Anda di halaman 1dari 26

Kode Etik Akuntan Publik

dan Organisasi Akuntan


Publik di Indonesia
EKA 439 A2 PENGAUDITAN I
DOSEN PENGAMPU :
Bapak Dr. Anak Agung Gde Putu Widanaputra, S.E., M.Si., Ak.
Meet
Our Putu Ayu Dea Rhizma 2007531037

Team
Maria M. Virginia De Pazzi 2007531039

Gusi Putu Pratita Indira 2007531231


01 Prinsip-prinsip Utama Dan Tanggungjawab
Pokok
Bahasan
02 Kode Etik Profesi Akuntan Publik

03 Prinsip-prinsip Kode Etik Akuntan Publik

04 Sejarah Perkembangan Organisasi Sektor Publik


PRINSIP UTAMA
DAN TANGGUNG
JAWAB
● Dalam Pasal 28 UU No.5 Tahun
2011 tentang Akuntan Publik,
antara lain diatur Dalam
memberikan jasa asurans
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (1), Akuntan Publik dan KAP
Tanggung Jawab wajib menjaga independensi serta
bebas dari benturan kepentingan.
● Dalam Pasal 29 UU No.5 Tahun
● Dalam Pasal 26 UU No.5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik,
2011 tentang Akuntan Publik, antara antara lain diatur bahwa : Akuntan
lain diatur tentang tanggungjawab Publik dan/atau Pihak Terasosiasi
akuntan publik, yaitu : Akuntan wajib menjaga kerahasiaan
Publik bertanggung jawab atas jasa informasi yang diperolehnya dari
yang diberikan klien.
● Prinsip adalah suatu pernyataan
fundamental atau kebenaran umum
yang dijadikan sebagai sebuah
pedoman untuk berpikir atau
bertindak.

● Begitu juga dengan halnya menjadi


akuntan publik, terdapat prinsip dasar

Prinsip Utama
dalam melakukan tugasnya yang
disebut sebagai “Prinsip Dasar Kode
Etik”
KODE ETIK
PROFESI
AKUNTAN
PUBLIK
“Oganisasi profesi akuntan di Indonesia telah memiliki
Kode Etik Akuntasi Indonesia yang terakhir ditetapkan
dalam Kongres VIII Ikatan Akuntan Indonesia pada
tahun 1998 (berlaku efektif bulan Mei tahun 2000). Sejak
terbentuknya Institut Akuntan Publik Indonesia (lAPI)
pada tahun 2007 kode etik tersebut masih tetap berlaku
untuk seluruh anggota IAl, namun khusus bagi para
akuntan public anggota IAPI diberlakukan kode etik
baru yang disebut Kode Etik Akuntan Publik yang
berlaku efektif tanggal 1 Januari 2010”
Kode Etik Profesi Akuntan Publik (selanjutnya disingkat "Kode Etik")
terdiri dari dua bagian, yaitu Bagian A dan bagian B. Bagian A dari
Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi dan memberikan
kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut, sedangkan
Bagian B memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka
konseptual tersebut pada situasi tertentu.
Kode Etik tersebut menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi
yang harus diterapkan oleh setiap individu dalam kantor akuntan
publik (KAP atau Jaringan KAP), baik yang merupakan anggota IAPI
mau pun yang bukan anggota IAPI, yang memberikan jasa profesional
yang meliputi jasa asurans dan jasa selain asurans seperti yang
tercantum standar profesi dan kode etik profesi. Dalam Kode Etik ini
individu tersebut disebut "Praktisi"
PRINSIP-PRINSIP
KODE ETIK
AKUNTAN
PUBLIK
Prinsip-Prinsip Dasar
yang disajikan pada Bagian A Kode Etik 3. PRINSIP
terdiri dari 5 prinsip yaitu: KERAHASIAAN

