Anda di halaman 1dari 27

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA PENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA DI


MATA PELAJARAN OTOMATISASI TATA KELOLA
KEPEGAWAIAN
MATERI POKOK DISIPLIN PEGAWAI
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A
MATCH PADA PESERTA DIDIK KELAS XII OTKP 3 SMK
NEGERI 1 JATI
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Oleh :
WIWIT DWIPRIHATNI
19031685610681

PPG DALAM JABATAN ANGKATAN 3


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan proses pembelajaran keterampilan, pengetahuan


dan kebiasaan yang melalui pengajaran sehingga berkaitan dengan peningkatan
mutu pendidikan. Untuk mencapai keberhasilan yaitu mutu pendidikan yang
berkualitas maka unsur-unsur harus saling mendukung dalam usaha mencapai
keberhasilan dari tujuan pendidikan. Namun untuk menciptakan kondisi
pembelajaran yang efektif dan berhubungan dengan hasil belajar siswa
diperlukan upaya dalam menunjang hasil belajar.

Melalui proses peningkatan pembelajaran disekolah diperlukan upaya


untuk menunjang keberhasilan hasil belajar siswa, salah satu aspek yang dapat
mempengaruhi keberhasilan dan kualitas ketercapaian hasil belajar siswa
adalah dengan menerapkan berbagai model pembelajaran. Dalam kegiatan
pembelajaran selama ini cenderung berpusat pada guru sehingga dalam
pembelajaran siswa cenderung membosankan karena dalam pembelajaran
tidak melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga berpengaruh
pada hasil belajar siswa yang rendah. Kurangnya melibatkan siswa dalam
kegiatan pembelajaran akan berpengaruh pada hasil belajar siswa yang dicapai,
karena siswa merasa tidak mempunyai peran dalam proses kegiatan belajar
tesebut.

Pelaksanaan dalam pembelajaran merupakan wujud dari rencana yang


disusun dan diharapkan dapat berlangsung secara efektif. Hal tersebut
digunakan sebagai strategi dalam mencapai proses pembelajaran yang efektif
dalam meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa pendidikan adalah
usaha menciptakan kondisi belajar yang kondusif agar siswa dapat
mengembangkan kemampuan dirinya untuk dapat bersaing di era global.

Dalam kurikulum 2013 ini guru hanya menjadi fasilitator dalam kegiatan
belajar mengajar, sedangkan siswa dituntut berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Dalam pemilihan model pembelajaran guru diharapkan dapat
memilih metode pembelajaran yang sesuai agar hasil belajar siswa sesuai yang
diharapkan. Berkaitan dengan kurikulum 2013 yang menuntut siswa belajar
aktif, maka guru sebaiknya dalam proses pembelajaran memilih model-model
pembelajaran yang efektif untuk merangsang aktifitas belajar siswa dalam
pencapaian hasil belajar yang diharapkan.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan “bentuk


pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai
enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. (Rusman,
2011: 202)”

Model pembelajaran kooperatif learning dalam mata pelajaran


otomatisasi dan tata kelola perkantoran menggunakan pendekatan
pembelajaran make a macth yaitu dengan “tehnik dimana siswa mencari
pasangannya sambil belajar dalam suasana yang menyenangkan, penerapan
metode ini mempunyai cara kerja dimana siswa diminta untuk mencari
pasangan dari kartu yang menjadi jawaban soal dan mencocokkannya dengan
ada batasan waktu yang ditentukan (Rusman, 2012)”. Dalam hal tersebut
diharapkan siswa terlebih dahulu memiliki pengetahuan maupun gambaran
tentang objek yang akan dipelajari oleh siswa.

Tujuan utama dari pembelajaran dengan model pembelajaran make a match


adalah melatih siswa untuk lebih teliti, berfikir cepat, dan memiliki
pemahaman yang kuat mengenai materi disiplin pegawai dan dapat berinteraksi
dengan temannya.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran
menggunakan model make a match (komalasari, 2011) yaitu :
a) Guru menyiapkan bebrapa kartu yang berisi jawaban yang cocok atau
sesuai.
b) Setiap siswa mendapat bagian satu buah kartu
c) Setiap siswa memikirkan jawaban dari pasangan soal kartu yang
didapatnya.
d) Setiap siswa mencari pasangan soal kartu yang sesuai dengan jawaban dari
kartu tersebut
e) Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu yang
ditentukanakan diberikan poin
f) Setelah permainan selesai dalam satu putaran, maka kartu akan dikocok
kembali dan dibagikan secara acak agar setiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari yang ia dapat sebelumnya
g) Seterusnya dilakukan sampai seluruh siswa mendapatkan giliran dalam
permainan.

