Anda di halaman 1dari 16

RESUME AUDIT DAN ASSURANCES

KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK DAN


STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Audit dan Assurances

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Dr. R. Wedi R. Kusumah, S.E., M.Si., Ak., CA.

Disusun Oleh :
Egi Renita
5162212004

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2023
KODE ETIK PROFESI AKUNTANSI PUBLIK 2021
Kode Etik Profesi Akuntan Publik (KEPAP) diterbitkan oleh Institut Akuntan
Publik Indonesia secara paralel dengan Kode Etik Akuntan Indonesia (KEAI) yang
disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan Institut Akuntan Manajemen Indonesia,
yang didukung oleh Pusat Pembinaan Profesi Keuangan – Kementerian Keuangan RI.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik 2021 berlaku efektif mulai 31 Desember
2021. Penerapan dini diperkenankan.

KEPATUHAN TERHADAP KODE ETIK, PRINSIP DASAR ETIKA


SEKSI 100 KEPATUHAN TERHADAP KODE ETIK
Ciri pembeda profesi akuntansi adalah kesediaannya menerima tanggung
jawab untuk bertindak dalam kepentingan publik.
Kepercayaan terhadap profesi akuntansi adalah alasan mengapa bisnis,
pemerintahan dan organisasi lain melibatkan Anggota dalam berbagai bidang,
termasuk pelaporan keuangan dan korporat, asurans dan aktivitas professional
lainnya. Anggota mengakui dan memahami bahwa kepercayaan tersebut didasarkan
pada kemampuan dan nilai yang dibawa oleh Anggota dalam melaksanakan aktivitas
profesionalnya, termasuk:
(a) Kepatuhan terhadap prinsip etika dan standar profesi;
(b) Penggunaan ketajaman bisnis;
(c) Penggunaan keahlian teknis dan lainnya; dan
(d) Penerapan pertimbangan profesional.
Penerapan kemampuan dan nilai ini memungkinkan Anggota untuk
memberikan nasihat atau keluaran lain yang memenuhi tujuan penggunaan, dan
keluaran tersebut dapat diandalkan oleh pengguna yang dituju. Kode Etik ini
menetapkan standar mutu yang tinggi atas perilaku etis yang diharapkan dari
Anggota.

1
Kode Etik ini juga dapat digunakan atau diadopsi oleh pihak yang
bertanggung jawab untuk menetapkan standar etika Anggota di sektor atau yurisdiksi
tertentu dan oleh Kantor dalam mengembangkan kebijakan etika dan independensi.
Kode Etik menetapkan lima prinsip dasar yang harus dipatuhi oleh semua
Anggota. Kode Etik ini juga mencakup kerangka kerja konseptual yang menetapkan
pendekatan yang akan diambil untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengatasi
ancaman kepatuhan terhadap prinsip dasar tersebut serta, ancaman terhadap
independensi untuk audit, dan perikatan asurans lainnya. Kode Etik juga menerapkan
prinsip dasar etika dan kerangka kerja konseptual untuk berbagai fakta dan keadaan
yang mungkin ditemui Anggota, baik yang bekerja di bisnis maupun yang berpraktik
melayani publik.

