Anda di halaman 1dari 12

PERPAJAKAN II

SPT PPh Pasal 21,22,23,24,26 dan PPh Final Pasal 4

Dosen Pengampu : Dr. Drs. Herkulanus Bambang Suprasto,M.Si.,Ak

Oleh KELOMPOK 1

Nama Anggota :

I Wayan Bayu Adi Pratama 2007531013

Putu Ayu Dea Rhizma 2007531037

Maria M. Virginia De Pazzi 2007531039

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2021/2022
PEMBAHASAN
1. Formulir SPT PPh Pasal 21

Masa Pajak [mm-yyyy]


mm diisi dengan bulan dan yyyy diisi dengan tahun kalender.
Misalnya Masa Pajak Januari 2021, maka ditulis 01 – 2021.

SPT Normal atau SPT Pembetulan ke …


Isikan tanda silang (X) pada kotak yang sesuai. Jika merupakan SPT Pembetulan maka
tuliskan urutan pembetulan dengan angka.

Jumlah lembar SPT termasuk lampiran


Diisi oleh petugas.

Angka 1. Diisi dengan NPWP Pemotong.


Angka 2. Diisi dengan nama Pemotong.
Angka 3. Diisi dengan alamat Pemotong.
Angka 4. Diisi dengan nomor telepon Pemotong.
Angka 5. Diisi dengan alamat email Pemotong.

Angka 1 – Angka 11
Kolom (4) : Diisi dengan jumlah penerima penghasilan.
Kolom (5) : Diisi dengan jumlah penghasilan bruto.
Kolom (6) : Diisi dengan jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong.

1
Angka 12
Diisi dengan jumlah pokok PPh Pasal 21 terutang yang terdapat dalam STP PPh Pasal 21.

Angka 13
Masa pajak : Diisi tanda silang (X) pada kotak yang sesuai.
Tahun kalender : Diisi tahun kalender dengan format yyyy.
Kolom (5) : Diisi dengan kelebihan penyetoran PPh Pasal 21.

Angka 14 – Angka 17
Cukup Jelas

Angka 18
mm : Diisi dengan bulan
yyyy : Diisi dengan tahun

Angka 1 – Angka 5
Kolom (4) : Diisi dengan jumlah penerima penghasilan.
Kolom (5) : Diisi dengan jumlah penghasilan bruto.
Kolom (6) : Diisi dengan jumlah PPh Pasal 21 (final) yang dipotong.

Diisi tanda silang (X) pada kotak yang sesuai dengan jenis dokumen yang dilampirkan dam
diisi jumlah lembar dokumen yang dilampirkan.

2
Angka 1. Diisi tanda silang (X) pada kotak yang sesuai dengan pihak yang menandatangani
SPT, yaitu Pemotong/Pimpinan atau kuasa.
Angka 2. Diisi dengan NPWP yang menandatangani SPT .
Angka 3. Diisi dengan nama yang menandatangani SPT.
Angka 4. Diisi dengan tanggal penandatanganan SPT.
Angka 5. Diisi dengan nama tempat penandatangan SPT.
Angka 6. Diisi dengan tanda tangan dan cap.
2. Formulir SPT PPh Pasal 22

Masa Pajak [mm-yyyy]


mm diisi dengan bulan dan yyyy diisi dengan tahun kalender.
Misalnya Masa Pajak Januari 2021, maka ditulis 01 – 2021.

SPT Normal atau SPT Pembetulan ke …


Isikan tanda silang (X) pada kotak yang sesuai. Jika merupakan SPT Pembetulan maka
tuliskan urutan pembetulan dengan angka.

Diisi dengan identitas lengkap (NPWP, nama dan alamat) Pemungut Pajak/Wajib Pajak.

Kolom (1) : Cukup jelas


Kolom (2) : Kode Akun Pajak (KAP) dan Kode Jenis Setoran (KJS)
Kolom (3) : Diisi dengan jumlah penjualan/pembelian/nilai impor.
Kolom (4) : Diisi dengan PPh Pasal 22 yang dipungut.

3
Beri tanda silang (X) pada kotak yang sesuai dengan dokumen dan isi jumlah dokumen yang
dilampirkan pada kotak yang tersedia.