Berdasarkan gambaran diatas, saya tertarik melakukan penelitian mengenai


“UPAYA PENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA DI MATA
PELAJARAN OTOMATISASI TATA KELOLA KEPEGAWAIAN
MATERI POKOK DISIPLIN PEGAWAI DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH PADA PESERTA
DIDIK KELAS XII OTOMATISASI DAN TATA KELOLA
PERKANTORAN 3 SMK NEGERI 1 JATI TAHUN PELAJARAN
2019/2020”.
B. RUMUSAN MASALAH

Berkaitan dengan latar belakang yang dijelaskan, yang menjadi rumusan


masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran


otomatisasi tata kelola kepegawaian materi pokok disiplin pegawai
menggunakan model pembelajaran kooperatif make a match pada siswa
kelas XII Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran 3 SMK Negeri 1 jati.
2. Bagaimanakah hasil belajar siswa setelah guru menerapkan model
pembelajaran kooperatif “make a macth” pada mata pelajaran otomatisasi
kepegawaian dan tata kelola kepegawaian pada materi pokok disiplin
pegawai.

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasar kajian dari rumusan masalah yang telah dijabarkan diatas, yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui seberapa keberhasilan yang dicapai menggunakan
model pembelajaran make a match dalam pembelajaran otomatisasi tata
kelola kepegawaian pada materi pokok disiplin pegawai pada kelas XII
Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran 3 SMK Negeri 1 Jati
2. Untuk mengetahui respon dari siswa menerapkan model pembelajaran
make a match dalam pembelajaran otomatisasi tata kelola kepegawaian
pada materi pokok disiplin pegawai pada kelas XII Otomatisasi dan Tata
Kelola Perkantoran 3 SMK Negeri 1 Jati.

D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun beberapa manfaat dari penelitian dilakukan adalah :
1. Bagi guru
a. Dapat meningkatkan profesionalitas seorang guru.
b. Memberikan tambahan pengalaman, pengetahuan, wawasan, dan
keterampilan guru dalam merancang model pembelajaran yang sesuai
sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar yang dicapai siswa
dalam penggunaan mdel pembelajaran khususnya pada mata pelajaran
Otomatisasi dan Tata Kelola Kepegawaian.
2. Bagi sekolah
a. Memberikan kontribusi yang positif terhadap kemajuan sekolah
dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang bermutu khususnya
pada mata pelajaran Otomatisasi dan Tata Kelola Kepegawaian.
b. Mengefektifkan pengelolaan proses belajar mengajar yang
dilaksanakan dalam satuan pendidikan.
3. Bagi siswa
a. Dapat membatu siswa dalam mencapai ketuntasan belajar
4. Bagi peneliti
a. Dapat mengembangkan kreatifitas dalam penggunaan model make a
match (kartu pasangan) dalam mata pelajaran Otomatisasi dan Tata
Kelola Kepegawaian.
b. Dapat mengembangkan wawasan pengetahuan dalam pemilihan
model pembelajaran yang sesuai.
BAB II

KAJIAN TEORIRITIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. KAJIAN TEORI

1. Pembelajaran dengan kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu rangkaian kegiatan belajar


yang mana didalamnya terdapat kegiatan berupa kerjasama dalam
kelompok-kelompok tertentu yang dilakukan oleh siswa untuk mencapai
suatu tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dengan adanya interaksi
dua arah.

Adanya Pembelajaran kooperatif disebabkan adanya perkembangan dalam


sistem pembelajaran yang menggantikan sistem pembelajaran yang
awalnya berpusat pada guru saja, yaitu informasi yang disampaikan oleh
guru sebagai pusat penyampai, kepada siswa yang hanya berperan sebagai
pendengar saja.

Dalam penerapan belajar kooperatif dapat membuat siswa untuk


bekerjasama dan adanya partisiasi aktif dari pihak siswa. Guru hanya
sebagai pembimbing yang akan mengarahkan siswa menuju pengetahuan
yang benar dan tepat.

Slavin dalam Isjoni (2009: 15) “pembelajaran kooperatif merupakan


model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam suatu kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif dengan kelompok yang heterogen yang
anggotanya terdiri dari 5 orang”. Sedangkan menurut Sunal dan Hans
dalam Isjoni (2009: 15) mengemukakan “bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang
dirancang untuk memberikan dorongan kepada siswa agar bekerja sama
dalam proses pembelajaran”. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009: 15)
“menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa
lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku
sosial”.