PERSYARATAN DAN MATERI APLIKASI


Persyaratan dalam Kode Etik, yang ditandai dengan huruf ‘P’, membebankan
kewajiban.
Materi aplikasi, yang ditandai dengan huruf ‘A’, memberikan konteks,
penjelasan, saran untuk tindakan atau perihal yang perlu dipertimbangkan, ilustrasi,
dan panduan lain yang relevan untuk pemahaman yang tepat atas Kode Etik. Secara
khusus, materi aplikasi dimaksudkan untuk membantu Anggota dalam memahami
bagaimana menerapkan kerangka kerja konseptual pada keadaan tertentu serta untuk
memahami dan mematuhi persyaratan spesifik. Meskipun materi aplikasi itu sendiri
bukan merupakan suatu persyaratan, namun pertimbangan atas materi aplikasi
tersebut diperlukan untuk penerapan yang tepat atas persyaratan Kode Etik, termasuk
penerapan kerangka kerja konseptual.
Anggota harus mematuhi Kode Etik. Menjunjung tinggi prinsip dasar etika
dan kepatuhan terhadap persyaratan spesifik dari Kode Etik sehingga Anggota dapat
memenuhi tanggung jawabnya untuk bertindak dalam kepentingan publik. Mematuhi
Kode Etik termasuk memberikan perhatian yang tepat terhadap maksud dan tujuan
dari persyaratan spesifik.
2
Kepatuhan terhadap persyaratan Kode Etik tidak berarti bahwa Anggota akan
selalu memenuhi tanggung jawabnya untuk bertindak dalam kepentingan publik.
Mungkin terdapat keadaan yang tidak biasa ketika Anggota meyakini bahwa
mematuhi persyaratan tertentu dari Kode Etik dapat mengakibatkan hasil yang tidak
sepadan atau yang tidak memenuhi kepentingan publik. Dalam keadaan demikian,
Anggota disarankan untuk berkonsultasi dengan asosiasi profesi atau regulator
yang terkait.
Dalam bertindak dalam kepentingan publik, anggota tidak hanya
mempertimbangkan preferensi atau persyaratan dari klien individu atau organisasi
tempatnya bekerja, tetapi juga untuk kepentingan pemangku kepentingan lainnya saat
melakukan kegiatan profesional.
Prinsip perilaku profesional mensyaratkan Anggota untuk mematuhi peraturan
perundang-undangan yang relevan. Beberapa peraturan mungkin memiliki ketentuan
yang berbeda atau melampaui ketentuan yang ditetapkan dalam Kode Etik. Anggota
harus menyadari perbedaan tersebut dan mematuhi ketentuan yang lebih ketat kecuali
dilarang oleh peraturan perundang-undangan.

Pelanggaran terhadap Kode Etik


Paragraf P400.80-P400.89 dan P900.50-P900.55 menjelaskan pelanggaran
terhadap Standar Independensi. Anggota yang mengidentifikasi terjadinya
pelanggaran terhadap ketentuan lain dalam Kode Etik harus mengevaluasi
signifikansi pelanggaran dan dampaknya terhadap kemampuan Anggota untuk
mematuhi prinsip dasar etika. Anggota juga harus:
(a) Sesegera mungkin mengambil tindakan yang diperlukanuntuk
mengatasi konsekuensi dari pelanggaran secara memadai; dan
(b) Menentukan apakah akan melaporkan pelanggaran tersebut kepada
pihak yang relevan.

3
Pihak-pihak relevan yang mungkin menerima laporan pelanggaran tersebut
mencakup pihak-pihak yang mungkin terkena dampak pelanggaran tersebut yakni
asosiasi profesi, regulator, atau otoritas pengawasan.

SEKSI 110 PRINSIP DASAR ETIKA


Pihak-pihak relevan yang mungkin menerima laporan pelanggaran tersebut
mencakup pihak-pihak yang mungkin terkena dampak pelanggaran tersebut yakni
asosiasi profesi, regulator, atau otoritas pengawasan.
Lima prinsip dasar etika untuk Anggota adalah:
(a) Integritas - bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan professional
dan bisnis.
(b) Objektivitas - menerapkan pertimbangan profesional atau bisnis tanpa
dikompromikan oleh:
(i). Bias
(ii). Benturan kepentingan; atau
(iii). Pengaruh atau ketergantungan yang tidak semestinya terhadap
individu, organisasi, teknologi, atau faktor lain.
(c) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional - untuk:
(i). Mencapai dan mempertahankan pengetahuan dan keahlian
profesional pada level yang disyaratkan untuk memastikan bahwa
klien atau organisasi tempatnya bekerja memperoleh jasa
profesional yang kompeten, berdasarkan standar profesional dan
standar teknis terkini serta ketentuan peraturan perundang-
undangan yang relevan; dan
(ii). Bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan standar
professional dan standar teknis yang berlaku.
(d) Kerahasiaan - menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari hasil
hubungan profesional dan bisnis.
4
(e) Perilaku profesional – untuk:
(i). Mematuhi peraturan perundang-undangan yang relevan;
(ii). Berperilaku konsisten dengan tanggung jawab profesi untuk
bertindak dalam kepentingan publik dalam semua aktivitas
profesional dan hubungan bisnis; dan
(iii). Menghindari perilaku apa pun yang diketahui atau seharusnya
diketahui Anggota yang dapat mendiskreditkan profesi Anggota.
Anggota mungkin menghadapi suatu situasi ketika mematuhi salah satu
prinsip dasar etika, akan bertentangan dengan mematuhi satu atau lebih prinsip dasar
etika lainnya. Dalam situasi demikian, Anggota mungkin mempertimbangkan untuk
berkonsultasi, secara anonim jika diperlukan, dengan:
 Pihak lain dalam Kantor atau organisasi tempatnya bekerja.
 Pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
 Asosiasi Profesi
 Regulator
 Penasihat hukum
Namun demikian, konsultasi semacam itu tidak membebaskan Anggota dari tanggung
jawabnya untuk menggunakan pertimbangan profesional dalam menyelesaikan
konflik tersebut atau (jika perlu) dan kecuali dilarang oleh peraturan perundang-
undangan, untuk melepaskan diri dari permasalahan yang memunculkan konflik.
Anggota didorong untuk mendokumentasikan substansi permasalahan, rincian
dari setiap pembahasan, keputusan yang dibuat, dan alasan atas keputusan tersebut.