• Beri tanda silang (X) pada kotak yang sesuai. Pemungut Pajak/Pimpinan atau
Kuasanya wajib membubuhkan Nama Lengkap dan NPWP yang bersangkutan serta
wajib menandatangani dan membubuhkan cap perusahaan.
• Tanggal diisi dengan tanggal dibuatnya SPT.
• Kotak yang harus diisi oleh petugas cukup dikosongkan saja oleh Wajib Pajak.

3. Formulir SPT PPh Pasal 23


➢ Bagian Judul

DEPARTEMEN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA SPT Normal


KEUANGAN R.I. PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SPT Pembetulan Ke-
DIREKTORAT Formulir ini digunakan untuk melaporkan Pemotongan Masa Pajak
JENDERAL PAJAK Pajak Penghasilan Pasal 23 dan/atau Pasal 26 /

- Beri tanda silang (X) pada kotak di depan baris ”SPT Normal” jika SPT yang disampaikan
merupakan SPT biasa, dan beri tanda silang (X) pada kotak di depan baris ”SPT Pembetulan
Ke- ” jika SPT yang disampaikan merupakan SPT Pembetulan.
- Untuk SPT Pembetulan, maka pada baris: “SPT Pembetulan Ke- ” diisi dengan angka
kesekian kalinya Wajib Pajak melakukan pembetulan.
- Masa Pajak diiisi dengan Masa Pajak yang bersangkutan, dengan format penulisan
bulan/tahun. Untuk SPT Pembetulan, Masa Pajak diisi dengan Masa Pajak dari SPT yang
dibetulkan.
➢ Bagian A
Diisi dengan identitas lengkap (NPWP, nama, dan alamat) Pemotong Pajak/Wajib Pajak.
BAGIAN A. IDENTITAS PEMOTONG PAJAK/WAJIB PAJAK

1. NPWP : -
2. Nama :
3. Alamat :

4
➢ Bagian B
BAGIAN B. OBJEK PAJAK
1. PPh Pasal 23 yang telah Dipotong

Uraian KAP/KJS Jumlah Penghasilan Bruto (Rp) PPh yang Dipotong (Rp)
(1) (2) (3) (4)
1. Dividen *) 411124/101
2. Bunga **) 411124/102
3. Royalti 411124/103
4. Hadiah dan penghargaan 411124/100
5. Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta ***) 411124/100
6. Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Jasa Konsultansi dan jasa lain sesuai
dengan PMK-244/PMK.03/2008 :
a. Jasa Teknik 411124/104
b. Jasa Manajemen 411124/104
c. Jasa Konsultan 411124/104
d. Jasa lain :****)
1) …………………………...………………………………………………………………………
2) …………………………...………………………………………………………………………
3) …………………………...………………………………………………………………………
7. ….…………………………….……………….……….….………….………….……
JUMLAH
Terbilang …………………………………………………………….…………………………………………….………………………..…………………………

2. PPh Pasal 26 yang telah Dipotong

Jumlah Penghasilan Perkiraan


Uraian KAP/KJS Bruto Penghasilan PPh yang Dipotong (Rp)
(Rp) Neto (% )

(1) (2) (3) (4) (5)


1. Dividen 411127/101
2. Bunga 411127/102
3. Royalti 411127/103
4. Sewa dan Penghasilan lain sehubungan penggunaan harta 411127/100
5. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan 411127/104
6. Hadiah dan penghargaan 411127/100
7. Pensiun dan pembayaran berkala 411127/100
8. Premi swap dan transaksi lindung nilai 411127/102
9. Keuntungan karena pembebasan utang 411127/100
10. Penjualan harta di Indonesia 411127/100
11. Premi asuransi/reasuransi 411127/100
12. Penghasilan dari pengalihan saham 411127/100
13. Penghasilan Kena Pajak BUT setelah pajak 411127/105
JUMLAH
Terbilang ……………..…………………………………………………………………………………………………………….………………………..…………………………
*) Tidak termasuk dividen kepada WP Orang Pribadi Dalam Negeri. ***) Kecuali sewa tanah dan bangunan.
**) Tidak termasuk bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada WP OP. ****) Apabila kurang harap dibuat lampiran tersendiri.

