Anda di halaman 1dari 22

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA


Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya tidak
menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka miliki.
Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat
pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk
memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan
profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan
konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap
anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing masing atau
menilai apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang diperlukan memadai
untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya
6. Kerahasiaan Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional
atau hukum untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut
bahwa standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa
terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai
berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional
dapat atau perlu diungkapkan.
Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang
klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya.
Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien
atau pemberi jasa berakhir.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi
tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai
perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain,
staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Standar Teknis Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan
dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan
dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants,
badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.

Kode Etik IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia)


Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) Yaitu badan yang memiliki fungsi untuk
menyusun dan mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi akuntan publik yang
berkualitas dengan mengacu pada standar internasional
Institut Akuntan Publik Indonesia adalah organisasi profesi akuntan publik di
Indonesia. IAPI berwenang melaksanakan ujian sertifikasi akuntan publik, penyusunan
dan penerbitan standar professional dan etika akuntan publik, serta menyelenggarakan
program pendidikan berkelanjutan bagi seluruh akuntan publik di Indonesia. Para pelaku
profesi akuntan publik harus mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan
etika profesi yang diatur dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik.
Kode etik ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian A dan B.
Bagian A: memuat Prinsip Dasar Etika Profesi dan memberikan kerangka konseptual
untuk penerapan prinsip.

24 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
1. Prinsip integritas
Setiap Praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan profesional dan
hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. Prinsip objektivitas
Setiap Praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, atau
pengaruh yang tidak layak (undue influence) dari pihak-pihak lain memengaruhi
pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya.
3. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional
(professional competence and due care).
Setiap Praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada
suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehingga klien atau
pemberi kerja dapat menerima jasa profesional yang diberikan secara kompeten
berdasarkan perkembangan terkini dalam praktik, perundang-undangan, dan
metode pelaksanaan pekerjaan. Setiap Praktisi harus bertindak secara profesional
dan sesuai dengan standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam
memberikan jasa profesionalnya.
4. Prinsip kerahasiaan
Setiap Praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil
dari hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh
mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari
klien atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan
sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku. Informasi
rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan hubungan bisnis tidak boleh
digunakan oleh Praktisi untuk keuntungan pribadinya atau pihak ketiga.
5. Prinsip perilaku profesional
Setiap Praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus
menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

Bagian B
Bagian ini memuat Aturan Etika Profesi yang memberikan ilustrasi mengenai penerapan
kerangka konseptual pada situasi tertentu.
1. Ancaman dan Pencegahan
Ancaman
Kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terancam oleh berbagai situasi,].
a. Ancaman kepentingan pribadi
b. Ancaman telaah pribadi
c. Ancaman advokasi
d. Ancaman kedekatan
e. Ancaman intimidasi
Pencegahan
a. Pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang-undangan atau peraturan
b. Pencegahan dalam lingkungan kerja, pencegahan pada tingkat institusi dan tingkat
perikatan

2. Penunjukkan Praktisi, KAP, atau Jaringan KAP


Sebelum menerima suatu klien baru, setiap praktisi harus mempertimbangkan
potensi terjadinya ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi yang
diakibatkan oleh diterimanya klien tersebut.
3. Benturan Kepentingan

25 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Setiap praktisi harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
mengidentifikasi setiap situasi yang dapat menimbulkan benturan kepentingan, yang
dapat menjadi ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip etika profesi.
4. Pendapat Kedua
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika dapat terjadi ketika praktisi
diminta untuk memberikan pendapat kedua mengenai penerapan akuntansi, auditing,
pelaporan, atau standar/prinsip lain untuk keadaan / transaksi tertentu oleh / untuk
kepentingan pihak-pihak selain klien.
5. Imbalan Jasa Profesional dan bentuk Remunerasi Lainnya
Dalam melakukan negoisasi jasa professional yang diberikan, praktisi dapat
mengusulkan jumlah imbalan jasa professional yang sesuia. Namun dapat menjadi
ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
6. Pemasaran Jasa Profesional
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika dapat terjadi ketika praktisi
mendapatkan suatu perikatan melalui iklan/bentuk pemasaran lainnya. Setiap praktisi
tidak boleh mendiskreditkan profesi dalam memasarkan jasa profesionalnya.
7. Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramahtamahan Lainnya
Ancaman dapat terjadi terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi
terutama dalam hal objektifitas praktisi.
8. Penyimpanan Aset Milik Klien
Setiap praktisi tidak boleh mengambil tanggung jawab penyimpanan uang atau
asset lainnya milik klien, kecuali diperbolehkan oleh ketentuan hukum yang berlaku.
9. Objektivitas Semua Jasa Profesional
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar objektivitas yang dapat terjadi
dari adanya kepentingan dalam, atau hubungan dengan klien maupun direktur, pejabat
atau karyawan.
10. Independensi dalam Perikatan Assurance
Dalam melaksanakan perikatan assurance, kode etik ini mewajibkan anggota tim
assurance, KAP, dan jika relevan, Jaringan KAP, untuk bersikap independen terhadap klien
assurance sehubungan dengan kapasitas mereka untuk melindungi kepentingan publik.

Kode Etik IAMI (Institut Akuntan Manajemen Indonesia)


Organisasi pada umunya menerapkan standar perilaku untuk para manajer dan
pekerjanya. Asosiasi-asosiasi professional juga menetapkan standar etika. Akuntan
manajemen membantu manajer untuk meningkatkan kinerja ekonomis perusahaan.
Kode etik akuntan manajemen di luar negeri
Menurut James W. Brackner, penulis Ethics Column dalam management Accounting,
ada sepuluh nilai inti yang diidentifikasi menghasilkan prinsip-prinsip yang melukiskan
benar dan salah dalam kerangka umum. Sepuluh nilai tersebut adalah:
1. Kejujuran (honesty)
2. Integritas (integrity)
3. Memegang janji (promise keeping)
4. Kesetiaan (fidelity)
5. Keadilan (fairness)
6. Kepedulian terhadap sesama (caring for others)
7. Penghargaan kepada orang lain (respect for others)
8. Kewarganegaraan yang bertanggung jawab (responsible citizenship)
9. Pencapaian kesempurnaan (pursuit of excellence)
10. Akuntabilitas (accountibility)