Subseksi 111 Integritas


Anggota harus mematuhi prinsip integritas, yang mensyaratkan Anggota
untuk bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan profesional dan bisnis.
Integritas melibatkan keterusterangan, kejujuran, dan kekuatan karakter untuk
bertindak dengan tepat, bahkan ketika menghadapi tekanan untuk melakukan hal

5
yang tidak seharusnya atau ketika melakukan hal tersebut dapat menimbulkan potensi
konsekuensi yang merugikan bagi pribadi atau organisasi.
Bertindak secara tepat dengan cara:
(a) Mempertahankan pendirian ketika dihadapkan pada dilema dan situasi
sulit; atau
(b) Mempertanyakan manakala terdapat keadaan yang mengharuskan
demikian, dengan cara yang sesuai dengan keadaan.
Anggota tidak boleh secara sengaja dikaitkan dengan laporan, komunikasi,
atau informasi lain ketika Anggota percaya bahwa informasi tersebut:
(a) Berisi kesalahan atau pernyataan yang menyesatkan secara material;
(b) Berisi pernyataan atau informasi yang dibuat secara tidak hati-hati; atau
(c) Terdapat penghilangan atau pengaburan informasi yang seharusnya
diungkapkan, sehingga akan menyesatkan.

Subseksi 112 Objektivitas


Anggota harus mematuhi prinsip objektivitas yang mensyaratkan Anggota
untuk menerapkan pertimbangan profesional atau bisnis tanpa dikompromikan oleh:
(a) Bias
(b) Benturan kepentingan; atau
(c) Pengaruh atau ketergantungan yang tidak semestinya terhadap individu,
organisasi, teknologi, atau faktor lain.
Anggota tidak boleh melakukan aktivitas profesional jika suatu keadaan atau
hubungan terlalu memengaruhi pertimbangan profesionalnya atas aktivitas tersebut.

Subseksi 113 Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional


Anggota harus patuh terhadap prinsip kompetensi dan kehati-hatian
profesional yang mensyaratkan Anggota untuk:
(a) Mencapai dan mempertahankan pengetahuan serta keahlian professional
pada level yang disyaratkan untuk memastikan bahwa klien atau
6
organisasi tempatnya bekerja memperoleh jasa profesional yang
kompeten berdasarkan standar profesional dan standar teknis terkini dan
sesuai dengan perundang-undangan yang relevan; dan
(b) Bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan standar profesional dan
standar teknis yang berlaku
Menjaga kompetensi profesional mensyaratkan suatu kesadaran yang
berkelanjutan dan pemahaman atas perkembangan teknis, profesional, bisnis, dan
terkait teknologi yang relevan. Pengembangan profesional berkelanjutan
memungkinkan Anggota untuk mengembangkan dan mempertahankan
kemampuan bekerja secara kompeten dalam lingkungan profesional.
Kesungguhan mencakup tanggung jawab untuk bertindak sesuai dengan
persyaratan penugasan, secara hati-hati, cermat, dan tepat waktu.
Dalam mematuhi prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional, Anggota
harus mengambil langkah-langkah yang memadai untuk memastikan bahwa mereka
yang bekerja profesional di bawah pengawasannya telah memperoleh pelatihan dan
supervisi yang tepat.