1) PPh Pasal 23 yang telah dipotong


- Kolom (1) : Cukup Jelas.
- Kolom (2) : Merupakan Kode Akun Pajak (KAP) dan Kode Jenis Setoran (KJS) yang
harus diisikan pada Surat Setoran Pajak (SSP).
- Kolom (3) : Cukup Jelas.
- Kolom (4) : Diisi dengan jumlah PPh Pasal yang dipotong Terbilang : Diisi untuk
jumlah PPh Pasal 23
2) PPh Pasal 26 yang telah dipotong
- Kolom (1) : Cukup Jelas.
- Kolom (2) : Merupakan Kode Akun Pajak (KAP) dan Kode Jenis Setoran (KJS) yang
harus diisikan pada Surat Setoran Pajak (SSP).
- Kolom (3) : Cukup Jelas.
- Kolom (4) : Diisi dengan prosentase perkiraan penghasilan neto sesuai ketentuan yang
berlaku.
- Kolom (5) : Diisi dengan jumlah PPh Pasal yang dipotong
- Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh Pasal 26

5
➢ Bagian C
BAGIAN C. LAMPIRAN

1. Surat Setoran Pajak : lembar. 4. Surat Kuasa Khusus.


2. Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26. 5. Legalisasi fotocopy Surat Keterangan Domisili yang masih
3. Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 berlaku, dalam hal PPh Pasal 26 dihitung berdasarkan tarif
dan/atau Pasal 26 : lembar. Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B).

Beri tanda X dalam kotak sesuai dengan dokumen yang dilampirkan dan isi
jumlah dokumen yang dilampirkan pada kotak yang tersedia. Jika SPT ditandatangani
oleh bukan Pemotong Pajak/Wajib Pajak, maka harap dilampirkan Surat Kuasa Khusus
bermaterai cukup.
➢ Bagian D
- Beri tanda (X) pada kotak yang sesuai. Pemotong Pajak/Pimpinan atau Kuasanya wajib
membubuhkan Nama Lengkap dan NPWP yang bersangkutan serta wajib
menandatangani dan membubuhkan cap perusahaan. Tanggal diisi dengan tanggal
dibuatnya SPT dengan format penulisan tanggal-bulan-tahun.
- Kotak yang harus diisi oleh petugas cukup dikosongkan saja oleh Wajib Pajak.
BAGIAN D. PERNYATAAN DAN TANDA TANGAN
Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan Diisi Oleh Petugas
perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta SPT Masa Diterima:
lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas. Langsung dari WP
PEMOTONG PAJAK/PIMPINAN KUASA WAJIB PAJAK Melalui Pos

Tanggal
Nama 2 0
NPWP - tanggal bulan tahun

Tanda Tangan & Cap Tanggal 2 0 Tanda Tangan


tanggal bulan tahun

4. Formulir SPT PPh Pasal 24


NAMA NPWP BUKTI JUMLAH PPh YANG DIPOTONG /
JENIS PAJAK : PPh PASAL
NO PEMOTONG/PEMUNGUT PEMOTONG/PEMUNGUT PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN DIPUNGUT
21/ 22/23/24/26/DTP *)
PAJAK PAJAK (Rupiah)
NOMOR TANGGAL
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

- NOMOR – Kolom (1) Cukup jelas.


- NAMA PEMOTONG / PEMUNGUT PAJAK - Kolom (2) Kolom ini diisi dengan nama
dari masing-masing pemotong/pemungut pajak.
- NPWP PEMOTONG / PEMUNGUT PAJAK – Kolom (3) Kolom ini diisi dengan NPWP
dari masing-masing pemotong/pemungut pajak.
- NOMOR BUKTI PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN - Kolom (4) Kolom ini diisi
dengan nomor setiap bukti pemotongan/pemungutan.
- TANGGAL BUKTI PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN - Kolom (5) Kolom ini diisi
dengan tanggal setiap bukti pemotongan/pemungutan dengan format penulisan
dd/mm/yy.

