Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN MODAL KERJA DAN KAS

MANAJEMEN KEUANGAN (C3) – EMA 232A


Dosen Pengampu Mata Kuliah :
Dra. Ni Ketut Purnawati, M.S.

KELOMPOK 4
NAMA KELOMPOK :

Ni Komang Ayu Parwathi 2007531031 (08)


Dewi Kurniawati 2007531033 (09)

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
S1 AKUNTANSI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Modal kerja adalah jumlah harta/aktiva lancar, dan modal kerja bersih merupakan hasil
dari aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang
cukup akan tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek pada waktunya dan akan menghadapi
masalah likuiditas. Oleh karena itu, manajemen modal kerja yang efektif akan sangat penting bagi
perusahaan demi pertumbuhan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen
modal kerja berkaitan dengan investasi pada aktiva lancar dan hutang lancar, terutama mengenai
bagaimana menggunakan dan komposisi keduanya akan mempengaruhi risiko. Investasi modal
kerja biasanya akan berputar kurang dari satu periode normal operasi perusahaan. Aliran kas dalam
kegiatan ini sering tidak sinkron, karena pengeluaran kas dilakukan jauh sebelum penerimaan kas,
di samping itu juga penjualan dan biaya yang harus dikeluarkan sering tidak pasti. Oleh karena itu,
perusahaan memerlukan manajemen modal kerja untuk menjaga modal kerja yang cukup.
Perusahaan juga harus memastikan kecukupan kas yang tersedia, karena kas merupakan
elemen modal kerja yang memiliki tingkat likuiditas paling tinggi. Kas adalah seluruh uang tunai
yang ada ditangan maupun disimpan di bank dalam bentuk apapun seperti deposito dan kas
merupakan alat tukar yang memungkinkan manajemen menjalankan berbagai kegiatan usahanya.
Manajemen kas sangat penting untuk dilakukan karena tidak jarang keberhasilan perusahaan untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya tergantung pada kemampuan menyediakan kas untuk
memenuhi kewajiban finansialnya dengan tepat waktu. Manajemen kas mempunyai tujuan untuk
meminimalkan jumlah kas yang seharusnya ditahan untuk aktivitas normal perusahaan. Jadi, baik
manajemen modal kerja dan manajemen kas sama-sama penting bagi perusahaan untuk
mempertahankan kelangsungan operasi perusahaan ke depannya sehingga tujuan perusahaan dapat
tercapai. Oleh karena itu, akan dibahas materi mengenai:
1. Pentingnya manajemen modal kerja, klasifikasi modal kerja dan faktor yang
mempengaruhi modal kerja;
2. Pendekatan yang digunakan: Matching, Conservative dan Agresive Approach;
3. Perhitungan penentuan besarnya modal kerja;
4. Pentingnya manajemen kas dan penyusunan anggaran kas keseluruhan;
5. Penentuan jumlah kas optimal dengan Model Boumel dan Model Miller-Orr.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pentingnya Manajemen Modal Kerja, Klasifikasi Modal Kerja Dan Faktor Yang
Mempengaruhi Modal Kerja
a. Pentingnya Manajemen Modal Kerja
Modal kerja merupakan bagian dari manajemen keuangan suatu perusahaan. Perusahaan
sangat membutuhkan modal kerja untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Apabila
perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan meningk atkan
produksinya, maka besar kemungkinan akan kehilangan pendapatan dan keuntungan. Tak
hanya itu perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat membayar
kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya dan akan menghadapi masalah likuiditas.
Investasi modal kerja merupakan proses terus-menerus selama perusahaan beroperasi. Pada
umumnya ada 2 pengertian modal kerja :
1) Gross Working Capital
Pengertian modal kerja pada gross working capital didasarkan atas konsep
kuantitatif, yang mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur
aktiva lancar dan aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk
semula atau aktiva dengan dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam
waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja menurut pengertian ini adalah
keseluruhan dari jumlah aktiva lancar.
2) Net Working Capital
Pengertian net working capital didasarkan atas konsep kualitatif, yaitu dikaitkan
dengan besarnya jumlah hutang lancar atau hutang yang segera harus dibayar. Dengan
demikian modal kerja menurut pengertian ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang
benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusaaan tanpa mengganggu
likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancarnya. W.B.
Taylor modal kerja mengklasifikasikan modal kerja menjadi dua yaitu:

b. Klasifikasi Modal Kerja


1) Modal Kerja Permanen, yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk
dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus
menerus diperlukan untuk kelancaran usaha.
- Modal Kerja Primer (primary working capital), yaitu jumlah modal kerja minimum
yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
- Modal Kerja Normal (normal working capital), yaitu jumlah modal kerja yang
diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. Pengertian "normal"
di sini adalah dalam artian yang dinamis.

