Disusun Oleh :
Egi Renita
5162212004
1
Kode Etik ini juga dapat digunakan atau diadopsi oleh pihak yang
bertanggung jawab untuk menetapkan standar etika Anggota di sektor atau yurisdiksi
tertentu dan oleh Kantor dalam mengembangkan kebijakan etika dan independensi.
Kode Etik menetapkan lima prinsip dasar yang harus dipatuhi oleh semua
Anggota. Kode Etik ini juga mencakup kerangka kerja konseptual yang menetapkan
pendekatan yang akan diambil untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengatasi
ancaman kepatuhan terhadap prinsip dasar tersebut serta, ancaman terhadap
independensi untuk audit, dan perikatan asurans lainnya. Kode Etik juga menerapkan
prinsip dasar etika dan kerangka kerja konseptual untuk berbagai fakta dan keadaan
yang mungkin ditemui Anggota, baik yang bekerja di bisnis maupun yang berpraktik
melayani publik.
3
Pihak-pihak relevan yang mungkin menerima laporan pelanggaran tersebut
mencakup pihak-pihak yang mungkin terkena dampak pelanggaran tersebut yakni
asosiasi profesi, regulator, atau otoritas pengawasan.
5
yang tidak seharusnya atau ketika melakukan hal tersebut dapat menimbulkan potensi
konsekuensi yang merugikan bagi pribadi atau organisasi.
Bertindak secara tepat dengan cara:
(a) Mempertahankan pendirian ketika dihadapkan pada dilema dan situasi
sulit; atau
(b) Mempertanyakan manakala terdapat keadaan yang mengharuskan
demikian, dengan cara yang sesuai dengan keadaan.
Anggota tidak boleh secara sengaja dikaitkan dengan laporan, komunikasi,
atau informasi lain ketika Anggota percaya bahwa informasi tersebut:
(a) Berisi kesalahan atau pernyataan yang menyesatkan secara material;
(b) Berisi pernyataan atau informasi yang dibuat secara tidak hati-hati; atau
(c) Terdapat penghilangan atau pengaburan informasi yang seharusnya
diungkapkan, sehingga akan menyesatkan.
7
(d) Tidak mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan bisnis di luar Kantor atau organisasi tempatnya bekerja
tanpa kewenangan yang memadai dan spesifik, kecuali jika terdapat hak
atau kewajiban hukum atau profesional untuk mengungkapkannya;
(e) Tidak menggunakan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak
ketiga;
(f) Tidak menggunakan atau mengungkapkan informasi rahasia apa pun,
baik yang diperoleh atau diterima sebagai hasil dari hubungan
profesional atau bisnis maupun setelah hubungan tersebut berakhir; dan
(g) Melakukan langkah-langkah yang memadai untuk memastikan bahwa
personel yang berada di bawah pengawasannya, serta individu yang
memberi advis dan bantuan profesional, untuk menghormati kewajiban
Anggota guna menjaga kerahasiaan informasi.
Prinsip kerahasiaan merupakan bentuk perlindungan kepentingan public
karena memfasilitasi aliran informasi yang bebas dari klien atau organisasi
tempatnya bekerja kepada Anggota dengan pemahaman bahwa informasi tersebut
tidak akan diungkapkan kepada pihak ketiga. Namun demikian, berikut ini adalah
keadaan ketika Anggota harus mengungkapkan atau mungkin disyaratkan untuk
mengungkapkan informasi rahasia atau Ketika pengungkapan tersebut mungkin layak
diungkap:
(a) Pengungkapan disyaratkan oleh hukum;
(b) Pengungkapan diizinkan oleh hukum dan diperkenankan oleh klien atau
organisasi tempatnya bekerja; dan
(c) Terdapat kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkan, jika
tidak dilarang oleh hukum.
Anggota harus terus mematuhi prinsip kerahasiaan bahkan setelah berakhirnya
hubungan antara Anggota dan klien atau organisasi tempatnya bekerja. Ketika
berganti pekerjaan atau memperoleh klien baru, Anggota berhak menggunakan
8
pengalaman sebelumnya, tetapi tidak diperkenankan menggunakan atau
mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh atau diterima sebagai hasil dari
hubungan profesional atau bisnis.
9
SA 250 Pertimbangan atas Perturan Perundang-Undangan Dalam Audit Atas
Laporan Keuangan
Dewan Pengurus Institut Akuntan Publik Indonesia telah menetapkan dan
mengesahkan SA 250 (Revisi 2021), “Pertimbangan atas Peraturan Perundang-
Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan” dan berlaku efektif untuk audit atas
laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari
2022.
10
dampaknya harus dipertimbangkan ketika penyusunan laporan keuangan. (Ref: Para.
A16)
13
Kesalahan penyajian dalam laporan keuangan dapat muncul karena
kecurangan atau kesalahan. Faktor yang membedakan antara kecurangan dan
kesalahan adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya
kesalahan penyajian dalam laporan keuangan, adalah tindakan yang disengaja atau
tidak disengaja.
Tanggung jawab utama untuk pencegahan dan pendeteksian kecurangan
berada pada dua pihak yaitu, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas
dan manajemen.
Tujuan auditor adalah untuk:
(a) Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material dalam
laporan keuangan yang disebabkan oleh kecurangan;
(b) Memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat terkait dengan risiko
kesalahan penyajian material yang telah dinilai yang disebabkan oleh
kecurangan, melalui desain dan implementasi respons yang tepat; dan
(c) Memberikan respons terhadap kecurangan atau dugaan kecurangan yang
diidentifikasi selama audit.
14
SA ini didasarkan atas suatu basis bahwa KAP harus mematuhi ketentuan
yang terdapat dalam SPM 1 atau ketentuan yang terdapat dalam peraturan perundang-
undangan, jika ketentuan tersebut lebih ketat.
Tujuan auditor adalah untuk mengimplementasikan prosedur pengendalian
mutu pada tingkat perikatan untuk memberikan keyakinan memadai bagi auditor
bahwa:
(a) Audit telah dilakukan dengan mematuhi standar profesi serta ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan
(b) Laporan auditor yang diterbitkan telah sesuai dengan kondisinya.
DAFTAR PUSTAKA
15