24 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
1. Prinsip integritas
Setiap Praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan profesional dan
hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. Prinsip objektivitas
Setiap Praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, atau
pengaruh yang tidak layak (undue influence) dari pihak-pihak lain memengaruhi
pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya.
3. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional
(professional competence and due care).
Setiap Praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada
suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehingga klien atau
pemberi kerja dapat menerima jasa profesional yang diberikan secara kompeten
berdasarkan perkembangan terkini dalam praktik, perundang-undangan, dan
metode pelaksanaan pekerjaan. Setiap Praktisi harus bertindak secara profesional
dan sesuai dengan standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam
memberikan jasa profesionalnya.
4. Prinsip kerahasiaan
Setiap Praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil
dari hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh
mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari
klien atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan
sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku. Informasi
rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan hubungan bisnis tidak boleh
digunakan oleh Praktisi untuk keuntungan pribadinya atau pihak ketiga.
5. Prinsip perilaku profesional
Setiap Praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus
menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Bagian B
Bagian ini memuat Aturan Etika Profesi yang memberikan ilustrasi mengenai penerapan
kerangka konseptual pada situasi tertentu.
1. Ancaman dan Pencegahan
Ancaman
Kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terancam oleh berbagai situasi,].
a. Ancaman kepentingan pribadi
b. Ancaman telaah pribadi
c. Ancaman advokasi
d. Ancaman kedekatan
e. Ancaman intimidasi
Pencegahan
a. Pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang-undangan atau peraturan
b. Pencegahan dalam lingkungan kerja, pencegahan pada tingkat institusi dan tingkat
perikatan
25 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Setiap praktisi harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
mengidentifikasi setiap situasi yang dapat menimbulkan benturan kepentingan, yang
dapat menjadi ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip etika profesi.
4. Pendapat Kedua
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika dapat terjadi ketika praktisi
diminta untuk memberikan pendapat kedua mengenai penerapan akuntansi, auditing,
pelaporan, atau standar/prinsip lain untuk keadaan / transaksi tertentu oleh / untuk
kepentingan pihak-pihak selain klien.
5. Imbalan Jasa Profesional dan bentuk Remunerasi Lainnya
Dalam melakukan negoisasi jasa professional yang diberikan, praktisi dapat
mengusulkan jumlah imbalan jasa professional yang sesuia. Namun dapat menjadi
ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
6. Pemasaran Jasa Profesional
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika dapat terjadi ketika praktisi
mendapatkan suatu perikatan melalui iklan/bentuk pemasaran lainnya. Setiap praktisi
tidak boleh mendiskreditkan profesi dalam memasarkan jasa profesionalnya.
7. Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramahtamahan Lainnya
Ancaman dapat terjadi terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi
terutama dalam hal objektifitas praktisi.
8. Penyimpanan Aset Milik Klien
Setiap praktisi tidak boleh mengambil tanggung jawab penyimpanan uang atau
asset lainnya milik klien, kecuali diperbolehkan oleh ketentuan hukum yang berlaku.
9. Objektivitas Semua Jasa Profesional
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar objektivitas yang dapat terjadi
dari adanya kepentingan dalam, atau hubungan dengan klien maupun direktur, pejabat
atau karyawan.
10. Independensi dalam Perikatan Assurance
Dalam melaksanakan perikatan assurance, kode etik ini mewajibkan anggota tim
assurance, KAP, dan jika relevan, Jaringan KAP, untuk bersikap independen terhadap klien
assurance sehubungan dengan kapasitas mereka untuk melindungi kepentingan publik.
26 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
IMA (Institute of Management Accountants) mengeluarkan suatu pernyataan yang
menguraikan tentang standar perilaku etis akuntan manajemen. Kode etik IMA
menerapkan standar minimum perilaku yang ditujukan untuk mengarahkan akuntan
manajemen dan menginspirasikan profesionalisme yang sangat tinggi pada semua level
akuntan manajemen. Dengan mematuhi standar ini, akuntan manajemen meningkatkan
derajat profesi mereka dan membantu mengembangkan hubungan kepercayaan dimana
para manajer dan pihak-pihak lainnya dapat secara yakin bergantung pada pekerjaan
mereka.
