Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

“KODE ETIK PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK’’


Dosen Pengampu : I Ketut Sunarwijaya, SE, M.Si

OLEH :

KELOMPOK 5

Nama Anggota :

I Gusti Ayu Trisna Wiadnyani (06/ 1902622010395)


Anak Agung Vira Mutiara Dewi (24/ 1902622010413)
Kadek Putri Minggayoni (30/ 1902622010419)

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI AKUNTANSI
2021
1. ETIKA UMUM DAN ETIKA PROFESIONAL

Etika Umum

Etika umum berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam dilema etis yang
berakibat baik bagi satu pihak tetapi tidak baik bagi pihak lainnya, dengan merumuskan
apa yang baik untuk individu atau masyarakat dan menetapkan sifaf kewajiban atau tugas
sehingga individu-individu memiliki kewajiban terhadap diri sendiri maupun pihak lain.
Berhubung terdapat kesulitan dalam mencapai kesepakatan dikalangan para ahli filsafat
tentang apa yang “baik” dan apa yang menjadi “kewajiban”, maka mereka terbagi
menjadi dua kelompok. Kelompok pertama disebut ethical absolutists yang berpendapat
bahwa ada prinsip universal yang diterapkan pada setiap orang yang tidak berubah
sepanjang masa. Kelompok lain disebut ethical relativists yang berpendapat bahwa
pertimbangan etis ditentukan oleh perubahan kebiasaan dan tradisi yang berlaku dalam
masyarakat di mana mereka hidup.

Berhubung tidak ada seperangkat prinsip universal yang dapat dengan jelas menunjukkan
perilaku yang benar untuk segala situasi, maka para ahli etika mengembangkan suatu
kerangka pengambilan keputusan etika umum. Kerangka tersebut meliputi enam langkah
berikut:
 Dapatkan fakta-fakta yang relevan untuk pengambilan keputusan.
 Identifikasi masalah etika yang terkait dari fakta-fakta tersebut
 Tentukan siapa yang terpengaruh oleh keputusan tersebut dan
bagaimanapengaruhnya.
 Identifikasi alternatif-alternatif pengambil keputusan.
 Identifikasi konsekuensi dari setiap alternatif.
 Tetapkan pilihan etika.

Etika Profesional

Etika profesional lebih luas dari prinsip-prinsip moral. Etika tersebut mencakup prinsip
perilaku untuk orang-orang professional yang dirancang baik untuk tujuan praktis
maupun untuk tujuan idealistis. Oleh karena kode etik professional antara lain dirancang
untuk mendorong perilaku ideal, maka kode etik seyogyanya lebih tinggi dari undang-
undang tetapi dibawah ideal. Dalam kaitannya dengan akuntan publik, kepercayaan klien
dan pemakai laporan keuangan atas kualitas audit dan jasa profesional lainnya sangat
penting artinya. Para praktisi harus menjaga klien agar memandang akuntan publik
sebagai orang atau orang-orang yang kompeten dan tidak bias. Apabila pemakai jasa
berpendapat bahwa akuntan publik tidak melaksanakan jasa yang bermanfaat
(menurunkan risiko informasi),maka nilai laporan audit dan laporan atestasi lainnya akan
menurun dan permintaan akanjasa-jasa tersebut dengan sendirinya akan berkurang pula.
Oleh karena itu menjadituntutan bagi kantor-kantor akuntan publik untuk berperilaku
dengan tingkatprofesionalitasnya yang tinggi.

2. KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK


Sejak 1 januari 2011, IAPI memberlakukan kode etik profesi akuntan publik yang terdiri
atas :
 Bagian A prinsip dasar etika professional dan Bagian B aturan etika profesi.
 Kode etik professional akuntan public selengkapnya bisa dilihat di SPAP 2011 atau
buku yang diterbitkan IAPI.
 Kode etik ini mengacu pada kode etik dari internasional federation of accountant
(IFAC)
 Kode etik IAPI yang baru disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:

a. Bagian A
Berisi prinsip dasar etika professional yang terdiri atas :
- Seksi 100 prinsip-prinsip dasar etika profesi
- Seksi 110 prinsip integritas
- Seksi 120 prinsip obyektif
- Seksi 130 prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian
professional
- Seksi 140 prinsip kerahasiaan
- Seksi 150 prinsip perilaku professional

b. Bagian B
Berisi aturan etika profesi yang terdiri atas :
- Seksi 200 ancaman dan pencegahan
- Seksi 210 penunjukan praktisi,KAP, atau jaringan KAP
- Seksi 220 benturan kepentingan
- Seksi 230 pendapat kedua
- Seksi 240 imbalan jasa professional dan bentuk remunerasi lainnya
- Seksi 250 pemasaran jasa professional
- Seksi 260 penerimaan hadiah atau bentuk keramah-tamahan lainnya
- Seksi 270 penyimpanan asset milik klien
- Seksi 280 obyektivitas semua jasa professional
- Seksi 290 independensi dalam perikatan assurance

