Anda di halaman 1dari 28

1

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI


PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU
PECAHAN DI KELAS V SD NEGERI NO.105370
PETUARAN HILIR KEC. PEGAJAHAN
KAB. SERDANG BEDAGAI

OLEH :
NAMA : EKA WIDDARIANI
NIM : 835326928
EMAIL : ekawiddariani@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran
diskusi kelompok dalam peningkatan pemahaman siswa terhadap materi
pecahan melalui metode diskusi di kelas V SD Negeri N0.105370 Petuaran Hilir.
Penelitian ini menggunakan penilaian proses, penilaian hasil belajar siswa serta
refleksi pembelajaran oleh guru. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri No.
105370 Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagaipada
mata pelajaran Matematika. Subjek penelitian adalah siswa kelas V yang
berjumlah 22 orang yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.
Waktu penelitian dilakukan pada bulan April 2018 (mulai dari kegiatan
persiapan sampai pelaksanaan tindakan). Dari hasil penelitian penulis
melakukan pengamatan sebanyak 2 siklus , dimana pada tahap prasiklus hanya
13 (55%)orang siswa yang tuntas belajar. Melihat kenyataan ini penulis membuat
perbaikan pembelajaran pada tahap siklus I. Pada tahap ini ketuntasan klasikal
belajar siswa sebesar 63% yang berarti ada 14 orang siswa yang termasuk
kategori tuntas, agar siswa dapat mencapai nilai KKM yang telah di tetapkan
yaitu sebesar 85% maka penulis melakukan perbaikan pembelajaran di siklus II
dengan menggunakan metode pembelajara diskusi dan ternyata diperoleh hasil
yang memuaskan seluruh siswa sebanyak 22 (100%) orang sudah tuntas
mendapatkan nilai KKM yang diharapkan. Untuk itu penelitian perbaikan
pembelajaran di akhiri pada siklus II.

Kata-kata kunci :Hasil Belajar, Matematika,Metode Diskusi

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peranan matematika sebagai ilmu pasti sangat erat kaitannya dalam
kehidupan sehari-hari. Matematika sebagai ilmu pasti baik yang bersifat
matematika murni maupun matematika terapan, mempunyai peranan yang sangat
2

dominan dalam berbagai aktivitas manusia. Oleh karena itu matematika


merupakan mata pelajaran utama di sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar
maupun tingkat atas. Tetapi kenyataan yang ada di lapangan, banyak problematika
yang di keluhkan para guru sekolah dasar sehubungan dengan pelajaran
matematika. Keluhan tersebut pada umumnya sama, yaitu tentang rendahnya hasil
belajar siswa baik pada saat tes formatif, tes pada tengah semester maupun pada
saat siswa menempuh tes semester atau juga pada saat ujian.
Dalam pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan kontekstual ini guru
memberikan kesempatan secara luas kepada siswa untuk berperan langsung secara
aktif dalam pembelajaran dengan melalui pengamatan, pemecahan masalah secara
kelompok serta diskusi klasikal.
Pembelajaran matematika pada dasarnya merupakan mata pelajaran yang
berkesinambungan. Tetapi pada kenyataannya pembelajaran yang selama ini
dilaksanakan oleh guru ternyata belum menunjukkan hasil sesuai dengan
harapan.Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan pada umumnya siswa masih
belum memahami konsep materi pelajaran yang sedang dipelajari. Oleh karena itu
guru perlu mengkaji latar belakang kurang berhasilnya guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran, pengkajian tersebut dapat berupa latar belakang siswa,
situasi dan kondisi saat pembelajaran berlangsung, metode dan strategi
pembelajaran yang diterapkan guru saat menyajikan materi. Dengan mengetahui
berbagai masalah yang dijumpai dalam pembelajara tersebut, sebagai guru yang
profesional tentu akan segera memperbaiki cara penyampaian materi
pembelajaran dengan mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran,
memanfaatkan alat peraga maupun sikap atau cara guru dalam menyampaikan
pembelajaran, memperbaiki strategi pembelajaran dengan berbagai tindakan.
Berdasarkan pengamatan penulis, dalam mengajarkan konsep – konsep
pecahan, tidak semua siswa dapat dengan mudah menguasainya. Ini terbukti dari
22 orang siswa lainnya yang mencapai KKM hanya 13 orang siswa dan 9 orang
lainnya belum tuntas.Dengan jumlah persentasi ketuntasan hanya 55%. Untuk
mengatasi permasalahan pada pembelajaran Matematika tersebut, peneliti dituntut
untuk memperbaiki proses pembelajan tentang pecahan. Untuk itu peneliti
3

melakukan kajian yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Pecahan Dengan Menggunakan Media Kartu Pecahan di kelas V SD Negeri No.
105370 Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai”.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada uraian di atas maka beberapa permasalahan secara khusus
dapat kami identifikasi sebagai berikut :
a. Bahwa rata-rata siswa kurang menyenangi mata pelajaran matematika
b. Penanaman konsep pembelajaran tidak dapat tertanam secara kuat pada
siswa
2. Analisis Masalah
Faktor penyebab masalah di atas kemudian dianalisis untuk bahan kajian
selanjutnya yaitu sebagai berikut :
a. Pada saat proses pembelajaran siswa merasa tidak tertarik dan jenuh
karena siswa kurang menyenangi mata pelajaran matematika
b. Siswa merasa kesulitan untuk memahami materi pelajaran yang
disampaikan guru
c. Guru berusaha untuk memperbaiki pembelajaran agar siswa mampu
memahami materi pelajaran yang sedang dipelajarinya.
3. Alternatif dan Perioritas Pemecahan Masalah
Setelah melakukan identifikasi dan analisis masalah yang harus diperbaiki
yaitu penggunaan metode mengajar dan media yang lebih bervariasi dan lebih
melibatkan anak dalam belajar aktif. Pada penelitian perbaikan pembelajaran guru
akan menggunakan metode mengajar inkuiri . Dimana siswa yang berperan aktif
dalam proses pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai pengarah,
fasilitator, yang berperan meluruskan pemahaman anak yang salah terhadap suatu
kajian materi