Akuntan manajemen tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan
dengan standar ini atau mereka tidak akan menerima pelaksanaan tindakan-tindakan
tersebut dari orang lain dalam organisasi mereka. Standar tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Kompetensi
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk
a. Menjaga tingkat kompetensi profesional yang diperlukan dengan terus
menerus mengembangkan pengetahuan dan keahliannya
b. Melakukan tugas-tugas profesionalnya sesuai dengan hukum, peraturan, dan
standar
teknis yang berlaku
c. Menyusun laporan dan rekomendasi yang lengkat serta jelas setelah
melakukan analisis yang benar terhadap informasi yang relevan dan dapat
dipercaya
2. Kerahasiaan
Akuntan manajemen bertanggun jawab untuk:
a. Menahan diri untuk tidak mengungkapkan tanpa ijin informasi rahasia
berkenaan dengan tugas-tugasnya, kecuali diharuskan secara hukum
b. Memberitahu bawahan seperlunya kerahasiaan dari informasi yang berkenaan
denga tugas-tugasnya dan memonitor aktivitas mereka untuk menjaga
kerahasiaan tersebut
c. Menahan diri dari penggunaan informasi rahasia yang berkaitan dengan tugas-
tugasnya untuk tujuan tidak etis dan sah baik secara pribadi maupun melalui
pihak ketiga.
3. Integritas
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk:
a. Menghindari konflik kepentingan aktual atau terlihat nyata dan mengingatkan
semua
pihak terhadap potensi konflik
b. Menahan diri dari keterlibatan berbagai aktivitas yang akan menimbulkan
kecurigaan terhadap kemampuan mereka untuk melakukan tugasnya secara
etis
c. Menolak pemberian, penghargaan, dan keramah-tamahan yang dapat
mempengaruhi mereka dalam bertugas
d. Menahan diri untuk tidak melakukian penggerogotan terhadap legitimasi
organisasi dan tujuan-tujuan etis, baik secara pasif maupun aktif
e. Mengenali dan mengkomunikasikan berbagai batasan profesional atau kendala
lainnya yang akan menghalangi munculnya penilaian yang bertanggung jawab
atau kinerja sukses dari suatu aktivitas
f. Mengkomunikasikan informasi yang baik atau buruk dan penilaian atau opini
profesional
g. Menahan diri dari keterlibatan dalam aktivitas yang merugikan profesi
27 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
4 Objektivitas
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk
a. Mengkomunikasikan informasi dengan adil dan objektif
b. Mengungkapkan semua informasi relevan yang dapat diharapkan
mempengaruhi pemahaman pengguna terhadap laporan, komentar, dan
rekomendasi yang dikeluarkan
5. Resolusi konfik etika
Dalam pelaksanaan standar perilaku etis, akuntan manajemen mungkin
menghadapi masalah dalam mengidentifikasi perilaku yang tidak etis, atau dalam
meyelesaikan konflik etika. Ketika menghadapi isu-isu etika yang penting, akuntan
manajemen harus mengiuti kebijakan yang ditetapkan organisasidalam mengatasi konflik.
Jika kebijakan ini tidak menyelesaikan konflik etika, akuntan manajemen harus
mempertimbangkan tindakan berikut ini:
a. Mendiskusikan masalah tersebut dengan supervisor kecuali jika masalah itu
melibatkan atasannya. Dalam kasus ini, masalah tersebut harus dilaporkan
secepatnya kepada jenjang yang lebih tinggi berikutnya. Jika resolusi akhir yang
memuaskan tidak dapat dicapai pada saat masalah diungkapkan, sampaikan
masalah tersebut manajemen jenjang yang lebih tinggi.
b. Jika atasan langsung merupakan kepala eksekutif pelaksana (CEO), atau
setingkat
wewenang untuk mengatasi mungkin berada di tangan suatu kelompok seperti
komite audit, komite eksekutif, dewan direksi, dewan perwalian, atau pemilik.