3. PRINSIP – PRINSIP DASAR ETIKA PROFESI

PRINSIP DASAR

Prinsip dasar terdiri dari 5 prinsip yaitu :


a. Prinsip Integritas
Prinsip integritas mewajibkan setiap praktisi untuk tegas, jujur dan adil
dalam hubungan professional dan hubungan bisnisnya, praktisi tidak boleh terkait
dengan laporan,komunikasi atau informasi lainnya.
b. Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas mengharuskan Praktisi untuk tidak membiarkan
subjektivitas, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak layakdari pihak-
pihak lain memengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya.
Praktisi mungkin dihadapkan pada situasi yang dapat mengurangi objektivitasnya.
c. Prinsip Kompetisi dan Kehati-hatian Profesional
Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional
mewajibkan setiap Praktisi untuk:
- Memelihara pengetahuan dan keahlian profesional yang dibutuhkan untuk
menjamin pemberian jasa profesional yang kompeten kepada klien atau pemberi
kerja; dan
- Menggunakan kemahiran profesionalnya dengan saksama sesuai dengan standar
profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa
profesionalnya.
Pemberian jasa profesional yang kompeten membutuhkan pertimbangan
yang cermat dalam menerapkan pengetahuan dan keahlian profesional.
emeliharaan kompetensi profesional membutuhkan kesadaran dan pemahaman
yang berkelanjutan terhadap perkembangan teknis profesi dan perkembangan
bisnis yang relevan. Sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional
mengharuskan setiap Praktisi untuk bersikap dan bertindak secara hati-hati,
menyeluruh, dan tepat waktu, sesuai dengan persyaratan penugasan.
d. Prinsip Kerahasiaan
Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap Praktisi untuk tidak melakukan
tindakan-tindakan sebagai berikut:
- Mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis kepada pihak di luar KAP atau Jaringan KAP
tempatnya bekerja tanpa adanya wewenang khusus, kecuali jika terdapat
kewajiban untuk mengungkapkannya sesuai dengan ketentuan hukum atau
peraturan lainnya yang berlaku; dan
- Menggunakan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga
Setiap Praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam
lingkungan sosialnya. Setiap Praktisi harus menjaga kerahasiaan informasi yang
diungkapkan oleh calon klien atau pemberi kerja.

e. Prinsip Perilaku Profesional


Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap Praktisi untuk mematuhi
setiap ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Hal ini mencakup setiap tindakan
yang dapat mengakibatkan terciptanya kesimpulan yang negatif oleh pihak ketiga
yang rasional dan memiliki pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan,
yang dapat menurunkan reputasi profesi. Dalam memasarkan dan
mempromosikan diri dan pekerjaannya, setiap Praktisi tidak boleh merendahkan
martabat profesi.

