Anda di halaman 1dari 18

KODE ETIK

DESAIN GRAFIS
Profesi yang menciptakan ilustrasi, tipografi, fotografi, atau
grafis motion disebut desiner grafis atau perancang grafis.
Perancang Grafis bertugas untuk menyampaikan sebuah
informasi yang diinginkan oleh produk / klien dalam bentuk
desain yang menarik.

Dunia desain komunikasi visual berkembang begitu cepat dan


dinamis, desain komunikasi visual sangat besar dipengaruhi
oleh dunia bisnis, teknologi, teori/konsep baru, media baru
dan gaya hidup dengan segala tuntutannya sehingga
menyebabkan ruang lingkup dunia desain komunikasi visual
semakin luas dan kompleks.

Sebagai desainer grafis harus bisa mengikuti perkembangan


tersebut. Jangan hanya puas dengan apa yang dimiliki
sekarang, terus menggali konsep visual baru, gaya baru dan
metode baru dalam mengembangkan desain. Untuk mencapai
optimasi hasil desain komunikasi visual yang berkualitas,
dibutuhkan strategi dan taktik baru serta Etika desain sebagai
satu konsep untuk pencapaian hasil yang berkualitas tersebut.
Kode Etik

Agar mampu menjalankan profesi Desainer Grafis
secara profesional serta berguna bagi bangsa dan negara
maka setiap anggota asosiasi wajib :

Pasal 1
Bermartabat
Menjunjung martabat dan nama baik profesi Desainer Grafis dalam kaitannya
dengan pekerjaan, (mendapatkan pekerjaan,) rekan seprofesi, pemberi tugas,
pemerintah, profesi lain dan interaksinya dengan masyarakat maupun lingkungan.

Pasal 2
Jujur
Bertindak jujur, setia, tidak curang dan penuh ketulusan hati dalam menjalankan
pekerjaan maupun pengabdian kepada masyarakat.

Pasal 3
Ahli
Mahir dan memahami pekerjaan serta menjalankan pekerjaan seoptimal mungkin.
Menghormati prinsip pemberian imbalan yang layak dan memadai sesuai
peraturan yang berlaku. Menularkan pengetahuan bidang keahliannya secara
wajar kepada yuniornya, rekan profesi, dan kepada dunia akademis kalau
dibutuhkan.
Tata Laku Profesi

Untuk menjamin kewajiban mulia ini dapat dilaksanakan
sebaik-baiknya, maka disusunlah suatu Tata Laku Profesi
sebagai pedoman pelaksanaan dari Kode Etik sebagai
berikut : 

Pasal 1
Menjunjung martabat dan nama baik profesi Desainer Grafis dalam kaitannya dengan
pekerjaan, rekan seprofesi, pemberi tugas, pemerintah, profesi lain dan interaksinya dengan
Masyarakat.
Ketentuan 1.1.
Anggota Asosiasi akan senantiasa berusaha untuk saling mengingatkan rekan anggota lain
terhadap tindakan-tindakan yang bertentangan dengan kode etik profesi.
Ketentuan 1.2.
Anggota Asosiasi tidak akan memberikan gambaran yang tidak benar terhadap kualifikasi
dan pengalaman kerjanya kepada pemberi tugas dan masyarakat.
Ketentuan 1.3.
Anggota Asosiasi tidak boleh membayar ataupun menawarkan untuk membayar, ataupun
memberikan atau menawarkan pemberian, kemudahan atau rangsangan lain, baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan pekerjaan.
Tata Laku Profesi

Untuk menjamin kewajiban mulia ini dapat dilaksanakan
sebaik-baiknya, maka disusunlah suatu Tata Laku Profesi
sebagai pedoman pelaksanaan dari Kode Etik sebagai
berikut : 

Ketentuan 1.4.
Anggota Asosiasi harus mendukung azas pemilihan menurut keahlian. Mereka tidak akan
melamar pekerjaan atas dasar harga saja tanpa dukungan usulan teknik atau metodologi.
Meskipun negosiasi imbalan jasa tertentu masih dibolehkan dan biasa diadakan
khususnya bertalian dengan anggaran Pemberi Tugas, namun para anggota tidak akan
menyesuaikan imbalan jasa sedemikian rupa sehingga terjadi pelanggaran terhadap
ketentuan-ketentuan perilaku keprofesian.

