Team
Maria M. Virginia De Pazzi 2007531039
Prinsip Utama
dalam melakukan tugasnya yang
disebut sebagai “Prinsip Dasar Kode
Etik”
KODE ETIK
PROFESI
AKUNTAN
PUBLIK
“Oganisasi profesi akuntan di Indonesia telah memiliki
Kode Etik Akuntasi Indonesia yang terakhir ditetapkan
dalam Kongres VIII Ikatan Akuntan Indonesia pada
tahun 1998 (berlaku efektif bulan Mei tahun 2000). Sejak
terbentuknya Institut Akuntan Publik Indonesia (lAPI)
pada tahun 2007 kode etik tersebut masih tetap berlaku
untuk seluruh anggota IAl, namun khusus bagi para
akuntan public anggota IAPI diberlakukan kode etik
baru yang disebut Kode Etik Akuntan Publik yang
berlaku efektif tanggal 1 Januari 2010”
Kode Etik Profesi Akuntan Publik (selanjutnya disingkat "Kode Etik")
terdiri dari dua bagian, yaitu Bagian A dan bagian B. Bagian A dari
Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi dan memberikan
kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut, sedangkan
Bagian B memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka
konseptual tersebut pada situasi tertentu.
Kode Etik tersebut menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi
yang harus diterapkan oleh setiap individu dalam kantor akuntan
publik (KAP atau Jaringan KAP), baik yang merupakan anggota IAPI
mau pun yang bukan anggota IAPI, yang memberikan jasa profesional
yang meliputi jasa asurans dan jasa selain asurans seperti yang
tercantum standar profesi dan kode etik profesi. Dalam Kode Etik ini
individu tersebut disebut "Praktisi"
PRINSIP-PRINSIP
KODE ETIK
AKUNTAN
PUBLIK
Prinsip-Prinsip Dasar
yang disajikan pada Bagian A Kode Etik 3. PRINSIP
terdiri dari 5 prinsip yaitu: KERAHASIAAN
2. PRINSIP
OBJEKTIVITAS 5. PRINSIP PERILAKU
PROFESIOANAL
PRINSIP INTEGRITAS
Prinsip integritas mewajibkan setiap
Praktisi untuk tegas, jujur, dan adil
dalam hubungan profesional dan
hubungan bisnisnya. Praktisi tidak melanggar paragraf di atas
Praktisi tidak boleh terkait dengan ( paragraph 110.2 dari Kode Etik ini) jika
laporan, komunikasi, atau informasi ia memberikan laporan yang dimodifikasi
lainnya yang diyakininya terdapat: atas hal-hal yang diatur dalam paragraf
❑ Kesalahan yang material atau 110.2 tersebut.
pernyataan yang menyesalkan
❑ Pernyataan atau informasi yang
diberikan secara tidak hati-hati
❑ Penghilangan atau penyembunyian
yang dapat menyesatkan atas
informasi yang seharusnya
diungkapkan.
PRINSIP OBJEKTIVITAS
Praktisi mungkin dihadapkan
pada situasi yang dapat
Prinsip objektivitas mengurangi objektivitasnya.
mengharuskan Praktisi untuk Karena beragamnya situasi
tidak membiarkan subjektivitas, tersebut, tidak mungkin untuk
benturan kepentingan, atau mendefinisikan setiap situasi
pengaruh yang tidak layak dari tersebut. Setiap Praktisi harus
menghindari setiap hubungan
pihak-pihak lain memengaruhi
yang bersifat subjektif atau yang
pertimbangan profesional atau dapat mengakibatkan pengaruh
pertimbangan bisnisnya. yang tidak layak terhadap
pertimbangan profesionalnya.
PRINSIP KOMPETENSI dan KEHATI-
HATIAN PROFESIONAL