Anda di halaman 1dari 17

S

Otomatisasi Tata Kelola Humas dan


Keprotokolan
Bahan Ajar

Kelas XI OTP(KD 3.2 dan 4.2)

Semester Gasal

SMK N 9 Semarang

Ajaran Tahun :
Di susun oleh :
2019/2020

SILVIA GINTA KIRANA


7101416185
1
BAHAN AJAR

Pertemuan ke : 27-34
Materi Pokok : Kode Etik Humas

A. KODE ETIK HUMAS


1. Pengertian Kode Etik Profesi
Berten K. (1994) mengatakan bahwa kode etik ptofesi merupakan
norma yang telah ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi untuk
mengarah atau memberikan petunjuk kepada para anggotanya, yaitu
bagaimana seharusnya berbuat, sekaligus menjamin kualitas moral
profesi yang bersangkutan di mata masyarakat untuk memperoleh
tanggapan yang positif.
Pada prinsipnya kode etik profesi merupakan pedoman untuk
pengaturan dirinyaa sendiri bagi yang bersangkutan.
Arti secara umum tentang etika profesi menurut Cutlip. Center, dan
Broom adalah perilaku yang dianjutkan secara tepat dalam bertindak
sesuai dengan nilai-nilai moral yang umumnya dapat diterima oleh
masyarakat atau kebudayaan.
Kode etik adalah kumpulan asas atau nilai moral yang menjadi morma
perilaku. Sedangkan kode etik profesi adalah profesi yang menjadi
pedoman bagaimana seharusnya berperilaku dalam menjalankan profesi
tersebut secara etis (Muhammad, 1997:143).

2
2. Kode Etik Profesi Humas
Dalam buku The Excent and Intention of PR and Information Activities,
G. Saxh mengungkapkan tiga konsep penting dalam etika kehumasan,
yakni :
a. Citra
Citra adalah pengetahuan mengenai kita dan sikap terhadap kita yang
mempunyai kelompok-kelompok dalam kepetingan yang berbeda.
b. Penampilan
Merupakan pengetahuan mengenai suatu sikap terhadap yang kita
inginkan untuk dimiliki suatu kelompok
c. Etika
Merupakan cabang dari ilmu filsafat, merupakan filsafat moral atau
pemikiran filosofis tentang moralitas, biasanya selalu berkaitan dengan
nilai-nilai kebenaran dan kebaikan.

Kode etik IPRA (internasional Public Relation Association) yang telah


diperbaharui fi Teheran, Iran pada tanggal 17 Aprik 1968 secara normatif
dan etis memuat butir butir yang terdiri dari satu mukadimah berisikan
13 pasal.
Secara garis besar, kode etik IPRA mencakup butir butir pokok sebagai
Standard Moral of Public Relations sebagai berikut :
a. Kode perilaku
b. Kode moral
c. Menjunjung tinggi standar moral
d. Memiliki kejujuran yang tinggi
e. Mengatur secara etis mana yang boleh diperbuat dan tidak
boleh di perbuat oleh Humas Profesional/PR.

3
3. Fungsi Kode Etik
a. Sebagai perlindungan
b. Pengembangan bagi profesi
Fungsi seperti itu sama seperti apa yang dikemukakan Gibson dan
Michel (1945:449) yang lebij mementingkan pada kode etik sebagai
pedoman pelaksanaan tugas profesional dan pedoman bagi masyarakat
sebagai seorang profesional.
Biggs dan Blocher (1986:10) mengemukakan tiga fungsi kode etik,
yaitu :
a. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah
b. Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi
c. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi

4. Kode Etik Kehumasan Indonesia – Perhumas


Para anggota Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia
(Perhumas) sepakat untuk mematuhi kode etik kehumasan Indonesia.
Apabila terdapat bukti bukti bahwa diantara para anggota melanggar
kode etik tersebut ketika menjalankan profesi humas, organisasi akan
menindaklanjuti pelanggarnya.
Kode etik ini telah terdaftar sejak tahun 1977 di Departemen Dalam
Negeri dan Deppen saat itu, dan telah tercatat serta diakui oleh
organisasi profesi Humas Internaional; International Publis Relations
Associations/IPRA.
a. Dijiwai oleh Pancasila maupun Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan tata kehidupan nasional
b. Diilhami oleh Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai landasan
tata kehidupan internasional

4
c. Dilandasi Deklarasi ASEAN (8 Agustuts 1967) sebagai pemersatu
bangsa-bangsa Asi Tenggara
d. Dipedomani oleh cita-cita, keinginan dan tekad untuk mengamalkan
sikap dan perilaku kehumasan secara professional.

