Anda di halaman 1dari 7

HUKUM DAN ETIKA KOMUNIKASI

Disusun oleh :
Rizki Akbar Saputra (2140202136)

Dosen Pengampu :
Eny Ratnasari, S.I.Kom., M.I.Kom

ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TIDAR
MAGELANG
2022
KODE ETIK HUMAS INDONESIA

Terdiri dari empat pasal yaitu mengatur etika berkaitan dengan :

1. Komitmen pribadi
Anggota Perhumas harus :
a. Memiliki dan menerapkan standar moral serta reputasi setinggi mungkin
dalam menjalankan profesi kehumasan.
b. Berperan secara nyata dan sungguh-sungguh dalam upaya memasyarakatkan
kepentingan indonesia.
c. Menumbuhkan dan mengembangkan hubungan antarwarga Negara indoensia
yang serasi dan selaras demi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa.
2. Perilaku terhadap Klien dan Atasan
Anggota Perhumas harus :
a. Berlaku jujur dalam berhubungan dengan klien dan atasan.
b. Tidak mewakili dua atau beberapa kepentingan yang berbeda atau yang
bersaing tanpa persetujuan semua pihak yang terkait
c. Menjamin rahasia serrta kepercayaan yang diberikan oleh klien atau atasan
maupun yang pernah diberikan oleh mantan klien atau mantan atasan.
d. Tidak melakukan tindak atu mengeluarkan ucapan yang cenderung
merendahkan martabat, klien atau atasan, maupun mantan klien atau mantan
atasan.
e. Dalam memberi jasa-jasa kepada klien atau atasan, tidak akan menerima
pembayaran, komisi, atau imbalan dari pihak manapun selain dari klien atau
atasannya yang telah memperoleh penjelasan lengkap.
3. Perilaku terhadap Masyarakat dan Media Massa
Anggota Perhumas harus :
a. Menjalankan kegiatan profesi kehumasan dengan memperhatikan kepentigan
masyarkat serta harga diri anggota masyarakat.
b. Tidak melibatkan diri dalam tindak untuk memanipulasi integritas sarana
maupun jalur komunikasi massa.
c. Tidak menyebar luaskan informasi yang tidak benar atau yang menyesatkan
sehingga dapat menodai profesi kehumasan.
d. Senantiasa membantu penyebarluasan informasi maupun pengumpulan
pendapat untuk kepentingan indonesia.
4. Perilaku terhadap Sejawat
Praktisi kehumasan Indonesia harus :
a. Tidak dengan sengaja merusak dan mencemarkan reputasi atau tidak
professional sejawatnya. Namun, bila ada sejawat yang bersalah karena
melakukan tindak yang tidak etis, yang melanggar hukum, atau yang tidak
jujur, termasuk melanggar kode etik kehumasan indonesia, maka bukti-bukti
wajib disampaikan kepada Dewan Kehormatan Perhumas.
b. Tidak menawarkan diri atau mendesak klien atau atasan untuk menggantikan
kedudukan sejawatnya.
c. Membantu dan bekerja sama dengan para sejawat di seluruh indonesia untuk
menjunjung tinggi dan mematuhi kode etik humas indonesia ini.

KODE ETIK HUMAS LUAR NEGERI


Kode etik IPRA telah diperbarui tahun 2011. Penyempurnaan dari Code of Venice
tahun 1961, Code of Athens 1965 dan Code of Brussles tahun 2007.

Kode etika IPRA yang baru berisi :

1. Ketaatan terhadap Piagam PBB dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
2. Integritas
Bertindak secara jujur dengan penuh integritas setiap saat untuk
meyakinkan dan mempertahankan kepercayaan mereke dengan siapa saja
praktisi berhubungan.
3. Berusaha membentuk moral, kultural dan intelektual untuk melakukan dialog,
dan mengakui hak semua pihak yang terlibat untuk mengemukakan
pendapatnya.
4. Keterbukaan
Berlaku jujur dan terbuka dalam mengungkapkan nama, organisasi dan
kepentigan yang diwakili.
5. Konflik
Menghindari konflik kepentingan dan mengungkapkan konflik tersebut
kepada pihak-pihak yang tekait jika diperlukan.
6. Kerahasiaan
Menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan kepada mereka.
7. Ketepatan
Melakukan langkah-langkah yang wajar untuk meyakinkan kebenaran
dan ketepatan dari semua informasi yang diberikan.
8. Kebohongan
Mengungkapkan dengan segala cara untuk tidak menyampaikan berita
yang salah atau menyesatkan, melakukan secara hati-hati untuk menghindari hal
tersebut dan memperbaiki secepatnya jika ternyata terdapat kesalahan
9. Penipuan
Dilarang mendapatkan informasi dengan cara menipu atau tidak jujur.
10. Pengungkapan
Dilarang membentuk atau menggunakan organisasi apapun sebagai suatu
wahana terbuka yang sebenarnya mengandung kepentigan tersembunyi.
11. Keuntungan
Dilarang menjual dokumen kepada pihak ketiga salinan dokumen yang
diperoleh dari pejabat publik.
12. Remunerasi
Dalam memberikan jasa professional, dilarang menerima imbalan dalam
bentuk apapun yang berkaitan dengan jasa dari seseorang selain dari pihak yang
terkait.
13. Pembujukan
Dilarang baik secara langsung atau tidak langsung menawarkan atau
memberikan imbalan dalam bentuk uang atau yang lain kepada pejabat
pemerintah atau media, atau pihak lain yang berkepentingan.
14. Pengaruh
Dilarang menawarkan atau melakukan tindakan yang bertentangan
dengan hukum untuk hal yang dapat mempengaruhi pejabat publik, media dan
pihak lain yang berkepentingan.
15. Persaingan
Dilarang melakukan hal-hal yang secara sengaja untuk merusak reputasi
praktisi yang lain.
16. Pemburuan
Dilarang mengambil klien dari praktisi lain dengan cara-cara yang tidak
jujur,
17. Pekerjaan
Ketika memperkerjakan seseorang dari pejabat publik atau pesaing perlu
memperhatikan aturan dan kerahasiaan yang disyaratkan oleh organisasi
tersebut.
18. Rekan Sejawat
Mengamati kode etik ini dengan sikap hormat terhadap anggota IPRA
dan praktisi public relations di seluruh dunia.
DAFTAR PUSTAKA

Haryati, Syerli

Anda mungkin juga menyukai