4. ATURAN ETIKA PROFESI


Aturan etika profesi yang terdiri dari 10 seksi yang tersebardalam 224 paragraf. Bagian B
memberikan ilustrasi tentang penerapan kerangka konseptual dan contoh-contoh
pencegahan yang diperlukan untuk mengatasi ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip
dasar.
a. Seksi 200 ancaman dan pencegahan
Setiap praktisi tidak boleh terlibat dalam setiap bisnis, pekerjaan, atau aktivitas
yang dapat mengurangi integritas, obyektivitas, atau reputasi profesinya, yang dapat
mengakibatkan pertentangan dengan jasa profesional yang diberikan. Kepatuhan
pada prinsip dasar etika profesi dapat terancam oleh berbagai situasi.
b. Seksi 210 penunjukan praktisi,KAP, atau jaringan KAP
- Penerimaan klien
Sebelum menerima suatu Klien Baru, setiap praktisi harus mempertimbangkan
potensi terjadinya ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi
yang diakibatkan oleh diterimanya klien tersebut. Ancaman potensial terhadap
integritas atau perilaku profesional antara lain dapat terjadi dari isu isu yang dapat
dipertanyakan yang terkait dengan klien (Seperti pencucian uang), kecurangan,
atau pelaporan keuangan yang tidak lazim. Signifikansi setiap ancaman harus di
evaluasi. Jika ancaman tersebut merupakan ancaman selain ancaman yang secara
jelas tidak signifikan, maka pencegahan yang tepat harus dipertimbangkan dan
diterapkan untuk menghilangkan ancaman tersebut atau mengurangi nya ke
tingkat yang dapat diterima. Setiap praktisi harus menolak untuk menerima suatu
perikatan jika ancaman yang terjadi tidak dapat dikurangi ke tingkat yang dapat
diterima. Keputusan untuk menerima suatu klien harus ditelaah secara berkala
untuk perikatan yang berulang.
- Penerimaan perikatan
Setiap praktisi hanya boleh memberikan jasa profesional nya jika memiliki
kompetensi untuk melaksanakan perikatan tersebut. Sebelum menerima
perikatan, setiap praktisi harus mempertimbangkan setiap ancaman terhadap
kepatuhan pada prinsip dasar etika professi yang dapat terjadi dari diterimanya
perikatan tersebut. Sebagai contoh ancaman kepentingan pribadi terhadap
kompetensi serta sikap cermat dan kehati-hatian profesional dapat terjadi ketika
tim perikatan tidak memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan
perikatan dengan baik. Setiap praktisi harus mengevaluasi signifikasi setiap
ancaman yang diidentifikasi dan jika ancaman tersebut merupakan ancaman
selain ancaman yang secara jelas tidak signifikan maka, Pencegahan yang tepat
harus diterapkan untuk menghilangkan ancaman tersebut atau mengurangi nya
ke tingkat yang dapat diterima.
Setiap praktisi harus mengevaluasi keadaan dari saran atau pekerjaan tenaga
ahli jika ia menggunakan saran atau pekerjaan tersebut dalam melaksanakan
perikatan nya selain itu harus mempertimbangkan factor-faktor seperti reputasi,
ke ahlian, sumber daya yang tersedia, serta standar profesi dan kode Etik profesi
yang berlaku. Informasi tersebut mungkin dapat diperoleh dari pengalaman
sebelumnya dengan tenaga ahli tersebut atau melalui konsultasi dengan pihak
lain. Setiap praktisi tidak diperkenankan untuk menerima dan melaksanakan
perikatan assurance yang jenis, periode, jenis prinsip Akutansi yang berlaku
umum.
c. Seksi 220 benturan kepentingan
Setiap praktisi harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
mengidentifikasi setiap situasi yang dapat menimbulkan benturan kepentingan,
karena situasi tersebut dapat menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip
dasar etika profesi. Sebagai contoh ancaman terhadap obyektivitas dapat terjadi
ketika praktisi bersaing secara langsung dengan pelayan atau memiliki kerjasama
usaha atau kerja sama sejenis lainnya dengan pesaing utama klien. Ancaman
terhadap obyektivitas atau kerahasiaan dapat terjadi ketika praktisi memberikan jasa
profesional untuk klien-klien yang kepentingannya saling berbenturan atau kepada
klien-klien yang sedang saling berselisih dalam suatu masalah atau transaksi.
d. Seksi 230 pendapat kedua
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika dapat terjadi ketika praktisi
diminta untuk memberikan pendapat kedua mengenai penerapan Akutansi, auditing,
pelaporan atau standar atau prinsip lain untuk keadaan atau transaksi tertentu oleh,
atau untuk kepentingan, pihak pihak selain klien. Sebagai contoh, ancaman terhadap
kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional dapat terjadi ketika
pendapat kedua tidak didasarkan pada fakta yang sama seperti fakta yang disajikan
kepada praktisi yang memberikan pendapat pertama, atau didasarkan pada bukti
yang tidak memadai. Signifikansi ancaman akan tergantung dari kondisi yang
melingkupi permintaan pendapat kedua, serta seluruh fakta dan asumsi lain yang
tersedia yang terkait dengan pendapatan profesional yang diberikan.

Ketika diminta untuk memberikan pendapat kedua, setiap praktisi harus


mengevaluasi signifikasi setiap ancaman dan, jika ancaman tersebut merupakan
ancaman selain ancaman yang Secara jelas tidak signifikan, maka pencegahan yang
dapat dilakukan dipertimbangkan dan ditetapkan untuk menghilangkan ancaman
tersebut atau mengurangi ke tingkat yang dapat diterima. Jika perusahaan atau
entitas yang meminta pendapat tidak memberikan persetujuan nya kepada praktisi
yang memberikan pendapat kedua untuk melakukan komunikasi dengan praktisi
yang memberikan pendapat pertama, maka praktisi yang diminta untuk memberikan
pendapat kedua tersebut harus mempertimbangkan seluruh fakta dan kondisi untuk
menentukan dapat tidaknya pendapat kedua diberikan.

