Anda di halaman 1dari 7

Nama: Delia Nurusyifa

NPM: 210310200037
Humas Multi Budaya A

Tugas 1: Code of  Ethics for PR & Isu Multikultural

Macam-Macam Kode Etik Humas :


 Code of conduct, yaitu etika berperilaku sehari-hari terhadap integritas pribadi, klien dan
majikan, media dan umum, serta perilaku terhadap rekan seprofesi.
 Code of profession, yaitu etika dalam melaksanakan tugas/profesi humas.
 Code of publication, yaitu etika dalam kegiatan proses dan teknis publikasi.
 Code of enterprise, yaitu menyangkut aspek peraturan pemerintah seperti hukum
perizinan dan usaha, hak cipta, merk, dll.
Kode etik (Code of Ethics) dan kode perilaku (Code of Conduct) yang dikeluarkan oleh
International Public Relations Associations (IPRA), dalam Sidang Umumnya di Venesia,
Mei 1961 :
1. Integritas pribadi dan profesional, reputasi yang sehat, ketaatan pada konstitusi dan kode
IPRA
2. Perilaku kepada klien dan karyawan :
- Perlakuan yang adil terhadap klien dan karyawan
- Tidak mewakili kepentingan yang berselisih bersaing tanpa persetujuan
- Menjaga kepercayaan klien dan karyawan
- Tidak menerima upah, kecuali dari klien lain atau majikan lain
- Tidak menggunakan metode yang menghina klien atau majikan lain
- Menjaga kompensasi yang bergantung pada pencapaian suatu hasil tertentu.
3. Perilaku terhadap publik dan media :
- Memperhatikan kepentingan umum dan harga diri seseorang
- Tidak merusak integritas media komunikasi
- Tidak menyebarkan secara sengaja informasi yang palsu atau menyesatkan
- Memberikan gambar yang dapat dipercaya mengenai organisasi yang dilayani
- Tidak menciptakan atau menggunakan pengorganisasian palsu untuk melayani
kepentingan pribadi yang terbuka.
4. Perilaku terhadap teman sejawat :
- Tidak melukai secara sengaja reputasi profesional atau praktek anggota lain
- Tidak berupaya mengganti anggota lain dengan kliennya
- Bekerja sama dengan anggota lain dalam menjunjung tinggi dan melaksanakan kode
etik ini.

Adapun Kode Etik menurut Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI):

 Pasal 1 Norma-norma Perilaku Profesional


Dalam menjalankan kegiatan profesionalnya, seorang anggota wajib menghargai kepentingan
umum dan menjaga harga diri setiap anggota masyarakat. Menjadi tanggung jawab
pribadinya untuk bersikap adil dan jujur terhadap klien, baik yang sudah tidak berhubungan
maupun yang sekarang, dan terhadap sesama anggota asosiasi anggota media komunikasi
serta masyarakat luas.
 Pasal 2 Penyebarluasan Informasi
Seorang angota tidak akan menyebarluaskan, secara sengaja dan tidak bertanggungjawab,
informasi yang palsu atau yang menyesatkan, dan sebaliknya justru akan berusaha sekeras
mungkin untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Ia berkewajiban untuk menjaga integritas
dan ketepatan informasi.

 Pasal 3  Media Komunikasi


Seorang anggota tidak akan melaksanakan kegiatan yang dapat merugikan integritas media
komunikasi.

 Pasal 4 Kepentingan yang Tersembunyi


Seorang anggota tidak akan melibatkan dirinya dalam kegiatan apa pun yang secara sengaja
bermaksud memecah belah atau menyesatkan, dengan cara seolah-olah ingin memajukan
suatu kepentingan tertentu, padahal sebaliknya justru ingin memajukan kepentingan lain yang
tersembunyi. Seorang anggota berkewajiban untuk menjaga agar kepentingan sejati
organisasi yang menjadi mitra kerjanya benar-benar terlaksana secara baik.

 Pasal 5 Informasi Rahasia


Seorang anggota (kecuali bila diperintahkan oleh aparat hokum yang berwenang) tidak akan
menyampaikan atau memanfaatkan informasi yang dipercayakan kepadanya, atau yang
diperolehnya, secara pribadi, dan atas dasar kepercayaan, atau yang bersifat rahasia, dari
kliennya, baik di masa lalu, kini atau di masa depan, demi untuk memperoleh keuntungan
pribadi atau untuk kepentingan lain tanpa persetujuan jelas dari yang bersangkutan.