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada


kelompok kecil yang terdiri dari siswa-siswi yang saling bekerja sama
dalam memaksimalkan kelompok belajar dalam mencapai tujuan belajar
yang diharapkan. “Pembelajaran yang kooperatif merupakan model
pembelajaran yang didalamnya ada penekanan adanya saling
ketergantungan positif antar individu dari siswa, adanya tanggung jawab
perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi
proses kelompok “(Arif Rohman, 2009: 186).

Cooperative learning menurut Slavin (2005: 4-8)adalah “berbagai macam


model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin,
dan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu dan
bekerjasama antara satu sama lainnya”.

Dari beberapa pendapat ahli tentang pembelajaran kooperatif maka dapat


disimpulkan oleh penulis bahwa dalam pembelajaran siswa dilibatkan
dalam kelompok belajar yang mana dalam kelompok-kelompok belajar
tersebut terdiri dari anggota belajar yang heterogen untuk saling
bekerjasama dalam kelompok belajar dalam mempelajari materi pelajaran
sehingga dapat mencapai tujuan belajar yang diharapkan.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif


Slavin (2005) mengemukakan bahwa” tujuan yang paling penting dari
model pembelajaran kooperatif adalah memberikan kepada para siswa
berupa pengetahuan, pemahaman, kemampuan, dan konsep yang
dibutuhkan oleh siswa agar dapat memberikan kontribusi saat mereka
menjadi anggota masyarakat”.
Wisenbaken (Slavin, 2005) mengemukakan bahwa “tujuan dari model
pembelajaran kooperatif yaitu dapat menciptakan norma-norma yang pro-
akademik di antara para siswa, dan norma-norma pro-akademik yang
memiliki pengaruh yang sangat penting bagi pencapaian hasil belajar
siswa”.

3. Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif


Menurut Lungdren dalam Isjoni (2009: 16) mengemukakan bahwa “unsur-
unsur dalam pembelajaran kooperatif diantaranya sebagai berikut.
a. siswa harus mempunyai persepsi bahwa mereka bekerjasama
b. para siswa harus sama-sama mempunyai rasa tanggung jawab
dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri
dan tanggung jawab dalam mempelajari materi yang dihadapi;
c. siswa harus mempunyai komitmen bahwa mereka mempunyai
tujuan yang sama;
d. siswa membagi tugas dan tanggung jawab antar anggota yang
tergabung dalam kelompok;
e. siswa diberikan evaluasi dan penghargaan agar mempunyai
pengaruh yang positif terhadap evaluasi kelompok;
f. siswa memperoleh keterampilan dalam bekerjasama selama belajar
dalam kelompok tersebut;
g. siswa yang tergabung dalam kelompok-kelompok belajar diminta
mempertanggung jawabkan secara individual materi yang
ditangani”.

Menurut Isjoni (2009: 17) berpendapat bahwa “dalam pembelajaran


kooperatif yang diajarkan adalah berupa keterampilan-keterampilan
khusus yang dimaksudkan agar dapat bekerja sama dengan baik di
dalam kelompok belajarnya, dalam mencapai ketuntasan”.
4. Elemen-elemen Pembelajaran Kooperatif

Miftahul (2011) memaparkan “beberapa aspek pembelajaran kooperatif


diantaranya sebagai berikut.
a. Adanya Tujuan yang hendak dicapai
Semua siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang
beragam dan diminta untuk mempelajari materi tertentu dan saling
memastikan semua anggota kelompok juga mempelajari materi
tersebut.
b. Adanya kerjasama
Kerja sama dapat diterapkan dalam kelas (dengan cara memastikan
bahwa semua siswa di ruang kelas benar-benar mempelajarimateri
yang ditugaskan) dan level sekolah (dengan cara memastikan
bahwa semua siswa di sekolah benar-benar mengalami kemajuan
secara akademik).
c. Pola interaksi
Antara siswa saling mendukung antar siswa yang satu dengan
siswa yang lainnya. Siswa mempelajari materi pembelajaran
bersama siswa yang lain, saling menjelaskan bagaimana cara
menyelesaikan tugas pembelajaran, menyimak penjelasan, saling
bekerjasama, dan saling memberi bantuan akademik jika ada yang
membutuhkan.
d. Evaluasi
Sistem evaluasi didasarkan pada kriteria yang ditetapkan. Dimana
evaluasi penekanannya terletak pada pembelajaran dan hasil
belajar siswa, yang difokuskan pada setiap kelompok, semua
siswa, maupun sekolah”.

5. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif


Isjoni (2009: 27) memaparkan beberapa ciri-ciri pembelajaran
kooperatif yaitu sebagai berikut.
a. setiap anggota memiliki peran;
b. terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa;
c. setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan
juga teman-teman sekelompoknya;
d. guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan
interpersonal kelompok, dan
e. guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

6. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif


Agus Suprijono (2009) memaparkan sintak model pembelajaran
kooperatif terdiri dari enam fase sebagai berikut.
a. Fase pertama
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Guru
mengklasifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting
untuk dilakukan karena siswa harus memahami dengan jelas
prosedur dan aturan dalam pembelajaran.
b. Fase kedua
Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi
akademik.
c. Fase ketiga
Guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama di
dalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan
tujuan kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas
individual untuk mendukung tercapainya tujuan kelompok. Pada
fase ketiga ini terpenting jangan sampai ada free-rider atau anggota
yang hanya menggantungkan tugas kelompok kepada individu
lainnya.
d. Fase keempat
Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang
tugas-tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan.
Pada fase ini bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk,
pengarahan, atau meminta beberapa siswa mengulangi hal yang
sudah ditunjukkan.
e. Fase kelima
Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi
yang konsisten dengan tujuan pembelajaran.
f. Fase keenam
Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada
siswa. Variasi struktur reward dapat dicapai tanpa tergantung pada
apa yang dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif adalah
jika siswa diakui usaha individualnya berdasarkan perbandingan
dengan orang lain. Struktur reward kooperatif diberikan kepada tim
meskipun anggota tim-timnya saling bersaing.

7. Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Sadker (Miftahul, 2011: 66) menjabarkan beberapa manfaat


pembelajaran kooperatif. Selain itu, meningkatkan keterampilan
kognitif dan afektif siswa, pembelajaran kooperatif juga memberikan
manfaat-manfaat besar lain seperti berikut ini.

a. siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif


akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi;
b. siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan
memiliki sikap harga-diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih
besar untuk belajar;
c. dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada
teman-temannya, dan di antara mereka akan terbangun rasa
ketergantungan yang positif (interdependensi positif) untuk proses
belajar mereka nanti;
d. pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa
terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan
etnik yang berbeda beda.
8. Model Pembelajaran Make a Match
1) Pengertian Model PembelajaranMake a Match
Model make a match dikembangkan oleh Lorna Currant, yaitu model
pembelajaran yang dalam pelaksanaannya siswa mencari pasangan
sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang
menyenangkan. Model ini juga bisa diterapkan untuk semua mata
pelajaran dan tingkat kelas.
Model pembelajaranMake a Match adalah salah satu model
pembelajaran kooperatif mencari pasanganyang terkandung di
dalamnya dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk saling
membagikan ide-ide, mempertimbangkan jawaban yang tepat dan
adanya kompetisi dan persaingan dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran ini juga lebih menekankan kerjasama
antarsiswadalam mempelajari suatu materi dengan suasana
menyenangkan sehingga dapatmeningkatkan keaktifan belajar siswa
dan hasil belajar. Guru hanya berperansebagai fasilitator dalam
menyelenggarakan proses pembelajaran.

