 siswa.
Peningkatan hasil belajar juga disertai dengan peningkatan ketrampilan guru dan
aktivitas siswa pada saat perbaikan pembelajaran siklus II berlangsung. Penggunaan
model pembelajaran Make A Match sangat berpengaruh terhadap pembelajaran. Guru
dituntut untk selalu mengarahkan dan membimbing siswa pada saat pembelajaran
berlangsung. Langkah-langkah model pembelajarannya dilakukan dengan runtut sesuai
dengan sintaksnya.
Karena sudah memenuhi dalm pencapaian indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan, maka perbaikan pembelajaran pada materi operasi hitung campuran
bilangan pecahan dianggap sudah selesai, tidak perulu dilakukan perbaikan kembali pada
siklus selanjutnya. Dalam proses perbaikan pembelajaran siklus II guru sudah mengulang
materi sebelumnya sehingga memudahkan siswa dalam mempelajari materi yang akan
dipelajari. Runtutnya guru dalam membimbing mengarahkan siswa dalam menerapkan
model pembelajaran Make A M atch menjadikan siswa menjadi antusias mengikuti
pembelajaran. Pemberian reward dirasa sangat penting karena siswa menjadi lebih
senang dan mampu meningkatkan motivasi siswa untuk terus belajar dan berkarya. Pada
kegiatan akhir guru memberikan mengulas materi memberikan umpan balik terhadap apa
yang telah dipelajari
serta menyampaikan materi yang akan dipelajari di pertemuan yang akan mendatang.
Tabel 4.10
Hasil Observasi Ketrampilan Guru Siklus II
No Aspek yang diamati Kemunculan Komentar
Ada Tidak
1. Kegiatan awal
a. Berdoa V Baik
b. Apersepsi V Baik
c. Mengulang materi sebelumnya V Baik
d. Menyampaikan tujuan V Baik
2. Kegiatan Inti
a. Penguasaan materi Baik
b. Penggunaan model Baik
c. Mengadakan tanya jawab Baik
d. Pengaturan waktu Baik
3. Kegiatan Akhir
a. Simpulan materi Baik
b. Tes tertulis Baik
c. Umpan balik Baik
d. Penguatann/Reward Baik
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika pada
siswa kelas V A MI DAUD KHOLIFATULLAH TARAKAN Kota Tarakan. Hasil belajar
siswa dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Make A Match pada
siklus I prosentasi ketuntasan belajar yang dicapai adalah 65% atau 13 siswa dan siswa
yang belum mengalami ketuntasan belajar sebesar 35% atau 17 siswa. Pada siklus II
terjadi peningkatan pada pencapaian ketuntasan belajar menjadi 85% atau 17 siswa dan 15
% atau 3 siswa masih belum tuntas belajar. Indikator keberhasilan belajar siswa telah
tercapai yaitu sebanyak 85% siswa mengalami ketuntasan belajar.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada pembelajaran matematika melalui
model pembelajaran Make A Match pada siswa kelas V A MI DAUD
KHOLIFATULLAH TARAKAN Kota Tarakan, peneliti dapat memberikan saran bagi:
a) Guru
Model pembelajaran Make A Match dapat dijadikan acuan oleh guru sebagai
solusi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran lain.
b) Siswa
Penerapan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan aktivitas
siswa dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.
c) Sekolah
Penerapan model pembelajaran Make A Match dapat dikembangkan lebih lanjut,
baik oleh guru maupun lembaga instansi sehingga lebih baik dan tujuan pembelajaran
semakin efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara
Lembar Observasi
Aktivitas Siswa Siklus I
KHOLIFATULLAH
Petunjuk:
1. Isilah kolom jumlah dengan jumlah siswa yang mengikuti kegiatan sesuai aktivitas
2. Skala penilaian diisi dengan tanda cek (v)
No Keaktifan siswa Jumlah Skala penilaian
siswa % 1 2 3 4
1. Hadir dalam kegiatan
pembelajaran
2. Memperhatikan guru
3. Aktif mengerjakan soal
4. Aktif mencatat hal
penting
5. Aktif mengerjakan soal
di papan tulis
6. Aktif bertanya
7. Bermain kartu dengan
baik
8. Mencari jawaban
dengan cepat
9. Menjawab pertanyaan
guru
10. Menyampaikan
pendapat
Jumlah
Rata-rata
KRITERIA:
SB = sangat baik (86 % - 100%)
B = baik (71% - 85%)
C = Cukup (56% - 70%)
D = Kurang baik (< 56%)
.................................
Lembar Observasi
Aktivitas Siswa Siklus II
KHOLIFATULLAH
Petunjuk:
3. Isilah kolom jumlah dengan jumlah siswa yang mengikuti kegiatan sesuai aktivitas
4. Skala penilaian diisi dengan tanda cek (v)
No Keaktifan siswa Jumlah Skala penilaian
siswa % 1 2 3 4
1. Hadir dalam kegiatan
pembelajaran
2. Memperhatikan guru
3. Aktif mengerjakan soal
4. Aktif mencatat hal
penting
5. Aktif mengerjakan soal
di papan tulis
6. Aktif bertanya
7. Bermain kartu dengan
baik
8. Mencari jawaban
dengan cepat
9. Menjawab pertanyaan
guru
10. Menyampaikan
pendapat
Jumlah
Rata-rata
KRITERIA:
SB = sangat baik (86 %-100%)
B = baik (71%-85%)
C = Cukup (56%-70%)
D = Kurang baik (< 56%)
Tarakan, Oktober
2023
Pengamat 1
.................................
.................................
Tarakan, Oktober
2023
Pengamat 1
.................................