Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG


CAMPURAN BILANGAN PECAHAN MELALUI MODEL MAKE A MATCH PADA
SISWA KELAS V MI DAUD KHOLIFATULLAH TAHUN PELAJARAN 2023/2024

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional

Disusun oleh:

Nama : ANGGA FAHMA


NIM. : 858522569

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM S1 PGSD UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ-KOTA TARAKAN
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan diri seseorang
sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu
nonformal maupun formal. Pendidikan non formal merupakan pendidikan yang
diperoleh dari pengalaman-pengalaman, baik pengalaman baik maupun buruk.
Sedangkan pendidikan formal dapat didapatkan dari mengikuti program-program
yang telah direncanakan dan terstruktur oleh suatu instansi. Instansi dalam pendidikan
formal salah satunya yaitu sekolah.
Sekolah membutuhkan kurikulum untuk melaksanakan perencanaan
pengajaran. Kurikulum merupakan rencana tertulis yang mencakup susunan program
pendidikan yang diproyekkan ke setiap sekolah yang dijalankan oleh kepala sekolah
dan guru. Kurikulum mengalami penyempurnaan sesuai dengan perkembangan
zaman. Dalam pembelajaran, proses pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum
yang sedang berlaku pada era ini. Kurikulum yang sedang berlaku pada era ini adalah
kurikulum 2013.
Mata pelajaran dalam kurikulum merupakan unit kompetensi dasar terkecil
dalam kurikulum. Dalam kurikulum SD unit kompetensi dasar diterapkan melalui
pendekatan teritegrasi. Melalui pendekatan ini struktur kurikulum SD menjadi lebih
sederhana karena jumlah mata pelajaran berkurang. Pada kelas tinggi (kelas IV, V dan
VI) semua mata pelajaran terintegrasi dalam tema kecuali mata pelajaran Pendidikan
agama, Matematika, SBdP dan muatan lokal. Mata pelajaran matematika merupakan
mata pelajaran yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran matematika
sangat penting diterapkan sejak SD karena melalui mata pelajaran matematika siswa
akan memiliki ketrampilan berhitung.
Permasalahan-permasalahan yang muncul dalam pembelajaran matematika di
SDN Lempongsari kelas V A, antara lain: masih sedikitnya siswa yang
memperhatikan guru saat menjelaskan materi operasi hitung campuran bilangan
pecahan, banyaknya siswa yang bergurau saat pembelajaran, siswa kurang teliti pada
saat mengerjakan tugas dari guru, kurangnya motivasi belajar dari siswa dan banyak
siswa yang memiliki kebiasaan buruk dalam belajar.
Didukung data hasil observasi dan evaluasi pada pembelajaran matematika di
kelas V SDN Lempongsari Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang, diperoleh
hasil dari 20 siswa kelas V terdapat 10 siswa yang mendapat nilai diatas 65,
sedangkan 10 siswa yang nilainya dibawah 65. Data hasil belajar menunjukan nilai
terendah 0 nilai tertinggi 90 rata-rata 55,5.
Berdasarkan permasalahan di kelaas V, perlu adanya perbaikan dan
peningkatan kualitas pembelajaran matematika dengan menerapkan model
pembelajaran yang inovatif sehingga siswa akan lebih aktif, pembelajaran menjadi
lebih bermakna dan hasil belajar menjadi meningkat. Oleh karena itu, peneliti
bersama tim kolaboratif berinisiatif menerapkan alternatif tindakan dengan
menerapkan model pembelajaran make a match.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti memilih judul penelitian
“Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Operasi Hitung Campuran Bilangan
Pecahan melalui Model Make A Match pada Siswa Kelas V MI DAUD
KHOLIFATULLAH Kecamatan Tarakan Timur Tahun Pelajaran 2023/2024”
1.1 Identifikasi masalah
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti ditemukan
beberapa masalah dalam proses pembelajaran matematika di kelas V MI DAUD
KHOLIFATULLAH antara lain:
a. Masih sedikitnya siswa yang memperhatikan guru saat menjelaskan materi
operasi hitung campuran bilangan pecahan
b. Banyaknya siswa yang bergurau saat pembelajaran
c. Siswa kurang teliti pada saat mengerjakan tugas dari guru
d. Kurangnya motivasi belajar dari siswa
e. Banyak siswa yang memiliki kebiasaan buruk dalam belajar
1.2 Analisis masalah
Agar pembelajaran menjadi efektif maka pada saat pembelajaran perlu
diterapkan berbagai upaya yang harus dilakukan oleh guru. Upaya-upaya yang
diterapkan oleh guru diantaranya adalah penggunaan media pembelajaran yang
sesuai dengan materi pelajaran, penggunaan model pembelajaran yang sesuai
dengan situasi dan kondisi pembelajaran serta sumber belajar yang relevan. Hal
tersebut harus diterapkan oleh guru supaya kegiatan pembelajaran berjalan
dengan baik sehingga dapat memancing rasa ingin tahu siswa terhadap materi
yang akan dibahas dan pembelajaran menjadi menarik.
Dari uraian tersebut peneliti melakukan refleksi diri, dengan dibantu oleh
kolaborator melalui proses diskusi, maka diketahui penyebab siswa
mendapatkan hasil yang tidak optimal adalah:
a. Kurangnya minat belajar dari siswa
b. Kurangnya motivasi belajar siswa
c. Siswa mengerjakan soal kurang teliti
d. Tidak memperhatikan guru saat menjelaskan materi
1.3 Alternatif pemecahan masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa pembelajaran Matematika
pada materi pecahan kelas V MI DAUD KHOLIFATULLAH terdapat 10 anak
mndapatkan nilai dibawah KKM. Maka dari itu, peneliti bersama tim kolaborator
akan melakukan perbaikan. Tindakan perbaikan yang dilakukan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa sehingga siswa mendapatkan nilai yang baik dan diatas KKM.
Peneliti akan menerapkan model dan media pembelajaran yang menarik
perhatian siswa sehingga kegiatan pembelajaran berhasil dengan baik. Model dan
media pembelajaran yang dipilih oleh peneliti dan tim kolaborator disesuaikan dengan
perkembangan anak dan materi pelajaran agar menghasilkan pembelajaran yang
bermakna dan membantu siswa dalam memahami materi pelajaran.
Peneliti menerapkan model pembelajaran Make A Match sebagai usaha untuk
meningkatkan hasil belajar siswa karena teknik model pembelajaran Make A Match
siswa dituntut untuk berkompetisi mencari pasangan dari kartu yang sedang
dibawanya dengan waktu yang cepat sehingga siswa lebih mudah belajar mengenai
konsep atau topik dalam mata pelajaran.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalahnya yaitu:
1. Apakah model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan ketrampilan
guru dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas V MI DAUD
KHOLIFATULLAH TARAKAN kecamatan TARAKAN TIMUR Kota
Semarang tahun pelajaran 2023/2024?
2. Apakah model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan aktivitas siswa
dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas V MI DAUD
KHOLIFATULLAH Kecamatan Tarakan Timur Kota Tarakan tahun pelajaran
2023/2024?
3. Apakah model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar
dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas V MI DAUD
KHOLIFATULLAH Kecamatan Tarakan Timur Kota Tarakan tahun pelajaran
2023/2024?
C. TUJUAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan
model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka
tujuan penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah :
1. Meningkatkan ketrampilan guru dalam pembelajaran matematika pada siswa
kelas V SDN Lempongsari melalui model pembelajaran make a match
2. Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas
V MI DAUD KHOLIFATULLAH TARAKAN melalui model pembelajaran
make a match
3. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada siswa
kelas V MI DAUD KHOLIFATULLAH TARAKAN melalui model
pembelajaran make a match
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai
berikut:
a. Bagi Siswa
1. Dapat meningkatkan prestasi belajar pada materi pelajaran pecahan dengan
menggunakan model pembelajaran make a match
2. Dapat meningkatkan semangat belajar siswa dalam menyelesaikan soal
pecahan
b. Bagi Guru / Peneliti
1. Membantu guru meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pelajaran
pecahan
2. Untuk mengembangkan kemampuan merencanakan strategi atau model
pembelajaran yang lebih menarik
3. Dapat memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas dalm pembelajaran
matematika materi pecahan
c. Bagi Sekolah
1. Meningkatkan pengetahuan baru terhadap guru-guru di MI DAUD
KHOLIFATULLAH TARAKAN dalm mengajarkan matematika materi
pecahan dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match
2. Sebagai pengadaan pembaharuan model-model pembelajaran yang inovatif
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. BELAJAR
1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan salah satu usaha sadar yang dilakukan oleh setiap orang untuk
kelangsungan hidup manusia. Belajar dapat membantu manusia untuk menyesuaikan
diri (beradaptasi) terhadap lingkungan di sekitarnya. Slameto dalam Hamdani
(2011:20) mengemukakan bahwa: "Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya".
Belajar menurut pandangan Piaget berpendapat bahwa belajar adalah
pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus
menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan
adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku atau pengetahuan seseorang sebagai
upaya dari hasil pengalamannya melalui proses interaksi dengan lingkungannya.
2. Hakikat Belajar
Menurut Gagne dalam Suprijono (2010:2) mengatakan bahwa: "Belajar adalah
perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui
aktivitas". Seseorang yang melakukan pembelajaran dan selesai dari kegiatannya itu
telah memperoleh perubahan-perubahan dalam dirinya dengan memiliki pengalaman
baru setelah belajar. Maka seseorang dikatakan telah belajar.

