Semester Gasal
SMK N 9 Semarang
Ajaran Tahun :
Di susun oleh :
2019/2020
Pertemuan ke : 27-34
Materi Pokok : Kode Etik Humas
2
2. Kode Etik Profesi Humas
Dalam buku The Excent and Intention of PR and Information Activities,
G. Saxh mengungkapkan tiga konsep penting dalam etika kehumasan,
yakni :
a. Citra
Citra adalah pengetahuan mengenai kita dan sikap terhadap kita yang
mempunyai kelompok-kelompok dalam kepetingan yang berbeda.
b. Penampilan
Merupakan pengetahuan mengenai suatu sikap terhadap yang kita
inginkan untuk dimiliki suatu kelompok
c. Etika
Merupakan cabang dari ilmu filsafat, merupakan filsafat moral atau
pemikiran filosofis tentang moralitas, biasanya selalu berkaitan dengan
nilai-nilai kebenaran dan kebaikan.
3
3. Fungsi Kode Etik
a. Sebagai perlindungan
b. Pengembangan bagi profesi
Fungsi seperti itu sama seperti apa yang dikemukakan Gibson dan
Michel (1945:449) yang lebij mementingkan pada kode etik sebagai
pedoman pelaksanaan tugas profesional dan pedoman bagi masyarakat
sebagai seorang profesional.
Biggs dan Blocher (1986:10) mengemukakan tiga fungsi kode etik,
yaitu :
a. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah
b. Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi
c. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi
4
c. Dilandasi Deklarasi ASEAN (8 Agustuts 1967) sebagai pemersatu
bangsa-bangsa Asi Tenggara
d. Dipedomani oleh cita-cita, keinginan dan tekad untuk mengamalkan
sikap dan perilaku kehumasan secara professional.
Pasal 1
KOMITMEN PRIBADI
Pasal II
5
c. Menjamin rahasia serta kepercayaan yang diberikan oleh klien atau
atasan, maupun yang pernah diberikan oleh mantan klien atau mantan
atasan
d. Tidak melakukan tindak atau mengeluarkan ucapan yang cenderung
merendahkan martabat, klien atau atasan, maupun mantan klien atau
mantan atasan
e. Dalam memberi jasa-jasa kepada klien atau atasan, tidak akan
menerima pembayaran, komisi atau imbalan dari pihak manapun
selain dari klien atau atasannya yang telah memperoleh kejelasan
lengkap
f. Tidak akan menyerahkan kepada calon klien atau calon atasan bahwa
pembayaran atau imbalan jasa-jasanyaharus didasarkan kepada hasil-
hasil tertentu, atau tidak akan menyetujui perjanjian apapun yang
mengarah kepada hal yang serupa
Pasal III
6
Pasal IV
7
b. Penyebarluasan Informasi
Seorang anggota tidak akan menyebarluaskan informasi yang palsu
atau yang menyesatkan secara sengaja dan tidak bertanggung jawab.
Sebaliknya, seprang anggota justru akan berusaha sekeras mungkin
untuk menegah terjadinya jal tersebut. Ia berkewajiban untuk menjaga
integritas dan ketepatan informasi
c. Media Komunikasi
Seorang anggota tidak akan melaksanakan kegiatan yang dapat
merugikan integritas media komunikasi.
d. Kepentingan yang Tersembunyi
Seorang anggota tidak akan melibatkan dirinya dalam kegiatan apa
pun yang secara sengaja bermaksud memecah belah atau menyesatkan,
dengan cara seolah-olah ingin memajukan suatu kepentingan tertentu,
padahal sebaliknya justru ingin memajukan kepentingan lain yang
tersembunyi.
e. Informasi Rahasia
Seorang anggota (kecuali apabila diperintahkan oleh aparat hukum
yang berwenang) tidak akan menyampaikan atau memanfaatkan
informasi yang diberikan kepadanya, yang diperolehannya secara pribadi
dan atas dasat kepercayaan atau yang bersifat rahasia dari kliennya, baik
di masa lalu, kini atau di masa depan demi memperoleh keuntungan
pribadi atau untuk keuntungan lain tanpa persetujuan jelas dari uang
bersangkutan.
f. Pertentangan Kepentingan
Seorang anggota tidak akan mewakili kepentingan kepentingan yang
saling bertentangan atau yang saling bersaing tanpa persetujuan jelas
8
dari pihak pihak yang bersangkutan, dengan terlebih dajli
mengemukakan fakta-fakta yang terkait.
g. Sumber-Sumber Pembayaran
Dalam memberikan jasa pelayanan kepada kliennya, seorang anggota
todak akan menerima pembayaran, baik tunai ataupun dalam bentuk lain
yang diberikan sehubungan dengan jasa-jasa tersebut, dari sumber mana
pun, tanpa persetujuan jelas dari kliennya.