Pasal 1

KOMITMEN PRIBADI

Anggota PERHUMAS harus :

a. Memiliki dan menerapkan standar moral serta reputasi setinggi


mungkin dalam menjalankan profesi kehumasan
b. Berperan secara nyata dan sungguh-sungguh dalam upaya
memasyarakatan kepentingan Indonesia
c. Menumbuhkan dan mengembangkan hubungan antar warga Negara
Indonesia yang serasi daln selaras demi terwujudnya persatuan dan
kesatuan bangsa

Pasal II

PERILAKU TERHADAP KLIEN ATAU ATASAN

Anggota PERHUMAS INDONESIA harus:

a. Berlaku jujur dalam berhubungan dengan klien atau atasan


b. Tidak mewakili dua atau beberapa kepentingan yang berbeda atau
yang bersaing tanpa persetujuan semua pihak yang terkait

5
c. Menjamin rahasia serta kepercayaan yang diberikan oleh klien atau
atasan, maupun yang pernah diberikan oleh mantan klien atau mantan
atasan
d. Tidak melakukan tindak atau mengeluarkan ucapan yang cenderung
merendahkan martabat, klien atau atasan, maupun mantan klien atau
mantan atasan
e. Dalam memberi jasa-jasa kepada klien atau atasan, tidak akan
menerima pembayaran, komisi atau imbalan dari pihak manapun
selain dari klien atau atasannya yang telah memperoleh kejelasan
lengkap
f. Tidak akan menyerahkan kepada calon klien atau calon atasan bahwa
pembayaran atau imbalan jasa-jasanyaharus didasarkan kepada hasil-
hasil tertentu, atau tidak akan menyetujui perjanjian apapun yang
mengarah kepada hal yang serupa

Pasal III

PERILAKU TERHADAP MASYARAKAT DAN MEDIA MASSA

Anggota PERHUMAS INDONESIA harus:

a. Menjalankan kegiatan profesi kehumasan dengan memperhatikan


kepentingan masyarakat serta harga diri anggota masyarakat
b. Tidak melibatkan diri dalam tindak memanipulasi intergritas sarana
maupun jalur komunikasi massa
c. Tidak menyebarluaskan informasi yang tidak benar atau yang
menyesatkan sehingga dapat menodai profesi kehumasan
d. Senantiasa membantu untuk kepentingan Indonesia

6
Pasal IV

PERILAKU TERHADAP SEJAWAT

Praktisi Kehumasan Indonesia harus:

a. Tidak dengan sengaja merusak dan mencemarkan reputasi atau tindak


professional sejawatnya. Namun bila ada sejawat bersalah karena
melakukan tindakan yang tidak etis, yang melanggar hukum, atau
yang tidak jujur, termasuk melanggar Kode Etik Kehumasan Indonesia,
maka bukti-bukti wajib disampaikan kepada Dewan Kehormatan
PERHUMAS INDONESIA
b. Tidak menawarkan diri atau mendesak klien atau atasan untuk
menggantikan kedudukan sejawatnya
c. Membantu dan berkerja sama dengan sejawat di seluruh Indonesia
untuk menjunjung tinggi dan mematuhi Kode Etik Kehumasan ini.

5. Kode Etik Profesi Public Relations


Kode etik profesi public relations (PR) seperti yang telah disepakati
dalam Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APRI) adalah
sebagai berikut :
a. Norma-Norma Perilaku Profesional
Dalam menjalankan kegiatan profesionalnya, seorang anggota wajib
menghargai kepentingan umum dan menjaga harga firi setiap anggota
masyarakat. Masing-masing pribadi wajib bersikap adil dan jujur terhadap
klien (naik mantan klien maupun klien yang sekarang), sesama anggota
asosiasi, anggota media komunikasi, serta masyarakat luas.