Subseksi 114 Kerahasiaan


Anggota harus mematuhi prinsip kerahasiaan, yang mensyaratkan Anggota
untuk menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan
profesional dan bisnis. Anggota harus:
(a) Mewaspadai terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak
disengaja, termasuk dalam lingkungan sosial, dan khususnya kepada
rekan bisnis dekat, anggota keluarga inti, atau keluarga dekat;
(b) Menjaga kerahasiaan informasi di dalam Kantor atau organisasi
tempatnya bekerja;
(c) Menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh calon klien atau
organisasi tempatnya bekerja;

7
(d) Tidak mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan bisnis di luar Kantor atau organisasi tempatnya bekerja
tanpa kewenangan yang memadai dan spesifik, kecuali jika terdapat hak
atau kewajiban hukum atau profesional untuk mengungkapkannya;
(e) Tidak menggunakan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak
ketiga;
(f) Tidak menggunakan atau mengungkapkan informasi rahasia apa pun,
baik yang diperoleh atau diterima sebagai hasil dari hubungan
profesional atau bisnis maupun setelah hubungan tersebut berakhir; dan
(g) Melakukan langkah-langkah yang memadai untuk memastikan bahwa
personel yang berada di bawah pengawasannya, serta individu yang
memberi advis dan bantuan profesional, untuk menghormati kewajiban
Anggota guna menjaga kerahasiaan informasi.
Prinsip kerahasiaan merupakan bentuk perlindungan kepentingan public
karena memfasilitasi aliran informasi yang bebas dari klien atau organisasi
tempatnya bekerja kepada Anggota dengan pemahaman bahwa informasi tersebut
tidak akan diungkapkan kepada pihak ketiga. Namun demikian, berikut ini adalah
keadaan ketika Anggota harus mengungkapkan atau mungkin disyaratkan untuk
mengungkapkan informasi rahasia atau Ketika pengungkapan tersebut mungkin layak
diungkap:
(a) Pengungkapan disyaratkan oleh hukum;
(b) Pengungkapan diizinkan oleh hukum dan diperkenankan oleh klien atau
organisasi tempatnya bekerja; dan
(c) Terdapat kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkan, jika
tidak dilarang oleh hukum.
Anggota harus terus mematuhi prinsip kerahasiaan bahkan setelah berakhirnya
hubungan antara Anggota dan klien atau organisasi tempatnya bekerja. Ketika
berganti pekerjaan atau memperoleh klien baru, Anggota berhak menggunakan
8
pengalaman sebelumnya, tetapi tidak diperkenankan menggunakan atau
mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh atau diterima sebagai hasil dari
hubungan profesional atau bisnis.

Subseksi 115 Perilaku Profesional


Anggota harus mematuhi prinsip perilaku profesional, yang mensyaratkan
Anggota untuk:
(a) Mematuhi peraturan perundang-undangan yang relevan;
(b) Berperilaku konsisten dengan tanggung jawab profesi untuk bertindak
dalam kepentingan publik pada semua aktivitas profesional dan
hubungan bisnis; dan Menghindari perilaku apa pun yang diketahui atau
seharusnya diketahui yang dapat mendiskreditkan profesi.
(c) Anggota tidak boleh terlibat dalam bisnis, pekerjaan, atau aktivitas apa
pun yang diketahui merusak atau mungkin merusak integritas,
objektivitas, atau reputasi baik dari profesi, dan hasilnya tidak sesuai
dengan prinsip dasar etika.
Ketika melakukan aktivitas pemasaran atau promosi, Anggota dilarang
mencemarkan nama baik profesi. Anggota harus bersikap jujur dan
mengatakan yang sebenarnya, serta tidak:
(a) Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang
dapat diberikan, kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang telah
diperoleh; atau
(b) Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan
yang tidak didukung bukti terhadap hasil pekerjaan pihak lain.
Jika Anggota memiliki keraguan atas tepat tidaknya suatu bentuk iklan atau
pemasaran lainnya, maka Anggota didorong untuk berkonsultasi dengan asosiasi
profesi yang relevan.

9
SA 250 Pertimbangan atas Perturan Perundang-Undangan Dalam Audit Atas
Laporan Keuangan
Dewan Pengurus Institut Akuntan Publik Indonesia telah menetapkan dan
mengesahkan SA 250 (Revisi 2021), “Pertimbangan atas Peraturan Perundang-
Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan” dan berlaku efektif untuk audit atas
laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari
2022.