1. PRINSIP INTEGRITAS 4. PRINSIP KOMPETENSI


dan KEHATI-HATIAN
PROFESIONAL

2. PRINSIP
OBJEKTIVITAS 5. PRINSIP PERILAKU
PROFESIOANAL
PRINSIP INTEGRITAS
Prinsip integritas mewajibkan setiap
Praktisi untuk tegas, jujur, dan adil
dalam hubungan profesional dan
hubungan bisnisnya. Praktisi tidak melanggar paragraf di atas
Praktisi tidak boleh terkait dengan ( paragraph 110.2 dari Kode Etik ini) jika
laporan, komunikasi, atau informasi ia memberikan laporan yang dimodifikasi
lainnya yang diyakininya terdapat: atas hal-hal yang diatur dalam paragraf
❑ Kesalahan yang material atau 110.2 tersebut.
pernyataan yang menyesalkan
❑ Pernyataan atau informasi yang
diberikan secara tidak hati-hati
❑ Penghilangan atau penyembunyian
yang dapat menyesatkan atas
informasi yang seharusnya
diungkapkan.
PRINSIP OBJEKTIVITAS
Praktisi mungkin dihadapkan
pada situasi yang dapat
Prinsip objektivitas mengurangi objektivitasnya.
mengharuskan Praktisi untuk Karena beragamnya situasi
tidak membiarkan subjektivitas, tersebut, tidak mungkin untuk
benturan kepentingan, atau mendefinisikan setiap situasi
pengaruh yang tidak layak dari tersebut. Setiap Praktisi harus
menghindari setiap hubungan
pihak-pihak lain memengaruhi
yang bersifat subjektif atau yang
pertimbangan profesional atau dapat mengakibatkan pengaruh
pertimbangan bisnisnya. yang tidak layak terhadap
pertimbangan profesionalnya.
PRINSIP KOMPETENSI dan KEHATI-
HATIAN PROFESIONAL

Perian jasa profesional yang kompeten


Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan membutuhkan pertimbangan yang cermat
dan kehati-hatian profesional mewajibkan dalam menerapkan pengetahuan keahlian
setiap Praktisi untuk: profesional. Kompetensi profesional dapat
❑ Memelihara pengetahuan dan keahlian dibagi menjadi dua tahap yang terpisah
profesional yang dibutuhkan untuk sebagai berikut:
menjamin pemberian jasa profesional ❑ Pencapaian kompetensi professional
yang kompeten kepada klien atau pemberi ❑ Pemeliharaan kompetensi profesional.
kerja
❑ Menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan saksama sesuai dengan standar
profesi dan kode etik profesi yang berlaku Sikap kecermatan dan kehati-hatian
dalam memberikan jasa profesionalnya profesional mengharuskan setiap Praktisi
untuk bersikap dan bertindak secara hati-
hati, menyeluruh, dan tepat waktu, sesuai
dengan persyaratan penugasan.
PRINSIP KOMPETENSI dan KEHATI-
HATIAN PROFESIONAL

Pemeliharaan kompetensi profesional


membutuhkan kesadaran pemahaman yang
berkelanjutan terhadap perkembangan teknis
profesi dan perkembangan bisnis yang relevan.
Pengembangan dan Pendidikan profesional yang Bila dipandang perlu, Praktisi harus menjelaskan
berkelanjutan sangat diperlukan untuk keterbatasan jasa profesional yang diberikan
meningkatkan dan memelihara kemampuan kepada klien, pemberi kerja, atau pengguna jasa
Praktisi agar dapat melaksanakan pekerjaannya profesional lainnya untuk menghindari terjadinya
secara kompeten dalam lingkungan profesional kesalahtafsiran atas pernyataan pendapat yang
terkait dengan jasa profesional yang diberikan