e. Seksi 240 imbalan jasa professional dan bentuk remunerasi lainnya


Dalam melakukan negosiasi mengenai jasa profesional yang diberikan, praktisi
dapat mengusulkan jumlah imbalan jasa profesional yang di pandang sesuai. Fakta
terjadinya jumlah imbalan jasa profesional yang diusulkan oleh praktisi yang satu
lebih rendah dari praktisi yang lain bukan merupakan pelanggaran terhadap kode
Etik profesi. Namun demikian, ancaman terhadap kepatuhan pada Prinsip dasar etika
profesi dapat saja terjadi dari besarnya imbalan jasa profesional yang diusulkan.
Sebagai contoh ancaman kepentingan pribadi terhadap kompetensi setra sikap
kecermatan dan kehati-hatian profesional dapat terjadi ketika besarnya imbalan jasa
profesional yang diusulkan sedemikian rendahnya, sehingga dapat mengakibatkan
tidak dapat dilaksanakannya perikatan dengan baik berdasarkan standar teknis dan
standar Professi yang berlaku.
Signifikansi ancaman akan tergantung dari beberapa faktor, seperti besarnya imbalan
jasa profesional yang diusulkan, serta jenis dan lingkup jasa profesional yang
diberikan. Sehubungan dengan potensi ancaman tersebut, pencegahan yang tepat
harus dipertimbangkan dan diterapkan untuk menghasilkan ancaman tersebut atau
menguranginya ke tingkat yang dapat diterima.
f. Seksi 250 pemasaran jasa professional
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesional dapat terjadi
ketika praktisi mendapatkan suatu perikatan melalui iklan atau bentuk pemasaran
lainnya. Sebagai contoh, ancaman kepentingan pribadi terhadap kepatuhan pada
perilaku profesional dapat terjadi ketika jasa profesional, hasil pekerjaan, atau
produk yang ditawarkan tidak sesuai dengan prinsip perilaku profesional. Setiap
praktisi tidak boleh mendiskreditkan professi dalam memasarkan jasa profesional
nya. Setiap praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh melakukan tindakan-
tindakan diluar aturan.
g. Seksi 260 penerimaan hadiah atau bentuk keramah-tamahan lainnya
Praktisi maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekatnya
mungkin saja di tawari suatu hadiah atau bentuk keramah-tamahan lainnya
(Hospitality) oleh klien. Penerimaan pemberian tersebut dapat menimbulkan
ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi, sebagai contoh
ancaman kepentingan pribadi terhadap obyektivitas dapat terjadi ketika hadiah dari
Klien diterima atau ancaman Intimidasi terhadap obyektivitas dapat terjadi
sehubungan dengan kemungkinan dipublikasikannya penerimaan hadiah
tersebut.Signifikansi ancaman sangat beragam tergantung dari sifat, nilai, dan
maksud dari balik pemberian tersebut. Jika pemberian tersebut disimpulkan oleh
pihak ketiga yang rasional dan memiliki pengetahuan mengenai semua informasi
yang relevan sebagai pemberian yang secara jelas tidak signifikan, maka praktisi
dapat menyimpulkan pemberian tersebut sebagai pemberian yang diberikan dalam
kondisi bisnis normal, yaitu pemberian yang tidak dimaksudkan untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan atau untuk memperoleh informasi. Dalam
kondisi demikian, praktisi dapat menyimpulkan tidak terjadinya ancaman yang
signifikan terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
h. Seksi 270 penyimpanan asset milik klien
Setiap praktisi tidak boleh mengambil tanggung jawab penyimpanan uang atau
aset lainnya milik klien, kecuali jika diperbolehkan oleh ketentuan hukum yang
berlaku dan jika demikian, praktisi wajib menyimpan aset tersebut sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku. Penyimpanan aset milik klien dapat menimbulkan
ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi, sebagai contoh
ancaman kepentingan pribadi terhadap perilaku profesional dan obyektivitas dapat
terjadi dari penyimpanan aset klien tersebut. Praktisi dapat dipercaya untuk
menyimpan uang atau aset lainnya milik pihak lain harus melakukan pencegahan
tertentu. Selain itu setiap praktisi harus selalu waspada terhadap ancaman atas
kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi yang dapat terjadi sehubungan dengan
Keterkaitan praktisi dengan aset tersebut, selain sebagai contoh, keterkaitan praktisi
dengan aset yang berhubungan dengan kegiatan ilegal, seperti pencucian uang.
Sebagai bagian dari prosedur penerimaan klien dan perikatan, setiap praktisi harus
melakukan wawancara yang memadai mengenai sumber aset tersebut dan
mempertimbangkan kewajiban yang timbul berdasarkan ketentuan hukum dan
peraturan yang berlaku. Dalam kondisi demikian Praktisi dapat mempertimbangkan
untuk meminta nasehat hukum.
i. Seksi 280 obyektivitas semua jasa professional
Dalam memberikan jasa profesional nya, setiap praktisi harus mempertimbangkan
adanya tindakan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar objektivitas yang
dapat terjadi dari adanya kepentingan dalam, atau hubungan dengan klien maupun
direktur, pejabat, atau karyawan. Sebagai contoh, ancaman kedekatan terhadap
kepatuhan pada prinsip dasar obyektivitas dapat terjadi dari hubungan keluarga,
hubungan kedekatan pribadi, atau hubungan bisnis. Setiap praktisi yang memberikan
jasa assuransce harus bersikap independen terhadap klien assuransce. Independensi
dalam pemikiran (independence of mind) Dan independensi dalam penampilan
( independence in appearance) sangat dibutuhkan untuk memungkinkan praktisi
untuk menyatakan pendapat, atau memberikan kesan adanya per nyatakan pendapat,
secara tidak biasa Dan bebas dari benturan kepentingan atau pengaruh pihak lain.
Seksi 290 dari kode Ethic ini memberikan pedoman mengenai ketentuan independen
si bagi praktisi ketika melakukan praktek asuransce
j. Seksi 290 independensi dalam perikatan assurance
Seksi 290 menjelaskan dengan sangat rinci persyaratan independensi bagi Tim
asurans, KAP, dan jaringan KAP. Saksi yang terdiri dari 162 paragraf ini mengatur
persyaratan independensi pada perikatan asurans serta berikatan non asurans pada
klien asuransi. Dengan kata lain lebih dari separuh paragraf dalam kode Ethic ini
mengatur tentang independensi. Hal ini dapat dimengerti karena sosok seorang
akuntan public dimata pablik memiliki dua Sisi yang tak terpisahkan ibarat sekeping
mata uang, yaitu di satu Sisi harus memiliki kompetensi dan di Sisi lainnya harus
mempertahankan independensi. Betapa pun mahir atau cakapnya seorang akuntan
public, namun jika ia tidak independen, ia tidak dapat menggunakan kamera nya
untuk kepentingan Pablik yang menuntut independensi.