Pertimbangan Auditor atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-


Undangan
Berdasarkan SA 315 (Revisi 2021),4 sebagai bagian dari pemerolehan
pemahaman entitas dan lingkungannya, auditor harus memeroleh suatu pemahaman
umum mengenai:
(a) Kerangka peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi entitas dan
industri atau sektor yang di dalamnya entitas beroperasi; dan
(b) Bagaimana entitas mematuhi kerangka tersebut. (Ref: Para. A11)
Auditor harus memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai
kepatuhan terhadap ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang secara
umum berdampak langsung terhadap penentuan angka dan pengungkapan material
dalam laporan keuangan. (Ref: Para. A12)
Selama proses audit, auditor harus tetap waspada terhadap adanya
kemungkinan bahwa melalui penerapan prosedur audit lain, ketidakpatuhan terhadap
peraturanm perundang-undangan yang terjadi atau diduga terjadi dapat menjadi
perhatian auditor. (Ref: Para. A15) 13
Auditor harus meminta kepada manajemen dan, jika relevan, kepada pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola untuk memberikan representasi tertulis
bahwa telah mengungkapkan kepada auditor seluruh ketidakpatuhan atau dugaan
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang diketahui, yang

10
dampaknya harus dipertimbangkan ketika penyusunan laporan keuangan. (Ref: Para.
A16)

Prosedur Audit Ketika Ketidakpatuhan Diidentifikasi atau Diduga Terjadi


Ketika auditor menyadari informasi mengenai adanya ketidakpatuhan atau
dugaan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, auditor harus
memeroleh: (Ref: Para. A17-A18)
(a) Pemahaman atas sifat ketidakpatuhan dan kondisi terjadinya
ketidakpatuhan; dan
(b) Informasi lanjutan untuk mengevaluasi kemungkinan dampak terhadap
laporan keuangan. (Ref: Para. A19)
Ketika auditor menduga kemungkinan terjadi ketidakpatuhan, auditor harus
membahas hal tersebut, kecuali dilarang oleh peraturan perundang-undangan, kepada
manajemen pada level yang tepat dan, jika relevan, kepada pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola.
Ketika informasi yang cukup tentang dugaan adanya ketidakpatuhan tidak
dapat diperoleh, auditor harus mengevaluasi dampak tidak memadainya bukti audit
yang cukup dan tepat tersebut terhadap opini auditor.

Pengomunikasian dan Pelaporan atas Ketidakpatuhan yang Diidentifikasi atau


Diduga Terjadi
Ketika auditor menduga bahwa manajemen atau pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola terlibat dalam ketidakpatuhan, auditor harus
mengomunikasikan hal tersebut kepada pihak berwenang dalam entitas yang
memiliki tingkat otoritas yang lebih tinggi, jika ada, seperti komite audit atau dewan
pengawas. Apabila pihak dengan otoritas lebih tinggi tidak dimiliki oleh entitas, atau
apabila auditor tidak yakin bahwa komunikasi yang dilakukannya akan direspons atau
auditor tidak yakin kepada siapa ia harus melapor, maka auditor harus
mempertimbangkan kebutuhan untuk memeroleh advis hukum.
11
STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK (SPAP)
Standar Audit 2021 berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk
periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2022.

SA 200 Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit


Berdasarkan Standar Audit;
Dewan Pengurus Institut Akuntan Publik Indonesia telah menetapkan dan
mengesahkan Standar Audit 200 (Revisi 2021), “Tujuan Keseluruhan Auditor
Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit” dan berlaku efektif
untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2022.
Penetapan dan pengesahan SA 200 (Revisi 2021) oleh Dewan Pengurus,
berdasar kepada persetujuan Dewan Standar Profesional Akuntan Publik I pada
tanggal 13 Juli 2021
Ketentuan Etika Terkait dengan Audit atas Laporan Keuangan
Auditor harus mematuhi ketentuan etika yang relevan, termasuk ketentuan
independensi, yang terkait dengan perikatan audit atas laporan keuangan. (Ref: 30
Para. A16-A19)
Skeptisisme Profesional
Auditor harus merencanakan dan melaksanakan suatu audit dengan
skeptisisme profesional mengingat kondisi tertentu dapat saja terjadi yang
menyebabkan laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material. (Ref:
Para. A20-A24)
Pertimbangan Profesional
Auditor harus menggunakan pertimbangan profesional dalam merencanakan
dan melaksanakan audit atas laporan keuangan. (Ref: Para. A25-A29)
Bukti Audit yang Cukup dan Tepat serta Risiko Audit
12
Untuk memeroleh keyakinan memadai, auditor harus memeroleh bukti audit
yang cukup dan tepat untuk menurunkan risiko audit ke level rendah yang dapat
diterima, dan oleh karena itu, memungkinkan auditor untuk menarik kesimpulan
wajar sebagai basis opini auditor. (Ref: Para. A30-A54)
Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit
Auditor harus mematuhi seluruh SA yang relevan dengan audit. Suatu SA
relevan dengan audit ketika SA tersebut berlaku dan terdapat hal-hal yang diatur
dalam SA,tersebut. (Ref: Para. A55-A59) 8
Auditor harus memiliki suatu pemahaman tentang keseluruhan isi suatu SA,
termasuk materi penerapan dan penjelasan lain, untuk memahami tujuan SA dan
menerapkan ketentuan SA tersebut dengan tepat. (Ref: Para. A60-A68)
Auditor tidak diperkenankan untuk menyatakan kepatuhannya terhadap SA
dalam laporan auditor kecuali auditor telah mematuhi ketentuan SA ini dan seluruh
SA lainnya yang relevan dengan audit.
Untuk mencapai tujuan keseluruhan auditor, auditor harus menggunakan
tujuan yang dinyatakan dalam SA yang relevan dalam merencanakan dan
melaksanakan audit, dengan memperhatikan interelasi antar SA, untuk: (Ref: Para.
A69-A71)
(a) Menentukan apakah diperlukan prosedur audit lain selain prosedur audit
yang diharuskan dalam SA untuk mencapai tujuan yang dinyatakan
dalam SA; dan (Ref: Para. A72)
(b) Mengevaluasi apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh.
(Ref: Para. A73)