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan dalam penelitian ini adalah,
“Apakah dengan melalui penerapan metode diskusi dapat meningkatkan hasil
4

belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri No.105370 Petuaran Hilir


Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai.”
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan dari perbaikan pembelajaran ini adalah :
1. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika menjumlahkan dan
membandingkan bilangan pecahan melalui penerapan metode diskusi bagi
siswa kelas V SD Negeri No.105370 Petuaran HilirKecamatan Pegajahan
Kabupaten Serdang Bedagai.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Perbaikan pembelajaran 1 ini diharapkan bermanfaat khususnya :
1. Bagi siswa
a. Siswa memahami maksud dan tujuan proses pembelajaran yang sedang
diikutinya
b. Siswa berkesempatan untuk aktif dalam proses pembelajaran
c. Siswa berpengamatan secara langsung pada materi pelajaran yang sedang
dipelajarinya
d. Penanaman konsep pelajaran akan tertanam kuat karena kesan siswa
terhadap materi tidak bersifat abstrak
e. Siswa menyenangi mata pelajaran Matematika
f. Hasil Belajar meningkat
2. Bagi Peneliti
a. Peneliti mampu meningkatkan pemahaman siswa tentang cara
penyampaian materi pelajaran matematika melalui penerapan metode
diskusi.
b. Peneliti mampu meningkatkan hasil belajar siswa melalui proses
pembelajaran yang bersifat mengaktifkan siswa melalui kegiatan diskusi.
3. Bagi Sekolah
a. Sekolah termotivasi untuk lebih melengkapi media pembelajaran dan alat
peraga lainnya yang sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran
Matematika.
b. Mutu sekolah semakin meningkat
5

c. Sekolah semakin dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat untuk


menyekolahkan putra putrinya.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah-
sekolah lain.

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Hakekat Pelajaran Matematika


Dalam pembahasan suatu masalah terlebih dahulu kita harus
memahami pengertian atau definisi masalah yang akan dibicarakan.
Pengertian masalah dari kejelasan pengertiana yang mementukan langkah
selanjutnya dalam membicarakan arti batasan masalahberikut ini diuraikan
tinjauan masalah berkenaan dengan upaya penigkatan hasil belajar
matematika pecahan sederhana.
1. Pengertian Pembelajaran
Beberapa pengertian pembelajaran secara luas menurut para ahli
pendidikan :
a. Wilbor Schramm (Modul UT, 2004) melihat alat peraga dalam
pendidikan sebagai suatu teknik untuk menyampaikan pesan, oleh
sebab itu dia mendifinisikan alat peraga menjadi “komponen sumber
dia mendifinisikan alat peraga komponen sumber belajar dilingkungan
siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar”. (hal. 7-3)
b. Yusuf Hadi Miarso (Modul UT, 2004) melihat alat peraga secara
makro dalam keseluruhan system pendidikan, sehingga difinisinya
berbunyi “Segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses
belajar”. (hal. 7-3)
2. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika kelas III tahun pelajaran 2009/2010 telah
menggunakan Kurikulum 2007 yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan atau KTSP. Namun demikian karena matematika
merupakan ilmu yang bersifat pasti, maka pembelajaran matematika di
Kelas III untuk periode tahun 2009/2010 tidak jauh berbeda bila
6

menggunakan Kurikulum lama maupaun kurikulum baru yang telah


diterapkan saat ini.
Pelaksanaan proses pembelajaran matematika adalah untuk hasil
belajar yang meliputi tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran.
Secara umum proses belajar dan mengajar akan mendapatkan hasil secara
maksimal apabila guru memperhatikan beberapa aspek pendukung.
Pengelolaan waktu untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu
diorganisasikan dengan sebaik-baiknya agar proses pembelajaran berjalan
sesuai dengan rencan dan waktu dan jadwal pelajaran yang telah
ditentukan. Pengaturan waktu pembelajaran dikandung maksud juga agar
tidak merugikan antara lain mata pelajaran yang satu dengan yang lain.
B. Metode Dan Pendekatan Matematika
Mata pelajaran matematika adalah merupakan mata pelajaran yang
bersifat rasional, artinya dapat dihitung, diukur dan diamati. Dalam Proyek
Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar (1992), dinyatakan bahwa dalam
pelaksanaan pembelajaran, guru dapat memilih, menentukan pendekatan dan
metode yang disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, dengan tetap
berpedoman pada asas-asas pengembangan kurikukum dan asas didaktik.
Metode dan pendekatan yang sesuai dengan asas pengembangan
kurikulum dan asas didaktik.
Metode dan pendekatan yang sesuai dengan asas pengembangan kurikulum
dan asas didaktik tersebut antara lain adalah :
1. Pendekatan
Beberapa pendekatan pembelajaran matematika yang dapat
diterapkan antara lain adalah :
a. Pendekatan lingkungan
b. Pendekatan Penemuan (inkuiri)
c. Pendekatan Konsep
d. Pendekatan Keterampilan Proses
e. Pendekatan Pemecahan Masalah
f. Pendekatan Induktif-Deduktif
7