26 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
IMA (Institute of Management Accountants) mengeluarkan suatu pernyataan yang
menguraikan tentang standar perilaku etis akuntan manajemen. Kode etik IMA
menerapkan standar minimum perilaku yang ditujukan untuk mengarahkan akuntan
manajemen dan menginspirasikan profesionalisme yang sangat tinggi pada semua level
akuntan manajemen. Dengan mematuhi standar ini, akuntan manajemen meningkatkan
derajat profesi mereka dan membantu mengembangkan hubungan kepercayaan dimana
para manajer dan pihak-pihak lainnya dapat secara yakin bergantung pada pekerjaan
mereka.
Akuntan manajemen tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan
dengan standar ini atau mereka tidak akan menerima pelaksanaan tindakan-tindakan
tersebut dari orang lain dalam organisasi mereka. Standar tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Kompetensi
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk
a. Menjaga tingkat kompetensi profesional yang diperlukan dengan terus
menerus mengembangkan pengetahuan dan keahliannya
b. Melakukan tugas-tugas profesionalnya sesuai dengan hukum, peraturan, dan
standar
teknis yang berlaku
c. Menyusun laporan dan rekomendasi yang lengkat serta jelas setelah
melakukan analisis yang benar terhadap informasi yang relevan dan dapat
dipercaya
2. Kerahasiaan
Akuntan manajemen bertanggun jawab untuk:
a. Menahan diri untuk tidak mengungkapkan tanpa ijin informasi rahasia
berkenaan dengan tugas-tugasnya, kecuali diharuskan secara hukum
b. Memberitahu bawahan seperlunya kerahasiaan dari informasi yang berkenaan
denga tugas-tugasnya dan memonitor aktivitas mereka untuk menjaga
kerahasiaan tersebut
c. Menahan diri dari penggunaan informasi rahasia yang berkaitan dengan tugas-
tugasnya untuk tujuan tidak etis dan sah baik secara pribadi maupun melalui
pihak ketiga.
3. Integritas
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk:
a. Menghindari konflik kepentingan aktual atau terlihat nyata dan mengingatkan
semua
pihak terhadap potensi konflik
b. Menahan diri dari keterlibatan berbagai aktivitas yang akan menimbulkan
kecurigaan terhadap kemampuan mereka untuk melakukan tugasnya secara
etis
c. Menolak pemberian, penghargaan, dan keramah-tamahan yang dapat
mempengaruhi mereka dalam bertugas
d. Menahan diri untuk tidak melakukian penggerogotan terhadap legitimasi
organisasi dan tujuan-tujuan etis, baik secara pasif maupun aktif
e. Mengenali dan mengkomunikasikan berbagai batasan profesional atau kendala
lainnya yang akan menghalangi munculnya penilaian yang bertanggung jawab
atau kinerja sukses dari suatu aktivitas
f. Mengkomunikasikan informasi yang baik atau buruk dan penilaian atau opini
profesional
g. Menahan diri dari keterlibatan dalam aktivitas yang merugikan profesi

27 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

4 Objektivitas
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk
a. Mengkomunikasikan informasi dengan adil dan objektif
b. Mengungkapkan semua informasi relevan yang dapat diharapkan
mempengaruhi pemahaman pengguna terhadap laporan, komentar, dan
rekomendasi yang dikeluarkan
5. Resolusi konfik etika
Dalam pelaksanaan standar perilaku etis, akuntan manajemen mungkin
menghadapi masalah dalam mengidentifikasi perilaku yang tidak etis, atau dalam
meyelesaikan konflik etika. Ketika menghadapi isu-isu etika yang penting, akuntan
manajemen harus mengiuti kebijakan yang ditetapkan organisasidalam mengatasi konflik.
Jika kebijakan ini tidak menyelesaikan konflik etika, akuntan manajemen harus
mempertimbangkan tindakan berikut ini:
a. Mendiskusikan masalah tersebut dengan supervisor kecuali jika masalah itu
melibatkan atasannya. Dalam kasus ini, masalah tersebut harus dilaporkan
secepatnya kepada jenjang yang lebih tinggi berikutnya. Jika resolusi akhir yang
memuaskan tidak dapat dicapai pada saat masalah diungkapkan, sampaikan
masalah tersebut manajemen jenjang yang lebih tinggi.
b. Jika atasan langsung merupakan kepala eksekutif pelaksana (CEO), atau
setingkat
wewenang untuk mengatasi mungkin berada di tangan suatu kelompok seperti
komite audit, komite eksekutif, dewan direksi, dewan perwalian, atau pemilik.
Berhubungan dengan jenjang di atas atasan langsung sebaiknya dilakukan
dengan sepengetahuan atasan.
c. Menjelaskan konsep-konsep yang relevan melalui diskusi rahasia dengan
seorang penasihat yang objektif untuk mencapai pemahanan terhadap tindakan
yang mungkin dilakukan

Kode Etik IAI - KASP (Kompartemen Akuntan Sektor Publik)


Untuk akuntansi sektor publik, aturan etika ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI-KASP). Sampai saat ini, aturan etika ini masih
dalam bentuk exposure draft, yang penyusunannya mengacu pada Standard of Professional
Practice on Ethics yang diterbitkan oleh the International Federation of Accountants (IFAC).
Panduan umum lainnya yang tercantum dalam aturan etika IAI-KASP terdiri dari tiga hal
yaitu panduan good governance dari organisasi/instansi tempat auditor bekerja, panduan
identifikasi pertentangan kepentingan, panduan atas pemberian fasilitas dan hadiah, dan
panduan penerapan aturan etika bagi auditor yang bekerja di luar wilayah hukum aturan
etika. Aturan etika IAI-KASP memuat tujuh prinsip dasar perilaku etis auditor dan empat
panduan umum lainnya berkenaan dengan perilaku etis tersebut.

Prinsip Dasar Perilaku Etis Auditor


1. Integritas
Integritas berkaitan dengan profesi auditor yang dapat dipercaya karena menjunjung
tinggi kebenaran dan kejujuran. Integritas tidak hanya berupa kejujuran tetapi juga sifat
dapat dipercaya, bertindak adil dan berdasarkan keadaan yang sebenarnya.
2. Objektivitas
Auditor yang objektif adalah auditor yang tidak memihak sehingga independensi
profesinya dapat dipertahankan atau dengan kata lain, auditor mengambil keputusan
berdasarkan seluruh bukti yang tersedia, dan bukannya karena pengaruh atau

28 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
berdasarkan pendapat atau prasangka pribadi maupun tekanan dan pengaruh orang
lain.
3. Kompetensi dan Kehati-hatian
Berdasarkan prinsip kompetensi dan kehati-hatian, auditor hanya dapat melakukan
suatu audit apabila ia memiliki kompetensi yang diperlukan atau menggunakan bantuan
tenaga ahli yang kompeten untuk melaksanakan tugas-tugasnya secara memuaskan.
Untuk itu auditor harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keahlian profesinya pada
tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa instansi tempat ia bekerja atau
auditan dapat menerima manfaat dari layanan profesinya berdasarkan pengembangan
praktik, ketentuan, dan teknik yang terbaru.
4. Kerahasiaan
Auditor harus mampu menjaga kerahasiaan atas informasi yang diperolehnya dalam
melakukan audit, walaupun keseluruhan proses audit mungkin harus dilakukan secara
terbuka dan transparan. Informasi tersebut merupakan hak milik auditan, untuk itu
auditor harus memperoleh persetujuan khusus apabila akan mengungkapkannya,
kecuali adanya kewajiban pengungkapan karena peraturan perundang-undangan.
Kerahasiaan ini harus dijaga sampai kapanpun bahkan ketika auditor telah berhenti
bekerja pada instansinya.
5. Ketepatan Bertindak
Auditor harus dapat bertindak secara konsisten dalam mempertahankan reputasi
profesi serta lembaga profesi akuntan sektor publik dan menahan diri dari setiap
tindakan yang dapat mendiskreditkan lembaga profesi atau dirinya sebagai auditor
profesional.
6. Standar Teknis dan Profesional
Auditor harus melakukan audit sesuai dengan standar audit yang berlaku, yang meliputi
standar teknis dan profesional yang relevan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia dan Pemerintah Republik Indonesia. Pada instansi-instansi audit publik,
terdapat juga standar audit yang mereka tetapkan dan berlaku bagi para auditornya,
termasuk aturan perilaku yang ditetapkan oleh instansi tempat ia bekerja.