SA 240 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu


Audit atas Laporan Keuangan;
Standar Audit (SA) ini mengatur tentang tanggung jawab auditor yang terkait
dengan kecurangan, dalam suatu audit atas laporan keuangan.

13
Kesalahan penyajian dalam laporan keuangan dapat muncul karena
kecurangan atau kesalahan. Faktor yang membedakan antara kecurangan dan
kesalahan adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya
kesalahan penyajian dalam laporan keuangan, adalah tindakan yang disengaja atau
tidak disengaja.
Tanggung jawab utama untuk pencegahan dan pendeteksian kecurangan
berada pada dua pihak yaitu, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas
dan manajemen.
Tujuan auditor adalah untuk:
(a) Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material dalam
laporan keuangan yang disebabkan oleh kecurangan;
(b) Memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat terkait dengan risiko
kesalahan penyajian material yang telah dinilai yang disebabkan oleh
kecurangan, melalui desain dan implementasi respons yang tepat; dan
(c) Memberikan respons terhadap kecurangan atau dugaan kecurangan yang
diidentifikasi selama audit.

SA 220 Pengendalian Mutu Untuk Audit Atas Laporan Keuangan


Standar Audit (SA) mengatur tentang tanggung jawab tertentu auditor dalam
memperhatikan prosedur pengendalian mutu untuk audit atas laporan
keuangan.Sistem, kebijakan, dan prosedur pengendalian mutu merupakan tanggung
jawab Kantor Akuntan Publik (KAP). Berdasarkan SPM 1, KAP berkewajiban untuk
menetapkan dan memelihara suatu sistem pengendalian mutu untuk memberikan
keyakinan memadai bahwa:
(a) KAP dan personelnya mematuhi standar profesi serta ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(b) Laporan yang diterbitkan oleh KAP atau rekan perikatan telah sesuai
dengan kondisinya.

14
SA ini didasarkan atas suatu basis bahwa KAP harus mematuhi ketentuan
yang terdapat dalam SPM 1 atau ketentuan yang terdapat dalam peraturan perundang-
undangan, jika ketentuan tersebut lebih ketat.
Tujuan auditor adalah untuk mengimplementasikan prosedur pengendalian
mutu pada tingkat perikatan untuk memberikan keyakinan memadai bagi auditor
bahwa:
(a) Audit telah dilakukan dengan mematuhi standar profesi serta ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan
(b) Laporan auditor yang diterbitkan telah sesuai dengan kondisinya.
DAFTAR PUSTAKA

IAPI. (2021). Kode Etik Profesi Akuntan Publik. KEPAP 2021_ISBN.


IAPI. (2021). Standar Profesional Akuntan Publik. SA 200 (Revisi 2021) - Naskah
Final Satuan.
IAPI. (2021). Standar Profesional Akuntan Publik. SA 220 (Revisi 2021) - Naskah
Final Satuan(1).
IAPI. (2021). Standar Profesional Akuntan Publik. SA 240 (Revisi 2021) - Naskah
Final Satuan.
IAPI. (2021). Standar Profesional Akuntan Publik. SA 250 (Revisi 2021) - Naskah
Final Satuan.

15

Anda mungkin juga menyukai