g. Pendekatan Sejarah
h. Pendekatan Nilai
i. Pendekatan Komunikatif
j. Pendekatan Tematik
2. Metode
Untuk dapat menentukan pembelajaran yang tepat sesai dengan
materi, maka pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini guru dapat
menerapkan lebih dari satu metode sesuai dengan tujuan pembelajaran,
kekhasan materi yang akan disampaikan, keadaan siswa, keadaan sarana
dan prasarana. Oleh karena itu guru dapat menentukan beberapa metode
untuk penyampaian materi. Beberapa metode yang dapat diterapkan antara
lain adalah :
a. Metode Penugasan
b. Metode Eksperimen
c. Metode Proyek
d. Metode Widyawisata
e. Metode demonstrasi
f. Metode Tanya jawab
g. Metode latihan
h. Metode Ceramah
i. Metode Permainan
j. Metode Diskusi
k. Metode Kerja Kelompok
C. Pemanfaatan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika
Berbagai ahli pendidikan memberikan definisi tentang alat peraga
dalam pembelajaran. Hal tersebut mengindikasikan bahwa alat peraga sangat
besar pengaruhnya terhadap penanaman konsep pembelajran. Beberapa
pendapat para ahli tentang alat peraga antara lain adalah Achmad DS.
(1996:11), menyatakan bahwa alat peraga adalah sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyampaikan sesuatu atau isi pelajaran, memperjelas dan
menarik perhatian siswa, dapat meningkatkan hasil belajar.
8

Pengertian alat peraga atau media menurut Aristo Rahardi (2003:9)


kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari
“medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Makna secara
umum adalah segala sesuatu yang dapat dalam menyalurkan informasi dari
sumber informasi kepada penerima informasi.
Sedangkan Briggs dalam Aristo Rahardi (2003:10), menyatakan bahwa
media adalah alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi
proses belajar mengajar. Bila dibandingkan antara media pembelajaran dengan
media pendidikan, maka media pendidikan adalah lebih bersifat umum. Sifat
media pembelajaran lebih mengkhusus. Oleh karena itu tidak semua media
pendidikan adalah media pembelajaran tetapi sebaliknya, setiap media
pembelajaran adalah termasuk media pendidikan. Dalam proses belajar dan
mengajar, kedudukan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar selalu
ditekankan dalam berbagai metodologi pembelajaran. Beberapa keuntungan
yang dapat dirasakan secara langsung dari penggunan media pembelajaran
antara lain adalah :
1. Dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam proses belajar yang
sedang berlangsung
2. pembelajaran akan berlangsung lebih menarik perhatian siswa sehingga
dapat menimbulkan motivasi belajar.
3. Bahan pembelajaran atau materi pelajaran akan lebih mudah dikuasai guru
4. metode mengajar dapat lebih variatif
5. siswa termotivasi lebih aktif
Pemanfaatan dan penggunaan media pembelajaran sangat membantu
kesulitan belajar siswa, membantu pembentukan kepribadian serta membantu
memberikan motivasi belajar. Lebih dari itu perancangan. Pemilihan maupun
penggunaan media pembelajaran secara tepat akan sangat membantu kesulitan
guru dalam penyampaian materi belajar yang bersifat abstrak, menjadikan
suasana kelas menjadi lebih hidup.
1. Pemanfaatan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika Pecahan
9

Pembelajaran Matematika akan sangat terbantu bila dalam proses


pembelajaran Guru memanfaatkan alat peraga dalam upaya mencapai
tujuan pembelajaran. Berbagai bantuan alat peraga untuk sekolah maupun
penyediaan alat peraga oleh sekolah secara swadana memberikan
kemudahan guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta
didik. Demikian pula halnya dengan pemanfaatan alat peraga Matematika.
Seperti telah diuraikan diatas, alat peraga mempunyai multi fungsi dan
salah satunya adalah untuk mempermudah penalaran siswa pada materi
pelajaran yang bersifat abstrak ke bentuk konkrit.
Bila kita pelajari lebih jauh, maka jenis alat peraga yang dapat
dimanfaatkan oleh guru sangat beragam, mulai dari bentuk alat peraga
gambar, benda tiruan maupun benda sesungguhnya. Penggunaan alat
peraga bagi guru sekolah dasar akan sangat membantu dalam proses
pembelajaran, karena kemampuan berpikir anak usia sekolah dasar pada
umumnya masih dalam taraf berfikir konkrit. Penggunaan alat peraga
kertas bergaris bilangan positif dan negatif dalam penyampaian materi
pembelajaran menjumlah bilangan bulat positif dan negatif dalam
penyampaian materi pembelajaran menjumlahkan pecahan dengan
melibatkan siswa secara aktif untuk mengamati dan mengukur alat peraga
tersebut akan mempermudah siswa memahami konsep menentukan letak
dan nilai bilangan. Dalam penggunaan alat peraga ini anak akan mampu
mengembangkan kreativitasnya dengan menjumlahkan pecahan masing-
masing pecahan.
Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika khususnya pada
materi pelajaran menjumlah Pecahan, pemanfaatan alat peraga kartu
pecahan dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
akan sangat membantu penyampaian materi dan penanaman konsep akan
tertanam kuat karena kesan anak yang mendalam terhadap materi yang
dipelajari.
2. Penerapan Metode Diskusi Dalam Pembelajaran Matematika
10

Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran ini kami memilih


menerapkan metode diskusi dengan alasan sebagai berikut :
a. Metode diskusi dapat mempertinggi semangat belajar siswa dalam
proses belajar yang sedang berlangsung.
b. Melalui penerapan metode diskusi, pembelajaran akan berlangsung
lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi
belajar
c. Bahan pembelajaran atau materi pelajaran lebih mudah dikuasai siswa.
d. Metode mengajar dapat lebih variatif
e. Siswa termotivasi lebih aktif
D. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah usaha sadar yang dilakukan individu dan menyebabkan
adanya perubahan tingkah laku sebagai responden terhadap lingkungan,
baik langsung maupun tidak langsung.
a. Ciri-ciri belajar dari segi hasil belajar
1) Belajar dibedakan dari segi kematangan
2) Belajar dibedakan dari perubahan kondisi fisik dan mental
3) Cirri belajar yang hasilnya relative menetap
b. Tujuan Belajar
1) Adanya perubahan tingkah laku pada individu yang belajar
2) Penyempurnaan/ pengembangan dari kemampuan yang dimiliki
2. Pengertian Pembelajaran
 Pengertian pembelajaran yang popular
Pembelajaran adalah upaya/ bagaimana untuk membelajarkan siswa, bukan apa
yang dipelajari
 Pengertian pembelajaran dari beberapa teori :
- Menurut skinner (1954-1965):
Pembelajaran menekankan pada bagaimana sebaiknya isi bidang studi
disajikan kepada siswa.
- Menurut bruner (1964):
11

Pembelajaran adalah mempreskripsikan strategi/metode pembelajaran yang


optimal yang dapat memudahkan proses belajar
a. Ciri-ciri Pembelajaran
Ada 8 yaitu :
1) Mengaktifkan motivasi
2) Memberitahu tujuan belajar
3) Mengarahkan perhatian
4) Merangsang ingatan
5) Menyediakan bimbingan belajar
6) Meningkatkan retensi
7) Melancarkan transfer belajar
8) Memperhatikan penampilan dan memberikan umpan balik
b. Tujuan Pembelajaran
1) Tujuan umum pembelajaran
Adalah pernyataan umum tentang hasil pengajaran yang diinginkan yang
mengacu pada struktur orientasi / struktur ganda bidang studi.
Tujuan ini ada 2, yaitu :
a) Tujuan pendukung, yaitu spesifikasi isi bidang studi dan perilaku siswa
yang dapat memisahkan pencapaian tujuan orientasi.
b) Tujuan umum yang bersifat orientasi, yaitu tekaan utama dari pengajaran
yang berkaitan dengan pemahaman struktur orientasi isi bidang studi.
2) Tujuan khusus pembelajaran
Adalah pernyataan khusus tentang hasil belajar yang diinginkan yang mengacu
pada kontruk tertentu, apakah itu fakta, konsep, prosedur atau prinsip dari
bidang studi.
c. Unsur-unsur dinamis pembelajaran
1) Stimulus belajar
2) Perhatian dan motivasi
3) Respon yang dipelajari
4) Penguatan dan umpan balik
5) Pemakaian dan pemindahan
12

6) Kemampuan manusia
3. Pengertian Metode Diskusi
E. Pengertian Metode Diskusi Secara Umum
Metode diskusi adalah suatu cara penyampaian materi pelajaran dengan jalan
bertukar pikiran atau mendiskusikannya, baik antara guru dengan siswa
ataupun sesama siswa.
a. Pengertian metode diskusi menurut beberapa ahli :
1) Metode merupakan cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan
berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai teknik dan sumber daya
terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar (Ginting,
2008: 42).
2) Yang dikemukakan oleh The American Heritage Dictionary dalam
Sudjana (1983: 1) ’metode ialah cara yang teratur dan siste matis untuk
mencapai sesuatu.’
3) Selanjutnya menurut The New Lexicon Webster`s Dictionary of the
English Language dalam Sjamsuddin ( 1996 : 2) ’metode adalah suatu cara
untuk berbuat sesuatu; suatu prosedur untuk mengerjakan sesuatu; keteraturan
dalam berbuat, berencana dan lain- lain; suatu susunan atau sistem yang
teratur.’
F. Karakteristik Peserta Didik
Kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi
untuk menjelaskan semua kativitas mental yang berhubungan dengan persepsi,
pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang
memperoleh pengetahuan, memcahkan masalah, dan merancang masa depan
atau semua proses psikologis yang berkaitan bagaimana individu, mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan
memikirkan lingkungannya. ( Desmita, 2009 )
Guru harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik.
Yang sangat sentral dalam faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
kognitif adalah gaya pengasuhan dan lingkungan. Biasanya gaya pengasuhan
lebih di terapkan pada anak-anak. Pada pengasuhan ini merupakan cikal
13

bakalperkembangan kognitif tersebut, karena jika anak diasuh secara tidak


sesuai bagaimana mestinya, ini akan berakibat pada perkembangan kognitif
anak, bahkan pada perkembangan mental anak tersebut. Lingkungan pun
sangat berpengaruh pada perkembangan kognitif, semakin buruk lingkungan
atau pergaulan seseorang maka kemungkinan pengaruh lingkungan pada
perkembangan kognitif anak semakin besar ( wibowo, 2016).
G. Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dibentuk dari 3 kata, yang memiliki
pengertian sebagai berikut :
1. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data
atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang
menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan
untuk siswa.
3. Kelas, adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dari ketiga kata di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan
tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan
oleh siswa.
Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan
nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang
dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang
belajar.
Secara lebih rinci, tujuan PTK antara lain sebagai berikut :
1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan
pembelajaran di sekolah
2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah
14

pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas


3. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan
4. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga
tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan
pembelajaran secara berkelanjutan.
III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian

1. Subjek penelitian
yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri
No.105370 Petuaran Hilir, berjumlah 22 orang yang terdiri dari 12 laki-laki
dan 10 perempuan.
2. Tempat dan waktu penelitian
Tabel 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
N Mata Jumlah Prasikl Siklus
Subjek Siklus II Tempat
o pelajaran Lk Pr us 1
1 Matemat Kelas 12 10 Senin, Kamis, Jum’at, SDN No.
ika V 2 April 5 April 20 April 105370
2018 2018 2018 Petuaran
Hilir
Keterangan :

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri No.105370 Petuaran Hilir, pada


mata pelajaran matematika. Subjek penelitian adalah siswa kelas V yang
berjumlah 22 orang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.
Waktu pelaksanaan di lakukan pada bulan april 2018 ( mulai dari kegiatan
persiapan sampai pelaksanaan tindakan ).
3. Pihak yang membantu
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini adalah Ibu Nur
Kesuma Dewi,S.Pd, M.Pd bertindak sebagai supervisor I, Mustika,S.Pd, bertindak
sebagai supervisor II, Tety silaen, S.Pd selaku kepala sekolah SD Negeri
No.105370 Petuaran Hilir.
15

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Perencanaan I

Pelaksanaan1
Refleksi 1 Siklus 1

Pengamatan 1

Perencanaan II

Refleksi II Siklus II Pelaksaan II

Pengamatan II

Gambar tahapan-tahapan dalam PTK


Sumber Wardhani (2007:24)

C. Urutan Penelitian Tindakan Kelas


Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari tiga siklus dan masing-masing
siklus memiliki empat tahapan kegiatan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun siklus tersebut antara lain.
Pra Siklus
1. Tahap Perencanaan
a. Membuat Perangkat Pembelajaran (pemetaan, silabus, RPP) untuk
menentukan materi pokok yang diajarkan sesuai dengan Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dan sesuai dengan
kurikulum.
b. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) dan media yang dibutuhkan
dalam proses pembelajaran.
16

b. Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal


beserta penilaiannya. Instrumen nontes berupa lembar observasi.

2.Tahap Pelaksanaan Tindakan


Pada prasiklus materi pembelajarannya adalah ”Pecahan”, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal
 Mengucap salam
 Berdoa dan mengabsen siswa
2. Kegiatan inti
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
 Guru menjelaskan tentang operasi hitung pecahan
 Guru memberikan beberapa contoh menjumlahkan pecahan
 Siswa di beri kesempatan untuk bertanya tentang materi yang
belum dipahaminya
 Siswa di beri beberapa latihan soal
 Guru memeriksa hasil latihan siswa
3. Kegiatan penutup
 Guru mengevaluasi hasil siswa
 Membuat rangkuman bersama
 Menutup pembelajaran dengan doa
3. Tahap Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan lembar panduan observasi yang telah dibuat. Lembar
panduan observasi berisi tentang instrumen-instrumen yang berkenaan
dengan aktivitas siswa dan kinerja guru.
4. Tahap Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis.
Refleksi dilakukan dengan melihat kelemahan dan kelebihan pada proses
pembelajaran setelah diterapkannya model diskusi kelompok. Hasil analisis
17

data yang dilaksanakan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan


perbaikan pada siklus berikutnya.

Siklus I
1. Tahap Perencanaan
a. Membuat Perangkat Pembelajaran (pemetaan, silabus, RPP) untuk
menentukan materi pokok yang diajarkan sesuai dengan Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dan sesuai dengan
kurikulum.
b. Menyiapkan lembar kerja siswa dan media yang dibutuhkan dalam
proses pembelajaran.
c. Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal
beserta penilaiannya. Instrumen nontes berupa lembar observasi.
Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi oleh peneliti untuk mengkaji
Proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam
pelaksanaan siklus II. Adapun pelaksanaan pada siklus II ini meliputi
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
1. Kegiatan Awal
 Mengucap salam
 Berdoa dan mengabsen siswa
2. Kegiatan inti
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
 Guru menjelaskan tentang operasi hitung pecahan
 Guru memberikan beberapa contoh menjumlahkan pecahan
 Siswa di beri kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum
dipahaminya
 Siswa di beri beberapa latihan soal
 Guru memeriksa hasil latihan siswa
3. Kegiatan penutup
 Guru mengevaluasi hasil siswa
18

 Membuat rangkuman bersama


 Menutup pembelajaran dengan doa
3. Tahap Observasi
Seperti siklus sebelumnya, pada tahap ini dilaksanakan
pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan
lembar panduan observasi yang telah dibuat. Lembar panduan observasi
berisi tentang instrumen-instrumen yang berkenaan dengan aktivitas
siswa dan kinerja guru.
4. Tahap Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta
dianalisis. Refleksi dilakukan dengan melihat kelemahan dan kelebihan
pada proses pembelajaran setelah diterapkannya model diskusi
kelompok. Hasil analisis data yang dilaksanakan dipergunakan sebagai
acuan untuk merencanakan perbaikan pada siklus berikutnya.
Siklus II
1. Tahap Perencanaan
1. Membuat Perangkat Pembelajaran (pemetaan, silabus, RPP) untuk
menentukan materi pokok yang diajarkan sesuai dengan Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dan sesuai dengan
kurikulum.
2. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) untuk setiap kelompok dan
media yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
3. Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal
beserta penilaiannya. Instrumen nontes berupa lembar observasi.
Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi oleh peneliti untuk mengkaji
proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan
siklus II. Materi pembelajaran siklus II ini adalah “pecahan”. Adapun
pelaksanaan pada siklus II ini meliputi
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
. 1. Kegiatan Awal
 Mengucap salam
19