7
b. Penyebarluasan Informasi
Seorang anggota tidak akan menyebarluaskan informasi yang palsu
atau yang menyesatkan secara sengaja dan tidak bertanggung jawab.
Sebaliknya, seprang anggota justru akan berusaha sekeras mungkin
untuk menegah terjadinya jal tersebut. Ia berkewajiban untuk menjaga
integritas dan ketepatan informasi
c. Media Komunikasi
Seorang anggota tidak akan melaksanakan kegiatan yang dapat
merugikan integritas media komunikasi.
d. Kepentingan yang Tersembunyi
Seorang anggota tidak akan melibatkan dirinya dalam kegiatan apa
pun yang secara sengaja bermaksud memecah belah atau menyesatkan,
dengan cara seolah-olah ingin memajukan suatu kepentingan tertentu,
padahal sebaliknya justru ingin memajukan kepentingan lain yang
tersembunyi.
e. Informasi Rahasia
Seorang anggota (kecuali apabila diperintahkan oleh aparat hukum
yang berwenang) tidak akan menyampaikan atau memanfaatkan
informasi yang diberikan kepadanya, yang diperolehannya secara pribadi
dan atas dasat kepercayaan atau yang bersifat rahasia dari kliennya, baik
di masa lalu, kini atau di masa depan demi memperoleh keuntungan
pribadi atau untuk keuntungan lain tanpa persetujuan jelas dari uang
bersangkutan.
f. Pertentangan Kepentingan
Seorang anggota tidak akan mewakili kepentingan kepentingan yang
saling bertentangan atau yang saling bersaing tanpa persetujuan jelas

8
dari pihak pihak yang bersangkutan, dengan terlebih dajli
mengemukakan fakta-fakta yang terkait.
g. Sumber-Sumber Pembayaran
Dalam memberikan jasa pelayanan kepada kliennya, seorang anggota
todak akan menerima pembayaran, baik tunai ataupun dalam bentuk lain
yang diberikan sehubungan dengan jasa-jasa tersebut, dari sumber mana
pun, tanpa persetujuan jelas dari kliennya.
h. Memberitahukan Kepentingan Keuangan
Seorang anggota yang mempunyai kepentingan keuangan dalam
suatu organisasi tidak akan menyarankan klien atau majikannya untuk
memakai uang organisasi tersebut, tanpa memberitahukan terlebih
dahulu kepentingan keuangan pribadinya yang terdapat dalam organisasi
tersebut.
i. Pembayaran Berdasarkan Hasil Kerja
Seorang anggota tidak akan menyarankan negosiasi atau menyetujui
perstaratan dengan calon majikan atau calon klien, berdasarkan
pembayaran uang tergantung pada hasil pekerjaan PR tertentu di masa
depan.
j. Menumpang Tindih Pekerjaan Anggota Lain
Seorang anggota yang mencari pekerjaan atau kegiatan baru dengan
cara mendekati langsung atau secara pribadi calon majikan atau calon
langganan yang potensial, akan mengambil langkah-langkah yang
diperlukan untuk mengetahui apakah pekerjaan atau kegiatan tersebut
sudah dilaksanakan oleh anggota lain.
k. Imbalan Kepada Karayawan Kantor Kantor Umum
Seorang anggota tidak akan menawarkan atau memberikan imbalan
apa pun dengan tujuan untuk memajukan kepentingan pribadinya

9
kepada orang yang menduduki suatu jabaran umum apabila hal tersebut
tidak sesuai dengan kepentingan masyarakat luas.
l. Mengkaryakan Anggota Parlemen
Seorang anggota yang mempekerjakan seorang anggota parlemen,
baik sebagai konsultan ataupun pelaksana akan memberitahukan kepada
ketua asosiasi tentang hal tersebut maupun tentang jenis pekerjaan yang
bersangkutan.
m. Mencemarkan Anggota-Anggota Lain
Seorang anggota tidak akan dengan mencemarkan nama baik atau
praktik profesional anggota lain.
n. Perilaku kepada klien dan karyawan :

1. Perlakuan yang adil terhadap klien dan karyawan


2. Tidak mewakili kepentingan yang berselisih bersaing tanpa
persetujuan
3. Menjaga kepercayaan klien dan karyawan
4. Tidak menerima upah, kecuali dari klien lain atau majikan lain
5. Tidak menggunakan metode yang menghina klien atau majikan lain
6. Menjaga kompensasi yang bergantung pada pencapaian suatu hasil
tertentu.

o. Perilaku terhadap publik dan media :

1. Memperhatikan kepentingan umum dan harga diri seseorang


2. Tidak merusak integritas media komunikasi
3. Tidak menyebarkan secara sengaja informasi yang palsu atau
menyesatkan

10
4. Memberikan gambar yang dapat dipercaya mengenai organisasi
yang dilayani
5. Tidak menciptakan atau menggunakan pengorganisasian palsu
untuk melayani kepentingan pribadi yang terbuka.

p. Perilaku terhadap teman sejawat :

1. Tidak melukai secara sengaja reputasi profesional atau praktek


anggota lain
2. Tidak berupaya mengganti anggota lain dengan kliennya
3. Bekerja sama dengan anggota lain dalam menjunjung tinggi dan
melaksanakan kode etik ini.