Panduan Umum Lainnya pada Aturan Etika IAI-KASP


1. Good Governance
Auditor diharapkan mendukung penerapan good governancepada organisasi atau
instansi tempat ia bekerja, yang meliputi prinsip-prinsip berikut: tidak mementingkan
diri sendiri, integritas, objektivitas, akuntabilitas, keterbukaan, kejujuran,
kepemimpinan.
2. Pertentangan Kepentingan
Beberapa hal yang tercantum dalam aturan etika yang dapat mengindikasikan adanya
pertentangan kepentingan yang dihadapi oleh auditor sektor publik, seperti:
a. Adanya tekanan dari atasan, rekan kerja,
b. Adanya tekanan dari pihak luar seperti keluarga atau relasi,
c. Adanya tuntutan untuk bertindak yang tidak sesuai dengan standar,
d. Adanya tuntutan loyalitas kepada organisasi atau atasan yang bertentangan dengan
kepatuhan atas standar profesi,
e. Adanya publikasi informasi yang bias sehingga menguntungkan instansinya,
f. Adanya peluang untuk memperoleh keuntungan pribadi atas beban instansi tempat
ia bekerja atau auditee.
3. Fasilitas dan Hadiah
Auditor dapat menerima fasilitas atau hadiah dari pihak-pihak yang memiliki atau akan
memiliki hubungan kontraktual dengannya dengan mengacu dan memperhatikan

29 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
seluruh peraturan perundang-undangan mengenai tindak pidana korupsi, dengan
melakukan tindakan-tindakan berikut:
a. Melakukan pertimbangan atau penerimaan fasilitas atau hadiah yang normal dan
masuk akal, artinya auditor juga akan menerima hal yang sama pada instansi tempat
ia bekerja apabila ia melakukan hal yang sama.
b. Meyakinkan diri bahwa besarnya pemberian tidak menimbulkan persepsi
masyarakat bahwa auditor akan terpengaruh oleh pemberian tersebut.
c. Mencatat semua tawaran pemberian fasilitas atau hadiah, baik yang diterima
maupun yang ditolak, dan melaporkan catatan tersebut.
d. Menolak tawaran-tawaran fasilitas atau hadiah yang meragukan.

4. Pemberlakuan Aturan Etika Bagi Auditor yang Bekerja di Luar Negeri


Pada dasarnya auditor harus menerapkan aturan yang paling keras
apabila auditor dihadapkan pada dua aturan berbeda yang berlaku ketika ia
bekerja di luar negeri, yaitu aturan etika profesinya di Indonesia dan aturan etika yang
berlaku di luar negeri.

Kode Etik Profesi dalam asosiasi akuntansi lainya


Auditor APIP (aparat pengawasan intern pemerintahan) adalah pegawai negeri
yang mendapat tugas antara lain untuk melakukan audit, karena itu auditor pemerintah
dapat diibaratkan sebagai seseorang yang kaki tangannya terikat pada ketentuan-
ketentuan sebagai pegawai negeri sedangkan kaki kirinya terikat pada ketentuan-
ketentuan profesinya. Auditor APIP yang meliputi auditor auditor dilingkungan BPKP,
Inspektorat jenderal departemen, unit pengawasan LPND, dan inspektorat provinsi,
kabupaten dan kota dalam menjalankan tugas auditnya wajib mentaati kode etik APIP
yang berkaitan dengan statusnya sebagai pegawai negeri dan standar audit APIP
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No
PER/04/M.PAN/03/2008 dan No. PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008.

SOX, SOA atau Sarbox (Sarbanes – Oxley Act)


Sarbanes-Oxley (Sarbanes-Oxley Act of 2002, Public Company Accounting Reform
and Investor Protection Act of 2002) atau kadang disingkat SOx atau Sarbox adalah hukum
federal Amerika Serikat yang ditetapkan pada 30 Juli2002 sebagai tanggapan terhadap
sejumlah skandal akuntansiperusahaan besar yang termasuk di antaranya melibatkan
Enron, Tyco International, Adelphia, Peregrine Systems danWorldCom. Skandal-skandal
yang menyebabkan kerugian bilyunan dolar bagi investor karena runtuhnya harga saham
perusahaan-perusahaan yang terpengaruh ini mengguncang kepercayaan masyarakat
terhadap pasar saham nasional.
SOX bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan investor pasca skandal
akuntansi dan kebangkrutan perusahaan-perusahaan besar di Amerika.
Beberapa ringkasan poin penting di SOX:
1. SOX mendasari dibentuknya PCAOB (Public Company Accounting Oversights
Board
PCAOB bertugas menetapkan standar audit bagi auditor eksternal perusahaan
publik yang terdaftar di SEC. Standar audit tersebut meliputi standar etika dan
independensi, supervisi, rekrutmen dan pengembangan audit staff, dan penerimaan
klien baru atau berkelanjutan (client acceptance and continuation.
PCAOB juga melakukan fungsi pengawasan apakah akuntan publik sudah mematuhi
standar audit. Fungsi pengawasan itu termasuk melakukan investigasi,
menjatuhkan sanksi pencabutan izin akuntan publik, dll.