Berhubungan dengan jenjang di atas atasan langsung sebaiknya dilakukan
dengan sepengetahuan atasan.
c. Menjelaskan konsep-konsep yang relevan melalui diskusi rahasia dengan
seorang penasihat yang objektif untuk mencapai pemahanan terhadap tindakan
yang mungkin dilakukan
28 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
berdasarkan pendapat atau prasangka pribadi maupun tekanan dan pengaruh orang
lain.
3. Kompetensi dan Kehati-hatian
Berdasarkan prinsip kompetensi dan kehati-hatian, auditor hanya dapat melakukan
suatu audit apabila ia memiliki kompetensi yang diperlukan atau menggunakan bantuan
tenaga ahli yang kompeten untuk melaksanakan tugas-tugasnya secara memuaskan.
Untuk itu auditor harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keahlian profesinya pada
tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa instansi tempat ia bekerja atau
auditan dapat menerima manfaat dari layanan profesinya berdasarkan pengembangan
praktik, ketentuan, dan teknik yang terbaru.
4. Kerahasiaan
Auditor harus mampu menjaga kerahasiaan atas informasi yang diperolehnya dalam
melakukan audit, walaupun keseluruhan proses audit mungkin harus dilakukan secara
terbuka dan transparan. Informasi tersebut merupakan hak milik auditan, untuk itu
auditor harus memperoleh persetujuan khusus apabila akan mengungkapkannya,
kecuali adanya kewajiban pengungkapan karena peraturan perundang-undangan.
Kerahasiaan ini harus dijaga sampai kapanpun bahkan ketika auditor telah berhenti
bekerja pada instansinya.
5. Ketepatan Bertindak
Auditor harus dapat bertindak secara konsisten dalam mempertahankan reputasi
profesi serta lembaga profesi akuntan sektor publik dan menahan diri dari setiap
tindakan yang dapat mendiskreditkan lembaga profesi atau dirinya sebagai auditor
profesional.
6. Standar Teknis dan Profesional
Auditor harus melakukan audit sesuai dengan standar audit yang berlaku, yang meliputi
standar teknis dan profesional yang relevan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia dan Pemerintah Republik Indonesia. Pada instansi-instansi audit publik,
terdapat juga standar audit yang mereka tetapkan dan berlaku bagi para auditornya,
termasuk aturan perilaku yang ditetapkan oleh instansi tempat ia bekerja.
29 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
seluruh peraturan perundang-undangan mengenai tindak pidana korupsi, dengan
melakukan tindakan-tindakan berikut:
a. Melakukan pertimbangan atau penerimaan fasilitas atau hadiah yang normal dan
masuk akal, artinya auditor juga akan menerima hal yang sama pada instansi tempat
ia bekerja apabila ia melakukan hal yang sama.
b. Meyakinkan diri bahwa besarnya pemberian tidak menimbulkan persepsi
masyarakat bahwa auditor akan terpengaruh oleh pemberian tersebut.
c. Mencatat semua tawaran pemberian fasilitas atau hadiah, baik yang diterima
maupun yang ditolak, dan melaporkan catatan tersebut.
d. Menolak tawaran-tawaran fasilitas atau hadiah yang meragukan.
30 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
31 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Bidang jasa Akuntan Publik dan KAP adalah atestasi, yang meliputi:
1) jasa audit umum atas laporan keuangan;
2) jasa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif;
3) jasa pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan proforma;
4) jasa reviu atas laporan keuangan; dan
5) jasa atestasi lainnya sebagaimana tercantum dalam SPAP
32 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
33 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
BAB 6
KODE ETIKA BAGI PROFESI AKUNTANSI
1. Kompetensi
2. Kerahasiaan
34 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
3. Integritas
4. Objektivitas
Dengan demikian terlihat bahwa padavtataran pertama dan kedua independensi adalah
suatu kondisi mental dan karakter profesional, yang disebut sebagai integritas dan
objektivitas. Untuk tataran ketiga buka pada seorang profesional melainkan pandangan ke
pada seorang prifesional.