6
- JENIS PAJAK : PPh PASAL 21/PASAL 22/PASAL 23/PASAL 24/PASAL 26/DTP -
Kolom (6) Kolom ini diisi dengan jenis pajak yang telah dipotong/dipungut/ditanggung
pemerintah yaitu: PPh Pasal 21 (ditulis 21), PPh Pasal 22 (ditulis 22), PPh Pasal 23
(ditulis 23), PPh Pasal 24 (ditulis 24), PPh Pasal 26 (ditulis 26), dan PPh Ditanggung
Pemerintah (ditulis DTP).
➢ PPh PASAL 24
PPh Pasal 24 adalah pajak yang dibayar/dipotong/terutang di luar negeri atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri dalam tahun yang bersangkutan,
sebesar PPh yang dibayar/dipotong/terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi
penghitungan pajak yang terutang berdasarkan Undang-Undang PPh. Penghitungan
"batas maksimum kredit pajak luar negeri yang dapat dikreditkan" tersebut harus
dilakukan untuk masing-masing negara. Dalam hal pajak yang dibayar/dipotong/terutang
atas penghasilan di luar negeri jumlahnya sama atau lebih kecil dari "batas maksimum
kredit pajak luar negeri yang dapat dikreditkan" tersebut, maka jumlah PPh Pasal 24
yang diisikan pada Kolom (7) adalah sebesar pajak yang sebenarnya
dibayar/dipotong/terutang atas penghasilan di luar negeri.
Namun, apabila pajak yang sebenarnya dibayar/dipotong/terutang atas penghasilan di
luar negeri lebih besar dari "batas maksimum kredit pajak luar negeri yang dapat
dikreditkan", maka jumlah PPh Pasal 24 yang diisikan pada Kolom (7) adalah sebesar
"batas maksimum kredit pajak luar negeri yang dapat dikreditkan" tersebut (Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 164/KMK.03/2002 tentang Kredit Pajak Luar Negeri).
Penghitungan batas maksimum kredit pajak luar negeri yang dapat dikreditkan dapat
dilihat pada bagian Petunjuk Pengisian Induk SPT, Angka 4: Penghasilan Neto Luar
Negeri di halaman 29 Petunjuk Pengisian ini.
5. Formulir SPT PPh Pasal 26 & PPh Final Pasal 4

Dalam pengisian SPT baik PPh Pasal 26 dan Final Pasal 4 memiliki petunjuk pengisiannya
yang sama, baik dibagian judul, bagian A, bagian C dan bagian D. Hanya saja dalam
pengisiannya memiliki perbedaan pada bagian B. Berikut penjabaran bagian Judul, Bagian A,
Bagian C, dan Bagian D:
1. Bagian Judul
• Beri tanda silang (X) pada kotak di depan baris ”SPT Normal” (SPT biasa), dan beri
tanda silang (X) pada kotak di depan baris ”SPT Pembetulan Ke- (SPT Pembetulan).
• Untuk SPT Pembetulan, maka pada baris: “SPT Pembetulan Ke- ” diisi dengan
angka kesekian kalinya Wajib Pajak melakukan pembetulan.
• Masa Pajak diiisi dengan Masa Pajak yang bersangkutan, dengan format penulisan
bulan-tahun.
DEPARTEMEN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA SPT Normal
KEUANGAN R.I. PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) SPT Pembetulan Ke-
DIREKTORAT Formulir ini digunakan untuk melaporkan Pemotongan/Pemungutan Masa Pajak
JENDERAL PAJAK Pajak Penghasilan Final Pasal 4 Ayat (2) /

2. Bagian A
Diisi dengan identitas lengkap (NPWP, nama, dan alamat) Pemotong Pajak/Wajib Pajak.
BAGIAN A. IDENTITAS PEMOTONG PAJAK/WAJIB PAJAK

1. NPWP : -
2. Nama :
3. Alamat :

3. Bagian C

7
Beri tanda X dalam kotak sesuai dengan dokumen yang dilampirkan dan isi jumlah
dokumen yang dilampirkan pada kotak yang tersedia. Jika SPT ditandatangani oleh bukan
Pemotong Pajak/Wajib Pajak, maka harap dilampirkan Surat Kuasa Khusus bermaterai
cukup.
BAGIAN C. LAMPIRAN

1. Surat Setoran Pajak : lembar.


2. Daftar Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh Final Pasal 4 ayat (2).
3. Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh Final Pasal 4 ayat (2) : lembar.
4. Surat Kuasa Khusus.