30 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

2. Tanggung jawab perusahaan


Chief Excecutive Officer (CEO) dan Chief Financial Officer (CFO) perusahaan harus
membuat pernyataan bahwa laporan keuangan yang dibuat adalah benar. Apabila
ternyata tidak benar, CEO dan CFO dapat dikenakan denda sampai 5 juta dolar dan
hukuman penjara sampai 10 tahun (SOX Section 302). SOX juga mewajibkan
perusahaan untuk mempunyai komite audit independen yang bertugas melakukan
seleksi, menentukan kompensasi, dan mengawasi auditor eksternal (SOX Section
301). Terkait dengan laporan keuangan, perusahaan harus menyajikan (disclose)
semua transaksi off-balance sheet yang bersifat material. Perusahaan juga harus
menyajikan dengan cepat setiap perubahan yang bersifat material dalam kondisi
keuangannya (SOX Section 409). SOX mengatur mengenai perlindungan whistle
blower dengan mengenakan sanksi kriminal atas perusahaan yang menghukum
whistle blower dengan cara apapun. Definisi atau pengertian Whistle blower adalah
orang yang melaporkan terjadinya fraud, korupsi, mis-manajemen, dll. dalam
perusahaan. Apabila ada seseorang yang dengan sengaja menghancurkan,
mengubah, atau menyembunyikan dokumen apapun untuk mencegahnya
digunakan dalam pengadilan, dapat dikenai sanksi kriminal (SOX Section 1102).
Perusahaan juga harus mempunyai kode etik untuk mendorong top management
berlaku jujur, menyajikan laporan keuangan secara akurat dan tepat waktu, dan
mematuhi peraturan yang ada.
3. Tanggung jawab auditor eksternal
Auditor eksternal harus memberikan informasi pada komite audit mengenai
kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh manajemen perusahaan (SOX Section
204). Partner auditor eksternal yang memimpin pelaksanaan audit dan melakukan
review audit harus berganti setiap 5 tahun sekali (SOX Section 203). SOX melarang
auditor eksternal memberikan jasa non-audit tertentu untuk klien auditnya,
misalnya jasa akuntansi, desain/implementasi sistem informasi keuangan,
penilaian (appraisal), internal audit outsourcing, investment banking, broker, dsb
(SOX Section 201). Dalam SOX, auditor diharuskan memeriksa sistem internal
control perusahaan dan mengevaluasi apakah sistem tersebut dapat mendukung
informasi laporan keuangan yang reliable. Auditor kemudian mengeluarkan opini
mengenai sistem internal control tersebut (SOX Section 404). Eksternal auditor
harus independen dari manajemen perusahaan yang diaudit, baik secara
kelihatannya (appearance) ataupun pada kenyataannya (fact). Karena itu, dalam
SOX diatur bahwa CEO, CFO, dan Chief Accounting Officer suatu perusahaan tidak
boleh pernah bekerja sebagai auditor eksternal perusahaan itu sampai sudah lewat
satu tahun sebelumnya. SOX juga melarang perusahaan untuk merekrut karyawan
dari eksternal auditornya (SOX Section 206).

PMK no.17/2008 dan peraturan pemerintah lainya yang relevan


Sejalan dengan tujuan Pemerintah dalam rangka mendukung perekonomian yang
sehat dan efisien, diperlukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang profesional
dan handal melalui pengaturan, pembinaan, dan pengawasan yang efektif dan
berkesinambungan.
Untuk menciptakan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan yang efektif dan
berkesinambungan serta dalam rangka melindungi kepentingan umum, Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 yang mengatur Jasa Akuntan Publik
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
359/KMK.06/2003 tidak memadai lagi sehingga dipandang perlu mengatur kembali Jasa
Akuntan Publik dengan mengganti Keputusan Menteri Keuangan dimaksud.

31 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Bidang jasa Akuntan Publik dan KAP adalah atestasi, yang meliputi:
1) jasa audit umum atas laporan keuangan;
2) jasa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif;
3) jasa pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan proforma;
4) jasa reviu atas laporan keuangan; dan
5) jasa atestasi lainnya sebagaimana tercantum dalam SPAP

Dalam memberikan jasa, Akuntan Publik dan KAP wajib mematuhi:


1) SPAP yang ditetapkan oleh IAPI;
2) Etika Profesi yang ditetapkan oleh IAPI; dan
3) Peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berhubungan dengan bidang
jasa yang diberikan

UU Akuntan Publik (UU No. 5 Tahun 2011)


Undang Undang Akuntan Publik diketuk oleh DPR RI pada tangggal 5 April 2011
dan disahkan presiden tanggal 3 Mei 2011. Undang-undang tentang Akuntan Publik antara
lain mengatur tentang regulator profesi, asosiasi profesi, perizinan, hak dan kewajiban,
tanggung jawab, sanksi, dan lain-lain. Saat ini di Indonesia belum ada Undang-undang yang
khusus mengatur mengenai Akuntan Publik. UU terakhir mengenai akuntan adalah UU No.
34 tahun 1954 tentang pemakaian gelar Akuntan.
Adapun latar belakang munculnya UU ini adalah:
 Melindungi kepentingan publik;
 Mendukung perekonomian yang sehat, efisien dan transparan;
 Memelihara integritas profesi Akuntan Publik;
 Melindungi kepentingan profesi Akuntan Publik sesuai dengan standar dan kode
etik profesi.
 Memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi publik, regulator dan profesi
Akuntan Publik;
 Menegaskan keberadaan jasa Akuntan Publik yang telah diakui dalam beberapa
peraturan perundang-undangan di Indonesia.
 Mengatur profesi Akuntan Publik dengan peraturan perundang-undangan setingkat
Undang-undang merupakan praktek lazim di negara lain.
 Adanya tuntutan masyarakat terhadap integritas dan profesionalisme Akuntan
Publik;
 Adanya perkembangan lingkungan sosial, seperti teknologi dan liberalisasi
perdagangan jasa, yang mempengaruhi profesi Akuntan Publik.
Akuntan Publik (AP) merupakan profesi yang lahir dan besar dari tuntutan publik
akan adanya mekanisme komunikasi independen antara entitas ekonomi dengan para
stakeholder terutama berkaitan dengan akuntabilitas entitas yang bersangkutan. Jasa
profesional AP erupakan hak exclusive AP dan hasil pekerjaan AP digunakan oleh publik
(pengguna laporan keuangan) sebagai salah satu bahan dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Pengguna hasil pekerjaan AP tidak hanya klien yang memberikan penugasan,
namun juga publik (investor/pemegang saham, kreditor, pemerintah, masyarakat dll).
Oleh karena jasa profesional AP berpengaruh secara luas terhadap publik maka jasa dan
profesi AP perlu diatur dalam suatu Undang-undang.

Profesi sebagai komunitas


Komunitas ini tidak menempati suatu lokasi fisik, melainkan didefinisikan oleh aktivitas
yang dijalani oleh para anggota dan nilai-nilai yang di anut. Selain mewajibkan para
anggota untuk mematuhi stadar teknis dan memutahirkan kecakapan atau kompetensi
teknis selain itu juga standar etika.

32 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

Sumber-sumber Panduan Etika


1. Kode Etik/ Aturan Perilaku
- Ditetapkan oleh asosiasi profesi dan perusahaan atau organisasi tempat kerja.
2. Hukum dan jurisprudensi

Akuntansi sebagai Profesi


Akuntansi telah memenuhi lima unsur pokok yang mencirikan suatu profesi. Untuk
menjadi akuntan, seseorang harus belajar lama dan keras, menyelesaikan pelajaran (mata
kuliah) akuntansi dan bisnis dalam suatu jumlah minimum yang ditetapkan, lulus ujian
yang panjang dan sulit, memiliki acuan karakter, memperoleh pengalaman profesional
dalam jangka waktu yang cukup, dan mampu menjalani tugas-tugas khusus secara tuntas
dan efisien agar diakui secara khusus. Selain itu, seorang akuntan juga diharuskan untuk
memenuhi persyaratan pendidikan berkelanjutan untuk memutakhirkan kecakapan dalam
rangka mempertahankan status profesionalnya.
Tanggung jawab profesional para akuntan yang utama bukan pada diri sendiri, majikan
(organisasi yang mengarahkan mereka), atau bahkan klien, melainkan kepada masyarakat.
Komponen-komponen yang membentuk struktur profesi dapat dipengaruhi oleh
akuntansi.