h. Memberitahukan Kepentingan Keuangan
Seorang anggota yang mempunyai kepentingan keuangan dalam
suatu organisasi tidak akan menyarankan klien atau majikannya untuk
memakai uang organisasi tersebut, tanpa memberitahukan terlebih
dahulu kepentingan keuangan pribadinya yang terdapat dalam organisasi
tersebut.
i. Pembayaran Berdasarkan Hasil Kerja
Seorang anggota tidak akan menyarankan negosiasi atau menyetujui
perstaratan dengan calon majikan atau calon klien, berdasarkan
pembayaran uang tergantung pada hasil pekerjaan PR tertentu di masa
depan.
j. Menumpang Tindih Pekerjaan Anggota Lain
Seorang anggota yang mencari pekerjaan atau kegiatan baru dengan
cara mendekati langsung atau secara pribadi calon majikan atau calon
langganan yang potensial, akan mengambil langkah-langkah yang
diperlukan untuk mengetahui apakah pekerjaan atau kegiatan tersebut
sudah dilaksanakan oleh anggota lain.
k. Imbalan Kepada Karayawan Kantor Kantor Umum
Seorang anggota tidak akan menawarkan atau memberikan imbalan
apa pun dengan tujuan untuk memajukan kepentingan pribadinya
9
kepada orang yang menduduki suatu jabaran umum apabila hal tersebut
tidak sesuai dengan kepentingan masyarakat luas.
l. Mengkaryakan Anggota Parlemen
Seorang anggota yang mempekerjakan seorang anggota parlemen,
baik sebagai konsultan ataupun pelaksana akan memberitahukan kepada
ketua asosiasi tentang hal tersebut maupun tentang jenis pekerjaan yang
bersangkutan.
m. Mencemarkan Anggota-Anggota Lain
Seorang anggota tidak akan dengan mencemarkan nama baik atau
praktik profesional anggota lain.
n. Perilaku kepada klien dan karyawan :
10
4. Memberikan gambar yang dapat dipercaya mengenai organisasi
yang dilayani
5. Tidak menciptakan atau menggunakan pengorganisasian palsu
untuk melayani kepentingan pribadi yang terbuka.
11
5. Bidang kerja atau profesi tersebut tergabung dalam suatu asosiasi
atau organisasi profesi tertentu sebagai wadah komunikasi, membina
hubungan baik, dan saling bertukar informasi dengan sesama
angota.
6. Para pelakunya memperoleh pengakuan terhadap profesi yang
disandangnya.
7. Para pelaku profesi atau profesional harus memiliki perilaku yang
baik dalam melaksanakan profesi dan penuh tanggung jawab sesuai
dengan kode etik.
Sedangkan secara umum, profesional Humas (PR professional)
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memiliki skill atau kemampuan, pengetahuan tinggi yang tidak
dimiliki oleh orang umum lainnya, baik itu diperoleh dari hasil
pendidikan maupun pelatihan yang diikutinya, ditambah pengalaman
selama bertahun-tahun yang telah ditempuhnya sebagai profesional.
2. Memiliki kode etik yang merupakan standar moral bagi setiap profesi
yang dituangkan secara formal, tertulis, dan normatif. Standar moral
tersebut menjadi acuan bagi suatu bentuk aturan main dan perilaku
yang terdapat dalam ‘kode etik’ dan merupakan standar atau
komitmen moral kode perilaku (code of conduct) dalam pelaksanaan
tugas dan kewajiban selaku by profession dan by function, yang
isinya memberikan bimbingan, arahan, jaminan, dan pedoman bagi
profesi yang bersangkutan untuk tetap taat dan mematuhi kode etik
tersebut. Sedangkan aspek-aspek kode perilaku (code of conduct)
profesional Humas/PR yang diatur dalam etika dan kode etik profesi
adalah sebagai berikut:
12
a. Code of conduct
Merupakan kode perilaku sehari-hari terhadap integritas pribadi,
klien dan atasan, media dan publik/umum, dan perilaku terhadap
rekan seprofesi.
b. Code of Profession
Merupakan penjelasan tentang standar moral, bertindak etis,
memiliki kualifikasi dan kemampuan tertentu secara profesional.
c. Code of Publication
Merupakan standar moral dan yuridis etis dalam melakukan
kegiatan komunikasi, proses dan teknis publikasi untuk
menciptakan publisitas positif demi mengutamakan kepentingan
publik.
d. Code of Enterprise
Menyangkut aspek hokum perizinan dan usaha, UU PT, UU Hak
Cipta, Merek dan Paten, dan peraturan lainnya.