 Berdoa dan mengabsen siswa


 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti
 Guru menjelaskan tentang bagaimana caranya mengubah bentuk
persen kedalam bentuk pecahan
 Guru menuliskan beberapa contohnya
 Siswa di beri kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum
dipahaminya
 Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok
 Kelompok disusun berdasarkan barisan tempat duduk siswa
 Tugas setiap kelompok mencari dan mencocokkan nilai pecahan yang
sama
 Siswa di beri beberapa latihan soal
 Guru memeriksa hasil latihan siswa
 Guru sudah mempersiapkan media gambar bilangan pecahan, untuk
kemudian di cocokkan sesuai dengan hasil jawaban masing
kelompok.
3. Kegiatan penutup
 Guru mengevaluasi hasil kerja kelompok siswa
 Membuat rangkuman bersama
 Menutup pembelajaran dengan berdoa
3. Tahap Observasi
Seperti siklus sebelumnya, pada tahap ini dilaksanakan pengamatan
terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar panduan
observasi yang telah dibuat. Lembar panduan observasi berisi tentang
instrumen-instrumen yang berkenaan dengan aktivitas siswa dan kinerja
guru.
4. Tahap Refleksi
Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta
dianalisis. Refleksi dilakukan dengan melihat kelemahan dan kelebihan
20

pada proses pembelajaran setelah diterapkannya pembelajaran melalui


metode diskusi kelompok . Data hasil pelaksanaan Prasiklus, siklus I dan
II kemudian dikumpulkan untuk di analisis dalam penyusunan laporan
hasil penelitian tindakan kelas. Dari tahap kegiatan pada prasiklus, siklus I
dan II hasil yang diharapkan yaitu:
a. Perubahan sifat pembelajaran yang semula berpusat kepada guru
menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa.
b. Guru memiliki kemampuan dalam merangsang, membimbing dan
mengarahkan siswa ke dalam proses pembelajaran yang lebih aktif.
c. Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran Matematika SD Negeri N0.105370 Petuaran Hilir. Acuan
untuk merencanakan perbaikan pada siklus berikutnya.

D. Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan teknik analisis data secara kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data hasil observasi
yang digunakan untuk menjaring aktivitas belajar siswa dan kinerja guru dalam
proses pembelajaran. Sedangkan analisis kuantitatif akan digunakan untuk
mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan
materi pembelajaran.
a. Kualitatif
Data kualitatif ini, diperoleh dari observasi dengan menggunakan
lembar panduan observasi. Data hasil observasi digunakan untuk
mengetahui sejauh mana aktivitas siswa dan kinerja guru setelah
diterapkannya pembelajaran dengan model diskusi kelompok. Analisis
dilakukan dengan cara memadukan data secara keseluruhan. Analisis dan
pendeskripsian data non tes ini bertujuan untuk mengungkapkan semua
prilaku siswa dan perubahannya selama proses pembelajaran dari siklus I,
siklus II dan siklus III. Rumus penilaian dari kegiatan siswa dan kinerja
guru di atas adalah sebagai berikut:
21

R
NP = —— X 100 %
SM

Keterangan:
NP = Nilai persen atau nilai yang dicari atau diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh
SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati
100 = Bilangan tetap (Adaptasi dari Purwanto, 2009: 102)
b. Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang akan dikerjakan siswa
pada siklus I, siklus II. Data kuantitatif ini didapatkan dengan menghitung
nilai rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

Σ X1
rumus: X = ——
N
Keterangan:
X = Rata-rata Hitung Nilai
N = Banyaknya Siswa
X1 = Nilai Siswa (Adaptasi dari Herrhyanto dkk., 2009: 4.2).

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Dalam hal ini hasil ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan
Matematika tentang materi pecahan, dengan menggunakan metode diskusi pada
22

siswa kelas V SDNegeri No.105370 Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan


Kabupaten Serdang Bedagai.
A. Diskripsi persiklus
1.1 Pembelajaran sebelum dilaksanakan perbaikan.
a. Tahap perencanaan
Peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelaksanaan pembelajran, ringkasan materi, dan alat pengajaran
yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan.
Tahap kegiatan dan pelaksanaan pembelajaran dilaksakan pada hari
senin, 2 april 2018, di kelas V SDNegeri No.105370 Petuaran Hilir , dengan
jumlah murid 22 orang anak.Peneliti bertindak sebagai guru, observasi/
pengamatan dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Proses
kegiatan belajar-mengajar berpedoman pada RPP ysng telah dibuat.
Tes formatif diberikan pada akhir proses pembelajaran, dan tes ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat pemehaman dan keberhasilan siswa
untuk memahami materi yang telah diajarkan. Data yang diperoleh setelah
proses pembelajaran adalah:
Jumlah Siswa : 22 siswa
Jumlah Soal : 10 butir
Jumlah nilai maksimal perorangan : 100
Ketuntasan yang diharapkan : 85%
Jumlah siswa yang berhasil : 13 siswa
Jumlah siswa yang belum berhasil : 9 siswa
Prosentase ketuntasan : 59%
Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa belum mampu
mengerjakan soal tes matematika dengan benar berjumlah 13 siswa, hal ini
disebabkan karena:
1. Siswa belum menguasai materi
2. Siswa belum memahami materi pecahan.
23