35 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Independensi dalam kenyataan
Independensi dalam kenyataans merupakan norma dalam kehidupan sehari-hari
seorang profesional. Sehingga sangat sulit untuk menerapkan independensi ini.
36 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Dalam hubungan keagenan, lazimnya adalah seorang yang bertindak demi
kepentingan prinsipal. Prinsipal ini bisa individu atau organisasi. Akan tetapi, organisasi
juga dapat bertindak sebagai agen dan karenanya jua bisa merupakan pihak yang
kepentingannya berbenturan.
37 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
kantornya. Namun demikian, aturan yang melarang auditor untuk mengungkapkan
informasi rahasia tidak berlaku mutlak. Larangan tersebut tidak dapat digunakan untuk :
Lampiran 4-A
Prinsip Etika Ikatan Akuntan Indonesia
Mukadinah
01. Keanggotaan dalam Ikatan Akuntan Indonesia bersifat sukarela. Dengan menjadi anggota,
seseorang akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri di atas dan melebihi
yang disyaratkan oleh hokum dan peraturan.
02. Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indoensia menyatakan pengakuan
profesi akan tanggung-jawabnya kepada public, pemakai jasa akuntan, dan rekan.
Prinsip Pertama – Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai professional, setiap anggota harus
senatiasa menggunakan pertimbangan moral dan professional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
01. Sebagai professional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Anggota harus
selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi,memelihara kepercayaan masyarakat, dan
menjalankan tanggung jawab profesi dalam dalam mengatur dirinya sendiri.
Prinsip Kedua – Kepentingan Umum (Publik)
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
kepada public, menghormati kepercayaan public, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme.
01. Satu ciri utama dari profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada public. Profesi
akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat, di mana public dari profesi
akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai,
investor, dunia bisnis dan keuangan,dan pihak lainnya bergantung pada objektivitas dan
integritas akuntan dalam menjaga berjalannya fungsi bisnis secara tertib.
02. Profesi akuntan dapat tetap berada pada posisi yang penting ini hanya dengan terus
menerus memberikan jasa yang unik ini pada tingkat yang menunjukkan bahwa
kepercayaan masyarakat dipegang teguh.
03. Dalam memmenuhi tanggung jawab profesionalnya, anggota mungkin mengahadapi
tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
04. Mereka yang memperoleh pelayanan dari anggota mengharapkan anggota memenuhi
tanggung jawabnya dengan integritas, objektivitas, keseksamaan professional, dan
kepentingan untuk melayani public.
05. Semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan public.
38 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
06. Tanggung jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien
individual atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan tugasnya seorang akuntan harus
mengikuti standar profesi yang dititikberatkan pada kepentingan public, misalnya:
Auditor independen membantu memelihara integritas dan efisiensi dari laporan
keuangan yang disajikan pada lembaga keuangan.
Eksekutif keuangan bekerja di berbagai bidang akuntansi manajemen dalam organisasi
dan memberikan kontribusi terhadap efisiensi dan efektivitas dari pengguna
sumberdaya organisasi.
Auditor intern memberikan keyakinan tentang system pengendalian internal yang baik
untuk meningkatkan keandalan informasi keuangan dari pemberi kerja kepada pihak
luar.
Ahli pajak membanu membangun kepercayaan dan efisiensi serta penerapan yang adil
dari system pajak
Konsultan manajemen mempunyai tanggung jawab terhadap kepentingan umum.
39 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
02. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Angggota seyongyanya tidak
menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka punyai.