4. Bagian D
• Beri tanda (X) pada kotak yang sesuai. Pemotong Pajak/Pimpinan atau
Kuasanya wajib membubuhkan Nama Lengkap dan NPWP yang
bersangkutan serta wajib menandatangani dan membubuhkan cap
perusahaan. Tanggal diisi dengan tanggal dibuatnya SPT dengan format
penulisan tanggal-bulan-tahun.
• Kotak yang harus diisi oleh petugas cukup dikosongkan saja oleh Wajib Pajak.
BAGIAN D. PERNYATAAN DAN TANDA TANGAN

Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan Diisi Oleh Petugas
perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta SPT Masa Diterima:
lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas. Langsung dari WP
PEMOTONG PAJAK/PIMPINAN KUASA WAJIB PAJAK Melalui Pos

Tanggal
Nama 2 0
NPWP - tanggal bulan tahun

Tanda Tangan & Cap Tanggal 2 0 Tanda Tangan


tanggal bulan tahun

F.1.1.32.04 Lampiran I.1 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 53/PJ/2009

Adapun yang berbeda dari SPT Pasal 26 dan Final Pasal 4


1. Bagian B (PPh Final Pasal 4)
• Kolom (1) : Uraian
• Kolom (2) : KAP/KJS
Merupakan Kode Akun Pajak (KAP) dan Kode Jenis Setoran (KJS) yang harus diisikan
pada Surat Setoran Pajak (SSP).
• Kolom (3) : Nilai Objek Pajak
Diisi dengan jumlah nominal nilai objek pajak.
• Kolom (4) : Tarif .
Apabila pemotong pajak melakukan pemotongan PPh atas suatu objek pajak dengan
beberapa tarif yang berbeda, maka tarif-tarif yang digunakan sebagai dasar pemotongan
diisi pada kolom ini dan dipisahkan dengan menggunakan garis miring (../..)
• Kolom (5) : PPh yang dipotong/dipungut/disetor sendiri
Diisi dengan jumlah Pajak Penghasilan yang dipotong/dipungut/disetor sendiri yaitu
sebesar Nilai Objek Pajak x Tarif Terbilang :Diisi untuk jumlah PPh

8
BAGIAN B. OBJEK PAJAK

Nilai Obyek PajaK Tarif PPh yang Dipotong/


Uraian KAP/KJS
(Rp) (%) Dipungut/Disetor Sendiri (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Bunga Deposito/Tabungan, Diskonto SBI dan Jasa Giro
a. Bunga Deposito/Tabungan
1) Yang ditempatkan di Dalam Negeri 411128/404
2) Yang ditempatkan di Luar Negeri 411128/404
b. Diskonto Sertifikat Bank Indonesia 411128/404
c. Jasa Giro 411128/404
2. Transaksi Penjualan Saham
a. Saham Pendiri 411128/407
b. Bukan Saham Pendiri 411128/407
3. Bunga/Diskonto Obligasi dan Surat Berharga Negara 411128/401
4. Hadiah Undian 411128/405
5. Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
a. Penyewa sebagai Pemotong Pajak 411128/403
b. Orang Pribadi/Badan yang Menyetor Sendiri PPh 411128/403
6. Jasa Konstruksi
a. Perencana Konstruksi
1) Pengguna Jasa sebagai Pemotong PPh 411128/409
2) Penyedia Jasa yang Menyetor Sendiri PPh 411128/409
b. Pelaksana Konstruksi
1) Pengguna Jasa sebagai Pemotong PPh 411128/409
2) Penyedia Jasa yang Menyetor Sendiri PPh 411128/409
c. Pengawas Konstruksi
1) Pengguna Jasa sebagai Pemotong PPh 411128/409
2) Penyedia Jasa yang Menyetor Sendiri PPh 411128/409
7. Wajib Pajak yang Melakukan Pengalihan Hak atas
Tanah/Bangunan 411128/402
8. Bunga Simpanan yang Dibayarkan oleh Koperasi kepada
Anggota Wajib Pajak Orang Pribadi 411128/417
9. Transaksi Derivatif Berupa Kontrak Berjangka yang
Diperdagangkan di Bursa 411128/418
10. Dividen yang Diterima/Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri 411128/419
11. Penghasilan Tertentu Lainnya
a. ……………...…………..……………………………………
b. ……………...……………...…………………………………
c. ……………...……………………...…………………………
JUMLAH
Terbilang : …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Penyetoran dilakukan dengan menggunakan SSP ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan
Giro.
Jadwal penyetoran PPh dan pelaporan SPT untuk masing-masing jenis penghasilan adalah
sebagai berikut:
Jenis Penghasilan Penyetoran Pelaporan
Bunga Deposito/Tabungan, Paling lama tanggal 10 bulan
Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak
Diskonto berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
SBI, Bunga/Diskonto berakhir
Paling lama tanggal 20 bulan Paling lama tanggal 25 bulan
Transaksi Penjualan Saham berikutnya setelah bulan terjadinya berikutnya setelah bulan terjadinya
transaksi penjualan saham. transaksi penjualan saham.
Paling lama tanggal 10 bulan
Paling lama 20 hari setelah masa pajak
Hadiah Undian berikutnya setelah bulan saat
berakhir.
terutangnya pajak.
Paling lama tanggal 10 (bagi Pemotong
Pajak) atau tanggal 15 (bagi WP
Persewaan Tanah Dan Atau Paling lama 20 hari setelah masa pajak
pengusaha persewaan) dari bulan
Bangunan berakhir.
berikutnya setelah
masa pajak berakhir.
Paling lama tanggal 10 (bagi Pemotong
Pajak) dan tanggal 15 (bagi WP jasa Paling lama 20 hari setelah masa pajak
Jasa Konstruksi
konstruksi) bulan berikutnya setelah berakhir.
masa pajak berakhir.