2
2) Modal Kerja Variabel, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan keadaan.
- Modal Kerja Musiman (Seasonal working capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musiman.
- Modal Kerja Siklis (Cyclical working capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.
- Modal Kerja Darurat (Emergency working capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui
sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi
yang mendadak).

c. Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja


Pada dasarnya modal kerja berbeda dengan aktiva tetap, aktiva tetap akan memerlukan
waktu lebih dari satu periode atau satu tahun. Sedangkan investasi modal kerja biasanya akan
berputar kurang dari satu tahun periode normal operasi perusahaan. Periode itu bisa terjadi:
pembayaran dimuka bahan baku → penerimaan bahan baku → bahan baku disimpan, → proses
produksi disimpan sebelum dijual → dijual secara kredit → penerimaan kas kembali. Apabila
rangkaian tersebut semakin panjang maka kebutuhan modal kerja menjadi semakin besar.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja, yakni: jenis produk yang dibuat, jangka
waktu siklus operasi, tingkat penjualan, kebijakan persediaan, keb ijakan penjualan kredit,
efisiensi manajemen aktiva lancar.

2. Pendekatan Yang Digunakan: Matching, Conservative Dan Agresive Approach


Kebutuhan dana perusahaan meliputi investasi aktiva lancar dan aktiva tetap. Bagi manajer
keuangan sangat penting untuk menganalisis berapa besar kebutuhan aktiva lancar yang
sifatnya permanen dan yang berfluktuasi, untuk kemudian memilih sumber dana untuk
membiayai investasi itu baik aktiva lancar maupun aktiva tetap. Adapun pendekatan yang dapat
digunakan:
a. Matching Approach, akan membiayai investasi aktiva tetap dan aktiva lancar permanen
dengan sumber jangka panjang, baik itu hutang jangka panjang maupun modal sendiri. Hal
ini dimaksudkan untuk menghindari risiko perusahaan apabila sumber dana yang
digunakan adalah sumber dana jangka pendek, maka pada saat jatuh tempo perusahaan
tidak dapat membayar kembali.

b. Conservative Approach, yaitu pendekatan dalam pemenuhan kebutuhan dana dengan


menggunakan proporsi hutang jangka pendek lebih kecil dibandingkan dengan matching
approach. Perusahaan akan akan membiayai investasi aktiva tetap dan aktiva lancar
permanen serta sebagian aktiva lancar yang berfluktuasi dengan hutang jangka panjang
atau modal sendiri.

3
c. Agresive Approach, yaitu pendekatan dalam pemenuhan kebutuhan dana dengan
menggunakan proporsi hutang jangka pendek yang lebih besar, jika dibandingkan dengan
pendekatan lain. Perusahaan yang menganut pendekatan ini akan memenuhi aktiva tetap
dan sebagian aktiva lancar permanen dengan hutang jangka panjang dan sebagian aktiva
lancar permanen dan semua aktiva lancar variabel dengan hutang jangka pendek.

(Matching Approach) (Conservative Approach) (Agresive Approach)

Untuk memberikan ilustrasi ketiga pendekatan tersebut, misalkan sebuah perusahaan


menggunakan ketiga alternatif tersebut:
PT TRI WISTA
Profitabilitas dan Risiko Alternatif Kebijakan
Pemenuhan Kebutuhan Dana
(Rp 000.00)
Pendekatan Agresive Matching Conservative
Aktiva Lancar 40,000 40,000 40,000
Aktiva Tetap 30,000 30,000 30,000
Total Aktiva 70,000 70,000 70,000
Hutang Lancar 30,000 20,000 10,000
Hutang Jangka Panjang 12,000 22,000 32,000
Total Hutang 42,000 42,000 42,000
Modal saham 28,000 28,000 28,000
Total Hutang dan Modal 70,000 70,000 70,000
Perkiraan Penjualan 100,000 100,000 100,000
Expected EBIT 20,000 20,000 20,000
Dikurangi Bunga 2,400 1,600 800
Hutang Lancar 8% 1,200 2,200 3,200
Hutang Jangka Panjang 10% 3,600 3,800 4,000
Pendapatan Kena Pajak 16,400 16,200 16,000
Dikurangi Pajak 50% 8,200 8,100 8,000
Pendapatan Setelah Pajak 8,200 8,100 8,000
Expected Return on Equity 29.29% 28.93% 28.57%
Modal Kerja Bersih 10,000 20,000 30,000
Current Ratio 1.33 2.00 4.00