 Pasal 6 Pertentangan Kepentingan


Seorang anggota tidak akan mewakili kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan atau
yang saling bersaing, tanpa persetujuan jelas dari pihak-pihak yang bersangkutan, dengan
terlebih dahulu mengemukakan fakta-fakta yang terkait.

 Pasal 7 Sumber-sumber Pembayaran


Dalam memberikan jasa pelayanan kepada kliennya, seorang anggota tidak akan menerima
pembayaran, baik tunai ataupun dalam bentuk lain, yang diberikan sehubungan dengan jasa-
jasa tersebut, dari sumber manapun, tanpa persetujuan jelas dari kliennya.

 Pasal 8 Memberitahukan Kepentingan Keuangan


Seorang anggota, yang mempunyai kepentingan keuangan dalam suatu organisasi, tidak akan
menyarankan klien atau majikannya untuk memakai organisasi tersebut ataupun
memanfaatkan jasa-jasa organisasi tersebut, tanpa memberitahukan terlebih dahulu
kepentingan keuangan pribadinya yang terdapat dalam organisasi tersebut.

 Pasal 9 Pembayaran Berdasarkan Hasil Kerja


Seorang anggota tidak akan mengadakan negosiasi atau menyetujui persyaratan dengan calon
majikan atau calon klien, berdasarkan pembayaran yang tergantung pada hasil pekerjaan PR
tertentu di masa depan.

 Pasal 10 Menumpang Tindih Pekerjaan Anggota Lain


Seorang anggota yang mencari pekerjaan baru atau kegiatan baru dengan cara mendekati
langsung atau secara pribadi, calon majikan atau calon langganan yang potensial, akan
mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengetahui apakah pekerjaan atau
kegiatan tersebut sudah dilaksanakan oleh anggota lain. Apabila demikian, maka menjadi
kewajibannya untuk memberitahukan anggota tersebut mengenai usaha dan pendekatan yang
akan dilakukannya terhadap klien tersebut (sebagian atau seluruh pasal ini sama sekali tidak
dimaksudkan untuk menghalangi anggota mengiklankan jasa-jasanya secara umum).

 Pasal 11 Imbalan kepada Karyawan Kantor-kantor Umum


Imbalan anggota tidak akan menawarkan atau memberikan imbalan apapun, dengan tujuan
untuk memajukan kepentingan pribadinya (atau kepentingan klien), kepada orang yang
menduduki suatu jabatan umum, apabila hal tersebut tidak sesuai dengan kepentingan
masyarakat luas.

 Pasal 12 Mengkaryakan Anggota Parlemen


Seorang anggota yang mempekerjakan seorang anggota parlemen, baik sebagai konsultan
atau pelaksana, akan membertahukan kepada Ketua Asosiasi tentang hal tersebut maupun
tentang jenis pekerjaan yang bersangkutan. Ketua Asosiasi akan mencatat hal tersebut dalam
suatu buku catatan yang khusus dibuat untuk keperluan tersebut. Seorang anggota Asosiasi
yang kebetulan juga menjadi anggota Parlemen wajib memberitahukan atau memberi peluang
agar terungkap, kepada Ketua, semua keterangan apa pun mengenai dirinya.

 Pasal 13 Mencemarkan Anggota-anggota Lain


Seorang anggota tidak akan dengan itikad buruk mencemarkan nama atau praktik
professional anggota lain.

 Pasal 14 Instruksi/Perintah Pihak Lain


Seorang anggota yang secara sadar mengakibatkan atau memperbolehkan orang atau
organisasi lain untuk bertindak sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan kode etik ini,
atau turut secara pribadi ambil bagian dalam kegiatan semacam itu, akan dianggap telah
melanggar kode etik ini.

 Pasal 15 Nama Baik Profesi


Seorang anggota tidak akan berperilaku sedemikian rupa sehingga merugikan nama baik
Asosiasi, atau profesi Public Relations.

 Pasal 16 Menjunjung Tinggi Kode Etik


Seorang anggota wajib menjunjung tinggi Kode Etik ini, dan wajib bekerja sama dengan
anggota lain dalam menjunjung tinggi Kode Etik, serta dalam melaksanakan keputusan-
keputusan tentang hal apapun yang timbul sebagai akibat dari diterapkannya keputusan
tersebut. Apabila seorang  anggota, mempunyai alasan untuk berprasangka bahwa seorang
anggota lain terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang merusak kode etik ini, maka ia
berkewajiban untuk memberitahukan hal tersebut kepada Asosiasi. Semua anggota wajib
mendukung Asosiasi dalam menerapkan dan melaksanakan kode etik ini, dan Asosiasi wajib
mendukung setiap anggota yang menerapkan dan melaksanakan kode etik ini.

 Pasal 17 Profesi Lain


Dalam bertindak untuk seorang klien atau majikan yang tergabung dalam suatu profesi,
seorang anggota akan menghargai Kode Etik dari profesi tersebut dan secara sadar tidak akan
turut dalam kegiatan apapun yang dapat mencemarkan Kode Etik tersebut.
Isu Multikultural
Kasus Rasisme dalam Iklan Brand Fashion “H&M”

Sumber: idntimes.com (twitter.com/big_deen)

H&M yang merupakan salah satu merek busana paling terkenal asal Swedia, belakangan ini
terjerat skandal rasisme dalam salah satu iklan di situsnya. Iklan yang diketahui muncul
pertama kali di situs resmi H&M Inggris tersebut menampilkan sebuah foto seorang anak
berkulit hitam yang memakai hoodie berwarna hijau dengan tulisan "Coolest Monkey in the
Jungle" atau "Monyet Terkeren di Hutan", sedangkan hoodie oranye dengan tulisan “Official
Survival Expert” dikenakan oleh anak berkulit putih.

Hal tersebut menimbulkan kemarahan dan kecaman besar dari berbagai kalangan masyarakat
khususnya bagi sebagian orang yang berkulit hitam atau ras Afrika. Beberapa netizen di
dunia maya pun turut berpendapat bahwa iklan tersebut sangat rasis dan menilai pihak H&M
tidak peka, dengan memberikan komentar negatif dan kritikan melalui akun media sosialnya.
Bintang NBA LeBron James menunjukkan kemarahannya di Instagram pada 9 Januari 2018,
beberapa jam setelah H&M mencabut iklan itu, disertai foto iklan yang sama dengan mahkota
di kepala anak laki-laki tersebut, dan teks lain di jaket yang dikenakannya. Selain itu, Musisi
R&B Kanada The Weeknd yang pernah berkolaborasi dengan H&M pun merasa tersinggung
dan memutuskan kontrak kerjasamanya dengan perusahaan tersebut.

Setelah banyak kecaman dan kritikan yang ditujukan kepada H&M, akhirnya pihak
perusahaan langsung memberikan klarifikasi permintaan maaf dan berjanji akan melakukan
investigasi lebih lanjut mengenai kasus ini.

"Kami memahami bahwa banyak orang yang kecewa terhadap foto itu. Kami, yang bekerja di
H&M, menyetujuinya. Kami sangat meminta maaf dan kami juga menyesal atas adanya
gambar itu. Oleh karena itu, kami tak hanya menghapus foto itu dari situs-situs kami, tapi
juga menarik kembali produk tersebut dari toko kami secara global," ungkap H&M
kepada The Washington Post.

Seseorang yang mengaku bekerja di H&M Swedia pun mengutarakan pendapatnya melalui
media sosial. "Aku bekerja untuk mereka selama bertahun-tahun dan terkadang mereka
kurang memiliki pengetahuan. Head office di Swedia tak mengetahui isu rasisme, budaya,
dan perubahan sosial. Mereka sungguh berpikir bahwa ini lucu," tulis akun@HasaniReyes.

ANALISIS

Isu multikultural tersebut menunjukkan kasus rasisme perbedaan ras antara orang berkulit
hitam dan berkulit putih yang terdapat dalam salah satu iklan produk dari perusahaan busana
terkenal yaitu H&M.
Bila dilihat melalui kode etik, menurut saya, iklan dari perusahaan tersebut sudah
sangat melenceng dari ketentuan serta pasal-pasal kode etik yang sudah ada.