Setiap Praktisi harus memastikan tersedianya


pelatihan dan penyeliaan yang tepat bagi
mereka yang bekerja di bawah wewenangnya
dalam kapasitas profesional.
PRINSIP KERAHASIAAN
Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap
Praktisi untuk tidak melakukan Tindakan-
Tindakan berikut:
❑ Mengungkapkan informasi yang bersifat Setiap Praktisi harus tetap menjaga
rahasia yang diperoleh dari hubungan prinsip kerahasiaan, termasuk dalam
profesional dan hubungan bisnis lingkungan sosialnya. Setiap Praktisi
kepada pihak diluar KAP atau Jaringan harus waspada terhadap
KAP tempatnya bekerja tanpa ada
kemungkinan pengungkapan yang
wewenang khusus, kecuali jika terdapat
kewajiban untuk mengungkapkannya tidak disengaja, terutama dalam
sesuai dengan ketentuan hukum situasi yang melibatkan hubungan
atauperaturan lainnya yang berlaku jangka panjang dengan rekan bisnis
❑ Menggunakan informasi yang bersifat maupun anggota keluarga langsung
rahasia yang diperoleh dari hubungan atau anggota keluarga dekatnya.
profesional dan hubungan bisnis untuk
keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
PRINSIP KERAHASIAAN
Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap
Praktisi untuk tidak melakukan Tindakan-
Tindakan berikut:
❑ Mengungkapkan informasi yang bersifat Setiap Praktisi harus tetap menjaga
rahasia yang diperoleh dari hubungan prinsip kerahasiaan, termasuk dalam
profesional dan hubungan bisnis lingkungan sosialnya. Setiap Praktisi
kepada pihak diluar KAP atau Jaringan harus waspada terhadap
KAP tempatnya bekerja tanpa ada
kemungkinan pengungkapan yang
wewenang khusus, kecuali jika terdapat
kewajiban untuk mengungkapkannya tidak disengaja, terutama dalam
sesuai dengan ketentuan hukum situasi yang melibatkan hubungan
atauperaturan lainnya yang berlaku jangka panjang dengan rekan bisnis
❑ Menggunakan informasi yang bersifat maupun anggota keluarga langsung
rahasia yang diperoleh dari hubungan atau anggota keluarga dekatnya.
profesional dan hubungan bisnis untuk
keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
PRINSIP KERAHASIAAN
Setiap Praktisi harus tetap menjaga prinsip
kerahasiaan, termasuk dalam lingkungan Setiap Praktisi harus mempertimbangkan
sosialnya. Setiap Praktisi harus waspada pentingnya kerahasiaan informasi terjaga
terhadap kemungkinan pengungkapan yang dalam KAP atau Jaringan KAP tempatnya
tidak disengaja, terutama dalam situasi yang bekerja.
melibatkan hubungan jangka panjang
dengan rekan bisnis maupun anggota
keluarga langsung atau anggota keluarga
dekatnya. Setiap Praktisi harus menerapkan
semua prosedur yang dianggap perlu
untuk memastikan terlaksananya
prinsip kerahasiaan oleh mereka yang
Setiap Praktisi harus menjaga bekerja di bawah wewenangnya, serta
kerahasiaan informasi yang pihak lain yang memberikan saran dan
diungkapkan oleh calon klien atau bantuan profesionalnya.
pemberi kerja.
PRINSIP KERAHASIAAN
Dalam memutuskan untuk mengungkapkan
Kebutuhan untuk mematuhi prinsip informasi yang bersifat rahasia, setiap Praktisi
kerahasiaan terus berlanjut, bahkan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai
setelah berakhirnya hubungan antara berikut:
Praktisi dengan klien atau pemberi ❑ Dirugikan tidaknya kepentingan semua
kerja. Ketika berpindah kerja atau pihak, termasuk pihak ketiga, jika klien
memperoleh klien baru, Praktisi berhak mengizinkan pengungkapan informasi oleh
Praktisi
untuk menggunakan pengalaman yang ❑ Diketahui tidaknya dan didukung tidaknya
diperoleh sebelumnya. Namun semua informasi ketika informasi tidak
demikian, Praktisi tetap tidak boleh lengkap, pertimbangan profesional harus
menggunakan atau mengungkapkan digunakan untuk menentukan jenis
setiap informasi yang bersifat rahasia pengungkapan yang harus dilakukan
yang diperoleh sebelumnya dari ❑ Jenis komunikasi yang diharapkan dan
pihak yang dituju. Setiap Praktisi harus
hubungan profesional atau hubungan memastikan tepat tidaknya pihak yang
bisnis. dituju dalam komunikasi tersebut.
PRINSIP KERAHASIAAN
Di bawah ini merupakan situasi-situasi yang mungkin mengharuskan Praktisi
untuk mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia atau ketika pengungkapan
tersebut dianggap tepat:
❑ Pengungkapan yang diperbolehkan oleh hukum dan disetujui oleh klien atau
pemberi kerja
❑ Pengungkapan yang diharuskan oleh hukum, sebagai contoh:
a) Pengungkapan dokumen atau bukti lainnya dalam siding pengadilan
b) Pengungkapan kepada otoritas publik yang tepat mengenai suatu
pelanggaran hukum
❑ Pengungkapan yang terkait dengan kewajiban profesional untuk
mengungkapkan, selama tidak dilarang oleh ketentuan hukum:
a) Dalam mematuhi pelaksanaan penelaahan mutu yang dilakukan oleh
organisasi profesi atau regulator
b) Dalam menjawab pertanyaan atau investigasi yang dilakukan oleh organisasi
profesi atau regulator
c) Dalam meindungi kepentingan profesional Praktisi dalam sidang pengadilan
d) Dalam mematuhi standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku.
PRINSIP PERILAKU PROFESIONAL