Pada data menunjukkan bahwa secara klasikal siswa belum mencapai


ketuntasan belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 adalah 59% lebih
kecil dari ketuntasan yang dikehendaki yaitu 85%. Untuk itu peneliti melakukan
perbaikan pembelajaran pada siklus 1
1.2 Perbaikan Siklus 1
1.2.1 Tahap Perencanaan
Peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran , lembar pengamatan, alat
evaluasi.
1.2.2 Tahap Pelaksanaan
Tahap kegiatan dan pelaksanaan perbaikan pembelajaran 1
dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 05 April 2018, di kelas V
SDNegeri No.105370 Petuaran Hilir, dengan jumlah murid 22 siswa.
Peneliti bertindak sebagai guru, dan observer yang dilaksanakan selama
proses pembelajaran berlangsung. Proses kegiatan belajar mengajar
berpedoman pada hasil pembelajaran awal dan pada Rencana
Pelaksanaan Perbaikan yang telah dibuat.
Tes evaluasi diberikan pada akhir proses pembelajaran, tes ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan keberhasilan siswa
terhadap materi yang telah dipaparkan. Data yang diperoleh setelah
prosesperbaikan adalah seperti di bawah ini.
Jumlah Siswa : 22 siswa
Jumlah Soal : 10 butir
Jumlah nilai maksimal perorangan : 100
Ketuntasan yang diharapkan : 85%
Jumlah siswa yang berhasil : 14 siswa
Jumlah siswa yang belum berhasil : 8 siswa
Prosentase ketuntasan : 63%
Hasil data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa masih belum
mampu memahami konsep Matematika berjumlah 8 siswa, hal ini
menunjukkan adanya peningkatan.Sebelum diadakan perbaikan siswa
24

yang memperoleh nilai di atas 70 hanya 55%, setelah diadakan perbaikan


pertama meningkat menjadi 63%.Meskipun ada peningkatan namun secara
klasikal siswa belum mencapai ketuntasan belajar karena siswa
memperoleh nilai ≥70 masih 63%, lebih kecil dari presentase ketuntasan
yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Pada penilaian proses selama proses
pembelajaran masih didapati siswa yang kurang aktif, kerja samanya juga
kurang dan waktu berdiskusi masih kurang serius. Hal ini menunjukkan
pemahaman siswa masih kurang. Untuk itu peneliti melajutkan penelitian
pada siklus 2

1.3 Perbaikan Siklus 2


1.3.1 Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Perbaikan 2, lembar
pengamatan, media yang mendukung.
1.3.2 Tahap Pelaksanaan Perbaikan
Tahap pelaksanaan pembelajaran perbaikan 2 dilaksanakan pada hari
jum’at, tanggal 20 April 2018, dikelas V SDNegeri No.105370 Petuaran
Hilir dengan jumlah murid 22 siswa. Peneliti bertindak sebagai guru, dan
observer yang dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung.
Proses kegiatan belajar mengajar berpedoman pada hasil perbaikan 1
(siklus 1) dan pada Rencana Pelaksanaan Perbaikan 2 yang telah dibuat.
Tes evaluasi diberikan pada akhir proses pembelajaran dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat pemahaman dan keberhasilan siswa dalam
memahami materi yang telah diberikan.
Data yang diperoleh setelah prosesperbaikan 2 adalah seperti di bawah ini.
Jumlah Siswa : 22 siswa
Jumlah Soal : 10 butir
Jumlah nilai maksimal perorangan : 100
Ketuntasan yang diharapkan : 85%
Jumlah siswa yang berhasil : 20 siswa
25

Jumlah siswa yang belum berhasil : 0 siswa


Presentase ketuntasan : 100%
Berdasarkan analisis hasil belajar di atas dapat dijelaskan bahwa
siswa secara keseluruhan telah mencapai kriteria ketuntasan maksimal ,
hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan.Sebelum
diadakan perbaikan presentase ketuntasan belajar hanya 55%, setelah
diadakan perbaikan satu meningkat menjadi 63%.Kemudian peneliti
melaksanakan perbaikan dua dengan hasil yang sangat bagus.Prosentase
ketuntasan mencapai 100%,Pada peilaian proses selama pembelajaran
berlangsung sangat terlihat keaktifan siswa pada semua kelompok,
menunjukkan kerja sama ynag baik dalam diskusi kelas.
B. Pembahasan Setiap Siklus
1.1 Ketuntasan Hasil Belajar
Dari hasil penelitian selama proses belajar mengajar berlangsung,
menunjukkan adanya peningkatan minat belajar siswa dan hasil belajar
siswa pada pembelajaran Matematika khususnya materi pecahan. Hal ini
dibuktikan dengan adanya peningkatan presentase ketuntasan dalam tes
evaluasi pada perbaikan satu dan tes evaluasi perbaikan dua.Sebelum
diadakan perbaikan ketuntasan mencapai 55% masih jauh dari presentase
ketunntasan yang diinginkan.Tetapi setelah perbaikan satu presentase
ketuntasan ada peningkatan menjadi 63%.Meskipun ada peningkatan baik
minat maupun hasil belajar siswa pada perbaikan satu masih perlu perbaikan
lagi dikarenakan belum mencapai ketuntasan yang diinginkan.
Kemudian dilakukan perbaikan siklus dua, nilai ketuntasan belajar
mengalami kenaikan yang signifikan yaitu menjadi 100%.Dengan demikian
pada siklus dua ini ketuntasan belajar secara klasikal telah tercapai sehingga
tidak perlu lagi diadakan perbaikan.Berikut ini grafik hasil perbandingan
antara pra siklus, siklus 1 dan siklus 2.
1.2 Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian, aktifitas siswa, kerja kelompok dan
keseriusan siswa dalam setiap proses pembelajaran mengalami peningkatan,
26