MenurutAnita Lie, model ini mengkombinasikan


keunggulanpembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual
sehingga siswa dapat belajar di dalam suasana pembelajaran yang
menyenangkan.
Jadi, model make a matchmerupakan suatu model pembelajaran
yang mengajak peserta didik mencari jawaban terhadap suatu
pertanyaan dari pasangan suatu konsep melalui permainan kartu
pasangan.
2) Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif make a match Pada
pembelajaran make a match siswa diarahkan untuk mencari
pasangankartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas
waktunya, yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Dalam
model pembelajaran ini siswa lebihaktif dari pada guru.Adapun
langkah-langkah pembelajaran kooperatifmake a match yang
dikembangkan oleh Lorna Currant adalah sebagai berikut :
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep
atautopik yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan
menjelangtes atau ujian).
b. Setiap peserta didik mendapatkansatu buah kartu.
c. Setiap peserta didik memikirkan jawaban atau soal dari kartu
yangdipegang.
d. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang
cocok dengan kartunya. (soal/jawaban)
e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum
batas waktu diberi poin.
f. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar siswa mendapat
kartuyang berbeda dari sebelumnya.
g. Kesimpulan.
Penerapan modelmake a matchdapat membangkitkan
keingintahuan dan kerjasama diantara siswa serta mampu menciptakan
kondisi yang menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan
sehingga bisa memberi motivasi siswa untuk belajar Otomatisasi dan
Tata Kelola Kepegawaian. Model make a match adalah model
pembelajaran kreatif dan inovatif yang bertujuan untuk menciptakan
suasana belajar yang aktif dan menyenangkan.
3) Kelebihan dan Kekurangan Model Make a Match.
Menurut Tarmizi Ramadhan, model pembelajaranmake a match
memberikan kelebihan bagi siswa, diantaranya sebagai berikut :
a. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan.
b. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik.
c. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
d. Dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.
e. Mampu membangkitkan hasil belajar siswa mencapai taraf
ketuntasan belajar secara klasikal 87,50%.
Disamping kelebihannya, pembelajaran kooperatif make a match
mempunyai sedikit kekurangan yaitu :
a. Diperlukan bimbingan dari guru untuk untuk melakukan kegiatan.
b. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampaisiswa terlalu
banyakbermain-main dalam proses pembelajaran.
c. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.
Berdasarkan pendapat diatas, model pembelajaran kooperatif tipemake
a match mempunyai kelebihan dibandingkan dengan pembelajaran
yang didasarkan pada pembelajaran klasikal. Dampak dari
pembelajaran yang aktif,menyenangkan, dan menarik dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran
klasikal. Siswa tidak hanya diam, tetapi siswa dilibatkan secara aktif
sepanjang proses pembelajaran.
Sementara itu, kekurangan model pembelajaran kooperatif Make
a Match dapat diantisipasi dengan mempersiapkan secara matang
sebelum menerapkan model kooperatif. Persiapan yang matang dapat
mengurangi kendala atau kesulitan dalam penerapan model kooperatif.
Guru perlu memahami penerapan dari model pembelajaran kooperatif
sebelum diterapkan dalam pembelajaran, sehingga tujuan dari
pembelajaran dapat tercapai secara optimal
9. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
mempelajari hasil belajar yang telah direncanakan sebelumnya. Hasil
belajar dicapai siswa dapat mencerminkan kemampuan dasar yang
siswa miliki.
Hasil belajar pada diri seseorang tidak langsung tampak tanpa
seseorang itu melakukan tindakan untuk memperlihatkan kemampuan
yang diperolehnya melalui hasil belajar. Namun demikian, hasil belajar
merupakan perubahan yang mengakibatkan orang berubah dalam
prilaku, sikap dan kemampuannya.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar
merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya atau akhir dari proses kegiatan belajar
siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran dikelas
dalam menerima pelajaran untuk mencapai kemampuan yang lebih dari
sebelumnya

10. Disipin pegawai

Usaha dalam mencapai tujuan nasional diperlukan adanya pegawai


negeri yang penuh kesetiaan dan ketaatan pada Pancasila dan Undang–
Undang Dasar 1945, negara dan pemerintah bersatu padu, bermental
baik, berwibawa, berdaya guna dan berhasil guna, berkualitas tinggi,
mempunyai kesadaran tinggi akan akan tanggung jawabnya sebagai
aparatur negara, abdi negara, serta abdi masyarakat. Salah satu indikasi
rendahnya kualitas Pegawai Negeri Sipil Daerah tersebut adalah adanya
pelanggaran disiplin yang banyak dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil.
Seorang Pegawai Negeri Sipil terbukti melakukan pelanggaran disiplin
yang tujuan untuk memberikan efek jera dan shock terapi agar Pegawai
Negeri Sipil yang lain tidak meniru atau melakukan pelanggaran yang
lebih berat lagi. Artikel ini bertujuan untuk memahami kedisiplinan PNS
setelah diterapkannya Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2010 tentang
disiplin Pegawai Negeri Sipil. Rumusan masalah yang diajukan adalah
bagaimana Kedisiplinan PNS setelah diterapkannya Peraturan
Pemerintah No.53 Tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil?
Kinerja instansi pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai
penjabaran dari visi, misi dan rencana strategi instansi pemerintah yang
mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang
ditetapkan. Pemerintah yakin perbaikan kinerja pemerintah dapat
terlaksana bila setiap instansi pemerintah menegakkan disiplin PNS.
Disiplin tersebut tidak terjadi hanya untuk sementara. Penerapan
peraturan disiplin PNS harus tegas dan konsisten. Selain itu diharapkan
PNS wajib menjaga dan mengembangkan etika profesinya.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai aparatur negara, abdi Negara dan
abdi masyrakat, mempunyai posisi sangat strategis dan peranan
menentukan dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan.
Sebagai aparatur negara, PNS berkewajiban menyelenggarakan tugas
pemerintahan dan pembangunan dengan penuh kesetiaan dan ketaatan
kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, negara dan pemerintah.
Untuk itu, PNS sebagai pelaksana perundang-undangan wajib berusaha
untuk taat pada setiap peraturan perundang-undangan di dalam
melaksanakan tugas kedinasan. Pemberian tugas kedinasan kepada PNS
pada dasarnya merupakan kepercayaan dari atasan yang berwenang,
dengan harapan bahwa tugas itu akan dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya. Oleh karenanya, setiap PNS wajib melaksanakan tugas
kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian,
kesadaran, dan tanggung jawab.