Ketentuan 1.5.
Anggota Asosiasi hanya boleh mempromosikan jasa-jasa keprofesiannya dengan cara
yang berintikan fakta-fakta, terhormat dan tanpa pernyataan-pernyataan atau implikasi
yang bersifat membesar-besarkan dan atau memuji diri sendiri yang dapat diasosiasikan
sebagai kebohongan.
Tata Laku Profesi

Untuk menjamin kewajiban mulia ini dapat dilaksanakan
sebaik-baiknya, maka disusunlah suatu Tata Laku Profesi
sebagai pedoman pelaksanaan dari Kode Etik sebagai
berikut : 

Ketentuan 1.6.
Cara-cara yang diperkenankan untuk melakukan promosi :
· Pemberitahuan-pemberitahuan yang disampaikan melalui pos kepada orang-orang,
perusahaan-perusahaan atau organisasi-organisasi dengan siapa Anggota Asosiasi
yang bersangkutan mempunyai hubungan langsung, bila anggota mendirikan kantor
atau apabila terjadi perubahan alamat atau bidang pelayanan. Hanya satu
pemberitahuan boleh dikirimkan untuk setiap peristiwa dan isinya harus terbatas
kepada nama Anggota Asosiasi atau firma yang bersangkutan, alamat kantor-
kantornya, nama-nama dan kualifikasi keprofesian dan bidang pelayanannya.

• Menyisipkan pemberitahuan-pemberitahuan atau keterangan keprofesian dalam


majalah-majalah keprofesian atau pers. Pemberitahuan-pemberitahuan harus
dikenakan pembatasan-pembatasan yang sama seperti pemberitahuan-
pemberitahuan melalui pos.
• Mencantumkan nama Anggota Asosiasi, firma pada penerbitan pemberitahuan.
• Menyiapkan dan meyampaikan brosur-brosur kepada yang berkepentingan.
Menyiapkan dan membolehkan dimuatnya karangan-karangan untuk pers umum
atau pers keprofesian. Karangan-karangan semacam itu tidak boleh berisi lebih dari
pada uraian tentang keterlibatan langsung dalam pekerjaan yang diuraikan.
Tata Laku Profesi

Untuk menjamin kewajiban mulia ini dapat dilaksanakan
sebaik-baiknya, maka disusunlah suatu Tata Laku Profesi
sebagai pedoman pelaksanaan dari Kode Etik sebagai
berikut : 

Ketentuan 1.7.
Anggota Asosiasi hanya boleh menerima suatu penunjukkan sebagai pengganti
Desainer Grafis lain setelah terlebih dahulu memperoleh kepastian bahwa
penunjukkan Desainer Grafis lain telah diakhiri secara wajar menurut hukum,
secara tertulis dan semua imbalan jasa serta pembayaran-pembayaran lain yang
menurut hukum terhutang kepada Ahli, Desainer atau Konsultan lain telah dibayar
atau tindakan-tindakan ke arah itu telah diambil atau perselisihan mengenai
pembayaran telah diselesaikan secara tepat dan menurut hukum.

Ketentuan 1.8.
Anggota Asosiasi tidak boleh dengan sengaja atau karena kelalaiannya berbuat
sesuatu yang merugikan nama baik, masa depan atau usaha Anggota Asosiasi lain
ataupun Profesi lainnya. Setiap kritik atas pekerjaan orang lain hanya dilakukan di
dalam forum yang disediakan oleh Asosiasi atau Lembaga Keprofesian lainnya atau
untuk keperluan akademik.

Ketentuan 1.9.
Anggota Asosiasi tidak boleh dengan sengaja atau karena kelalaiannya,
mengerjakan pekerjaan sekalipun atas permintaan Pemberi Pekerjaan, yang bisa
dikategorikan sebagai kebohongan yang bisa menyesatkan khalayak.

Ketentuan 1.10.
Anggota Asosiasi tidak boleh dengan sengaja atau karena kelalaiannya,
mengerjakan pekerjaan sekalipun atas permintaan Pemberi Pekerjaan, yang
berakibat pada kerusakan lingkungan.
Tata Laku Profesi

Untuk menjamin kewajiban mulia ini dapat dilaksanakan
sebaik-baiknya, maka disusunlah suatu Tata Laku Profesi
sebagai pedoman pelaksanaan dari Kode Etik sebagai
berikut : 

Pasal 2
Bertindak jujur, setia, tidak curang dan penuh ketulusan hati dalam menjalankan
pekerjaan maupun pengabdian kepada masyarakat.