Harapan Publik akan Profesionalisme Akuntan


Konsekuensi dari pengakuan atas profesionalismenya sebagai seorang akuntan
adalah seorang akuntan profesional harus memiliki kompetensi atau kemahiran khusus
dalam teknis akuntansi dan memiliki pemahaman yang lebih tinggi daripada pemahaman
orang awam mengenai bidang-bidang yang terkait dengan akuntansi seperti pengendalian
manajemen, perpajakan, dan sistem akuntansi.
Selain itu, para profesional juga diharapkan mematuhi tanggung jawab dan nilai-
nilai profesionalisme pada umumnya, dan mematuhi norma-norma khusus (aturan etika)
yang ditetapkan oleh organisasi profesi tempat mereka bernaung. Penyimpangan dari
norma-norma yang diharapkan ini dapat menyebabkan hilangnya kredibilitas mereka atau
bahkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap profesi secara keseluruhan.
Karakteristik pokok profesi akuntansi:

33 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

BAB 6
KODE ETIKA BAGI PROFESI AKUNTANSI

Pentingnya Etika Profesi bagi Akuntan


Alasan yang mendasari setiap profesi menuntut para anggotanya (para profesional)
bertindak atau menjalankan kewajiban profesinya dengan standar etika yang tinggi adalah
kebutuhan akan kepercayaan masyarakat sehubungan dengan kualitas jasa yang
diberikan, terlepas dari individu yang melaksanakannya.

Kerangka Dasar Etika Profesi


Agar efektif, kode etik perlu mengkombinasikan prinsip – prinsip dengan sejumlah
terbatas aturan khusus. Jika kode etik disusun untuk mencakup semua masalah, maka
kode etik tersebut akan terlalu besar. Dengan landasan pemikiran semacam ini, maka kode
etik profesi umumnya meliputi unsur – unsur berikut ini:
1. Pendahuluan dan Tujuan
2. Prinsip dan Standart Pokok
Umumnya kode etik profesi meliputi prinsip dan standar pokok berupa kewajiban bagi
para anggota profesi untuk:
a. Mempertahankan reputasi dan kemampuan dalam memenuhi kepentingan publik
b. Melaksanakan tanggung jawab dengan integritas, objektivitas, independensi,
kompetensi profesional, kehati hatian, menjaga kerahasiaan
c. Tidak terkait dengan informasi yang menyesatkan atau salah saji
3. Aturan Umum
4. Aturan Khusus
5. Disiplin
6. Interpretasi Aturan

Kode Etik Akuntan Publik AS (AICPA)


Kode etik AICPA meliputi 4 komponen, yaitu
1. Prinsip –prinsip etika
Merupakan standar ideal perilaku etis yang dinyatakan secara filosofis. Komponen ini
tidak mengikat.
2. Aturan perilaku
Merupakan standar minimum yang dinyatakan sebagai aturan khusus. Komponen ini
mengikat.
3. Interpretasi aturan perilaku
Komponen ini tidak mengikat tetapi penyimpangannya harus ada alasan yang dapat
diterima.
4. Pengaturan etis
Meliputi penjelasan dan jawaban yang dipublikasikan atas pertanyaan aturan perilaku
yang diajukan oleh para anggota.

Kode Etik Akuntan Manajemen AS (IMA)


Standar etika ini terdiri dari empat kategori perilaku atau tanggung jawab etis, yaitu:

1. Kompetensi
2. Kerahasiaan
34 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
3. Integritas
4. Objektivitas

Kode Etik Akuntan Indonesia


Prinsip – prinsip etika dalam kode etik IAI yaitu:
1. Tanggung jawab profesi
2. Kepentingan umum
3. Integritas
4. Objektivitas
5. Kompetensi dan kehati hatian profesional
6. Kerahasiaan
7. Perilaku profesional
8. Standar teknis

Pengertian Integritas, Objektivitas, dan Independensi


Integritas, mengacu pada kepatuhan yang konsisten terhadap prinsip-prinsip
moral, intelektual, profesional atau keindahan meskipun ada godaan ubtuk meninggalkan
prinsip-prinsip tersebut. Secara singkat integritas ini dapat disimpulkan sebagai
keteguhan hati yang tidak mudah tergoyahkan dan menunjukkan bahwa setiap apa yang
telah fisanggupinya dilaksanakan sesuai prosedur tanpa dipengaruhi oleh orang lain.
Ojektivitas, ialah suatu unsur karakter yang menunjukkan kemampuan seseorang
untuk menyatakan segala sesuatu apa adanya, terlepas dari kepentingan pribadi maupun
pihak lain. Prinsip objektivitas ini mengharuskab untuk bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka, serta bebas dari kepentingan pihak lain.
Independensi, secara umum didefinisikan dengan mengacu pada kebebasan dari
hubungan yang merusak atau tampaknya merusak kemampuan akuntan untuk
menerapkan objektivitas. Kebebasan dari hubungan ini masih terlalu sempit sehungga
independensi dapat di artikan juga sebagai kemampuan untuk bertindak dengan integritas
dan objektivitas.

Independensi dan Profesionalisme


Profesional, merupakan bntuk dari pengalaman dan kemampuan mengenali/
memahami suatu bidang tertentu, seorang profesional tidak akan mensubordinasikan
dirinya kepada orang lain. Setiap tindakan harus disertai dengan independensi sehingga
secara total tindakan itu akan mencapai hasil yang maksimal tetapi dalam kenyataan tidak
semua independensi ini dapat diterapkan dengan mudah, sehingga independensi ini akan
secara maksmal dilaksanakan jika didampingi dengan sebuah profesinalisme.

Independensi dan Akuntan Publik


Secara tradisional para akuntan telah memandang independensi menjadi tiga
tataran, antara lain:
1. agar menggunakan sudut pandang yangtidak bias, seorang auditor harus memiliki
keutamaan-keutamaan berupa kejujuran, objetivitas, dan tanggung jawab.
2. independensi mengacu kepada hubungan antara akuntan dengan klien.
3. independensi berarti akuntan publik harus menghindari setiap hubungan yang dapat
menyebabkan seorang pemerhati patut menduga adanya benturan kepentingan.

Dengan demikian terlihat bahwa padavtataran pertama dan kedua independensi adalah
suatu kondisi mental dan karakter profesional, yang disebut sebagai integritas dan
objektivitas. Untuk tataran ketiga buka pada seorang profesional melainkan pandangan ke
pada seorang prifesional.

35 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Independensi dalam kenyataan
Independensi dalam kenyataans merupakan norma dalam kehidupan sehari-hari
seorang profesional. Sehingga sangat sulit untuk menerapkan independensi ini.

Independensi dalam penampilan


Untuk independensi dalam penampilan ini, independensi dilihat dari sisi pengguna
atau pihak luar, sehingga seorabg berlaku seindependen mungkjn untuk meyakinkan
bahwa seorang auditor tidak berpihak, walaupun demikian masih saja pihak luar atau
pemeriksa masih meragukan hal tersebut.

Beberapa isu Independesi dalam penampilan


1. kompetensi di antara kantor-kantor akuntan;
2. makin besarnya peran jasa konsultasi yang ditawarkan oleh auditor;
3. besar dan tumbuhnya ukuran kantor akuntan;
4. lamanya sebuah kantor akuntan publik telah mengaudit klien tertentu.