Disiplin pegawai negeri sipil adalah kesanggupan pegawai negeri sipil


untuk mentaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan dan atau peraturan kedinasan
yang apabila tidak ditaati atau dilnggar dijatuhi hukuman disiplin.

B. Penerapan model pembelajaran make a match dalam pembelajaran


disiplin pegawai

Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan model


make a match. Model make a match atau mencari pasangan merupakan
salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan model
ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang
merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya, siswa dapat
mencocokkankartunya diberi poin.Modelmake a match atau mencari
pasangan dikembangkan. Sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar
siswa dalam memahami materi maka akan disajikan aktivitas pembelajaran
yang sesuai dengan pendekatan kooperatif dengan menggunakan model
make a match atau mencari pasangan, yakni sebagai berikut:

1. Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah peserta dalam kelas


dankertas tersebut dibagi dua kelompok.
2. Mau tidak mau guru harus meluangkan waktu untuk
mempersiapkankartu-kartu tersebut sebelum masuk ke kelas.

Jadi guru harus meluangkan waktu untuk mempersiapkan keperluan dan


kartu yang di gunakan untuk model make a match sebelum guru memulai
pembelajaran di kelas dan guru harus menjaga agar siswa tidak bermain
sendiri ketika melakukan belajar di kelas dengan menggunakan model make
a match,sehingga siswa dapat mudah memahami materi pelajaran.

C. Kajian Literatur

Tingkat keberhasilan belajar meningkat dengan baik dapat diketahui


dari indikator keberhasilan yang berupa nilai hasil belajar siswa dan proses
pembelajaran. Proses pembelajaran akan dapat menentukan pemahaman
dari hasil belajar yang didapat. Sedangkan menurut Dwi Prasetia Ningrum,
“model pembelajaran make a match sangat berpengaruh efektif terhadap
hasil belajar siswa dalam pemahaman materi tentang disiplin pegawai dari
pada model pembelajaran konvensional”.

Dari hasil penguasaan materi disiplin pegawai denganmenggunakan


model make a match terlihat ada peningkatan tinggi dari siklus I ke siklus
II. Peningkatan tersebut diukur dengan post tes dalam setiap siklusnya. Bila
dilihat dari segi proses kegiatan pembelajaran maka dapat disimpulkan
bahwa dengan tipe make a match ini dapat memberikan manfaat bagi siswa,
diantaranya adalah: (1) mampu menciptakan suasana belajar aktif dan
menyenangkan, dan (2) mampu meningkatkan penguasaan materi disipin
pegawai siswa tanpa harus melalui metode belajar yang tradisional.
Titi Hardianti mengatakan, “model pembelajaran kooperatif tipe
make a match pada topik penamaan disiplin pegawai memberikan dampak
yang lebih baik terhadap hasil belajar dan keterampilan berpikir” siswa
kelas XII Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran SMK Negeri 1 Jati dan
terdapat peningkatan presentase dari aktivitas siswa juga guru dalam proses
pembelajaran pada setiap pertemuan.
Setelah dianalisis dari hasil penelitian diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif
make a match dapat berpengaruh efektif atau dapat meningkatkan hasil dari
belajarsniswa pada materi tertentu secara signifikan.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian memerlukan metode penelitian yang sesuai dengan masalah yang


akan diteliti. Jenis penelitian yang digunakan disini adala hpenelitian tindakan
kelas (PTK).Penelitian Tindakan Kelas atau PTK memiliki peranan yang
sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila
diimplementasikan dengan baik dan benar. Diiplementasikan dengan baik
artinya, pihak yang terlibat dalam PTK dan guru mencoba mengembangkan
kemampuan dalam memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam
pembelajaran di kelas melalui tindakan kelas yang bermakna yang
dipertimbangkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan
kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat
keberhasilannya.

Pelaksana penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan


kelas yang terdiri atas pengamatan, pendahuluan atau perencanaan, dan
pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan kelas terdiri atas beberapa siklus.
Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan tindakan, pemberian tindakan,
observasi, dan refleksi. Tahap-tahap penelitian dalam masing-masing tindakan
terjadi secara berulang yang akhirnya menghasilkan beberapa tindakan dalam
penelitian tindakan kelas.

B. TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA


a) Tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas
1. Perencanaan (planning)
Persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum melaksanakan
penelitianadalah sebagai berikut.
a. Melakukan kegiatanpraobservasi untuk mengumpulkan fakta-
faktalapangan guna memastikan adanya masalah yang terjadi dalam
prosespembelajaran yang berlangsung selama ini.
b. Menentukan kelas yang akan dijadikan objek penelitian.
c. Menetapkan materi yang akan diajarkan.
d. Menentukan jumlah siklus yang akan dilakukan.
e. Menyusun perangkat pembelajaran untuk masing-masing siklus
yaitu RPP dan LKPD.
f. Mempersiapkan fasilitas yang akan digunakan dalam pembelajaran.
g. Menyusun instrument yang akan digunakan berupa lembar
observasigurudan siswa, lembar angket, dan format penilaian siswa.
h. Menyusun alat evaluasi atau tes beserta kunci jawabannya.
2. Melaksanakan tindakan
Pelaksanaan tindakan kelas dilakukan oleh guru sesuai dengan materi
yangtelah direncanakan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Setelah selesai memberikan tindakan pada siklus pertama peneliti
mengadakan tes untuk mengetahui sejauh mana hasil tindakan pada siklus
pertama dan demikianseterusnya sampai dengan siklus terakhir.
3. Pengamatan
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara kolaboratif
yangmelibatkan guru dan dan teman sejawat sebagai pengamat dikelas.
Observasidilakukan terhadap aktivita siswa pada saat pembelajaran
berlangsung danbagaimana cara guru mengelola kelas. Observasidilakukan
pada saat kegiatansiklus I dan II dilaksanakan.
4. Refleksi
Refleksi dilakukan secara kolaboratif dengan diskusi guru pelaksanaan
danobserver tentang proses dan hasil pembelajaran yang telah
dilaksanakan.Berdasarkan hasil refleksi ini dapat direvisi rancangan untuk
melakukan siklus berikutnya
b) Alat Pengumpul Data

Untuk mempermudah dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan


instrumen penelitian berupa:
1. Lembar Observasi
Lembar observasi berupa cek list yang terdiri dari beberapa item
yangmenyangkut aktivitas dan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran, dilakukandengan cara pemberian nomor pada tiap-tiap
kategori lembar aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
a. Lembar observasi aktivitas guru
Lembar observasi aktivitas guru dilaksanakan oleh guru bidang studi
Otomatisasi dan Tata Kelola Kepegawaian yang bertujuan untuk
menilai kemampuan guru dalam proses pembelajaran pada saat
penelitian.
b. Menggunakan Lembar observasi aktivitas dari siswa selama proses
pembelajaran menggunakan model make a match yang dilakukan
melalui pengamatan tentang aktivitas siswa. dalam pengamatan ini
mempunyai tujuan dalam melihat keaktivifan siswa selama
pembelajaran dengan model make a match. Pengamatan tersebut
dilakukan oleh teman sejawat untuk diisi sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
c. Menggunakan Soal tes adalah soal yang mencakup materi pokok
bahasan yang diajarkan atau yang telah dipelajari dan Tes dilakukan
melalui lembaran berupa tes berbentuk soal isian yang didalamnya
terdapat Disiplin Pegawai.
d. Berupa angkat yang diberikan kepada siswa untuk dapat mengetahui
respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran kooperative model
make a match dalam materi Disiplin Pegawai. Angket diberikan
kepada siswa setelah pembelajaran menggunakan model make a
match berakhir.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMK Negeri 1 Jati. Sesuai dengan permintaan peneliti
maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan di Kelas XII Otomatisasi
Tata Kelola Perkantoran padasemester ganjil pelajaran 2019.

D. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) ini adalah siswa Kelas XII
Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran pada semester ganjil tahun pelajaran
2019. Dalam tahun pelajaran 2019 siswa Kelas XII Otomatisasi Tata Kelola
Perkantoran blora jawa tengah
terdiri dari 31 siswa. Siswa laki-laki terdiri dari 4 siswa dan siswa perempuan
27 siswa