Ketentuan 2.1.
Anggota Asosiasi harus selalu bertindak demi kepentingan pemberi tugas mereka
dengan kesetiaan dan kejujuran, sebatas kepentingan pekerjaan yang tidak melanggar
hukum.

Ketentuan 2.2.
Anggota Asosiasi harus memberitahukan Pemberi Tugas tentang kemungkinan akibat-
akibatnya bila mereka sebelumnya atau selama mengerjakan tugas mengetahui adanya
pertentangan kepentingan antara pemberi tugas dengan kepentingan keamanan,
hukum, kesehatan atau kesejahteraan umum.

Ketentuan 2.3.
Jika dalam penugasan Anggota Asosiasi mengetahui bahwa pekerjaannya di luar
keahlian atau pengalamannya, maka ia harus segera memberitahukan kepada Pemberi
Tugas. Ia harus memberikan saran-saran yang memadai dan bekerja sama sepenuhnya
dengan Anggota atau Profesi Ahli lainnya yang terlibat dalam penugasan ini demi
kepentingan Pemberi Tugas.
Tata Laku Profesi

Untuk menjamin kewajiban mulia ini dapat dilaksanakan
sebaik-baiknya, maka disusunlah suatu Tata Laku Profesi
sebagai pedoman pelaksanaan dari Kode Etik sebagai
berikut : 

Ketentuan 2.4.
Anggota Asosiasi tidak boleh menerima suatu penugasan yang mengandung
pertentangan kepentingan yang diketahui maupun yang diduga akan terjadi. Bila di dalam
jalannya penugasan terjadi suatu situasi di mana Anggota Asosiasi yang bersangkutan,
dapat menimbulkan pertentangan atau akan timbul pertentangan dengan kepentingan-
kepentingan Pemberi Tugas, maka Anggota Asosiasi yang bersangkutan harus segera
memberitahukannya kepada Pemberi Tugas dan mengajukan saran-saran yang memadai.
Anggota Asosiasi yang bersangkutan tidak akan mengambil bagian dalam setiap
keputusan yang mengandung pertentangan kepentingan. Jika pertentangan kepentingan
itu tidak dapat dielakkan, maka anggota yang bersangkutan harus mengundurkan diri.

Ketentuan 2.5.
Anggota Asosiasi tidak boleh menerima imbalan jasa, dalam bentuk uang ataupun dalam
bentuk lain, dari lebih dari satu pihak untuk jasa-jasa yang diberikan dalam penugasan
yang sama kecuali bila masalahnya dijelaskan sepenuhnya kepada dan disetujui oleh
semua pihak yang berkepentingan.

Ketentuan 2.7.
Anggota Asosiasi tidak boleh membeberkan atau menggunakan informasi yang
diperolehnya dalam penugasan atau dalam proyek mengenai urusan pribadi, bisnis,
proses-proses teknik atau apapun juga dari pemberi tugas, kecuali dengan izin tertulis
yang jelas dari Pemberi Tugas, dengan ketentuan tidak dipindahkan secara digital.
Tata Laku Profesi

Untuk menjamin kewajiban mulia ini dapat dilaksanakan
sebaik-baiknya, maka disusunlah suatu Tata Laku Profesi
sebagai pedoman pelaksanaan dari Kode Etik sebagai
berikut : 

Ketentuan 2.8.
Anggota Asosiasi tidak boleh mengadakan atau melanjutkan hubungan kerja sama, usaha
atau hubungan keprofesian dengan seseorang yang telah dipecat dari keanggotaan asosiasi
atau lembaga keprofesian lainnya yang disebabkan pelanggaran Kode Etik Assosiasi atau
ketentuan-ketentuan Tata Laku Profesi dari Assosiasi atau Lembaga Keprofesiannya.

Ketentuan 2.9.
Anggota Asosiasi yang diundang untuk bekerja sama dengan firma atau anggota lainnya,
harus memperlakukan pihak lain tersebut dengan hormat dan kejujuran sebagai sesama
rekan seprofesi.
Tata Laku Profesi

Untuk menjamin kewajiban mulia ini dapat dilaksanakan
sebaik-baiknya, maka disusunlah suatu Tata Laku Profesi
sebagai pedoman pelaksanaan dari Kode Etik sebagai
berikut : 

Pasal 3
Mahir dan memahami pekerjaan serta menjalankan pekerjaan seoptimal mungkin.
Menghormati prinsip pemberian imbalan yang layak dan memadai sesuai peraturan yang
berlaku. Menularkan pengetahuan bidang keahliannya secara wajar kepada yuniornya,
rekan profesi, dan kepada dunia akademis kalau dibutuhkan.