Praktisi humas (PR Officer, PR Practitioner) wajib menaati kode etik


profesinya, sebagaimana wartawan wajib menaati kode etik jurnalistik
dan dokter wajib menaati kode etik kedokteran. Jika mengabaikan kode
etik, maka tak layak disebut “profesional”.

6. Ciri Ciri Profesi


Menurut Dr. James J. Spillane dan artikel International Encyclopedia of
Education, secara garis besar ciri-ciri khas profesi adalah sebagai berikut:
1. Suatu bidang yang terorganisasi dengan baik, berkembang maju,
dan pelakunya memiliki kemampuan intelektualitas tinggi.
2. Bersifat teknis dan merupakan proses intelektual.
3. Penerapan praktis dari teknis intelektual.
4. Pelakunya melalui periode panjang dalam menjalani pendidikan,
latihan, dan sertifikasi.

11
5. Bidang kerja atau profesi tersebut tergabung dalam suatu asosiasi
atau organisasi profesi tertentu sebagai wadah komunikasi, membina
hubungan baik, dan saling bertukar informasi dengan sesama
angota.
6. Para pelakunya memperoleh pengakuan terhadap profesi yang
disandangnya.
7. Para pelaku profesi atau profesional harus memiliki perilaku yang
baik dalam melaksanakan profesi dan penuh tanggung jawab sesuai
dengan kode etik.
Sedangkan secara umum, profesional Humas (PR professional)
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memiliki skill atau kemampuan, pengetahuan tinggi yang tidak
dimiliki oleh orang umum lainnya, baik itu diperoleh dari hasil
pendidikan maupun pelatihan yang diikutinya, ditambah pengalaman
selama bertahun-tahun yang telah ditempuhnya sebagai profesional.
2. Memiliki kode etik yang merupakan standar moral bagi setiap profesi
yang dituangkan secara formal, tertulis, dan normatif. Standar moral
tersebut menjadi acuan bagi suatu bentuk aturan main dan perilaku
yang terdapat dalam ‘kode etik’ dan merupakan standar atau
komitmen moral kode perilaku (code of conduct) dalam pelaksanaan
tugas dan kewajiban selaku by profession dan by function, yang
isinya memberikan bimbingan, arahan, jaminan, dan pedoman bagi
profesi yang bersangkutan untuk tetap taat dan mematuhi kode etik
tersebut. Sedangkan aspek-aspek kode perilaku (code of conduct)
profesional Humas/PR yang diatur dalam etika dan kode etik profesi
adalah sebagai berikut:

12
a. Code of conduct
Merupakan kode perilaku sehari-hari terhadap integritas pribadi,
klien dan atasan, media dan publik/umum, dan perilaku terhadap
rekan seprofesi.
b. Code of Profession
Merupakan penjelasan tentang standar moral, bertindak etis,
memiliki kualifikasi dan kemampuan tertentu secara profesional.
c. Code of Publication
Merupakan standar moral dan yuridis etis dalam melakukan
kegiatan komunikasi, proses dan teknis publikasi untuk
menciptakan publisitas positif demi mengutamakan kepentingan
publik.
d. Code of Enterprise
Menyangkut aspek hokum perizinan dan usaha, UU PT, UU Hak
Cipta, Merek dan Paten, dan peraturan lainnya.
3. Memiliki tanggung jawab profesi (responsibility) dan integritas pribadi
(integrity) yang tinggi, baik terhadap dirinya sebagai penyandang
profesi Humas/PR, maupun terhadap publik, klien, pimpinan,
organisasi perusahaan, penggunaan media umum/massa hingga
menjaga martabat dan nama baik bangsa dan negara.
4. Memiliki jiwa pengabdiankepada publik atau masyarakat dengan
penuh dedikasi profesi luhur yang disandangnya. Dalam menngambil
keputusan meletakkan kepentingan pribadinya demi kepentingan
masyarakat, bangsa, dan negaranya (ambeg parama artha). Memiliki
jiwa pengabdian dan semangat dedikasi tinggi tanpa pamrih dalam
memberikan pelayanan jasa keahlian dan bantuan kepada pihak lain
yang memang membutuhkannya.