Independensi dalam Kode Etik Akuntan Indonesia


Sesuai aturan etika no. 100, independensi auditor memiliki dua dimensi yaitu
independensi dalam kenyataan (in fact) dan i.dependensi dalam penampilan (in
appearance).

Independensi dan Akuntan Manajemen (Intern)


Audito intern atau akuntan manajemen ini harus berintegritas dan objektif dalam
melaksanakab tugas-tugas profesionalnya. untuk mengawasi bekerjanya akuntan
manajemen, di Indonesia telah membentuk badan berupa Satuan Pengawasan Intern aau
SPI. Lazimnya seorang auditor intern independen dengan apa yang ia audit atau tidak
bersangkutan dengan yang diauditnya.

Pengertian Umum Benturan Kepentingan


Dalam pengertiannya, benturan kepentingan tidak semata-mata suatu benturan
antara kepentingan yang berlawanan, meskipun sebenarnya hal ini terkait juga. Secara
lebih tegas, benturan kepentingan merupakan suatu benturan yang terjadi apabila
kepentingan pribadi sesorang mempengaruhi rindakannya untuk memenuhi kepentingan
pihak lain ketika orang tersebut kerkewajiban untuk bertindak demi kepentingan pihak
lain itu.
Klasifikasi Benturan Kepentingan
Semua situasi benturan kepentingan adalah kecurigaan dari segi moral, namun
beberapa diantaranya lebih serius daripada yang lain. Terdapat tig carq untuk
membedakan benturan kepentingan, antara lain:
1. Benturan kepentingan aktual dan potensial
Aktual di sini apabila kepentinan pribadi menyebabkan seseorang bertindak
bertentangan denan pihak lain yang seharusnya dipenuhi opeh orang tersebut. Potensial
apabila terdapat kemungkinan bahwa seseorang akan tidak mampu memenuhi kewajiban
untuk berttindak memenuhi kepentingan pihak lain, sekalipun orang tersebut belum
melakukannya.
2. Benturan kepentingan pribadi dan non-pribadi
Jika seorang akuntan yang kepentingan pribadinya berbenturan dengan kepentingan
klien disebut benturan kepentingan pribadi, sedangkan saat seorang akuntan memberikan
jasanya, maka disbut benturan kepentingan non-pribadi.
3. Benturan kepentingan individu dan organisasi

36 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Dalam hubungan keagenan, lazimnya adalah seorang yang bertindak demi
kepentingan prinsipal. Prinsipal ini bisa individu atau organisasi. Akan tetapi, organisasi
juga dapat bertindak sebagai agen dan karenanya jua bisa merupakan pihak yang
kepentingannya berbenturan.

Bentuk-bentuk Benturan Kepentingan


a. Pertimbangan yang bias
Benturan ini biasanya berupa pertimbangan akuntan yang mementingkan
kepentingan pribadinya sehingga mengabaikan kepentingan klien.
b. Kompetisi langsung
Ini dapat berupa benturan dalam pekerjaan seorang pegawai dengan perusahaannya
di mana sama-sama memiliki kepentingan.
c. Penyalahgunaan kedudukan/posisi
Biasanya dengan kedudukan benturan yang terjadi berupa nepotisme atau
mengedepankan keluarga dengan jabatannya daripada seseorang yang mungkin lebih ahli
yang bukan keluarganya.
d. Pelanggaran kerahasiaan
Pelanggaran ini biasanya untuk mendapatkan kepentingan pribadinya dengan
mengungkapkan rahasia yang merugikan pihak lain.

Benturan Kepentingan dan Akuntan Profesional


Benturan yang terjadi pada Akuntan profesional yaitu kepentingan atau hubungan
yang membuat pertimbangan-pertimbangan seorang akuntan dapat goyah, sehingga
seorang akuntan harus tetap menjag integritas, objektivitas dan independensi nya
terhadap setiap kepentinan dan hubungan.

Jenis-jenis Benturan Kepentingan bagi Akuntan Profesional


1. kepentingan pribadi seorang akuntan berbenturan dengan kepentingan stakeholder
atau orang lain.
2. kepentingan pribadi akuntan dan beberapa stakeholder berenturan dengan stakeholder
lainnya.
3. kepentingan satu klien diutamakan daripada kepentingan klien lainnya.
4. kepentingan satu atau beberapa stakeholder berbenturan dengan satu atau beberapa
stakeholder lainnya.

Kerahasiaan dan Akuntan


Dari sudut pandang etika, kerahasiaan dapat dibenarkan menurut teori utilitarian
maupun deontologi atau teori kewajiban. Dalam perspektif deontologi mempunyai dua
aspek yang dapat dirunut ke kewajiban prima facie yaitu kita mempunyai kewajiban untuk
menepati janji dan kita mempunyai kewajiban untuk tidak merugikan orang lain
khususnya klien dan pihak yang bergantung dengan kita.

Kerahasiaan dan Akuntan Publik


Secara singkat, menjaga kerahasiaan informasi klien merupakan salah satu jenis
tanggung jawab akuntan publik terhadap klien selain tanggung jawab untuk menjaga mutu
pekerjaannya.
Kewajiban menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama pelaksanaan
tugas profesional ini merupakan kewajiban tidak hanya akuntan publik, tetapi juga semua
staf dan karyawan yang bekerja di kantor akuntan publik. Dalam hal ini, akuntan publik
bertanggungjawab atas dipatuhinya ketentuan ini oleh staf dan karyawan yang bekerja di

37 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
kantornya. Namun demikian, aturan yang melarang auditor untuk mengungkapkan
informasi rahasia tidak berlaku mutlak. Larangan tersebut tidak dapat digunakan untuk :

1. Membebaskan anggota darikewajibannya memenuhi standar teknis yang ditetapkan


oleh profesi sesuai dengan etika.
2. Mempengaruhi kewajiban anggota untuk mematuhi peraturan peundang-undangan
yang berlaku seperti panggilan resmi untuk penyidikan ileh pejabat pengusut atau
melarang kepatuhan anggota terhadap ketentuan peraturan yang berlaku.
3. menghambat penelaahan praktik profesional anggota berdasarkan kewenangan dari
organisasi profesi.
4. Mengesampingkan anggota mengajukan keberatan terhadap atau menjawab setiap
pertanyaan yang diajukan oleh badan investigasi atau badan penegakan disiplin yang
diakui atau sah.