Ketentuan 3.1.
Jika diminta, setiap Anggota Asosiasi harus mendiskusikan secara bebas dengan
anggota-anggota atau rekan-rekan lain masalah-masalah yang bertalian dengan praktek
keprofesian, pengalaman dan masalah-masalah serupa, kecuali hal yang berkaitan
dengan kerahasiaan yg dilindungi undang-undang.

Ketentuan 3.2.
Anggota Asosiasi harus memungut imbalan jasa tidak lebih rendah dari skala imbalan
jasa yang telah ditetapkan oleh Asosiasi maupun Standar Profesi yang diterbitkan oleh
Pemerintah dari waktu ke waktu, kecuali untuk proyek-proyek sosial dan amal ibadah.
Tata Laku Profesi

Untuk menjamin kewajiban mulia ini dapat dilaksanakan
sebaik-baiknya, maka disusunlah suatu Tata Laku Profesi
sebagai pedoman pelaksanaan dari Kode Etik sebagai
berikut : 

Ketentuan 3.3.
Anggota Asosiasi boleh mengambil bagian dalam kompetisi-kompetisi keprofesian asal
cara penyelenggaraan dan peraturan-peraturan kompetisi disetujui oleh Asosiasi.
Persetujuan ini tidak akan diberikan jika Asosiasi berpendapat bahwa sesuatu kompetisi
merupakan upaya terselubung untuk memperoleh pekerjaan dengan imbalan jasa yang
terlalu rendah.

Ketentuan 3.4.
Anggota Asosiasi tidak boleh menerima sesuatu penugasan dengan imbalan jasa atau
biaya beban personil yang tidak ditentukan lebih dahulu atau dimana pembayaran-
pembayaran dipersyaratkan kepada berhasilnya proyek atau kepada pelaksanaan
pekerjaan oleh pihak-pihak lain.
SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KODE ETIK:
Pada Undang-Undang R.I. No.19 tahun 2002, terjadi perubahan yang cukup
signifikan yang menyangkut sanksi pidana tersebut. Pada Undang-Undang yang
baru ini telah ditentukan hukuman minimal atau singkat 1 (satu) bulan penjara
dan maksimal 7 (tujuh) tahun penjara serta denda sebesar 5 (lima) milyar
rupiah.
Berikut ini kami kutipkan ketentuan mengenai sanksi pidana atas pelanggaran Hak
Cipta dalam Undang-Undang R.I. No.19 tahun 2002 :
Pasal 72
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan / atau denda paling
sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta), atau pidana penjara paling lama 7 (Tujuh) tahun
dan / atau denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau
Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan / atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
3. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk
kepentingan komersial suatu Program Komputer dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan / atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
4. Barang siapa dengan sengaja melanggar Pasal 17 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan / atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupah).
5. Barang siapa dengan sengaja melanggar Pasal 19, Pasal 20, atau Pasal 49 ayat (3)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan / atau denda paling
banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
6. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24 atau Pasal 55
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan / atau denda paling
banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
7. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 25 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan / atau denda paling banyak Rp.
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
8. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan / atau denda paling banyak Rp.
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
9. Barang siapa dengan sengaja melanggar Pasal 28 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan / atau denda paling banyak Rp.1.500.000.000,00 (satu
milyar lima ratus juta rupiah).
Pasal 73
1. Ciptaan atau barang yang merupakan hasil tindak pidana Hak Cipta atau Hak
terkait serta alat-alat yang digunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut
dirampas oleh Negara untuk dimusnahkan.
2. Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di bidang seni dan bersifat unik,
dapat dipertimbangkan untuk tidak dimusnahkan.
Referensi
! http://id.wikipedia.org/wiki/Perancang_grafis
! http://dgi-indonesia.com/etika-desain/
! http://saksialam.blogspot.com/2013/01/kode-etik-design-grafis.html
! http://amalyainsanni.blogspot.com/2014/05/sanksi-terhadap-
pelanggaran-hak-cipta.html

Anda mungkin juga menyukai