Beberapa prinsip dalam belajar yaitu:


1. Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap
belajar akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran.
Motivasi merupakan usaha yang membangkitkan dan mengarahkan kegiatan
seseorang. Motivasi membutuhkan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Sebagai
tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar yang dilakukan
pendidik.
2. Keaktifan
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menunjukkan keaktifannya. Keatifan itu
beraneka ragam bentuknya. Berawal dari aktivitas fisik yang mudah diamati sampai
kegiatan psikis yang sulit untuk diamati. Kegiatan fisik yang dilakukan seperti
membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
3. Keterlibatan langsung/berpengalaman
Keterlibatan siswa dalam belajar jangan diartikan sebagai keterlibatan fisik
semata. Terutama pada keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan
pengetahuan untuk pencapaian dan pemerolehan pengetahuan.
4. Pengulangan
Belajar merupakan cara melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri
atas daya mengamati, menanggapi, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan terus
berkembang.
5. Tantangan
Pada saat keadaan belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang dicapai, tetapi
selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari materi pelajaran, maka timbullah cara
untuk mengatasi permasalahan itu yaitu dengan mempelajari materi pelajaran tersebut.
6. Balikan dan penguatan
Siswa akan belajar lebih semangat lagi jika mengetahui dan mendapatkan hasil
yang maksimal nilai diatas KKM. Hasil yang baik merupakan balikan yang
menyenangkan dan berpengaruh positif bagi usaha belajar selanjutnya.
7. Perbedaan individual
Perbedaan individual sangat berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.
Karenanya, perbedaan individu pelu diperhatikan oleh guru dalam upaya
pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas siswa yang berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa.
B. Hasil Belajar
Menurut Suprijono (2012:5) Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-
nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Hasil belajar
berupa informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, ketrampilan
motorik, dan sikap. Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk nilai.
Winkel (dikutip oleh Purwanto, 2010) hasil belajar adalah perubahan yang
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Dalam Peraturan
Pemerintah No 19 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 64 ayat (1) dijelaskan
bahwa penilaian hasil belajar oleh guru dilakukan secara berterusan untuk memantau
proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar dalam bentuk ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
Sudjana (2005) mengutarakan tujuan penilaian hasil belajar sebagai berikut:

1. Kecakapan belajar siswa dideskripsikan digunakan untuk mengetahui kelebihan


dan kekurangan dalam berbagai bidang studi atau meta pelajaran yang
ditempuhnya. Dengan pendeskripsian kecakapan tersebut dapat diketahui pula
posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa lainnya.
2. Memahami keberhasilan proses pembelajaran di kelas, yaitu seberapa jauh
keefektifannya dalam mengubah tingkah laku siswa ke arah tujuan pendidikan
yang diharapkan.
3. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan
penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta sistem
pelaksanaannya.
4. Memberikan tanggung jawab dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Menurut Hamdani (2010: 303) prinsip-prinsip penilaian hasil belajar, guru
harus memperhatikan prinsip-prinsip penilaian yaitu:

1. Valid (sahih)
2. Objektif
3. Transparan (terbuka)
4. Adil
5. Terpadu
6. Menyeluruh dan berkesinambungan
7. Bermakna
8. Sistematis
9. Akuntabel
10. Beracuan kriteria
C. Pembelajaran Matematika di SD
Sekolah dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia.
Sekolah dasar (SD) ditempuh dalam kurun waktu 6 tahun, dimulai dari kelas 1 sampai
kelas 6. Pelajar SD umumnya berusia 6-12 tahun. Jenis mata pelajaran di SD berbeda
beda sesuai dengan tingkatan kelas. Mata pelajaran di SD antara lain Pendidikan
Agama, Pendidikan Kewarganegaraa, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu
Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Prakarya, Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan serta Muatan Lokal. Di dalam kurikulum 2013 mata
pelajaran terintegrasi dalam tema kecuali pelajaran Pendidikan Agama, Matematika,
dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
Mata pelajaran Matematika adalah mata pelajaran ilmu pengetahuan eksak yang
mengkaji objek kajian abstrak, berpola pikir deduktif dan memiliki simbol kosong
dari arti. Pembelajaran matematika di SD diarahkan pada pencapaian standar
kompetensi oleh siswa. Menurut Bruner (dalam Heruman, 2008: 4) bahwa dalam
pembelajaran matematika siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang
diperlukannya. Sejalan dengan pemikiran di atas, pembelajaran matematika materi
pecahan yang akan dilakukan dengan menerapkan model
pembelajaran Make A Match
mengembangkan ketrampilan siswa memecahkan masalah sehingga siswa akan
mengembangkan pengetahuannya sendiri.
Untuk memecahkan masalah matematika tersebut perlu adanya suatu strategi
pemecahan masalah. Ada sebelas strategi pemecahan, yaitu:
a. Beraksi (Act It Out)
Strategi ini mengharuskan kita melihat apa yang ada dalam masalah dan membuat
hubungan antar komponen dalam masalah menjadi jelas melalui serangkaian aksi fisik
atau manipulasi objek.
b. Membuat Gambar atau Diagram
Strategi ini digunakan untuk menyelesaikan masalah dan memperjelas hubungan
yang ada pada saat pembelajaran.
c. Mencari Pola
Untuk memudahkan memahami masalah-masalah, siswa diminta untuk membuat
tabel dan kemudian menggunakannya untuk menemukan pola yang relevan dengan
masalah-masalah yang ada. Tetapi tidak selamanya melalui penggunaan tabel.
d. Membuat Tabel
Strategi ini membantu mempermudah siswa untuk melihat pola dan memperjelas
informasi yang hilang. Strategi ini berguna sekali dalam mengklasifikasi dan
menyusun informasi atau data dalam jumlah besar.
e. Menghitung Semua Kemungkinan secara Sistematis
Strategi ini bisa digunakan bersamaan dengan strategi mencari pola dan membuat
tabel, karena kadangkala tidak mungkin bagi kita untuk mengidentifikasi seluruh
kemungkinan himpunan penyelesaian.
f. Mengidentifikasi Informasi yang disampaikan
Strategi ini membantu kita mememperoleh informasi dan memberi mereka
pengalaman dalam merumuskan pertanyaan-pertanyaan.
g. Menulis Kalimat Terbuka
Untuk menyelesaikan permasalahan, kita dapat menggunakan variabel sebagai
pengganti kalimat dalam soal-soal yang kita berikan kepada siswa.
h. Menyelesaikan Masalah yang Lebih Mudah
Suatu masalah yang sulit dapat diselesaikan dengan cara menyelesaikan masalah
serupa tetapi lebih sederhana menggunakan metode yang berbeda.
i. Mengubah Pandangan
Cara ini bisa digunakan setelah beberapa strategi lain telah dilakukan tanpa hasil.
Permasalahan yang dihadapi perlu didefinisikan dengan cara yang sama sekali
berbeda.
D. Model Pembelajaran Make A Match
Pada bagian model pembelajaran Make A Match akan dijelaskan secara rinci
tentang: pengertian model pembelajaran Make A Match, komponen-komponen model
pembelajaran Make A Match, dan langkah-langkah penerapan model pembelajaran
Make A Match. Uraian selengkapnya sebagai berikut:
1) Pengertian model pembelajaran Make A Match
Menurut Rusman (2011: 223-233) Model pembelajaran Make A Match (membuat
pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif.
Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu cara keunggulan
teknik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu
konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match adalah suatu teknik pembelajaran Make A Match adalah teknik mencari
pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam semua mata
pelajaran dan tingkatan kelas.
Kelebihan dan kelemahan model Cooperative Learning tipe Make A Match menurut
Miftahul Huda (2013: 253-254) adalah :
1) Kelebihan model pembelajaran tipe Make A Match antara lain:
a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran
berlangsung, baik secara kognitif maupun fisik
b. Karena ada unsur games, model ini sangat menyenangkan
c. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajari
dan dapat meningkatkan semangat belajar siswa
d. Efektif untuk melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi
e. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.
2) Kelemahan Model pembelajaran Make A Match antara lai:
a. Jika cara ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang
terbuang sia-sia.
b. Pada awal-awal penerapan model, banyak siswa yang akan malu berpasangan
dengan lawan jenisnya
c. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang
kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan
d. Guru harus lebih hati-hati dan bijaksana saat memberikan hukuman kepada
siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu
e. Menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.
2) Langkah-langkah model pembelajaran Make A Match
Agar sebuah metode pembelajaran berjalan secara sistematis, maka setiap metode
pembelajaran dilengkapi dengan langkah-langkah pembelajarannya. Menurut
Suprijono (2009: 94) pada metode pembelajaran tipe make a match memiliki
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan
make a match adalah menggunakan kartu-kartu. Kartu dalam model
pembelajaran ini dibagi menjadi 2 kartu yaitu kartu berisi pertanyaan-
pertanyaan dan kartu-kartu yang lain berisi jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan.
b. Langkah berikutnya adalah guru membagi komunitas menjadi 3 kelompok.
Kelompok pertama yaitu kelompok pembawa karu-kartu berisi pertanyaan-
pertanyaan. Kelompok kedua yaitu kelompok yang membawa kartu-kartu
berisi jawaban-jawaban. Kelompok ketiga yaitu kelompok sebagai penilai.
Buatlah posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk huruf U. Buatlah
kelompok pertama dan kedua sejajar saling berhadapan.
c. Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan,
maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun
kelompok kedua saling bergerak mereka bertemu, mencari pasangan
pertanyaan-jawaban yang cocok. Berikan kesempatan kepada mereka untuk
berdiskusi. Ketika mereka diskusi alangkah baiknya jika ada musik
instrumentalia yang lembut mengiringi aktivitas belajar mereka.
d. Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan
pertanyaanjawaban kepada kelompok penilai. Kelompok ini kemudian
membaca apakah pasangan pertanyaan-jawaban itu cocok. Setelah dinilai,
kemudian buatlah kelompok pertama dan kelompok kedua bersatu kemudian
memosisikan dirinya menjadi kelompok penilai. Sementara, yang bertugas
sebagai kelompok penilai pada sesi pertama tersebut diatas dipecah menjadi
dua kelompok, sebagian anggota memegang kartu pertanyaan sebagian lainnya
memegang kartu jawaban. Posisikan mereka dalam bentuk huruf U. Guru
selanjutnya meniup peluitnya kembali yang menandakan bahwa kelompok
pemegang kartu pertanyaan dan jawaban bergerak untuk mencari,
mencocokkan, dan mendiskusikan pertanyaan-jawaban. Berikutnya adalah
masing-masing pasangan pertanyaan-jawaban menunjukkan hasil kerjanya
kepada penilai.
e. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua peserta didik baik yang berperan
sebagai pemegang kartu pertanyaan, pemegang kartu jawaban, maupun penilai
mengetahui dan memahami secara pasti apakah betul kartu pertanyaan-
jawaban yang mereka pasangkan sudah cocok. Demikian halnya bagi peserta
didik kelompok penilai. Mereka belum mengetahui terkait penilaian mereka
benar atas pasangan pertanyaan-jawaban. Berdasarkan situasi ini guru
memberikan fasilitas kepada siswa untuk melakukan diskusi untuk
memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik mengonfirmasikan hal-
hal yang mereka telah lakukan yaitu memasangkan pertanyaan jawaban dan
melaksanakan penilaian.
E. Penerapan model pembelajaran Make A Match pada pembelajaran Matematika
materi operasi hitung campuran pada bilangan pecahan
Sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V A di MI DAUD
KHOLIFATULLAH TARAKAN pada mata pelajaran matematika materi pelajaran
operasi hitung campuran bilangan pecahan, maka akan disajikan aktifitas-aktifitas
pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan kooperatif menggunakan model
pembelajaran make a match. Pada hakikatnya model pembelajaran make a match
melibatkan aktifitas pembelajaran yang menitik beratkan pada pencarian pasangan antara
soal dan jawaban yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran.
Penerapan model ini dapat dimulai dengan membagikan sebagian kartu yang berisi
pertanyaan dan sebagian lagi berisi jawaban kepada siswa, masing-masing siswa akan
memperoleh satu kartu. Siswa diminta untuk mencari pasangan kartu yang merupakan
jawaban atau soal sebelum batas waktunya 32 berakhir, jika siswa dapat mencocokkan
kartunya sebelum waktunya berakhir maka akan diberi point, namun sebaliknya jika
siswa belum dapat menemukan pasangan kartunya, maka akan diberi hukuman sesuai
dengan yang telah disepakati sebelumnya. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
make a match ini tidak lain adalah agar proses pembelajaran Matematika akan tercipta
suasana yang lebih menyenangkan, siswa tidak merasa terbebani, karena dalam
penerapannya model ini menagandung unsur permainan sehingga siswa dapat lebih
bersemangat untuk belajar Matematika, materi yang dipelajari pun akan lebih mudah
difahami dan dapat diterapkan dikehidupan sehari-harinya.
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian


a. Subyek penelitian
Subyek penelitian perbaikan pembelajaran adalah siswa kelas V A MI DAUD
KHOLIFATULLAH Kecamatan Tarakan Timur Kota Tarakan. Subyek penelitian
berjumlah 20 siswa dengan rincian 13 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan.
b. Tempat Penelitian
Tempat penelitian perbaikan pembelajaran adalah di MI DAUD
KHOLIFATULLAH Tarakan, Jl. Peningki laid RT 07, Kelurahan Mamburungan,
Kecamatan Tarakan Timur, Kota Tarakan, Kalimantan Utara.
c. Waktu Penelitian
No Siklus Tanggal
1. Pra Siklus 26 September 2023
2. Pertama 3 Oktober 2023
3. Kedua 10 Oktober 2023
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Rancangan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Wardani
dkk (2017: 8), Penelitian tindakan kelas adalah proses penelitian yang sistematis dan
terencana melalui tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelasnya
sendiri. Dalam pelaksanaan PTK terhadap empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan
tindakn, observasi dan refleksi.
a. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan peneliti membuat perencanaan sebagai berikut:
a) Melalui mata pelajaran Matematika materi operasi hitung campuran bilangan
pecahan
b) Menyusun RPP sesuai kompetensi dasar menggunakan model pembelajaran Make
A Match
c) Menyiapkan sumber belajar alat
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilakukan secara terkendali didasarkan pada rencana yang telah disusun
sesuai dengan permasalahan. Perbaikan pembelajaran dalam siklus dilaksanakan melalui
prosedur sebagai berikut:
Tindakan guru / peneliti
a) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP dan melakukan tindakan sebagai
berikut:
 Memperagakan media yang digunakan untuk perbaikan
pembelajaran Matematika
 Siswa mengamati kemudian mengerjakan tugas Matematika
 Mencatat, mengolah dan menginterprestasikan data untuk mengukur
keberhasilan data
b) Mengadakan refleksi, meneliti tindakan yang telah dilakukan, menerima saran
dan kritik dari teman sejawat untuk menentukan tindakan pada siklus selanjutnya
c) Kegiatan pada siklus 2 hampir sama seperti siklus 1, perbedaan terletak pada
materi pelajaran dan pemaksimalan media pembelajaran dengan tujuan siswa
benar-benar memahami operasi hitung campuran bilangan pecahan.
Kegiatan Siswa
a) Mengikuti kegiatan pembelajaran Matematika materi operasi hitung campuran
bilangan pecahan menggunakan model pembelajaran Make A Match
b) Mendiskusikan tugas yang diberikan oleh guru.
c) Memasangkan pertanyaan jawaban dengan kelompok masing-masing.
c. Observasi
Observasi bertujuan untuk mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama
penelitian dan keterkaitan pengaruh tindakan. Observasi dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a) Mengamati guru pada saat proses pembelajaran Matematika materi operasi hitung
campuran bilangan pecahan
b) Mencatat hasil pengamatan
c) Memberikan umpan balik untuk tindakan siklus selanjutnya
d. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan merenungkan dan menghubung-hubungkan kinerja
mengajar dalam pembelajaran. Dalam langkah refleksi, guru melakukan analisis data
terhadap semua data yang dikumpulkan selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran
dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan perbaikan pembelajaran.
Keterkaitan antara keempat komponen tersebut menunjukan sebuah siklus. Siklus
dilakukan secara berulang sampai masalah yang dihadapi terselesaikan yaitu 85%
siswa tuntas dalam pembelajaran Matematika materi operasi hitung campuran
bilangan pecahan.
1. Siklus Penelitian
Program perbaikan pembelajaran direncanakan 2 siklus dengan skenario sebagai
berikut:
1) PRA SIKLUS
Sebelum melakukan pembelajaran peneliti menyusun RPP pra siklus pada
pembelajaran Matematika materi operasi hitung campuran bilangan pecahan. Pada
kegiatan pra siklus menggunakan metode ceramah, kemudian banyak siswa yang
tidak memperhatikan saat guru memaparkan materi. Setelah selesai peneliti
mengadakan tes tertulis tentang operasi hitung campuran bilangan pecahan untuk
siswa.
2) SIKLUS 1
a. Tahap penelitian siklus 1
Langkah-langkah peneliti pada siklus 1 sebagai berikut:
a) Perencanaan
 Menentukan pokok bahasan yaitu operasi hitung campuran bilangan
pecahan
 Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
menggunakan model pembelajaran Make a Match
 Menyiapkan sumber dan media pembelajaran berupa buku teks, kartu
soal, dan kartu jawaban
 Menyiapkan lembar observasi, catatan lapangan untuk mengamati
aktivitas siswa dan keterampilan guru, dalam pembelajaran Matematika
menggunakan model Make a Match
 Menyiapkan alat evaluasi berupa kisi - kisi soal, tes tertulis dan lembar
kerja siswa beserta kunci jawabannya.
b) Pelaksanaan tindakan
 Menyiapkan media pembelajaran berupa kartu soal, kartu jawaban
beserta gambarnya.
 Membuka pelajaran
 Menyampaikan pokok materi pelajaran yaitu operasi pengurangan
pecahan campuran
 Menyampaikan tujuan pembelajaran
 Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang operasi pengurangan pcahan
campuran bilangan pecahan.
 Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu yang dibagikan oleh guru.
 Guru memberi contoh cara mencari pasangan yang sesuai dengan kartu
yang diperoleh oleh siswa.
 Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
 Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
 Setiap pasangan maju ke depan kelas untuk memaparkan kartu yang
diperolehnya.
 Siswa bersama guru membuat kesimpulan terhadap materi yang telah
dipelajari.
 Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang hal - hal yang belum
dimengerti.
 Siswa dan guru melakukan evaluasi.
c) Observasi tindakan
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Dalam hal
ini aspek yang akan diamati aktivitas siswa selama berlangsungnya proses
pembelajaran melalui lembar pengamatan, serta mengamati hasil diskusi siswa.
d) Refleksi tindakan
Mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil kerja siswa dan memperbaiki
kekurangan yang digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan siklus
berikutnya.
3) SIKLUS 2
a) Perencanaan
Adapun perencanaan yang akan dilakukan peneliti meliputi:
 Menentukan pokok bahasan yaitu operasi pengurangan bilangan pecahan
 Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan
model pembelajaran Make a Match.
 Menyiapkan sumber dan media pembelajaran berupa buku teks, kartu
soal, dan kartu jawaban.
 Menyiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa dan keterampilan guru,
observasi, lembar wawancara, dan catatan lapangan dalam pembelajaran
Matematika menggunakan model pembelajaran Make a Match.
 Menyiapkan alat evaluasi berupa kisi - kisi soal, tes tertulis dan lembar
kerja siswa beserta kunci jawabannya.
 Menetapkan indikator ketercapaian dalam proses pembelajaran.
b) Pelaksanaan Tindakan
 Menyiapkan media pembelajaran berupa kartu soal dan kartu jawaban
beserta gambarnya.
 Membuka pelajaran.
 Menyampaikan pokok materi pelajaran yaitu operasi penjumlahan
bilangan pecahan.
 Menyampaikan tujuan pembelajaran.
 Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang operasi penjumlahan
bilangan pecahan.
 Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu yang dibagikan oleh guru.
 Guru memberi contoh cara mencari pasangan yang sesuai dengan kartu
yang diperoleh oleh siswa.
 Setiap siswa mencari pasangan kartu yang sesuai dengan kartunya.
 Siswa yang dapat memasangkan kartunya sebelum batas waktu setelah itu
diberi poin.
 Setiap pasangan maju kedepan kelas untuk memaparkan kartu yang
diperolehnya.
 Siswa bersama - sama dengan guru membuat kesimpulan terhadap materi
yang telah dipelajari.
 Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang hal - hal yang belum
dimengerti.
 Siswa dan guru melakukan evaluasi.
c) Observasi
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Dalam tahap
ini aspek yang akan diamati adalah hasil diskusi dan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran.
d) Refleksi
Menganalisis kembali untuk mendapatkan kesimpulan apakah hipotesis
tindakan tercapai atau tidak. Maka diharapkan pada akhir siklus II hasil belajar
siswa dan aktivitas siswa kelas V A pada mata pelajaran Matematika materi
operasi penjumlahan bilangan pecahan dapat meningkat. Semua data yang
diperoleh dapat digunakan untuk membuat laporan penelitian.
C. TEKNIK ANALISIS DATA
a. Sumber Data
Dalam penelitian tindakan kelas inisumber datanya adalah:
a) Siswa kelas V A SDN Lempongsari Kecamatan Gajahmungkur Kota
Semarang.
b) Guru kelas V A SDN Lempongsari Kecamatan Gajahmungkur Kota
Semarang.
c) Data dokumen meliputi daftar nilai kelas V A mata pelajaran Matematika
materi operasi hitung campuran bilangan pecahan.
b. Jenis Data
Jenis data pada penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif
berupa peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan penelitian tindakan
dengan lembar penilaian hasil belajar siswa. Data kualitatif Data kualitatif
diperoleh dari hasil observasi menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa
catatan lapangan dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Make a
Match.
c. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Metode tes
Dalam penelitian ini tes dilakukan dalam proses dan setiap akhir siklus
yang berupa tes tertulis dan tes lisan. Pengumpul data berupa pemberian soal
secara tertulis, selama siklus penelitian berlangsung.
b) Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai: keaktifan
siswa dalam pembelajaran, pemahaman siswa tentang materi yang
disampaikan.
c) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menganalisis data dokumen, baik tertulis, gambar, maupun dalam bentuk
elektronik. Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahuai kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil pekerjaan, hasil
evaluasi, proses dan produk kegiatan belajar mengajar siswa dalam
pembelajaran Matematika melalui model pembelajaran Make A Match.
d. Teknik Analisis Data
a) Data kuantitatif
Data kuantitatif berupa peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan
penelitian tindakan dengan lembar penilaian hasil belajar siswa. Bentuk soal
isian dianalisis dengan menggunakan teknik penskoran sebagai berikut:
Menentukan nilai berdasarkan skor teroritis
N= 𝑩 x
100 𝑺𝒕