Lampiran 4-A
Prinsip Etika Ikatan Akuntan Indonesia

 Mukadinah
01. Keanggotaan dalam Ikatan Akuntan Indonesia bersifat sukarela. Dengan menjadi anggota,
seseorang akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri di atas dan melebihi
yang disyaratkan oleh hokum dan peraturan.
02. Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indoensia menyatakan pengakuan
profesi akan tanggung-jawabnya kepada public, pemakai jasa akuntan, dan rekan.
 Prinsip Pertama – Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai professional, setiap anggota harus
senatiasa menggunakan pertimbangan moral dan professional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
01. Sebagai professional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Anggota harus
selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi,memelihara kepercayaan masyarakat, dan
menjalankan tanggung jawab profesi dalam dalam mengatur dirinya sendiri.
 Prinsip Kedua – Kepentingan Umum (Publik)
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
kepada public, menghormati kepercayaan public, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme.
01. Satu ciri utama dari profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada public. Profesi
akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat, di mana public dari profesi
akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai,
investor, dunia bisnis dan keuangan,dan pihak lainnya bergantung pada objektivitas dan
integritas akuntan dalam menjaga berjalannya fungsi bisnis secara tertib.
02. Profesi akuntan dapat tetap berada pada posisi yang penting ini hanya dengan terus
menerus memberikan jasa yang unik ini pada tingkat yang menunjukkan bahwa
kepercayaan masyarakat dipegang teguh.
03. Dalam memmenuhi tanggung jawab profesionalnya, anggota mungkin mengahadapi
tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
04. Mereka yang memperoleh pelayanan dari anggota mengharapkan anggota memenuhi
tanggung jawabnya dengan integritas, objektivitas, keseksamaan professional, dan
kepentingan untuk melayani public.
05. Semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan public.

38 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
06. Tanggung jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien
individual atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan tugasnya seorang akuntan harus
mengikuti standar profesi yang dititikberatkan pada kepentingan public, misalnya:
 Auditor independen membantu memelihara integritas dan efisiensi dari laporan
keuangan yang disajikan pada lembaga keuangan.
 Eksekutif keuangan bekerja di berbagai bidang akuntansi manajemen dalam organisasi
dan memberikan kontribusi terhadap efisiensi dan efektivitas dari pengguna
sumberdaya organisasi.
 Auditor intern memberikan keyakinan tentang system pengendalian internal yang baik
untuk meningkatkan keandalan informasi keuangan dari pemberi kerja kepada pihak
luar.
 Ahli pajak membanu membangun kepercayaan dan efisiensi serta penerapan yang adil
dari system pajak
 Konsultan manajemen mempunyai tanggung jawab terhadap kepentingan umum.

 Prinsip Ketiga – Integritas


Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan public, setiap anggota harus memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
01. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
professional;
02. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk , antara lain, bersikap jujur dan berterus
terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
03. Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil.
04. Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip objektivitas dan kehati-
hatian professional.

 Prinsip Keempat – Objektivitas


Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya.
01. Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota.
Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara
intelektual, tidak berprasangka atau bias.
02. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan
objektivitas mereka dalam berbagai situasi.
03. Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan dengan aturan
etika sehubungan dengan objektivitas pertimbangan yang cukup harus diberikan terhadap
factor-faktor berikut:
a. Adakalanya anggota dihadapkan pada situasi yang memungkinkan mereka menerima
tekanan-tekanan yang diberikan padanya.
b. Adakalanya tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua situasi dimana

 Prinsip kelima- kompetensi dan kehati-hatian profesional


Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensu
dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien
atau pemberi kerja memproleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan
perkembangan praktik, legalisasi dan teknik yang paling muktahir
01. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung jawab
profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini berarti bahwa anggota
mempunyai kewajiban untuk menggunakan keahliannya dengan sebaik-baiknya

39 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
02. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Angggota seyongyanya tidak
menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka punyai.
 Pencapaian Kompetensi Profesional
Pencapaian kompetensi profesional pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum
yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional dalam subyek-
subyek yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pengembangan yang
normal untuk anggota
 Pemeeliharaan Kompetesi Profesional
Kompetensi profesional harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk belajar dan
melakukan peningkatan profesional secara berkesinambungan selama kehidupan
profesional anggrota
03. Kompetensi menunjukan terdapatnya pencapaian dan pemahaman dan pengetahuan yang
memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan
kecerdikan.
04. Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung-jawabnya kepada penerima jasa dan
publik. Ketekunan mengandung arti pemenuhan tanggung-jawab untuk memberikan jasa
dengan segera dan berhati-hati, sempurna dan mematuhi standar teknis etika yang
berlaku
05. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan mengwasi
secara seksama kegiatan profesional yang menjadi tanggung jawabnya.

 Prinsi Keenam-Kerahasian
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkannya
01. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien
atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban
kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antara anggota dan klien berakhir
02. Kerahasisaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusu telah diberikan
atau terdapat kewajiban legal atau profesional untuk mengungkapkan informasi
03. Anggota mem[punyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf dibawah pengawasannya
menghormati prinsi p kerahasiaan
04. Anggota tidaklah semata-maat masalah pengungkapan informasi. Kerahasiaan juga
mengharuskan anggota yang memperoleh informasi selama melakukan jasa profesional
tidak menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi
05. Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi tentang rahasian penerima jasa tidak
boleh mengungkapkannya ke publik
06. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan
dengan kerahasiaan didefenisikan dan bahwa terdapat panduan mengenai sifat dan luas
kewajiban kerahsiaan mengenai berbagai keasaan dimana informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dapat atau perllu diungkapkan
07. Berikut ini adalah conto-contoh hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
sejauh mana informasi rahsian dapat diungkapkan.
 Apabila pengungkapan diizinkan
 Pengungkapan diharuskan oleh hukum
 Ketika ada kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkan

 Prinsip ketujuh- Prilaku Profesional


Stiap anggota harus berprilaku profesional yang konsisten dengan reputasi profesi yang
baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
40 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
01. Kewajiban untuk menjauhhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus
dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa,
pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

 Prinsi Kedelapan- Standar Teknis


Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan kehati-hatian,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan integritas dan objektivitas
01. Standar teknis dan standar profesional yang harus ditaati anggota adalah standar teknis
yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia , Intenational federation of Accountans,
badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang relevan.

Lampiran 4-B
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik

KETERTERAPAN (APPLICABILITY)
Aturan Etika ini harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen
Akuntan Publik (IAI-KAP) dan staf profesional.

DEFINISI
Klien adalah orang atau badan yang memepekerjakan seseorang atau lebih anggota IAI-
KAP atau KAP tempat anggota bekerja untuk melaksanakan jasa profesional.
Laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang
menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya
ekonomi (aktiva) dan/atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atas perubahan
atasnya selama satu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umumatau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Data keuangan lainnya yang digunakan untuk mendukung rekomendasi kepada klien atau
yang terdapat dalam dokumen untuk suatu pelaporan yang diatur dalam standar atestasi.
Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akutan publik yang
memperoleh ijin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha di bidang
pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah wadah organisasi profesional akuntan Indonesia
yang diakui pemerintah.
Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) adalah wadah
organisasi para akuntan Indonesia yang menjalankan profesi sebagai akutan publik atau
bekerja di kantor akutan publik.
Anggota adalahsemua anggota IAI-KAP.
Anggota KAP adalah anggota IAI-KAP dan staf profesional yang bekerja pada satu KAP.
Akuntan publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan atau pejabat
yang berwenang lainnya untuk menjalankan praktik akuntan publik.
Praktik akuntan publik adalah pemberian jasa profesional kepada klien yang dilakukan
oleh anggota IAI-KAP yang dapat berupa jasa audit, jasa atestasi, jasa akuntansi dan
review, perpajakan, perencanaan keuangn perorangn, jasa pendukung litigasi, dan jasa
lainnya yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik.

