BAB 1. PENDAHULUAN
Di era globalisasi ini banyak sekali kasus pelanggaran-pelanggaran terutama
banyak terjadi di Indonesia, salah satunya yaitu kasus pelanggaran etika profesi
akuntansi. Tidak ada hanya masyarakat menengah yang mengalami pelanggaran
tersebut, yang lebih banyak pelanggaran yaitu terjadi di kalangan atas, seperti kasus
pelanggaran korupsi, kesalahan dalam melakukan pembuatan laporan
keuangan,bahkan melalukan pemalsuan tanda tangan terhadap nasabah bank, kasus
ini terlibat karena kurangnya ketelitian dalam pembuatan laporan keuangan dan
kurangnya sistem dalam perusahaan yang bersangkutan.
Kode Etik profesi Akuntan dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi
seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan
dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam
pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya.Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi
tanggung-jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja
tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Kredibilitas.
Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur
pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota.Prinsip Etika disahkan oleh
Kongres dan berlaku bagi seluruh anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat
Anggota Himpunan dan hanya mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan.
Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang
dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-
pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa
dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.Pernyataan Etika Profesi
yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai Interpretasi dan atau Aturan Etika sampai
dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk menggantikannya.
BAB 2. PEMBAHASAN
2
6. Kode etik sebenarnya untuk kepentingan bisnis itu sendiri, kalau bisnis tidak mau
mengawasi perilaku dirinya sendiri, maka pihak lain yang akan bertindak
mengawasinya.
Ringkasan Prinsip-prinsip dan aturan etika AICPA
Prinsip-prinsip
1. Tanggung Jawab: Dalam menjalankan tanggung jawab sebagai seorang
profesional, anggota harus menjalankan pertimbangan moral dan profesional
secara snsitif (Artikel 1).
2. Kepentingan Publik: Anggota harus menerima kewajiban mereka untuk
bertindak sedemikian rupa demi melayani kepentingan publik, menghormati
kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme (Artikel II).
3. Integritas: Untuk memelihara dan memperluas keyakinan publik, anggota harus
melaksanakan semua tanggung jawab profesinal dengan ras integritas tertinggi
(Artikel III)
4. Objektivitas dan Independensi: Seorang anggota harus memelihara objektivitas
dan bebas dari konflik kepentingan dalam menunaikan tanggung jawab
profesional. Seorang anggota dalam praktik publik seharusnya menjaga
independensi dalam fakta dan penampilan saat memberikan jasa auditing dan
atestasi lainnya (Artikel IV).
5. Kehati-hatian (due care): Seorang anggota harus selalu mengikuti standar-
standar etika dan teknis profesi terdorong untuk secara terus menerus
mengembangkan kompetensi dan kualita jasa, dan menunaikan tanggung jawab
profesional sampai tingkat tertinggi kemampuan anggota yang bersangkutan
(Artikel V).
6. Ruang Iingkup dan Sifat Jasa: Seorang anggota dalam praktik publik harus
mengikuti prinsip-prinsip kode Perilaku Profesional dalam menetapkan ruang
lingkup an sifat jasa yang diberikan (Artikel VI).
Aturan Etika AICPA
101 Independensi 302 FEE Kontigen
102 Integritas & Objektivitas 501 Tindakan mendiskreditkan
201 Standar umum 502 Advertensi dan solisitasi
202 kesesuaian dengan standar 503 komisi dan Fee rujukan
203 prinsip akuntansi 505 bentuk dan nama organisasi
301 informsi klien rahasia
4
1. Sabarnes Oxley Act 2002 ditujukan untuk memberikan kejelasan dan kepastian
tentang beberapa isu yang sering diperdepatkan.
6
2. Sabarnes Oxley Act memerlukan interprestasi melalui proses aturan SEC dan
Public Company Accounting Oversight Board.
Kerangka dasar Kode Etik IFAC sebagaimana dilukiskan pada Gambar 8.1 dan
Gambar 8.2 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Melayani kepentingan publik.
2. Melayani kepentingan publik dari arti luas.
3. Profesionalisme,kinerja dan kepentingan publik.
4. Kredibilitas, profesionalisme , kualitas jangka tinggi, kerahasiaan.
5. Integritas, obyektif, integritas, objektifitas, kompetensi profesional dan kehati-hatian,
kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis.
6. Sikap indenpenden.
Gambar 8.1
Struktur Kode Etik IFAC
objektif
memenuhi harapan profesionalisme
kinerja, kepentingan publik
kebutuhan dasar:
kredibilitas, profesionalisme, jasa kualitas
tertinggi, kerahasiaan
Prinsip-prinsip fundamental:
Integritas, Objektifitas, Kompentensi profesional,
dan Kehati-hatian, perilaku profesional ,dan
standar teknis
Gambar 8.2
Kerangka Dasar Kode Etik IFAC
PENILAIAN
Independensi
Independensi dalam pikiran adalah suatu keadaan pikiran yang memungkinkan
pengungkapan suatu kesimpulan tanpa terkena pengaruh yang dapat mengompromikan
penilaian profesional, memungkinkan seorang individu bertindak berdasarkan integritas,
serta menerapkan objektivitas dan skeptisme profesional. Independensi dalam
penampilan adalah penghindaran fakta dan kondisi yang sedemikian signifikan
sehingga pihak ketiga yang paham dan berfikir rasional—dengan memiliki pengetahuan
akan semua informasi yang relevan, termasuk pencegahan yang diterapkan—akan
tetap dapat menarik kesimpulan bahwa skeptisme profesional, objektivitas, dan
integritas anggota firma, atau tim penjaminan (assurance team) telah dikompromikan.
Pengamanan di temapt kerja untuk akuntan bisnis, antara lain, namun tidak terbatas
pada:
Penerapan struktur pengawasan korporasi (corporate oversight or oversight
structure).
Pedoman kode etik perilaku organisasi.
Pedoman perekrutan yang menekankan pentingnya merekrut tenaga dengan
kompetensi tinggi.
Pengendalian internal yang kuat.
Proses pendisiplinan yang memadai.
Kepemimpinan yang berbasis etika.
Kebijakan dan prosedur pelaksanaan dan pemantauan kinerja karyawan.
Komunikasi tepat waktu tentang berbagai kebijakan dan prosedur termasuk
perubahannya ke seluruh karyawan disertai pelatihan dan pendidikan yang memadai
tentang kebijakan dan prosedur yang ada (IFAC, 300.16).
200 Pendahuluan
210 Penunjukan Profesional dan Penerimaan Klien
220 Konflik Kepentingan
230 Pendapat Kedua (Second Opinion)
240 Fee dan Jenis Imbalan Lainnya
250 Pemasaran Jasa Profesional
260 Hadiah dan Keramahtamahan
270 Penyimpanan Aset Klien (Custody of Client Assets)
280 Objektivitas Semua Jasa
290 Independensi Perikatan Penjaminan (Assurance Engagement)
BAB 3. KESIMPULAN
Seorang akuntan harus memegang teguh pada prinsip akuntan yang
professional karena dengan dilanggarnya prinsip tersebut seorang akuntan tidak bisa
disebut tenaga ahli yang professional karena mempermainkan keadilan dan kejujuran.
Tidak hanya melakukan kolusi yang dapat merugikan masyarakat banyak namun
tindakan-tindakan diluar dari standar seorang akuntan yang professional juga bisa
menodai namanya sendiri sebagai seorang professional maupun orang-orang yang
berkerja di bidang tersebut karna masyarakt otomatis sudah tertipu oleh kumpulan
kasus-kasus pelanggaran etika professional akuntan.
Seorang akuntan juga harus bertanggung jawab akan laporan yang dibuat,
laporan tersebut harus bersih, jujur dan bebas dari hal-hal negatif yang melanggak kode
etik prrofessinya, prinsip kepentingan public juga harus dimiliki karena seorang akuntan
memang secara langsung berkerja untuk sebuah perusahaan namun bila terjadi
kecurangan dan ditutupi oleh akuntan hal tersebut juga merugikan hak-hak masyarakat.
Integritas yang tinggi harus dijunjung karena dengan adaanya prinsip tersebut seorang
akuntan tidak mudah diajak berkerjasama untuk merugikan masyarakat dan hanya
mementingkan keperluan perusahaan karena hal tersebut menyangkut nama baiknya.
Prinsip objektifitas perlu diberlakukan oleh seorang akuntan dalam menjunjung tinggi
keadilan secara intelektual, jujur dan tidak memihak dan harus focus dengan apa yang
ia kerjakan sebagai kewajibannya yang harus dipertanggung jawabkan. Dan prinsip
teknis adalah prinsip yang menjadi acuan untuk seorang akuntan menjalankan tugasnya
dengan benar karna prinsip teknis bila dilanggar oleh seorang akuntan bisa langsung
dikeluarkan dari lembaga-lembaga yang menaungi akuntan professional maupun
lembaga tinggi dari professional akuntan publik.
12
Daftar Pustaka