3. Memiliki tanggung jawab profesi (responsibility) dan integritas pribadi
(integrity) yang tinggi, baik terhadap dirinya sebagai penyandang
profesi Humas/PR, maupun terhadap publik, klien, pimpinan,
organisasi perusahaan, penggunaan media umum/massa hingga
menjaga martabat dan nama baik bangsa dan negara.
4. Memiliki jiwa pengabdiankepada publik atau masyarakat dengan
penuh dedikasi profesi luhur yang disandangnya. Dalam menngambil
keputusan meletakkan kepentingan pribadinya demi kepentingan
masyarakat, bangsa, dan negaranya (ambeg parama artha). Memiliki
jiwa pengabdian dan semangat dedikasi tinggi tanpa pamrih dalam
memberikan pelayanan jasa keahlian dan bantuan kepada pihak lain
yang memang membutuhkannya.
13
5. Otonomisasi organisasi profesional, yaitu memiliki kemampuan untuk
mengelola (manajemen) organisasi Humas yang mempunyai
kemampuan dalam perencanaan program kerja yang jelas, strategis,
mandiri, tidak tergantung pihak lain, dan sekaligus dapat bekerja
sama dengan pihak-pihak terkait. Otonomisasi organisasi profesional
juga berarti dapat dipercaya dalam menjalankan operasional, peran,
dan fungsi profesinya. Disamping itu memiliki standard an etos kerja
profesional yang tinggi.
Menjadi anggota salah satu organisasi profesi sebagai wadah untuk
menjaga eksistensi, mempertahankan kehormatan, dan menertibkan
perilaku sesuai standar profesi sebagai tolok ukur yang tidak boleh
dilanggar. Selain sebagai tempat berkumpul, organisasi profesi juga
berfungsi sebagai wacana komunikasi untuk saling menukar informasi,
pengetahuan, dan membangun solidaritas sesama rekan anggota.
7. Prinsip Etika
1. Tanggung Jawab
Setiap penyandang profesi tertentu harus memiliki rasa tanggung
jawab terhadap profesi. Hasil dan dampak yang ditimbulkan memiliki
dua arti sebagai berikut:
Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan atau
fungsinya (by function).
Artinya keputusan yang diambil dan hasil dari pekerjaan
tersebut harus baik dan sesuai standar profesi, efisien, dan
efektif.
14
Tanggung jawab terhadap dampak atau akibat dari tidakan
dalam pelaksanaan profesi (by profession) tersebut terhadap
dirinya, rekan kerja dan profesi, organisasi/perusahaan, dan
masyarakat umum lainnya. Selanjutnya keputusan atau hasil
pekerjaan itu dapat memberikan manfaat dan berguna bagi
dirinya dan pihak lain. Prinsipnya, seorang profesional harus
berbuat baik (beneficence) dan tidak berbuat suatu kejahatan
(non maleficence).
2. Kebebasan
Para profesional memiliki kebebasan dalam menjalankan
profesinya tanpa merasa takut atau ragu-ragu, tetapi tetap memiliki
komitmen dan bertanggung jawab dalam batas-batas aturan main
yang telah ditentukan oleh kode etik sebagai standar perilaku
profesional.
3. Kejujuran
Jujur, setia, dan merasa terhormat pada profesi yang
disandangnya, mengakui kelemahan, tidak menyombongkan diri, dan
terus berupaya untuk mengembangkan diri dalam mencapai
penyempurnaan bidang keahlian dan profesinya melalui pendidikan,
pelatihan, dan pengalaman. Di samping itu, tidak akan melacurkan
profesinya untuk tujuan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
demi tujuan materi semata atau kepentingan sepihak.
4. Keadilan
Dalam menjalankan profesinya, setiap profesional memiliki
kewajiban dan tidak dibenarkan melakukan pelanggaran terhadap hak
atau menganggu milik orang lain, lembaga/organisasi, hingga
mencemarkan nama baik bangsa dan negara. Di samping itu, harus
15
menghargai hak-hak, menjaga kehormatan, nama baik, martabat, dan
milik bagi pihak lain agar tercipta saling menghormati dan mencapai
keadilan secara obyektif dalam kehidupan masyarakat.
5. Otonomi
Dalam prinsip ini, seorang profesional memiliki kebebasan secara
otonom dalam menjalankan profesinya sesuai dengan keahlian,
pengetahuan, dan kemampuannya. Organisasi dan departemen yang
dipimpinnya melakukan kegiatan operasional atau kerja sama harus
terbebas dari campur tangan pihak lain. Apa pun yang dilakukannya
merupakan konsekuensi dari tanggung jawab profesi. Kebebasan
otonom merupakan hak dan kewajiban yang dimiliki setiap profesional.
16
Daftar Pustaka
17