INDEPENDENSI, INTEGRITAS DAN OBJEKTIVITAS (100)


Independensi (101)
Independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance).
Integritas dan Objektivitas (102)

41 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor
salah saji material (material misstatement) atau mengalihkan (mensubordinasikan)
pertimbangannya kepada pihak lain.

STANDAR UMUM DAN PRINSIP AKUNTANSI (200)


Standar Umum (201)
1) Kompetensi profesional
Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional yang secara layak
(reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional.
2) Kecermatan dan keseksamaan profesional
Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan
keseksamaan profesional.
3) Perencanaan dan supervisi
Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi secara memadai setiap pelaksanaan
pemberian jasa profesional.
4) Data relevan yang memadai
Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai untuk menjadi dasar yan
layak bagi simpulan atau rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa
profesionalnya.
Kepatuhan terhadap Standar (202)
Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditin, atestasi, review kompilasi,
konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa profesional lainnya wajib mematuhi standar
yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan oleh IAI.
Prinsip-prinsip Akuntansi (203)
Anggota KAP tidak diperkenankan:
1) Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan lain suatu
entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2) Menyatakan bahwa tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus dilakukan
terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.

TANGGUNG JAWAB KEPADA KLIEN (300)


Informasi Klien yang Rahasia (301)
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa
persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk :
1) Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya
2) Mempengaruhi kewajiban anggota KAP
3) Melarang review praktek profesional seorang Anggota sesuai dengan kewenangan IAI
4) Menghalangi Anggota dari pengajuan pengaduan keluhan
Fee Profesioal (302)
1) Besaran Fee
Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung:
 Risiko penugasan
 Kompleksitas jasa yang diberikan
 Tingkat keahlian
 Struktur biaya KAP
2) Fee Kontinjen
Adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan jasa profesional tanpa fee yang dibebankan.
Fee dianggap tidak kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan. Anggota KAP tidak
diperkenankan untuk menetapkan fee kontinjen apabila mengurangi independensi.

TANGGUNG JAWAB KEPADA REKAN SEPROFESI (400)


42 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi (401)
Anggota wajib memelihara citran profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan
perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
Komunikasi antar akuntan Publik (402)
Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendulu bila mengadakan
perikatan.
Perikatan Atestasi (403)
Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan Atestasi yang jenisnya sama
dengan yang lebih dahulu.
TANGGUNG JAWAB DAN PRAKTEK LAIN (500)
Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskreditkan (501)
Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan yang mencemarkan profesi.
Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran lainnya (502)
Anggota diperkenankan mencari klien melalui pemasangan iklan dan promosi asal tidak
merendahkan citra profesi.
KOMISI DAN FEE REFERAL (503)
1) Komisi
Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang untuk memperoleh perikatan
2) Fee Referal (rujukan)
Adalah imbalan yang dibayarkan kepada sesama penyedia jasa profesional akuntan publik.
Bentuk Organisasi dan KAP (504)
Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi yang diizinkan
oleh peraturan perundang undangan yang berlaku.

43 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

Kerangka Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia

Tanggung Jawab Profesi


Kepentingan Umum
IAI Pusat
Integritas
Objektivitas Prinsip Etika
Kompetensi
Kehati hatian Profesional
Kerahasiaan
Perilaku Profesional
Standard Teknis

IAI KAP

Aturan Etika

Independensi Standard Tanggung Tanggung Tanggung RAPAT


Integritas umum prinsip jawab kepada jawab kepada jawab dan ANGGOTA
objektivitas akuntansi klien rekan praktek lain
KAP

IAI Pusat

Pengurus IAI
KAP
Interpretasi
aturan etika

Dewan Staf
Tanya dan Jawab

44 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

BAB 7
KASUS DALAM ETIKA PROFESI

Tujuan pembelajaran adalah mahasiswa mampu untuk :


1. Memahami kasus etis dalam profesi akuntan.
2. Memahami standar perilaku etis dalam profesi akuntan

KASUS LEHMAN BROTHERS DAN KAP ERNST & YOUNG

LATAR BELAKANG MASALAH


Di era globalisasi ini, profesi akuntan publiksangat berperan penting dalam dunia
bisnis.Profesi akuntan publik memiliki tempat yang istimewa karena hampir dibutuhkan
oleh organisasi apapun, baik perusahaan swasta, BUMN/BUMD, perusahaan multinasional,
perusahaan asing, pemerintahan, dan organisasi nirlaba sekalipun.Adanya tuntutan pada
era globalisasi ini, untuk menyajikan laporan keuangan yang dapat
dipertanggungjawabkan kepada para pemakai eksternal maupun internal menjadikan
profesi akuntan publik banyak dibutuhkan oleh para pelaku bisnis . Kondisi yang
demikian, menjadikan seorang akuntan publik dituntut untuk mampu bertindak secaara
profesional sesuai dengan etika profesional audit. Integritas, independen, dan
profesionalisme merupakan suatu keharusanyang dimiliki oleh seorang auditor dalam
menjalankan setiap tugasnya.
Kebutuhan profesi akuntan publikmeningkat seiring dengan perkembangan
banyaknya perusahaan yang sudah go public, dimana perusahaan harus menyajikan
laporan keuangan yang telah diaudit mutlak sebagai standar perusahaango public. Untuk
itu profesi auditor sekarang banyak diburu karena merupakan pekerjaan yang dianggap
menjanjikan. Profesi akuntan publik pun dianggap sebagai profesi yang mempunyai
prospek ke depan yang cerah, baik sebagai auditor pemerintah, auditor independen,
auditor intern, hingga auditor pajak.Sehingga semakin banyak orang yang mendirikan KAP
(Kantor Akuntan Publik). KAPtersebut menyediakan jasa laporan audit keuangan, jasa
audit khusus, jasa atestasi, jasa review laporan keuangan, serta jasa konsultasi dan jasa
konsultasi pajak.
Seiring dengan berkembangnya jasa akuntan publik, banyak KAP yang tidak
mamatuhi kode etik akuntan publik. Dimana kebanyakan dari mereka sudah tidak
independen lagi dalam melakukan tugasnya. Mereka cenderung bekerjasama dengan
kliennya untuk memenuhi kepentingan dari pihak kliennya itu sendiri. Seperti pada kasus
bangkrutnya perusahaan besar di Amerika Serikat, yaitu Lehman Brothers yang turut
menyeret KAP Ernst & Young. KAP Ernst & Youngdiduga tidak teliti memeriksa laporan
keuangan yang disajikan Lehman Brothers dan mengeluarkan hasil audit palsu atas
laporan keuangan Lehman Brothers.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan diuraikan
sebagai berikut :
“Apakah Auditor KAP Ernst & Young Telah Melaksanakan Tugasnya Sesuai dengan
Kode Etik Profesi yang Ada?”

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


DESKRIPSI KASUS
45 | T E O R I E T I K A

Anda mungkin juga menyukai