4
3. Perhitungan Penentuan Besarnya Modal Kerja
Berikut adalah contoh perhitungan penentuan modal kerja: Perusahaan Wiyastri
memproduksi produk A setiap harinya sebanyak 10 unit. Dalam satu bulan perusahaan bekerja
selama 25 hari. Unsur-unsur biaya yang dibebankan setiap unit produk A adalah bahan mentah
X (Rp75.000), bahan mentah Y (Rp25.000), tenaga kerja langsung (Rp50.000). Kemudian
terdapat biaya administrasi setiap bulan (Rp10.000.000), gaji pimpinan dan staf setiap bulannya
(Rp15.000.000). Untuk membeli bahan mentah x perusahaan memberikan uang muka kepada
supplier rata-rata 5 hari sebelum diterima. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi produk
A adalah 3 hari dan selanjutnya harus disimpan dulu selama 2 hari. Penjualan produk dilakukan
secara kredit dengan syarat pembayaran 5 hari setelah produk diambil. Perusahaan juga
menetapkan adanya persediaan minimal Rp20.000.000.
Berikut adalah perhitungan penetapan besarnya modal kerja yang diperlukan perusahaan.
1) Penentuan periode perputaran masing-masing unsur modal kerja, yaitu
Bahan mentah X
= dana terikat dalam persekot bahan + proses produksi + barang jadi +piutang
= 5 hari + 3 hari + 2 hari + 5 hari = 15 hari
Bahan mentah Y, tenaga kerja langsung, biaya administrasi dan gaji pimpinan
= proses produksi + barang jadi + piutang dagang
= 3 hari + 2 hari + 5 hari = 10 hari
2) Kebutuhan dana yang ditanamkan dalam masing-masing unsur modal kerja
a) Bahan mentah X (10 x Rp75.000 x 15) = Rp 11.250.000
b) Bahan mentah Y (10 x Rp25.000 x 10) = Rp 2.500.000
c) Tenaga kerja langsung (10 x Rp50.000 x 10) = Rp 5.000.000
d) Biaya administrasi (Rp10.000.000/25 x 10) = Rp 4.000.000
e) Gaji pimpinan dan staf (Rp15.000.000/25 x 10)= Rp 6.000.000
f) Persediaan kas minimal = Rp 20.000.000
Jumlah Modal Kerja yang diperlukan = Rp 48.750.000
Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa faktor yang menentukan besar-
kecilnya kebutuhan akan modal kerja yaitu
1) Periode perputaran atau terikatnya modal kerja, yaitu jumlah dari periode-periode yang
meliputi jangka waktu pembelian kredit, lama penyimpanan bahan mentah, lamanya
proses produksi, lamanya barang jadi disimpan di gudang dan jangka waktu penerimaan
piutang.
2) Pengeluaran kas rata-rata setiap hari, yaitu jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap harinya
untuk kebutuhan pembelian bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah buruh dan
biaya lainnya.

5
4. Pentingnya Manajemen Kas Dan Penyusunan Anggaran Kas Keseluruhan
a. Pentingnya Manajemen Kas
Kas merupakan elemen modal kerja yang mempunyai tingkat likuiditas paling
tinggi. Oleh karena itu, manajemen kas sangatlah penting karena manajemen meliputi
pengelolaan uang yang dimiliki perusahaan dalam rangka pencapaiajn tersedianya kas yang
optimal. Salah satu cara untuk menjaga agar perusahaan tidak kekurangan kas adalah dengan
membuat perencanaan tentang penerimaan dan pengeluaran kas yang disebut dengan
anggaran kas. Dalam penyusunan anggaran kas terdapat tiga tahap, yaitu:
- Penyusunan anggaran kas yang bersifat operasional, yaitu dengan membuat estimasi
tentang penerimaan dan pengeluaran kas yang diakibatkan dari operasi perusahaan.
- Penyusunan anggaran finansial, yaitu anggaran kas untuk menanggulangi keadaan
defisit serta pembayaran utang apabila terjadi surplus.
- Penyusunan anggaran kas keseluruhan yaitu merupakan penggabungan antara
anggaran kas operasional dan anggaran kas finansial.

b. Penyusunan Anggaran Kas Keseluruhan


Suatu perusahaan akan membuat anggaran kas dari Juli hingga Desember.
Penjualan perusahaan dari bulan Januari sampai Juni adalah Rp50 juta. Pada bulan Juli
sampai Desember masing-masing adalah Rp100 juta, Rp150 juta, Rp200 juta, Rp100 juta,
Rp100 juta dan Rp50 juta. Semua penjualan dilakukan secara kredit, dengan syarat 2/10 net
60. Dengan syarat ini, pengalaman menunjukkan 20% penjualan dibayar dalam periode
potongan, 70% dibayar pada bulan berikutnya dan selebihnya dibayar sesuai batas kredit.
Dalam proses produksi biaya bahan baku dan material lainnya 70% dari penjualan,
perusahaan membeli bahan baku satu bulan di muka dan dibayar satu bulan kemudian.
Pembayaran upah/gaji masing-masing bulan yaitu Rp7,5 juta, Rp10 juta, Rp12,5 juta, Rp7,5
juta, Rp5 juta. Sewa bulan Juli sampai Desember masing-masing Rp2,5 juta. Terdapat
pengeluaran lainnya untuk masing-masing bulan yaitu Rp1 juta, Rp1,5 juta, Rp2 juta, Rp1
juta, Rp500 ribu. Pembayaran pajak dilakukan bulan September dan Desember sebesar Rp20
juta. Perusahaan mengadakan investasi baru pada bulan Oktober sebesar Rp50 juta dan
perusahaan mempunyai kebijakan untuk mempertahankan saldo kas minimal Rp25 juta dan
saldo awal bulan Juli adalah Rp30 juta. Dalam pembuatan anggaran kas keseluruhan
dihitung terlebih dahulu penerimaan piutangnya.
Keterangan Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
Penjualan 50 50 100 150 200 100 100 50
0.2 Penjualan 10 10 20 30 40 20 20 10
0.7 Penjualan 35 35 70 105 140 70 70
0.1 Penjualan 5 5 10 15 20 10
Total 10 45 60 105 155 175 110 90

6
Anggaran kas operasional (dalam jutaan rupiah)
Keterangan Juli Agst Sept Okt Nov Des
Penerimaan: 60 105 155 175 110 90
Pengeluaran:
Pembelian bahan 70 105 140 70 70 35
Upah/gaji 8 10 13 8 8 5
Sewa 3 3 3 3 3 3
Pengeluaran lain 1 2 2 1 1 1
Pemb pajak 20 20
Investasi baru 50
Jumlah 81 119 177 131 81 63
Surplus/(Defisit) (21) (14) (22) 44 29 27

Anggaran finansial (dalam jutaan rupiah)


Keterangan Juli Agst Sept Okt Nov Des
Saldo kas awal 30 25 25 25 25 46
Surplus (Defisit) (21) (14) (22) 44 29 27
Pinjaman (16) (14) (22)
Pemb Pinjaman (44) (8)
Saldo kas akhir 25 25 25 25 46 73
Utang kumulatip (16) (30) (52) (8) 0 0
Surplus kas 0 0 0 0 21 48

Anggaran kas keseluruhan (dalam jutaan rupiah)


Keterangan Juli Agst Sept Okt Nov Des
Saldo kas awal 30 25 25 25 25 46
Penerimaan: 60 105 155 175 110 90
Pinjaman 16 14 22
Jumlah 106 144 202 200 135 136
Pengeluaran:
Pembelian bahan 70 105 140 70 70 35
Upah/gaji 7.5 10 12.5 7.5 7.5 5
Sewa 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Pengeluaran lain 1 2 2 1 1 1
Pemb Pajak 20 20
Investasi Baru 50
Pemb pinjaman 44 8
Jumlah 81 119 177 175 89 63
Saldo kas 25 25 25 25 46 73
Jumlah pinjaman 16 20 52 8 0 0
Kelebihan kas 0 0 0 0 21 48

7
5. Penentuan Jumlah Kas Optimal Dengan Model Boumel Dan Model Miller-Orr
Kas dan surat berharga yang optimal sangat bergantung atas trade-off antara tingkat bunga
dengan biaya transaksi. Untuk menentukan jumlah kas optimal dapat digunakan dua model
persediaan kas yang optimal yaitu Model Bournel dan Model Miller-Orr
a. Model Bournel
Model Bournel adalah model penentuan kas optimal dengan konsep dasar bahwa
opportunity cost atas bunga yang hilang karena menahan uang tunai sama dengan biaya
tetap untuk mengubah surat berharga menjadi uang tunai (kas) dengan asumsi perusaan
memiliki permintaan uang kas yang konstan setiap periode. Penentuan jumlah kas optimal
dengan model Bournel dapat dihitung sebagai berikut.
Keterangan:

b(T/C) + I (C/2)
b = biaya transaksi yang diasumsikan independent terhadap banyaknya transfer.
T = total permintaan kas selama periode tertentu.
I = tingkat bunga atas surat berharga yang diasumsikan konstan selama periode tersebut.
T/C = menunjukkan banyaknya transaksi yang jika dikalikan dengan biaya tetap setiap
kali transaksi akan sama dengan total biaya tetap selama satu periode.
C/2 = menunjukkan rata-rata kas dan jika dikalikan dengan tingkat bunga maka sama
dengan laba yang hilang karena menahan kas, semakin besar C maka rata -rata kas
juga besar berarti investasi surat berharga menjadi semakin kecil.
𝟐𝒃𝑻
Kas Optimal: 𝑪 ∗ = √
𝒊
Contoh:
Misalkan perusahaan memerlukan kas setiap tahunnya Rp1.200.000.000 dengan
pemakaian perharinya konstan. Biaya transaksi setiap kali dari surat berharga menjadi kas
sebesar Rp50.000. Tingkat bunga yang diperoleh karena memiliki surat berharga 12%.
Besarnya kas optimal dapat dihitung sebagai berikut.
𝟐𝒃𝑻 Dari perhitungan di samping, dapat diketahui perusahaan
𝑪∗ = √
𝒊 perlu menjual surat berharga senilai Rp31,623 juta setiap
2(1.200.000)(50) kali saldo kasnya mencapai nol. Dengan cara tersebut
C∗ = √
12% perusahaan akan meminimumkan biaya karena kehilangan

C = Rp31,623 juta kesempatan untuk menanamkan dana pada surat berharga
dan biaya transaksi.

Biaya yang dimaksud adalah:


- Biaya kehilangan kesempatan: (Rp31,623 juta/2) x 0,12 = Rp1,897 juta
- Biaya transaksi: (Rp1.200.000.000/Rp31,623 juta) x Rp50.000 = Rp1,897 juta
Total Biaya = Rp3,794 juta

8
b. Model Miller-Orr
Model ini dikembangkan oleh Miller dan Orr, model ini merumuskan sebagai
berikut. Dalam pengeluaran dan pemasukan kas perusahaan yang berfluktuasi dari waktu
kewaktu. Secara acak perusahaan perlu menetapkan batas atas dan bawah dari saldo kas.
Rumus kas optimal:
Keterangan:

Z = Kas optimal i = bunga harian transaksi surat berharga


b = biaya tetap untuk transaksi surat h = nilai kas optimal
berharga L = batas bawah
2
r = variance kas masuk bersih
Nilai optimal h adalah 3z
(𝐳+𝐡)−𝐋
Rata-rata kas kira-kira
𝟑
Contoh:
Misalkan sebuah perusahaan memiliki biaya tetap untuk transaksi sebesar Rp500,- dan
variance kasnya Rp1000,- sedangkan bunga i sebesar 18% (satu tahun 360 hari) maka
besarnya Z adalah:
𝟑 𝟑𝒃𝒓𝟐 𝟑 𝟑(𝟓𝟎𝟎)(𝟏.𝟎𝟎𝟎)
𝒁= √ = √ = Rp908,56.
𝟒𝒊 𝟒(𝟎.𝟏𝟖/𝟑𝟔𝟎)
h = 3z = 3 x Rp908,56 = Rp2.725,68.