2. Bagian B (Pasal 26)


• Kolom (1) : Cukup Jelas.
• Kolom (2) : Merupakan Kode Akun Pajak (KAP) dan Kode Jenis Setoran (KJS) yang
harus diisikan pada Surat Setoran Pajak (SSP).

9
• Kolom (3) : Cukup Jelas.
• Kolom (4) : Diisi dengan prosentase perkiraan penghasilan neto sesuai ketentuan yang
berlaku.
• Kolom (5) : Diisi dengan jumlah PPh Pasal yang dipotong
2. PPh Pasal 26 yang telah Dipotong

Jumlah Penghasilan Perkiraan


Uraian KAP/KJS Bruto Penghasilan PPh yang Dipotong (Rp)
(Rp) Neto (%)

(1) (2) (3) (4) (5)


1. Dividen 411127/101
2. Bunga 411127/102
3. Royalti 411127/103
4. Sewa dan Penghasilan lain sehubungan penggunaan harta 411127/100
5. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan 411127/104
6. Hadiah dan penghargaan 411127/100
7. Pensiun dan pembayaran berkala 411127/100
8. Premi swap dan transaksi lindung nilai 411127/102
9. Keuntungan karena pembebasan utang 411127/100
10. Penjualan harta di Indonesia 411127/100
11. Premi asuransi/reasuransi 411127/100
12. Penghasilan dari pengalihan saham 411127/100
13. Penghasilan Kena Pajak BUT setelah pajak 411127/105
JUMLAH
Terbilang ……………..…………………………………………………………………………………………………………….………………………..…………………………
*) Tidak termasuk dividen kepada WP Orang Pribadi Dalam Negeri. ***) Kecuali sewa tanah dan bangunan.
**) Tidak termasuk bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada WP OP. ****) Apabila kurang harap dibuat lampiran tersendiri.

SPT disampaikan oleh Pemotong Pajak PPh Pasal 26. Penyetoran pajak dilakukan dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak dan penyampaian SPT selambat-lambatnya 20
hari setelah akhir Masa Pajak.

10
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pajak. (2021). SPT Masa PPh Pasal 23/26. Diakses Pada 01/10/2021.
Diakses Malalui :
https://www.pajak.go.id/id/formulir-pajak/spt-masa-pph-pasal-2326
Blog Pajak (2021). Download Formulir Perpajakan. Diakses Pada 01/10/2021.
Diakses Melalui :
https://blogpajak.com/download-formulir-perpajakan

11

Anda mungkin juga menyukai