yang berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil


belajar siswa menunjukkan seberapa besar peranan guru dalam mengelola
pembelajaran, serta guru berhasil meningkatan hasil belajar siswa.
1.3 Aktifitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, dapat diketahui perkembangan aktifitas
dalam Proses Pembelajaran sebagai berikut:
1. Pada pelaksanaan pembelajaran guru bertanya jawab dengan siswa, guru
banyak berceramah sehingga siswa banyak mendengarkan saja, kurang
aktif.
2. Pada pelaksanaan perbaikan siklus 1, guru menampilkan bebrapa
gambar agar siswa dapat dengan mudah memahami materi. Dengan
menerapkan model pembelajaran seperti itu nilai ketuntasan siswa
sedikit meningkat, namun belum maksimal.
3. Pada pelaksanaan perbaikan 2 guru menambah media dan menggunakan
metode diskusi. Siswa lebih aktif dan merasa senang, siswa aktif
melakukan kunjung kerja ke kelompok lain. Guru mengamati dengan
menggunakan lembar pengamatan selama pembelajaran berlangsung.
Guru telah melaksanakan proses pembelajaran dengan baik,
diantaranya membimbing, mengarahkan, memberi penguatan/motivasi dan
mengamati setiap kegiatan siswa.
Berdasarkan analisis data, diperoleh bahwa minat siswa pada
pembelajaran khususnya materi tentang pecahan dengan menggunakan
metode diskusi, semakin meningkat secara tidak langsung hasil belajar siswa
ikut meningkat.Hal ini terlihat saat siswa bekerja, hasil kerja siswa dalam
kelompoknya dan dapat mendiskusikan secara kompak dan benar.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui
metode diskusi sangat bermanfaat baik guru maupun bagi siswa.Dengan
metode diskusi dan media nyata siswa merasa senang karena siswa dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika.
27

V. KESIMPULAN, SARAN DAN TINDAK LANJUT

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang disajikan pada BAB
IV dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan metode diskusi di kelas V
SDNegeri No.105370 Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang
Bedagai dapat berjalan dengan efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Hal ini dimulai dari tes prasiklus, terdapat 13 siswa yang telah tuntas belajar dan
terdapat 9 siswa yang tidak tuntas belajar.Pada tahap prasiklus terdapat jumlah
persentase ketuntasan belajar siswa adalah 55%. Sehingga masih belum sesuai
dengan kriteria ketuntasan klasikal yang telah di tetapkan ( suatu kelas dikatakan
tuntas belajar jika dikelas tersebut diperoleh jumlah persentase ketuntasan belajar
siswa adalah 85%). Selanjutnya setelah pemberian tindakan pada siklus I di
peroleh 63% yang telah tuntas belajar dan terdapat 8 siswa yang tidak tuntas
belajar. Maka agar hasil belajar lebih memuaskan proses perbaikan pembelajaran
dilanjutkan pada siklus II. Dengan menggunakan metode diakusi diperoleh jumlah
persentase ketuntasan belajar siswa adalah 100%.

B. Saran dan Tindak Lanjut


Sebagai saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagi berikut :
1) Disarankan kepada guru kelas terutama bidang studi Matematika untuk
melibatkan siswa berinteraksi dalam pembelajaran. Guru hanya berperan
sebagai fasilitator.
2) Kepada teman teman mahasiswa UPBJJ-UT untuk dapat mencoba melakukan
model Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan menggunakan strategi dan
metode pembelajaran lainnya.
3) Kepada para pembaca yang mungkin akan melakukan penelitian
menggunakan metode kooperatif learning kiranya dapat mencoba dengan
materi pembelajaran yang lain.
28

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Lukman. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Materi dan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta:
Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Hamalik, (1982). Mengajar: Azas-Metode-Teknik. Bandung ;PT. Pustaka Martiana


Ittidad, Zainul Amin. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Universitas Terbuka

M. Khafid dan Suyuti (2006). Buku Pelajaran Matematika Penekanan pada


Berhitung untuk Sekolah Dasar Kelas IV; Penerbit Erlangga.
Permendiknas No. 22 Tahun 2006. Standar Isi. Jakarta : Menteri Pendidikan
Nasional.

Permendiknas No. 41 Tahun 2007. Standar Proses untuk Satuan Pendidikan


Dasar dan Menengah. Jakarta : Menteri Pendidikan Nasional.

Purwanto, Ngalim. 1984. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Rosdakarya

Santyasa, I Wayan (2010). Teknik Penyusunan Proposal dan Laporan Penelitian


Tindakan Kelas. Singaraja : Undiksha.

UU No. 20 Tahun 2003 . Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : DPR dan


Presiden RI.

Wardhani,I.G.A.K, Wihardit (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Cet9-Ed 1.


Jakarta : Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai