Anda di halaman 1dari 34

Untuk menyusun dan mengembangkan standar

profesi dan kode etik profesi akuntan publik


yang berkualitas serta mengacu pada standart
internasional, maka institut akuntan publik
Indonesia (IAPI) telah memberikan
tanggungjawab kepada dewan standar
profesional akuntan publik atau IAPI periode
2007-2008 untik mengembangkan dan
menetapkan suatu standar profesi dan kode
etik profesi yang berkualitas serta berlaku bagi
profesi akuntan publik di Indonesia.
 Prinsip Integritas
 Prinsip Objektivitas
 Prinsip Kompetensi serta sikap kecermatan
dan kehati-hatian profesional
 Prinsip Kerahasiaan
 Prinsip perilaku profesional
Kode etik IAPI 2010 menjelaskan bahwa :
Kode etik IAPI memberikan suatu kerangka
untuk membantu suatu praktisi dalam
mengidentifikasi, mengevaluasi dan
menanggapi ancaman terhadap kepatuhan pada
prinsip dasar etika profesi.
 Ancaman Kepentingan Pribadi
 Ancaman telaah pribadi
 Ancaman advokasi
 Ancaman kedekatan
 Ancaman intimidasi
Kode etik IAPI 2010 menjelaskan bahwa:
Dalam mengevaluasi kepatuhan pada prinsip
dasar profesi, praktisi mungkin diharuskan
untuk menyelesaikan masalah dalam penerapan
prinsip dasar etika profesi.
 Praktisi tidak boleh terkait dengan laporan,
komunikasi, atau informasi lainnya, yang
diyakini terdapat:
1. kesalahan yang material atau pernyataan
yang menyesatkan
2. pernyataan atau informasi yang diberikan
secara tidak hati-hati
3. Penghilangan atau penyembunyian yang
dapat menyesatkan atas informasi yang
seharusnya dapat diungkapkan
Prinsip objerktivitas mengharuskan paktisi
untuk tidak membiarkan subjektifitas, benturan
kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak
dari pihak-pihak lain mempengaruhi
pertimbangan profesional atau pertimbangan
bisnisnya.
 Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan
dan kehati-hatian profesional mewajibkan
setiap praktisi untuk :
1. memelihara pengetahuan dan keahlian
profesional yang dibutuhkan untuk menjamin
pemberian jasa profesional yang kompeten
kepada klien atau pemberi kerja
2. menggunakan kemahiran profesional
dengan sesama dan sesuai dengan standar
kompetensi yang berlaku dalam memberikan
jasa profesionalnya.
 Prinsop erahasiaan mewajibkan setiap praktisi
untuk tidak melakukan hal-hal sebagai berikut:
 A. mengungkapkan informasi yang bersifat
rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis kepada pihak
luar KAP atau jaringan KAP tanpa ada wewenang
khusus.
 B. menggunakan informasi yang bersifat rahasia
yang diperolehhubungan profesional dan
hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi dan
pihak ketiga.
 Prinsip ini mewajibkan setiap praktisi untuk
mematuhi setiap ketentuan hukum dan
peraturan yang berlaku, serta menghindari
setiap tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesi.
 Sebagai implementasi dari Kode Etik IAPI
2010, maka dengan standar profesional
akuntan pubik IAPI periode 2007-2008
menyusun aturan etika profesi akuntan publik
Indonesia. Aturan etika ini memberikan
petunjuk dan arahan bagi akuntan publik
dalam melaksanakan kegiatan praktisinya,
khususnya bila menghadapi dilemma etika.
A. Penerimaan Klien
B. Penerimaan Perikatan
C. Perubahan dalam penunjukkan praktisi, KAP,
atau jaringan KAP.
 Setiap praktisi harus mengambil langkah-
langkah yang diperlukan untuk
mengidentifikasi setiap situasi yang dapat
menimbulkan benturan kepentingan, karena
situasi tersebut dapat menimbulkan ancaman
terhadap kepatuhan prinsip dasar etika
profesi.
 Ancaman terhadap kepatuhan terhadap
prinsip dasar etika dapat terjadi ketika
praktisi diminta untuk memberikan pedapat
kedua (second opinion) mengenai penerapan
akuntansi, auditong, pelaporan, atau standar
/ prinsip lain untuk keadaan atau transaksi
tertentu, atau kepentingan, pihak-pihak
selain klien.
 Dalam melakukannegosiasi emngenai jasa
profesional yang diberikan, praktisi dapat
mengusulkan jumlah imbalan jasa tofesional
yang dipandang sesuai.
 Aturan etika profesi akuntan publik
emnyatakan bahwa:
 Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip
dasar etika profesi dapat terjadi ketika
praktisi mendapatkan suatu perikatan melalui
iklan atau bentuk pemasaran lainnya.
 Praktisi maupun anggotan keluarga langsung
atau anggota keluarga dekatnya mungkin
saja ditawari suatu hadiah untuk
keramahtamaan lainnya oleh klien.
Penerimaan pemberian tersebut dpat
menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan
pada prinsip dasr etika profesi.
Setiap praktisi tidak boleh mengambil
tanggungjawab penyimpanan uang atau aset
lainnya milik klien, kecuali jika diperbolehkan
oleh ketentuan hukum, dan jika demikian,
praktisi wajib menyimpa aset tersebut sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku.
 Setiap Praktisi harus mempertimbangkan ada
tidaknya ancaman terhadap pada kepatuhan
pada prinsip dasar objektivitas yang dapat
terjadi dari adanya kepentingan dalam, atau
hubungan dengan klien maupun direktur,
pejabat, karyawan.
 Independensi merupakan materi yang sangat
penting. Kandugan dari Inependensi apada
kode etik akuntan publik 2010 ini sama
dengan CEPA 2012 in Public Practice.
 Kode etik IAPI 2010 mengacu pada CEOA in
Public Practice dari periode sebelum 2012,
jadi secara praktis tidak ada perbedaan. Hal
ini sesuai dengan kehendak IFAC agar
ketentuan dan kode etik yang diterbitkan
oleh IFAC dapat di adopsi oleh anggota
fedeasi akuntan tersebut, termasuk di
Indonesia.
 Secara teoritis kode etik eksternal telah dapat
menjadi sarana atau pegangan dan pedoman
bagi para auditor eksternal dalam
melaksanakan tugas profesional.
 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku Disfungsional
Auditor: Studi Pada Kantor Akuntansi Publik di Jawa Timur.

Abstrak
 Perilaku disfungsional auditor dikaitkan dengan penurunan kualitas
audit. Perilaku seperti prematur sign-off, pengumpulan bukti yang tidak
memadai, mengubah atau mengganti prosedur audit, dan pelaporan
yang tidak tepat memiliki dampak negatif pada profesi auditing. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menjelaskan pengaruh
lokus kontrol, moralitas, komitmen organisasi, kinerja terhadap perilaku
disfungsional auditor. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data.
Populasi penelitian adalah auditor di Jawa Timur. Sampel penelitian
adalah tujuh puluh dua auditor. Temuan penelitian menunjukkan bahwa
lokus kontrol dan kinerja auditor mempengaruhi perilaku disfungsional
auditor secara signifikan. Namun penelitian menunjukkan bahwa
moralitas auditor tidak mempengaruhi perilaku disfungsional auditor.
Penelitian ini juga menemukan bahwa lokus kontrol dan moralitas
auditor tidak mempengaruhi komitmen organisasi, namun
mempengaruhi kinerja auditor
 Auditor eksternal dituntut oleh masyarakat
atau pemangku kepentingan untuk
memberikan hasil pemeriksaan atau
pemberian opini yang objektif. Artinya, hasil
pemeriksaan tersebut harus memberikan
gambaran yang sebenarnya dari kinerja dan
posisi keungan entitas yang diperiksa. Karena
laporan keuangan yang diperiksa akan
dipergunakan untuk mengambil keputusan.
 Kepercayaan dari masyarakat merupakn hal yang
paling penting bagi seorang auditor eksternal.
Karena kepercayaan merupakan hal yang
penting, maka kehadiran kejujuran dan integritas
dari akuntan menjadi penting. Jadi seorang
auditor eksternal tidak hanya menjadi seorang
yang terpercaya, namun dia harus juga
menampakkan sikap terpercaya dihadapan
masyarakat. Jadi sebagai auditor eksternal yang
hati-hati, dia juga harus mempunyai kewajiban
untuk bersikap cukup skeptic (sikap tidak mudah
percaya) demi untuk melindungi tuntutan hokum
dari masyarakat atau pemangku kepentingan.
 Seorang auditor eksternal karena harus bekerja secara
independen, maka dia mempunyai kegiatan yang berbeda.
Auditor eksternal tidak hanya mengevaluasi laporan kegiatan
perusahaan, tetapi dia harus memberikan penilaian apakah
laporan tersebut dicatat sesuai dengan prinsip akuntansi. Hasil
evaluasi dan penilaian ini ditunggu oleh pemberi penugasan atau
klien, khususnya oleh masyarakat atau pemangku kepentingan.
 Dengan demikian laporan keuangan yang telah diperiksa,
dievaluasi dan dinilai oleh auditor eksternal menjadi sangat
penting bagi pemangku keputusan atau masyarakat untuk
pengambilan keputusan yang strategis. Oleh karenanya, meski
biaya pemeriksaan, pengevaluasian, serta penilaian laporan
keuangan oleh auditor eksternal itu dibayar oleh klien, namun
tanggung jawab auditor eksternal atas hasil penilaian laporan
keuangan itu tidaklah kepada klien atau pemberi pekerjaan,
tetapi kepada pemangku kepentingan atau masyarakat.
1. Tanggung jawab untuk mengevaluasi pengendalian pemeriksaan
internal
 Tanggung jawab auditor eksternal adalah mengungkapkan
pendapat atau opini atas pengendalian internal akuntansu dari
entitas yang diperiksa. Pengungkapan pendapat atau opini atas
pengendalian internal akuntansi ini pentng karena mengarah ke
tuntutan bahwa auditor eksternal mempunyai kewajiban untuk
menguji apakah terdapat prosedur akuntansi, serta terdapat
pencegahan atas risiko pada entitas yang diperiksa.
2. Tanggung jawab untuk mendeteksi dan melaporkan adanya
kesalahan, penyimpangan, dan atau kecurangan.
 Auditor eksternal harus bertanggung jawab untuk mendeteksi
ketidakpastian yang signifikan dari laporan keuangan yang
diperiksa. Auditor eksternal juga harus bertanggungjawab untuk
mendeteksi dan melaporkan adanya kesalahan, penyimpangan,
atau bahkan adanya kecurangan laporan keuangan.
 Didasarkan pada penilaian risiko audit, seorang
auditor eksternal harus mengembangkan
program prosedur audit sedemikian, sehingga
diperoleh jaminan bhwa kecurangan dana tau
kesalahan di dalam laporan secara keseluruhan
dapat diidentifikasi. Jadi diharapkan auditor
eksternal tersebut dapat menerapkan prosedur-
prosedur yang dapat menemukan kesalahan atau
kecurangan tanpa membawa dampak yang
signifikan pada laporan keuangan.dengan
demikian dia tidak dapat dituntut untuk
bertanggung jawab atas ditemukannya
penyimpangan-penyimpangan semacam itu.
 Contoh ancaman terhadap tugas professional dari akuntan
yang memeriksa perusahaan (auditor eksternal):
 Kantor akuntan yang mengeluarkan laporan tentang
keefektifan dari pelaksanaan sistem keuangan setelah
merancang atau menerapkan sistem tersebut.
 Kantor akuntan yang menyiapkan data asli yang digunakan
untuk mengumpulkan catatan-catatan yang merupakan
pokok masalah pemeriksaan.
 Anggota tim audit saat ini atau sebelumnya adalah
direktur atau manajer dari perusahaan yang diperiksa.
 Anggota tim audit saat ini atau sebelumnya bekerja di
perusahaan yang diaudit pada posisi yang snagat
mempengaruhi pokok masalah pemeriksaan.
 Kantor akuntan yang melakukan jasa layanan untuk klien
yang secara langsung mempengaruhi informasi pokok
maslah yang diperiksa.
 Contoh-contoh pencegahan pelaksanaan penugasan audit dalam
lingkungan kerja adalah:
 Akuntan profesioanal yang dilakukan audit tidak terlibat dalam
penugasan jasa non audit pada perusahaan yang diperiksa.
 Akuntan professional yang melakukan audit tidak melakukan review atas
hasil auditnya.
 Berkonsultasi dengan pihak ketiga yang independen seperti komite
dewan komisaris perusahaan yang independen, badan
pengawas/pembuat peraturan, atau akuntan professional yang lain.
 Membicarakan masalah-masalah etika dengan mereka yang
bertanggung jawab atas tata kelola di perusahaan.
 Mengungkapkan kepda mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola
perusahaan tentang sifat layanan yang diberikan, serta imbalan jasa
professional yang dibebankan.
 Melibatkan kantor akuntan lain untuk menyusun atau menyusun kembali
penugasan audit.
 Melakukan pemeriksaan rotasi personil tim audit.
 Prinsip-prinsip kode etik IAPI 2010 adalah
 Prinsip integritas. Setiap praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan
professional dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya.
 Prinsip objektivitas. Setiap praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas,
benturan, kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak lain
mempengaruhi pertimbangan professional atau pertimbangan bisnisnya.
 Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesinal. Setiap
praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada suatu
tingkatan yang persyaratkan secara berkesinambungan, sehingga klien atau
pemberi kerja dapat menerima jasa professional yang diberikan secara kompeten
berdasarkan perkembangan terkini dalam praktik perundang-undangan, dan
metode pelaksanaan pekerjaan.
 Prinsip kerahasiaan. Setiap praktisi waijb menjaga informasi yang diperoleh
sebagai hasil dari hubungan professional dan hubungan bisnisnya, serta tidak
boleh mengungkapkan informasi tersebutkepada pihak ketiga tanpa persetujuan
dari klien atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk
mengungkapkan sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang
berlaku.
 Prinsip perilaku professional.setiap praktisi wajib memenuhi hukum dan peraturan
yang berlaku dan harus menghindari semua tindakan yag dapat mendiskreditkan
profesi.
 Dari uraian yang telah dijabarkan diatas
bahwa kode etik IAPI 2010 tersebut mengacu
pada CEPA in Public Practice dari periode
sebelum 2012. Praktis tidak ada perbedaan.
Hal ini memang sesuai dengan kehendak
International Federation of Accountants (IFAC)
agar ketentuan dan kode etik yang
diterbitkan oleh IFAC dapat diadopsi oleh
anggota federasi akuntan tersebut termasuk
di Indonesia.
 Perilaku disfungsional auditor dikaitkan dengan
penurunan kualitas audit. Perilaku seperti prematur sign-
off, pengumpulan bukti yang tidak memadai, mengubah
atau mengganti prosedur audit, dan pelaporan yang tidak
tepat memiliki dampak negatif pada profesi auditing.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan
menjelaskan pengaruh lokus kontrol, moralitas, komitmen
organisasi, kinerja terhadap perilaku disfungsional
auditor.
 Temuan penelitian menunjukkan bahwa lokus kontrol dan
kinerja auditor mempengaruhi perilaku disfungsional
auditor secara signifikan. Namun penelitian menunjukkan
bahwa moralitas auditor tidak mempengaruhi perilaku
disfungsional auditor. Penelitian ini juga menemukan
bahwa lokus kontrol dan moralitas auditor tidak
mempengaruhi komitmen organisasi, namun
mempengaruhi kinerja auditor.

Anda mungkin juga menyukai