- Melanggar kode etik dan kode perilaku menurut IPRA terkait Integritas pribadi dan
profesional, ‘reputasi yang sehat, ketaatan pada konstitusi dan kode IPRA’.
- Melanggar kode etik dan kode perilaku menurut IPRA terkait Perilaku terhadap publik
dan media yaitu ‘Memperhatikan kepentingan umum dan harga diri seseorang’. Dalam iklan
tersebut, pihak perusahaan (PR) sudah jelas tidak sensitif terhadap kepentingan dan harga diri
dari sekelompok orang yang berhubungan dengan iklannya yang dianggap menjatuhkan
martabat suatu ras meskipun sifatnya tidak disengaja. Seharusnya pihak perusahaan menelaah
lebih lanjut dan melakukan cross-check terhadap iklan yang akan disebarkan kepada publik
terkait dengan kesesuaian nilai moral, kebudayaan, sosial, maupun kebutuhan public itu
sendiri.
- Melanggar kode etik menurut APPRI Pasal 1 Norma-norma Perilaku Profesional yang
menyatakan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan profesionalnya, praktisi wajib menghargai
kepentingan umum dan menjaga harga diri setiap anggota masyarakat. Menjadi tanggung
jawab pribadinya untuk bersikap adil dan jujur terhadap klien, dan terhadap sesama anggota
asosiasi anggota media komunikasi serta masyarakat luas.
- Melanggar kode etik menurut APPRI Pasal 2 Penyebarluasan Informasi. Iklan tersebut
secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan pandangan informasi yang
menyesatkan kepada publik tentang orang berkulit hitam sebagai “monyet paling keren di
hutan” lewat hoodie yang dipakai oleh model dalam iklan. Hal tersebut dapat mencerminkan
bahwa pihak perusahaan dinilai tidak menjaga integritas dan ketepatan informasi karena tidak
berusaha untuk mencegah kasus miskonsepsi tersebut sebelum iklan disebarluaskan.
- Bila pesan rasisme tersebut disisipkan secara sengaja, maka iklan tersebut telah melanggar
kode etik menurut APPRI Pasal 4 Kepentingan yang Tersembunyi. Akan ada sebagian
orang yang berpendapat bahwa pihak perusahan secara sengaja bermaksud memecah belah
atau menyesatkan, dengan cara seolah-olah ingin memajukan suatu kepentingan tertentu,
padahal sebaliknya justru ingin memajukan kepentingan lain yang tersembunyi.
Namun disamping itu, dalam menghadapi kasus tersebut setelah mendapat kecaman
dan protes dari publik, pihak perusahaan (PR) sudah sangat tanggap dengan segera
memberikan klarifikasi merupakan permintaan maaf dihadapan pers maupun melalui media
sosial, menghapus foto iklan dari seluruh situs H&M, menarik kembali produk tersebut dari
toko di seluruh dunia, membentuk sebuah jabatan baru dalam perusahaannya, yaitu Diversity
Leader (Pemimpin Keberagaman), dan berjanji akan melakukan investigasi lebih lanjut serta
me-review ulang kebijakan internal perusahaan agar masalah serupa tidak akan terulang
kembali di kemudian hari.
REFERENSI

Zuhri, Syaifuddin. 2007. ETIKA PROFESI PUBLIC RELATIONS. Jurnal Buku. 8 Maret
2021. Diakses dari https://core.ac.uk/download/pdf/12218205.pdf

Romeltea.com. 2013. Kode Etik Humas: Etika Profesi Public Relations. Artikel. 8 Maret
2021. Diakses dari https://romeltea.com/kode-etik-humas-etika-profesi-public-
relations/#:~:text=Kode%20Etik%20Humas%20IPRA,-Berikut%20ini
%20etika&text=Perlakuan%20yang%20adil%20terhadap%20klien,klien%20lain
%20atau%20majikan%20lain

Ambar. 2017. Kode Etik Public Relations – Nasional – Internasional. Web. 8 Maret 2021. Diakses
dari https://pakarkomunikasi.com/kode-etik-public-relations

Voaindonesia.com. 2018. Skandal Rasisme dalam Iklan Perusahaan Pakaian “H&M”. Artikel
Berita. 9 Maret 2021. Diakses dari https://www.voaindonesia.com/a/skandal-rasisme-
dalam-iklan-h-and-m-/4207905.html

Idntimes.com. 2018. Gara-gara Hoodie Ini, H&M Dianggap Rasis. Artikel Berita. 9 Maret
2021. Diakses dari https://www.idntimes.com/news/world/rosa-folia/hm-dianggap-
rasis/3

Anda mungkin juga menyukai