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada dasarnya merupakan kegiatan operasional
agar tindakan masuk pada pengertian penelitian yang sebenarnya.
Tanpa mengerti tehnik pengumpulan data maka penelitian tidak akan
mendapatkan data yang valid. Untuk memperoleh data dalam melakukan
penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data
diantaranya:
1. Tes
Tes adalah pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk
mengukurketerampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Pada penelitian ini tes
dilakukan pada evaluasi akhir saat materi disiplin pegawai yang diajarkan
yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diterapkan
model Make a Match pada materi disiplin pegawai dalam pembelajaran
Disiplin pegawai.
2. Angket
Angket adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
dengan cara membuat daftar pertanyaan secara tertulis dan akan diisi
dengan secara tertulis pula. Dalam penelitian ini, yang di dalamnya telah
terdapat alternatif jawaban yang telah ditentukan oleh peneliti. Jawaban
tersebut berupa“YA” atau “TIDAK” sehingga para siswa tidak
berkesempatan untuk mengisi dengan jawaban sendiri.
3. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan peninjauan langsung ke lokasi
penelitian untuk mendapatkan informasi kegiatan belajar mengajar yang
diperlukan. Peneliti menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan
siswauntuk mengetahui data tentang aktivitas siswa dan tentang guru
dalam mengelola pembelajaran selama proses pembelajaran di dalam
kelas. Aktivitas siswa akan diobservasi oleh teman sejawatnya sebagai
peneliti, sedangkan aktivitas guru akan diobservasi oleh guru mata
pelajaran Otomatisasi dan Tata KelolaKepegawaian.

F. Alat Pengumpul Data


1. Analisis dari hasil observasi tentang guru dan siswaAnalisis data tentang
aktivitas-aktivitas guru dan siswa diperoleh dari hasilpengamatan yang
diisi selama proses pembelajaran berlangsung. Data inidianalisis dengan
menggunakan rumus persentase, yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur aktifitas guru dan siswa sesuai denngan yang direncanakan.
2. Analisis Angket
Penggunaan Angket digunakan untuk memperoleh informasi yang
berkaitan dengan respon dari siswa terhadap penerapan model
pembelajaran kooperatif make a match yang diberikan setelah pada akhir
setelah proses pembelajaran selesai. Kategorirespon yang diberikan
meliputi: pendapat siswa mengenai penerapan pembelajaran kooperatif
tipe make a match.
Interval persentase dan kategori kriteria penilaian observasi guru dan
siswa sebagai berikut:
Analisis angket adalah sebagai berikut :
𝑓
P= 𝑛 x 100%

Keterangan :
P = angka presentase yang didapat
f = Jumlah frekuensi individu
n= Jumlah seluruh sampel

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Observasi Guru

No Angka Kriteria Bobot


1 80-100 Baik Sekali 4
2 66-79 Baik 3
3 56-65 Cukup 2
4 46-55 Kurang 1
5 0-45 Gagal 0

3. Analisis Hasil Belajar Siswa


Anilisis hasil belajar siswa ini dilakukan untuk mengetahui apakah
terjadi peningkatan dari hasil belajar siswa setelah menggunakan
penerapan model kooperatif make a match dalam meningkatkan hasil
belajar siswa pada pembelajaran Otomatisasi dan Tata Kelola
Kepegawaian materi Disiplin Pegawai. Ada dua kriteria ketuntasan
belajar, yaituketuntasan individual dan ketuntasan klasikal. Berdasarkan
teori tuntas, seorangpes dipandang tuntas belajarnya (ketuntasan
individu) jika ia mampumencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari
seluruh tujuan. kelas dikatakan tuntas (ketuntasan klasikal) apabila
mencapai nilai sekurang-kurangnya 85 dari 100% siswa yang ada di
dalam kelas tersebut
Untuk melihat adanya peningkatan hasil belajar dari siswa maka dapat
dianalisis menggunakan penghitungan sebagai berikut :
𝑓
P= 𝑛 x 100%

Keterangan :
P = angka presentase yang didapat
f = Jumlah frekuensi individu
n= Jumlah seluruh sampel

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Observasi Siswa

No Angka Kriteria Bobot


1 80-100 Baik Sekali 4
2 66-79 Baik 3
3 56-65 Cukup 2
4 46-55 Kurang 1
5 0-45 Gagal 0
DAFTAR PUSTAKA

Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Bandung: PT Rajagrafindo Persada

Hanifah, N. & Suhana, C. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT


Refika Aditama

Robert E. Slavin,Cooperativelearning: theory reserch and practice, Terj.


NurlitaYusron, ( Bandung: Nusa Media, 2005), h.4.11Wina Sanjaya,Perencanaan
Pembelajaran dan Desain System Pembelajaran,(Jakarta: Kencana, 2008), h.194

https://bdksemarang.kemenag.go.id/disiplin-pegawai-negeri-sipil-kajian-terhadap-
pp-nomor-53-tahun-2010-2/

ttps://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/27/model-pembelajaran-
kooperatif-cooperative-learning/

https://eprints.uny.ac.id/7734/3/bab%202%20-%2008108241038.pdf

https://repository.ar-raniry.ac.id/3429/1/Halidayani.pdf

Anda mungkin juga menyukai