Pencapaian Kompetensi Profesional
Pencapaian kompetensi profesional pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum
yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional dalam subyek-
subyek yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pengembangan yang
normal untuk anggota
Pemeeliharaan Kompetesi Profesional
Kompetensi profesional harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk belajar dan
melakukan peningkatan profesional secara berkesinambungan selama kehidupan
profesional anggrota
03. Kompetensi menunjukan terdapatnya pencapaian dan pemahaman dan pengetahuan yang
memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan
kecerdikan.
04. Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung-jawabnya kepada penerima jasa dan
publik. Ketekunan mengandung arti pemenuhan tanggung-jawab untuk memberikan jasa
dengan segera dan berhati-hati, sempurna dan mematuhi standar teknis etika yang
berlaku
05. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan mengwasi
secara seksama kegiatan profesional yang menjadi tanggung jawabnya.
Prinsi Keenam-Kerahasian
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkannya
01. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien
atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban
kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antara anggota dan klien berakhir
02. Kerahasisaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusu telah diberikan
atau terdapat kewajiban legal atau profesional untuk mengungkapkan informasi
03. Anggota mem[punyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf dibawah pengawasannya
menghormati prinsi p kerahasiaan
04. Anggota tidaklah semata-maat masalah pengungkapan informasi. Kerahasiaan juga
mengharuskan anggota yang memperoleh informasi selama melakukan jasa profesional
tidak menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi
05. Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi tentang rahasian penerima jasa tidak
boleh mengungkapkannya ke publik
06. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan
dengan kerahasiaan didefenisikan dan bahwa terdapat panduan mengenai sifat dan luas
kewajiban kerahsiaan mengenai berbagai keasaan dimana informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dapat atau perllu diungkapkan
07. Berikut ini adalah conto-contoh hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
sejauh mana informasi rahsian dapat diungkapkan.
Apabila pengungkapan diizinkan
Pengungkapan diharuskan oleh hukum
Ketika ada kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkan
Lampiran 4-B
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik
KETERTERAPAN (APPLICABILITY)
Aturan Etika ini harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen
Akuntan Publik (IAI-KAP) dan staf profesional.
DEFINISI
Klien adalah orang atau badan yang memepekerjakan seseorang atau lebih anggota IAI-
KAP atau KAP tempat anggota bekerja untuk melaksanakan jasa profesional.
Laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang
menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya
ekonomi (aktiva) dan/atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atas perubahan
atasnya selama satu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umumatau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Data keuangan lainnya yang digunakan untuk mendukung rekomendasi kepada klien atau
yang terdapat dalam dokumen untuk suatu pelaporan yang diatur dalam standar atestasi.
Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akutan publik yang
memperoleh ijin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha di bidang
pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah wadah organisasi profesional akuntan Indonesia
yang diakui pemerintah.
Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) adalah wadah
organisasi para akuntan Indonesia yang menjalankan profesi sebagai akutan publik atau
bekerja di kantor akutan publik.
Anggota adalahsemua anggota IAI-KAP.
Anggota KAP adalah anggota IAI-KAP dan staf profesional yang bekerja pada satu KAP.
Akuntan publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan atau pejabat
yang berwenang lainnya untuk menjalankan praktik akuntan publik.
Praktik akuntan publik adalah pemberian jasa profesional kepada klien yang dilakukan
oleh anggota IAI-KAP yang dapat berupa jasa audit, jasa atestasi, jasa akuntansi dan
review, perpajakan, perencanaan keuangn perorangn, jasa pendukung litigasi, dan jasa
lainnya yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik.
41 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor
salah saji material (material misstatement) atau mengalihkan (mensubordinasikan)
pertimbangannya kepada pihak lain.
43 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
IAI KAP
Aturan Etika
IAI Pusat
Pengurus IAI
KAP
Interpretasi
aturan etika
Dewan Staf
Tanya dan Jawab
44 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
BAB 7
KASUS DALAM ETIKA PROFESI
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan diuraikan
sebagai berikut :
“Apakah Auditor KAP Ernst & Young Telah Melaksanakan Tugasnya Sesuai dengan
Kode Etik Profesi yang Ada?”