9
BAB III
PENUTUP

1. Pihak perusahaan haruslah memikirkan modal kerja dengan cermat, karena modal kerja
berfungsi untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Dimana terdapat dua
pengertian modal kerja, yakni gross working capital dan net working capital. Besar
kecilnya modal kerja dipengaruhi beberapa faktor, seperti jenis produk yang dibuat, jangka
waktu siklus operasi, tingkat penjualan, kebijakan persediaan, kebijakan penjualan kredit
dan efisiensi manajemen aktiva lancar
2. Melakukan analisis terhadap berapa besar kebutuhan aktiva lancar yang sifatnya permanen
dan yang berfluktuasi, untuk kemudian memilih sumber dana untuk membiayai investasi
itu, baik aktiva lancar maupun aktiva tetap dapat dilakukan dengan tiga pendekatan, yakni
Matching, Conservative dan Agresive Approach.
3. Besarnya kebutuhan modal kerja pada suatu perusahaan ditentukan oleh periode perputaran
atau waktu terikatnya dana dalam unsur-unsur modal kerja dan pengeluaran kas harian.
4. Manajemen kas bertujuan untuk meminimalkan jumlah kas yang seharusnya ditahan untuk
aktivitas normal perusahaan. Bagi manajer keuangan penganggaran kas merupakan salah
satu aspek penting yang berguna untuk meramalkan keuangan jangka pendek.
5. Penentuan jumlah kas optimal dapat melalui dua model, yakni Model Boumel dan Model
Miller-Orr. Model Boumel dipergunakan bila perusahaan memiliki permintaan uang kas
yang tetap atau relatif konstan setiap periode. Perusahaan dapat memperoleh dana kas
dengan menjual surat berharga. Model Miller-Orr dipergunakan bila engeluran dan
pemasukan kas perusahaan yang berfluktuasi dari waktu-kewaktu. Perusahaan perlu
menetapkan batas atas dan batas bawah dari saldo kas.

10
DAFTAR PUSTAKA

Brigham, E. F. and Houston, J. F. (2019) Fundamentals of Financial Management 15 Edition.


Cengage Learning.
Jurnalmanajemen, 2021. Pengertian Manajemen Kas dan Penjelasan Lengkap. Tersedia pada:
https://jurnalmanajemen.com/manajemen-kas/. Diakses pada tanggal 8 Oktober 2021.
Wiagustini, Ni Luh Putu. (2014). Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Denpasar: Udayana Press.
Zaki, 2021. Manajemen Modal Kerja. Tersedia pada: https://idmanajemen.com/manajemen-
modal-kerja/. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2021.

11
Latihan soal

PT WISTARINI PT WISTARINI
NERACA LAPORAN RUGI LABA
Per 31 Desember 2011-2012 (dalam jutaan rupiah) Per 31 Desember 2011-2012 (dalam jutaan rupiah)
31 Desember 31 Desember
Pos-Pos
Pos-Pos (Rp000.000) 2011 2012
2011 2012 Penjualan 5,740 6,260
Aktiva Lancar: Harga pokok penjualan 3,550 3,830
Kas 150 250 Laba penjualan 2,190 2,430
Piutang 860 840 Biaya penjualan 500 550
Persediaan 420 560 Biaya administrasi 250 260
Aktiva lancar lain-lain 30 60 Biaya operasi 750 810
Jumlah aktiva lancar 1,460 1,710 Laba operasi 1,440 1,620
Aktiva tidak lancar 4,750 4,620 Pendapatan lain-lain 100 70
Jumlah aktiva 6,210 6,330 Pendapatan netto 1,540 1,690
Utang jangka pendek 660 670
Utang jangka panjang 350 200
Jumlah Utang 1,010 870
Modal Saham 3,400 3,400
Laba ditahan 1,800 2,060
Jumlah Modal 5,200 5,460
Jumlah Utang & Modal 6,210 6,330

1. Analisis Sumber dan Penggunaan Dana dalam artian Kas


Langkah pertama yang dilakukan adalah menyusun laporan perubahan neraca sebagai
berikut.
PT WISTARINI
LAPORAN PERUBAHAN NERACA
(dalam jutaan rupiah)
31 Desember
Pos-Pos (Rp000.000) Sumber Penggunaan
2011 2012
Aktiva Lancar:
Kas 150 250 100
Piutang 860 840 20
Persediaan 420 560 140
Aktiva lancar lain-lain 30 60 30
Jumlah aktiva lancar 1,460 1,710
Aktiva tidak lancar 4,750 4,620 130

12
Jumlah aktiva 6,210 6,330
Utang jangka pendek 660 670 10
Utang jangka panjang 350 200 150
Jumlah Utang 1,010 870
Modal Saham 3,400 3,400
Laba ditahan 1,800 2,060 260
Jumlah Modal 5,200 5,460
Jumlah Utang & Modal 6,210 6,330
Jumlah 420 420

Langkah selanjutnya adalah menghitung dana yang bersumber dari operasi. Dana dari
operasi yang bersumber dari laba bersih tahun 2012 sebesar Rp1.690 juta. Dana tersebut
sebagian digunakan untuk membayar dividen, yang dapat dibuktikan dari laporan laba
ditahan 2012 yang diuraikan sebagai berikut.
Laba ditahan awal 2012 (akhir 2011) Rp 1,800
Laba bersih 2012 Rp 1,690
Laba ditahan yang tersedia 2012 Rp 3,490
Laba ditahan 2012 -Rp 2,060
Dividen tunai 2012 Rp 1,430

Kemudian, dapat disusun laporan sumber dan penggunaan dana dalam artian Kas
PT WISTARINI
LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS
Periode 2012 (dalam Jutaan Rupiah)
Sumber Penggunaan
Dana diperoleh dari operasi
Laba bersih 1,690 Dividen 1,430
Berkurangnya piutang 20 Penambahan persediaan 140
Berkurangnya aktiva tidak
130 Penambahan aktiva lancar lain-lain 30
lancar
Kenaikan utang jangka pendek 10 Berkurangnya utang jangka panjang 150
Penambahan kas 100
Jumlah 1,850 Jumlah 1,850

Interpretasi:
Berdasarkan Laporan Sumber dan Penggunaan Kas tersebut dapat diperoleh beberapa
catatan. Penggunaan kas yang utama adalah untuk membayar dividen, membayar utang
jangka panjang, membeli persediaan, menambah aktiva lancar lain-lain. Penggunaan kas ini

13
treutama dibelanjai dari operasi (laba), tertagihnya piutang, penjualan aktiva tidak lancar dan
mendapatkan pinjaman jangka pendek. Ternyata penggunaan kas lebih kecil Rp100 juta
sehingga kas bertambah Rp100 juta.

2. Analisis Sumber dan Penggunaan Dana dalam artian Modal Kerja


Langkah pertama yang dilakukan adalah menyusun Laporan Perubahan Modal Kerja PT
WISTARINI sebagai berikut.
PT WISTARINI
LAPORAN PERUBAHAN MODAL KERJA
(dalam Jutaan Rupiah)
Bertambah
Keterangan 2011 2012
(berkurang)
Aktiva Lancar
Kas 150 250 (100)
Piutang 860 840 20
Persediaan 420 560 (140)
Aktiva lancar lain-lain 30 60 (30)
Jumlah Aktiva Lancar 1,460 1,710 (250)
Utang Lancar
Utang jangka pendek 660 670 10
Jumlah Utang Lancar 660 670 10
Bertambahnya Modal 240

Interpretasi:
Dilihat dari laporan perubahan modal kerja, selama 2011-2012 terjadi penambahan modal
kerja sebesar Rp240 juta. Ini menunjukkan bahwa penggunaan modal kerja lebih kecil dari
pada sumbernya.

Kemudian Laporan sumber dan penggunaan modal kerja dapat disusun sebagai berikut.
PT WISTARINI
LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS
Periode 2012 (dalam Jutaan Rupiah)
Sumber Penggunaan
Dana diperoleh dari operasi
Laba bersih 1,690 Dividen 1,430
Berkurangnya aktiva tidak lancar 130 Berkurangnya utang jangka panjang 150
Penambahan modal kerja 240
Jumlah 1,820 Jumlah 1,820

14
Interpretasi:
Dari Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja dapat diketahui bahwa penambahan
modal kerja sebesar Rp240 juta. Hal ini menandakan bahwa penggunaan modal kerja berupa
pembayaran dividen dan pelunasan utang jangka panjang lebih kecil daripada sumber modal
yang berasal dari laba bersih dan penjualan aktiva tetap.

15

Anda mungkin juga menyukai