Keterangan:
B = banyaknya butir yang dijawab benar (dalam bentuk pilihan ganda) atau
(jumlah skor jawaban benar pada tiap butir/ item soal pada tes bentuk
penguraian)
St = skor teoritis (jumlah skor seluruhnya)
N = nilai
(Poerwanti dkk, 2008:6 14-6 16)
Hasil penghitungan dikonsultasikan dengan kriteria ketuntasan belajar
siswa yang dikelompokkan ke dalam dua kriteria tuntas dan tidak tuntas.
Tabel 3.1
Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa
Kriteria Ketuntasan Kualifikasi
≥ 65 Tuntas
< 65 Tidak Tuntas
(Sumber : KKM mata pelajaran Matematika kelas V A SDN Lempongsari
Kota Semarang)
Dengan demikian, dapat ditentukan jumlah siswa yang tuntas dan
tidak tuntas. Ketuntasan belajar klasikal dapat tercapai apabila ≥ 85% dari
keseluruhan obyek penelitian (Hamdani, 2011: 60)
Tabel 3.2
Kriteria Ketuntasan Klasikal Kriteria Ketuntasan Klasikal (%)
Kriteri Ketuntasan Klasikal (%) Kualifikasi
≥ 85 Tuntas
< 85 Tidak Tuntas

b) Data Kualitatif
Menurut Widoyoko (2012: 106-110) untuk mengolah data skor dilakukan
dengan langkah sebagai berikut:
1) Menentukan skor terendah
2) Menentukan skor tertinggi
3) Membagi rentan menjadi 4 kriteria yaitu sangat baik, baik, cukup dan
kurang
4) Menentukan jarak interval (i) dilakukan dengan cara sebagai berikut:
i= 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠

Berdasarkan uraian diatas untuk mengukur instrumen ketrampilan guru dan


aktivitas siswa adalah sebagai berikut:
 Ketrampilan guru
Jika instrumen terdapat 10 indikator dengan rentangan yang dipakai 1
sampai 4 maka:
Nilai terendah = 10 x 1 = 10
Nilai tertinggi = 10 x 4 = 40
R = 40 – 10 = 30
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
i= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠

30
= 4

= 7, 5
Jadi kriteria skor ketrampilan guru dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.3
Kriteria Skor Ketrampilan Guru
Kriteria Skala
Sangat Baik 32,5 ≤ skor ≤ 40
Baik 25 ≤ skor < 32,5
Cukup 17,5 ≤ skor < 25
Kurang 10 ≤ skor < 17,5

 Aktivitas siswa
Jika instrumen terdapat 10 indikator dengan rentangan yang dipakai 1
sampai 4 maka:
Nilai terendah = 10 x 1 = 10
Nilai tertinggi = 10 x 4 = 40
R = 40 – 10 = 30
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
i= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠

30
= 4

= 7, 5
Jadi kriteria skor aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.4
Kriteria Skor Aktivitas Siswa
Kriteria Skala
Sangat Baik 32,5 ≤ skor ≤ 40
Baik 25 ≤ skor < 32,5
Cukup 17,5 ≤ skor < 25
Kurang 10 ≤ skor < 17,5

e. Indikator Keberhasilan
Pembelajaran dengan model pembelajaran Make A Match dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika pada siswa kelas VA MI
DAUD KHOLIFATULLAH TARAKAN Kecamatan Tarakan Timur Kota
Tarakan dengan indikator sebagai berikut ini:
1) Ketrampilan guru dalam pembelajaran Matematika melalui pembelajaran
model make a match meningkat dengan kriteria sekurang-kurangnya baik
(25
≤ skor < 32,5).
2) Aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika melalui pembelajaran
model make a match meningkat dengan kriteria sekurang-kurangnya baik
(25
≤ skor < 32,5).
3) Hasil belajar siswa kelas VA MI DAUD KHOLIFATULLAH TARAKAN
dalam pembelajaran Matematika melalui model pembelajaran make a
match mencapai ketuntasan belajar klasikal ≥85% dan individu ≥ 66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Dipaparkan uraian yang lebih jelas terkait pelaksanaan pembelajaran, yaitu pra siklus,
siklus I dan siklus II. Tahapan pada setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi.
Berikut ini deskripsi atau gambaran per siklus:
a. Deskripsi pelaksanaan pra siklus
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
2. Pelaksanaan
Kegiatan pra siklus dilaksanakan pada hari Selasa, 26 September 2023 dengan
mata pelajaran matematika pada kompetensi dasar 3.1 Menjelaskan dan melakukan
penjumlahan dan pengurangan dua pecahan dengan penyebut berbeda dengan materi
operasi hitung campuran bilangan pecahan. Proses pembelajaran pada pra siklus
dilaksanakan melalui 4 tahapan yaitu pra kegiatan, kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegitan akhir.
Pada pra siklus, diperoleh hasil pembelajaran (tes tertulis) yaitu 10 siswa
mendapat nilai dibawah KKM dan 10 siswa mendapat nilai diatas KKM atau jika di
prosentase 50% yang tuntas dan 50% yang belum tuntas.
3. Refleksi
Berdasarkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada pra siklus dapat
diketahui bahwa prosentase siswa yang tuntas sebanyak 50 % dan yang 50% siswa
belum tuntas. Karena masih banyak siswa yang belum tuntas maka peneliti dengan
tim kolaborator akan melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran .
Berikut ini adalah hasil refleksi perbaikan pembelajaran pra siklus:
1) Dengan menerapkan pendekatan pembelajarab metode diskusi, siswa belum
dapat memahami materi yang diajarkan.
2) Dari analisis hasil evaluasi belajar pra siklus menunjukan bahwa ketuntasan
belajar hanya mencapai 50%. Hal ini belum maksimal karena belum
mencapai indikator keberhasilan yaitu 85%, sengan demikian perlu dilakukan
perbaikan pembelajaran.
3) Model pembelajaran yang digunakan oleh guru hanya metode diskusi.
b. Deskripsi pelaksanaan siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti telah melakukan identifikasi dan perumusan
masalah sebagai acuan untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
siklus I. Dalam perencanaan telah disiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa,
lembar pengamatan ketrampilan guru, dan merancang tes tertulis (terlampir).
2. Pelaksanaan
Perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan hari Selasa, 3 Oktober 2023 pada
mata pelajaran Matematika pada kompetensi dasar 3.1 Menjelaskan dan melakukan
penjumlahan dan pengurangan dua pecahan dengan penyebut berbeda dengan materi
operasi penjumlahan bilangan pecahan. Proses pembelajaran pada siklus I
dilaksanakan melalui 4 tahapan yaitu pra kegiatan, kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegitan akhir.
Setelah melalui kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I, maka diperoleh hasil
pembelajaran (tes formatif) siklus I yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Hasil tes formatif pembelajaran siklus I
No Nilai siswa Banyaknya siswa
1. 10
2. 20
3. 30
4. 40 3
5. 50 2
6. 60 3
7. 70 4
8. 80 3
9. 90 5
10. 100
Jumlah siswa 20
Jumlah nilai 1420
Rata-rata kelas 71

Bila hasil pengamatan pada siklus I disajikan dalam grafik diagram batang
adalah sebagai berikut:
Grafik 4.1
Hasil Evaluasi Siklus I
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Nilai siswa

3. Pengamatan
Hasil pengamatan aktivitas siswa yang telah dilakukan oberver bersama tim
kolaborator setelah melalui kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I seperti yang
tertera dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.2
Ketrampilan Guru dalm pembelajaran Siklus I
No Ketrampilan guru kemunculan Keterangan
Ada tidak
1. Persiapan pembelajaran Silabus dan RPP sudah
ada
2. Mengawali Melakukan apersepsi
pembelajaran dengan baik dan
mengunakan bahasa
yang lugas
3. penguasaan materi Guru menguasai materi
4. Penggunaan model Penggunaan model
pembelajaran pembelajaran sudah
baik tetapi ada satu
langkah
yang tidak dilakukan
5. Pemberian bimbingan Guru mebimbing siswa
dengan sabar
6. Pengelolaan kelas Guru dapat
mengkondisikan siswa
dengan baik
7. Pemberian reward Guru memberikan
reward berupa tepuk
tangan dan ucapan

Hasil pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran siklus ii, sebagai berikut:
Tabel 4.3
Aktivitas Siswa selama Pembelajaran Siklus I
No Perilaku siswa yang Kemunculan Keterangan
diamati Ada Tidak
1. Perhatian siswa pada Siswa
materi pelajaran memperhatikan
dengan tenang
2. Keberanian siswa dalam Siswa berani
permainan kartu dalam
permainan
3. Semangat siswa dalam Siswa
mengikuti permainan semangat
dalam
mengikuti
permainan
4. Keaktifan siswa dalam Siswa terlihat
mencari jawaban aktif mencari
jawaban pada
kartu

4. Refleksi
Setelah selesai melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I, maka dapat
dipaparkan seperti tabel dibawah ini:
Tabel 4.4
Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
Aspek penilaian Pencapaian
Nilai Terendah 40
Nilai Tertinggi 95
Rata-rata Kelas 71
Siswa yang Tuntas 13 siswa (65 %)
Siswa yang Tidak Tuntas 7 siswa (35 %)
Bila prosentase ketuntasan belajar siswa dibuat grafik, maka akan terlihat sebagai
berikut:
Grafik 4.2
Prosentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
Tuntas Belum Tuntas

Apabila prosentase ketuntasan belajar siswa pada pra siklus dengan siklus I
dibandingkan, maka akan terlihat pada grafik berikut ini:

Grafik 4.3
Prosentase Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus dan Siklus I

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
Tuntas Tidak Tuntas

Berdasarkan grafik di atas, dapat ditunjukan bahwa prosentase ketuntasan belajar


dari pra siklus sampai siklus I mengalami peningkatan dari 50% menjadi 65%. Hasil
dari siklus II belum mencapai indikator keberhasilan, maka masih perlu dilakukan
perbaikan. Berikut ini dipaparkan hasil refleksi perbaikan pembelajaran pada siklus I
sebagai berikut:
1) Dengan menerapkan model pembelajaran Make a Match, siswa dapat
memahami materi yang telah diajarkan.
2) Dari analisis hasil evaluasi belajar siklus I menunjukan ketuntasan belajar
mencapai 65%. Hasil ketuntasan belajar siswa belum mencspai indikator
keberhasilan yaitu 85%. Maka dari itu, perlu dilakukan perbaikan
pembelajaran pada siklus II.
3) Guru sudah menggunakan model pembelajaran Make A Match tetapi aktivitas
siswa belum optimal.
c. Deskripsi pelaksanaan siklus II
1. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II didasarkan pada hasil refleksi pada siklus I. Pada
siklus II peneliti dan tim kolaborator melakukan identifikasi dan perumusan
masalah. Peneliti dan tim kolaborator menyiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan lembar pengamatan serta tes formatif. (terlampir)
2. Pelaksanaan
Perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 10 Oktober 201
pada mata pelajaran matematika kompetensi dasar 3.1 Menjelaskan dan melakukan
penjumlahan dan pengurangan dua pecahan dengan penyebut berbeda dengan materi
operasi hitung campuran bilangan pecahan. Proses pembelajaran pada siklus II
dilaksanakan melalui 4 tahapan yaitu pra kegiatan, kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegitan akhir.
Setelah melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Maka
diperoleh hasil pembelajaran (tes tertulis) siklus II yang dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.5
Hasil tes formatif pembelajaran siklus II
No Nilai siswa Banyaknya siswa
1. 10
2. 20
3. 30
4. 40
5. 50 1
6. 60 2
7. 70 6
8. 80 3
9. 90 5
10. 100 3
Jumlah siswa 20
Jumlah nilai 1600
Rata-rata kelas 80

Hasil pembelajaran tes tertulis pada siklus II disajikan dalam grafik sebagai
berikut:

Grafik 4.4
Hasil Evaluasi Siklus II

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Nilai siswa

3. Pengamatan
Hasil pengamatan ketrampilan guru yang telah dilakukan peneliti setelah
melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II disajikan dalam tabel di bawah
ini:
Tabel 4.6
Ketrampilan Guru dalm pembelajaran Siklus II
No Ketrampilan guru kemunculan Keterangan
ada tidak
1. Persiapan pembelajaran Silabus dan RPP sudah
ada
2. Mengawali Melakukan apersepsi
pembelajaran dengan baik dan
mengunakan bahasa
yang lugas
3. penguasaan materi Guru menguasai materi
4. Penggunaan model Penggunaan model
pembelajaran pembelajaran sudah
baik tetapi ada satu
langkah
yang tidak dilakukan
5. Pemberian bimbingan Guru mebimbing siswa
dengan sabar
6. Pengelolaan kelas Guru dapat
mengkondisikan siswa
dengan baik
7. Pemberian reward Guru memberikan
reward berupa tepuk
tangan dan ucapan

Hasil pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran siklus ii, sebagai berikut:
Tabel 4.8
Aktivitas Siswa selama Pembelajaran Siklus II
No Perilaku siswa yang Kemunculan Keterangan
diamati Ada Tidak
1. Perhatian siswa pada V Siswa
materi pelajaran memperhatikan
dengan tenang
2. Keberanian siswa dalam V Siswa berani
permainan kartu dalam
permainan
3. Semangat siswa dalam V Siswa
mengikuti permainan semangat
dalam
mengikuti
permainan
4. Keaktifan siswa dalam V Siswa terlihat
mencari jawaban aktif mencari
jawaban pada
kartu

4. Refleksi
Setelah selesai melakukan perbaikan pembelajaran, peneliti bersama tim
kolaborator merefleksi dan didapatkan data-data sebagai berikut:
Tabel 4.8
Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
Aspek penilaian Pencapaian
Nilai Terendah 50
Nilai Tertinggi 100
Rata-rata Kelas 80
Siswa yang Tuntas 17 siswa (85 %)
Siswa yang Tidak Tuntas 3 siswa (15 %)

Bila prosentase ketuntasan belajar siswa dibuat grafik, maka akan terlihat sebagai
berikut:
Grafik 4.6
Prosentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II

90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Tuntas Belum Tuntas

Ketuntasan belajar

Apabila prosentase ketuntasan belajar siswa pada pra siklus dengan siklus II
dibandingkan, maka akan terlihat pada grafik berikut ini:
Grafik 4.7
Prosentase Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Tuntas Tidak Tuntas

Berdasarkan grafik di atas, dapat ditunjukan bahwa prosentase ketuntasan belajar


dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan dari 65% menjadi 85%. Hasil
dari siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan, maka sudah tidak perlu
dilakukan perbaikan. Berikut ini dipaparkan hasil refleksi perbaikan pembelajaran
pada siklus II sebagai berikut:
1) Dengan menerapkan model pembelajaran Make a Match, siswa dapat
memahami materi yang telah diajarkan sehingga anak-anak tertarik dnegan
pembelajaran.
2) Dari analisis hasil evaluasi belajar siklus II menunjukan ketuntasan belajar
mencapai 85%. Hasil ketuntasan belajar siswa sudah mencapai indikator
keberhasilan yaitu 85%. Maka dari itu, tidak perlu dilakukan perbaikan
pembelajaran.
3) Guru sudah menggunakan model pembelajaran Make A Match dengan baik
dan runtut sehingga hasil belajar anak pada pembelajaran Matematika
meningkat.
B. Pembahasan
a. Pra Siklus
Hasil pembelajaran matematika yang dilaksanakan di MI DAUD KHOLIFATULLAH
Kecamatan Tarakan Timur Kota Tarakan kelas V A belum mencapai indikator
keberhasilan. Masih terdapat 50% dari jumlah siswa mendapatkan nilai dibawah KKM.
Hal ini dibuktikan dengan data temuan hasil tes tertulis pada materi operasi hitung
campuran bilangan pecahan terdapat 10 siswa (50%) belum tuntas dan 10 siswa (50%)
siswa tuntas. Indikator keberhasilan yang ditetapkan adalah 85% harus tuntas. Maka dari
itu perlu dilakukan perbaikan pembelajarn pada pembelajaran matematika materi operasi
hitung campuran bilangan pecahan.
Faktor-faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa belum mencapai KKM antara lain:
a. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang menarik.
b. Pembelajaran berpusat pada guru.
c. Kurangnya latihan soal yang diberikan oleh guru.
Hal tersebut menyebabkan:
a. Masih sedikitnya siswa yang memperhatikan guru saat menjelaskan materi operasi
hitung campuran bilangan pecahan.
b. Banyaknya siswa yang bergurau saat pembelajaran.
c. Siswa kurang teliti pada saat mengerjakan tugas dari guru.
d. Kurangnya motivasi belajar dari siswa.
e. Banyak siswa yang memiliki kebiasaan buruk dalam belajar.
b. Siklus I
Hasil pembelajaran matematika yang dilaksanakan di MI DAUD KHOLIFATULLAH
TARAKAN Kecamatan Tarakan Timur Kota Tarakan kelas V A pada materi operasi
pengurangan bilangan pecahan belum mencapai indikator keberhasilan. Masih terdapat
35% dari jumlah siswa mendapatkan nilai dibawah KKM. Hal ini dibuktikan bahwa
adanya 20 siswa yang mengikuti tes tertulis, terdapat 7 siswa (35%) siswa belum tuntas
dan 13 siswa (65%) tuntas. Target yang diharapkan adalah 85% dari jumlah siswa harus
mendapatkan nilai diatas KKM.
Kegagalan pada siklus I disebabkan karena masih ada beberapa siswa yang belum
merlumahami konsep penjumlahan pada bilangan pecahan. Ada beberapa hal yang
menyebabkan siswa kurang paham terhadap materi tersebut antara lain:
1. Guru lupa belum mengulang kembali materi sebelumnya sehingga siswa sedikit
kesulitan untuk mengingat kembali materi yang akan dipelajari.
2. Pada saat guru membimbing jalannya permainan kartu ada satu langkah yang tidak
diterapkan yaitu tidak mengocok kembali kartu pertanyaan sehingga ada siswa
yang mengambil kartu dengan pertanyaan yang sama.
3. Pada saat diakhir pembelajaran guru tidak memberikan reward apapun kepada
siswa yang dapat mencari jawaban kartunya.
Hal ini menyebabkan antara lain:
1. Siswa kesulitan untuk memikirkan materi yang akan dipelajari
2. Siswa cenderung bingung karena mendapatkan kartu yang sama pada saat
pembelajaran.
3. Siswa merasa kurang senang karena tidak diberi reward dari guru
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, guru perlu melakukan tindak lanjut
perbaikan pembelajaran, yaitu siklus II. Dalam perbaikan pembelajaran siklus I, guru
menggunakan model pembelajaran Make A Match .
Perbaikan siklus I sudah mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan
kegiatan pada pra siklus, akan tetapi hasil yang diperoleh belum mencapai indikator
keberhasilan yaitu 85%. Hal ini dibuktikan hasil ketuntasan pra siklus hanya 50% dan
meningkat 15% menjadi 65% siswa yang tuntas dengan nilai diatas KKM.
Banyaknya siswa yang hasil belajarnya dibawah KKM disebabkan oleh banyak
faktor yaitu karena pada saat pembelajaran guru tidak mengulang materi sebelumnya
sehingga siswa kesulitan untuk menerima materi pelajaran selanjutnya yaitu operasi
pengurangan bilangan pecahan.
Penggunaan model pembelajaran Make A Match dirasa belum optimal karena pada
saat semua siswa sudah mengambil kartu, menemukan jawaban dan mengumpulkan
kartu serta kartu jawaban. Guru tidak mengocok kembali kartu-kartu pertanyaan
sehingga banyak siswa yang merasa kebingungan.
Diakhir pembelajaran guru lupa tidak memberikan reward sehingga berdampak
pada ekspresi siswa yang tiba-tiba menjadi tidak senang karena reward itu sangat
perlu diberikan kepada siswa agar siswa lebih termotivasi dalam belajar.
Tabel 4.9
Hasil Observasi Ketrampilan Guru Siklus I
No Aspek yang diamati Kemunculan Komentar
Ada Tidak
1. Kegiatan awal
a. Berdoa V Baik
b. Apersepsi V Baik
c. Mengulang materi V Tidak ada
sebelumnya
d. Menyampaikan tujuan V Baik
2. Kegiatan Inti
a. Penguasaan materi V Baik
b. Penggunaan model V Kurang baik
c. Mengadakan tanya jawab V Baik
d. Pengaturan waktu V Baik
3. Kegiatan Akhir
a. Simpulan materi V Baik
b. Tes tertulis V Baik
c. Umpan balik V Baik
d. Penguatann/Reward V Tidak ada