13
5. Otonomisasi organisasi profesional, yaitu memiliki kemampuan untuk
mengelola (manajemen) organisasi Humas yang mempunyai
kemampuan dalam perencanaan program kerja yang jelas, strategis,
mandiri, tidak tergantung pihak lain, dan sekaligus dapat bekerja
sama dengan pihak-pihak terkait. Otonomisasi organisasi profesional
juga berarti dapat dipercaya dalam menjalankan operasional, peran,
dan fungsi profesinya. Disamping itu memiliki standard an etos kerja
profesional yang tinggi.
Menjadi anggota salah satu organisasi profesi sebagai wadah untuk
menjaga eksistensi, mempertahankan kehormatan, dan menertibkan
perilaku sesuai standar profesi sebagai tolok ukur yang tidak boleh
dilanggar. Selain sebagai tempat berkumpul, organisasi profesi juga
berfungsi sebagai wacana komunikasi untuk saling menukar informasi,
pengetahuan, dan membangun solidaritas sesama rekan anggota.
7. Prinsip Etika

Menurut Sony A. Keraf, secara umum profesional bidang kehumasan (Public


Relations professional) memiliki lima prinsip Etika Profesi sebagai berikut:

1. Tanggung Jawab
Setiap penyandang profesi tertentu harus memiliki rasa tanggung
jawab terhadap profesi. Hasil dan dampak yang ditimbulkan memiliki
dua arti sebagai berikut:
 Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan atau
fungsinya (by function).
Artinya keputusan yang diambil dan hasil dari pekerjaan
tersebut harus baik dan sesuai standar profesi, efisien, dan
efektif.

14
 Tanggung jawab terhadap dampak atau akibat dari tidakan
dalam pelaksanaan profesi (by profession) tersebut terhadap
dirinya, rekan kerja dan profesi, organisasi/perusahaan, dan
masyarakat umum lainnya. Selanjutnya keputusan atau hasil
pekerjaan itu dapat memberikan manfaat dan berguna bagi
dirinya dan pihak lain. Prinsipnya, seorang profesional harus
berbuat baik (beneficence) dan tidak berbuat suatu kejahatan
(non maleficence).
2. Kebebasan
Para profesional memiliki kebebasan dalam menjalankan
profesinya tanpa merasa takut atau ragu-ragu, tetapi tetap memiliki
komitmen dan bertanggung jawab dalam batas-batas aturan main
yang telah ditentukan oleh kode etik sebagai standar perilaku
profesional.
3. Kejujuran
Jujur, setia, dan merasa terhormat pada profesi yang
disandangnya, mengakui kelemahan, tidak menyombongkan diri, dan
terus berupaya untuk mengembangkan diri dalam mencapai
penyempurnaan bidang keahlian dan profesinya melalui pendidikan,
pelatihan, dan pengalaman. Di samping itu, tidak akan melacurkan
profesinya untuk tujuan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
demi tujuan materi semata atau kepentingan sepihak.
4. Keadilan
Dalam menjalankan profesinya, setiap profesional memiliki
kewajiban dan tidak dibenarkan melakukan pelanggaran terhadap hak
atau menganggu milik orang lain, lembaga/organisasi, hingga
mencemarkan nama baik bangsa dan negara. Di samping itu, harus

15
menghargai hak-hak, menjaga kehormatan, nama baik, martabat, dan
milik bagi pihak lain agar tercipta saling menghormati dan mencapai
keadilan secara obyektif dalam kehidupan masyarakat.
5. Otonomi
Dalam prinsip ini, seorang profesional memiliki kebebasan secara
otonom dalam menjalankan profesinya sesuai dengan keahlian,
pengetahuan, dan kemampuannya. Organisasi dan departemen yang
dipimpinnya melakukan kegiatan operasional atau kerja sama harus
terbebas dari campur tangan pihak lain. Apa pun yang dilakukannya
merupakan konsekuensi dari tanggung jawab profesi. Kebebasan
otonom merupakan hak dan kewajiban yang dimiliki setiap profesional.

16
Daftar Pustaka

1) Qoyim, Tezar. 2018. Otomatisasi Tata Kelola Humas dan Keprotokolan.


Bogor : Yudhistira
2) Pramono, Joko dan Suranto. 2017. Administrasi Humas dan
Keprotokolan. Yogyakarta : Andi Offset
3) Suyetti, Sri Endang R. Dan Sri Mulyani. 2002. Kearsipan C2. Jakarta :
Erlangga
4) Bahan referensi lainnya

17

Anda mungkin juga menyukai