5. INDEPENDENSI
Independensi merupakan sikap dari dalam diri auditor yang tidak mudah
dipengaruhi dan bebas dari tekanan pihak manapundalam mengambil keputusan dan
menjalankan tugasnya sehingga dapatmemberikan nilai tambah bagi laporan keuangan
yang disajikan oleh manajemen.
a. Pendekatan Konseptual Atas Independensi
Anggota tim assurance,KAP, atau jaringan KAP harus menerapkan kerangka
kerja konseptual yang terdapat dalam kode etik sesuai dengan situasi yang
dihadapinya. Contoh-contoh yang diberikan dalam seksi ini bertujuan untuk
memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka kerja konseptual, dan bukan
merupakan suatu daftar lengkap mengenai setiap situasi yang dapay menimbulkan
ancaman terhadap independensi
b. Ilustrasi Ancaman-Ancaman Terhadap Independensi Dalam Perikatan Assurance dan
pencegahannya

Ancaman tersebut diilustrasikan timbul ketika adanya :

- Kepentingan keuangan
- Pinjaman dan penjamin yang diberikan oleh klien assurance, serta simpanan
yang ditempatkan pada klien assurance
- Hubungan bisnis yang delat dengan klien assurance
- Hubungan keluarga dan hubungan pribadi dengan klien assurance
- Personil KAP yang bergabung dengan klien assurance
- Personil klien assurance yang bergabung dengan KAP
Rangkap jabatan personil KAP sebagai direktur atau pejabat klien assurance
Keterkaitan yang cukup lama antara personil senior KAP dengan klien assurance
Imbalan jasa professional

DAFTAR PUSTAKA
Auditing (Pengauditan Berbasis ISA). Edisi II/Al.Haryono Jusup.-Ed-. Yogyakarta,
Bagian Penerbitan Sekoleh Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.2011 xxii

Sukrisno Agoes. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksa Akuntan Oleh Akuntan public Buku 1
Edisi 5.

Anda mungkin juga menyukai