c. Siklus II
Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran pada pelaksanaan siklus ii, maka dapat
disimpulkan bahwa kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus ii telah mencapai
indikator keberhasilan yaitu 85% tuntas. Banyaknya siswa yang mendapatkan nilai diatas
KKM adalah 17 dan yang nilainya dibawah KKM adalah 3 siswa.
Peningkatan hasil belajar juga disertai dengan peningkatan ketrampilan guru dan
aktivitas siswa pada saat perbaikan pembelajaran siklus II berlangsung. Penggunaan
model pembelajaran Make A Match sangat berpengaruh terhadap pembelajaran. Guru
dituntut untk selalu mengarahkan dan membimbing siswa pada saat pembelajaran
berlangsung. Langkah-langkah model pembelajarannya dilakukan dengan runtut sesuai
dengan sintaksnya.
Karena sudah memenuhi dalm pencapaian indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan, maka perbaikan pembelajaran pada materi operasi hitung campuran
bilangan pecahan dianggap sudah selesai, tidak perulu dilakukan perbaikan kembali pada
siklus selanjutnya. Dalam proses perbaikan pembelajaran siklus II guru sudah mengulang
materi sebelumnya sehingga memudahkan siswa dalam mempelajari materi yang akan
dipelajari. Runtutnya guru dalam membimbing mengarahkan siswa dalam menerapkan
model pembelajaran Make A M atch menjadikan siswa menjadi antusias mengikuti
pembelajaran. Pemberian reward dirasa sangat penting karena siswa menjadi lebih
senang dan mampu meningkatkan motivasi siswa untuk terus belajar dan berkarya. Pada
kegiatan akhir guru memberikan mengulas materi memberikan umpan balik terhadap apa
yang telah dipelajari
serta menyampaikan materi yang akan dipelajari di pertemuan yang akan mendatang.
Tabel 4.10
Hasil Observasi Ketrampilan Guru Siklus II
No Aspek yang diamati Kemunculan Komentar
Ada Tidak
1. Kegiatan awal
a. Berdoa V Baik
b. Apersepsi V Baik
c. Mengulang materi sebelumnya V Baik
d. Menyampaikan tujuan V Baik
2. Kegiatan Inti
a. Penguasaan materi Baik
b. Penggunaan model Baik
c. Mengadakan tanya jawab Baik
d. Pengaturan waktu Baik
3. Kegiatan Akhir
a. Simpulan materi Baik
b. Tes tertulis Baik
c. Umpan balik Baik
d. Penguatann/Reward Baik

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika pada
siswa kelas V A MI DAUD KHOLIFATULLAH TARAKAN Kota Tarakan. Hasil belajar
siswa dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Make A Match pada
siklus I prosentasi ketuntasan belajar yang dicapai adalah 65% atau 13 siswa dan siswa
yang belum mengalami ketuntasan belajar sebesar 35% atau 17 siswa. Pada siklus II
terjadi peningkatan pada pencapaian ketuntasan belajar menjadi 85% atau 17 siswa dan 15
% atau 3 siswa masih belum tuntas belajar. Indikator keberhasilan belajar siswa telah
tercapai yaitu sebanyak 85% siswa mengalami ketuntasan belajar.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada pembelajaran matematika melalui
model pembelajaran Make A Match pada siswa kelas V A MI DAUD
KHOLIFATULLAH TARAKAN Kota Tarakan, peneliti dapat memberikan saran bagi:
a) Guru
Model pembelajaran Make A Match dapat dijadikan acuan oleh guru sebagai
solusi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran lain.
b) Siswa
Penerapan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan aktivitas
siswa dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.
c) Sekolah
Penerapan model pembelajaran Make A Match dapat dikembangkan lebih lanjut,
baik oleh guru maupun lembaga instansi sehingga lebih baik dan tujuan pembelajaran
semakin efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara

Hamdani. 2010. Startegi Belajar Mengajar . Bandung: Pustaka Setia

Rifa’i, Achmad dkk. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang. Unnes Pers

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Wardani, dkk. 2017. Pemantapan Kemantapan Profesional. Banten: Universitas Terbuka

Lembar Observasi
Aktivitas Siswa Siklus I

Nama Sekolah : MI DAUD

KHOLIFATULLAH

Kelas / Semester :V/1

Mata Pelajaran : Matematika

Nama Guru : Angga Fahma

Hari / Tanggal : Selasa, 3 Oktober 2023

Aktivitas Siswa selama Pembelajaran Siklus I

Petunjuk:
1. Isilah kolom jumlah dengan jumlah siswa yang mengikuti kegiatan sesuai aktivitas
2. Skala penilaian diisi dengan tanda cek (v)
No Keaktifan siswa Jumlah Skala penilaian
siswa % 1 2 3 4
1. Hadir dalam kegiatan
pembelajaran
2. Memperhatikan guru
3. Aktif mengerjakan soal
4. Aktif mencatat hal
penting
5. Aktif mengerjakan soal
di papan tulis
6. Aktif bertanya
7. Bermain kartu dengan
baik
8. Mencari jawaban
dengan cepat
9. Menjawab pertanyaan
guru
10. Menyampaikan
pendapat
Jumlah
Rata-rata

KRITERIA:
SB = sangat baik (86 % - 100%)
B = baik (71% - 85%)
C = Cukup (56% - 70%)
D = Kurang baik (< 56%)

Tarakan, Oktober Pengamat


2023
1

.................................

Lembar Observasi
Aktivitas Siswa Siklus II

Nama Sekolah : MI DAUD

KHOLIFATULLAH

Kelas / Semester :V/1

Mata Pelajaran : Matematika


Nama Guru : Angga Fahma

Hari / Tanggal : Selasa, 10 Oktober 2023

Aktivitas Siswa selama Pembelajaran Siklus I

Petunjuk:
3. Isilah kolom jumlah dengan jumlah siswa yang mengikuti kegiatan sesuai aktivitas
4. Skala penilaian diisi dengan tanda cek (v)
No Keaktifan siswa Jumlah Skala penilaian
siswa % 1 2 3 4
1. Hadir dalam kegiatan
pembelajaran
2. Memperhatikan guru
3. Aktif mengerjakan soal
4. Aktif mencatat hal
penting
5. Aktif mengerjakan soal
di papan tulis
6. Aktif bertanya
7. Bermain kartu dengan
baik
8. Mencari jawaban
dengan cepat
9. Menjawab pertanyaan
guru
10. Menyampaikan
pendapat
Jumlah
Rata-rata

KRITERIA:
SB = sangat baik (86 %-100%)
B = baik (71%-85%)
C = Cukup (56%-70%)
D = Kurang baik (< 56%)
Tarakan, Oktober
2023
Pengamat 1

.................................

Lembar Observasi ketrampilan guru siklus I

Nama Sekolah : MI DAUD


KHOLIFATULLAH

Kelas / Semester :V/1


Mata Pelajaran : Matematika

Nama Guru : Angga Fahma

Hari / Tanggal : Selasa, 3 Oktober 2023

No Aspek yang diamati Kemunculan Komentar


Ada Tidak
1. Kegiatan awal
e. Berdoa
f. Apersepsi
g. Mengulang materi
sebelumnya
h. Menyampaikan tujuan
2. Kegiatan Inti
e. Penguasaan materi
f. Penggunaan model
g. Mengadakan tanya jawab
h. Pengaturan waktu
3. Kegiatan Akhir
e. Simpulan materi
f. Tes tertulis
g. Umpan balik
h. Penguatann/Reward
Tarakan, Oktober
2023
Pengamat 1

.................................

Lembar Observasi Ketrampilan Guru Siklus II

Nama Sekolah : MI DAUD


KHOLIFATULLAH
Kelas / Semester :V/1
Mata Pelajaran : Matematika

Nama Guru : Angga Fahma


Hari / Tanggal : Selasa, 10 Oktober 2023

No Aspek yang diamati Kemunculan Komentar


Ada Tidak
1. Kegiatan awal
i. Berdoa
j. Apersepsi
k. Mengulang materi
sebelumnya
l. Menyampaikan tujuan
2. Kegiatan Inti
i. Penguasaan materi
j. Penggunaan model
k. Mengadakan tanya jawab
l. Pengaturan waktu
3. Kegiatan Akhir
i. Simpulan materi
j. Tes tertulis
k. Umpan balik
l. Penguatann/Reward

Tarakan, Oktober
2023
Pengamat 1

.................................

Anda mungkin juga menyukai