Dalam memasarkan dan mempromosikan diri


Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap dan pekerjaannya, setiap Praktisi tidak boleh
Praktisi untuk mematuhi setiap ketentuan merendahkan martabat profesi. Setiap Praktisi
hukum dan peraturan yang berlaku, serta harus bersikap jujur dan tidak boleh bersikap
menghindari setiap tindakan yang dapat atau melakukan tindakan sebagai berikut:
mendiskreditkan profesi. Hal ini mencakup ❑ Membuat pernyataan yang berlebihan
setiap tindakan yang dapat mengakibatkan mengenai jasa professional yang dapat
terciptanya kesimpulan yang negatif oleh pihak diberikan, kualifikasi yang dimiliki, atau
ketiga yang rasional dan memiliki pengetahuan pengalaman yang telah diperoleh
mengenai semua informasi yang relevan, yang ❑ Membuat pernyataaan yang merendahkan
dapat menurunkan reputasi profesi. atau melakukan perbandingan yang tidak
didukung bukti terhadap hasil pekerjaan
Praktisi lain.
PERKEMBANGAN
ORGANISASI
AKUNTAN PUBLIK
Perkembangan Organisasi Sektor Publik Secara Global
Perkembangan akuntansi sector public terjadi karena adanya pergeseran paradigma pada tahun 1990-an.
Paradigma yang dimaksud adalah pada masa itu system pemerintahan yang digunakan adalah system
pemerintahan formal sehingga terjadi pergeseran paradigma dari tata kelola pemerintah formal menjadi
pemerintahan yang baik atau good governance seiring dengan penerapan akuntansi sector public.
Kemudian pada abad ke 15 kekuatan perekonomian bergeser dari itali ke inggris. Pada zaman ini pemerintah
pusat berusaha mengendalikan dan mengatur semua tahap perdagangan. Sehingga hak individu dalam proses
perdagangan menjadi sangat minim. Kemudian terjadi perubahan aturan bisnis pada abad ke 18 dimana
individu menjadi lebih dihargai dalam bisnis. Inilah yang memicu revolusi industry di inggris karena adanya
keleluasaan individu dalam berbisnis. Akibatnya terjadi perkembangan akuntansi keuangan dan akuntansi
biaya yang di pengaruhi oleh praktik akuntansi sector publik. Kemudian abad ke 19-20, perkembangan sector
publik melambat karena adanya kesalahan interpretasi dengan menyamakan akuntansi sector publik dengan
pencatatan penarikan pajak yang dilakukan oleh pemerintah.
Sejarah Sektor Publik Di Indonesia
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai