Anda di halaman 1dari 8

Tugas Resume

Etika Profesi Akuntan : Kasus-Kasus Di Indonesia

“Etika Auditor Eksternal/Independensi”

Kelompok 10

Kelas H

Nama Kelompok :

Giany A. Lay 2016310439


Sahidah 2016310459
Lailatul Badriyah 2016310486
Sintikhe R. Dere 2016310502

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS


SURABAYA
2019
PENDAHULUAN

Pendapat atau opini auditor eksternal atas laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting
yang ditunggu oleh masyarakat atau para pemangku kepentingan dari entitas yang diperiksa. Hal
ini dikarenakan pendapat atau opini tersebut merupakan salah satu alat yang penting dalam
pengambilan keputusan. Bila opininya menjelaskan bahwa laporan keuangan itu disusun dan
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berarti laporan keuangan tersebut
menggambarkan kondisi entitas secara wajar. Namun bila pendapat tersebut menyatakan bahwa
laporan keuangan tersebut tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi maka
berarti laporan keuangan tersebut tidak memberikan gambaran kondisi operasi entitas yang
wajar dan benar.

Yang menjadi permasalahan atau dilemma bagi akuntan adalah karena yang membayar fee audit
adalah klien, maka klien tersebut sering kali atau bahkan memaksakan agar pendapat atau opini
atas laporan keuangan tersebut adalah wajar tanpa pengecualian, meski sebenarnya tidak seperti
itu. Oleh karenanya didalam melaksanakan tugas profesinya sebagai auditor eksternal seorang
akuntan dibatasi dengan rambu-rambu kode etik auditor eksternal atau independen

TUNTUTAN MASYARAKAT TERHADAP AUDITOR EKSTERNAL

Auditor eksternal merupakan seorang akuntan professional. Untuk menjadi seorang professional
terdapat ketentuan yang harus dipenuhi. Selain keahlian atau kompetensi di bidang audit yang
diperolehnya melalui pendidikan, dia harus memiliki sertifikat sebagai auditor eksternal. Dengan
kompetensi yang dimiliki serta melakukan pemeliharaan kompetensi secara berkelanjutan maka
masyarakat akan memberikan penghargaan atas kualitas diri auditor eksternal serta hasil
pekerjaannya. Oleh karenanya dengan penghargaan tersebut, seorang auditor eksternal dihargai
oleh masyarakat, paling tidak dengan pemberian kompensasi yang memadai. Namun
permasalahannya adalah bahwa masyarakat juga menginginkan hasil pekerjaan dari auditor
eksternal yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga hasil yang objektif. Auditor eksternal dituntut
oleh masyarakat atau pemangku kepentingan untuk memberikan hasil pemeriksaan atau
pemberian opini yang objektif. Artinya hasil pemeriksaan tersebut harus memberikan gambaran
yang sebenarnya dari kinerja dan posisi keuangan entitas yang diperiksa. Karena laporan
keuangan yang diperiksa akan digunakan untuk mengambil keputusan.
FAKTOR KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP PROFESI AUDITOR
EKSTERNAL

Association of certified fraud examiners (ACFE) 2014 dalam laporan keuangan 2014
menjelaskan bahwa disamping korupsi dan penyalah gunaan organisasi secara tidak benar,
bentuk kejahatan kerah putih yang terbesar nilainya serta yang paling merugikan masyarakat
adalah pembuatan dan penyajian laporan keuangan secara curang. Bila hal ini terus menerus
serta bahkan mendunia, apa yang akan terjadi serta bagaimana sikap masyarakat ? Duska and
Duska, 2006 menjelaskan :

 Kepercayaan dunia usaha terhadap informasi yang dibutuhkan tentang gambaran


keuangan suatu entitas saat ini sedang tererosi.
 Penyajian laporan keuangan yang tidak benar atau curang tersebut, disamping
menimbulkan ketidak percayaan juga akan menimbulkan kekacauan dengan konsekuensi
ketidak efisienan dipasar keuangan dan pasar modal. Karena masyarakat bersikap hati-
hati untuk tidak mempercayai informasi yang ada dipasar keuangan dan pasar modal,
maka dunia usaha khususnya dunia keuangan tidak akan berjalan dengan benar malahan
akan runtuh.

Kepercayaan dari masyarakat merupakan hal yang penting bagi seorang auditor eksternal .
karena kepercayaan merupakan hal yang penting maka kehadiran kejujuran dan integritas dari
akuntan menjadi penting. Jadi seorang auditor eksternal tidak hanya menjadi seorang yang
terpercaya, namun dia harus juga menampakkan sikap terpercaya dihadapan masyarakat. Jadi
sebagai auditor eksternal yang hati-hati, dia juga harus mempunyai kewajiban untuk bersikap
cukup skeptik ( sikap tidak mudah percaya ) demi melindungi tuntutan hokum dari masyarakat
atau pemangku kepentingan.

TANGGUNG JAWAB AUDITOR EKSTERNAL PADA MASYARAKAT DAN


TANGGUNG JAWAB UTAMA SEORANG AUDITOR EKSTERNAL

 Tanggung jawab auditor eksternal pada masyarakat


Peran dan konsekuensi dari tugas untuk menilai kewajarab laporan keuangan membuat
auditor eksternal harus bertanggung jawab yang khusus kepada masyarakat. Seringkali
terjadi benturan antara masyarakat atau pemangku kepentingan dengan klien yang
diperiksa oleh auditor eksternal. Berbeda dengan professional yang lain, seorang auditor
eksternal karena harus bekerja secara independen maka dia mempunyai kegiatan yang
berbeda. Auditor eksternal tidak saja mengevaluasi laporan kegiatan perusahaan tetapi
dia harus memberikan penilaian apakah laporan tersebut dicatat sesuai dengan prinsip
akuntansi.
Tanggung jawab dan kewajiban utama dari auditor eksternal adalah mengesahkan bahwa
laporan keuangan entitas secara jujur menggambarkan posisi keuangan dan kegiatannya
untuk suatu periode tertentu. Dengan demikian tanggung jawab
Auditor eksternal adalah kepada masyarakat, serta tidak kepada klien atau pemberi
penugasan.
 Tanggung jawab utama auditor eksternal
 Tanggung jawab untuk mengevaluasi pengendalian pemeriksaan internal.
Auditor eksternal bertanggung jawab untuk menentukan apakah system dan
pengawasan audit internal cukuo memuaskan. Pengungkapan pendapat atau opini
atas pengendalian internal akuntansi ini penting karena mengarah ke tuntutan
bahwa auditor eksternal mempunyai kewajiban untuk menguji apakah terdapat
prosedur akuntansi serta terdapat pencengahan atas resiko pada entitas yang
diperiksa.
 Tanggung jawab untuk mendeteksi dan melaporkan adanya kesalahan,
penyimpangan, dan atau kecurangan.
Auditor eksternal harus bertanggung jawab untuk mendeteksi ketidakpastian yang
sifnifikan dari laporan keuangan yang diperiksa.

PENERAPAN ETIKA AUDITOR EKSTERNAL

Secara teoritis kode etik auditor eksternal telah dapat menjadi sarana atau pegangan dan
pedoman bagi para auditor eksternal dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Namun dalam
penerapnnya masih ada beberapa atutran yang perlu diperbaiki. Orin, 2008 menyatakan bahwa
Sarbanes –Oxley Act (SOX) sebagai saran utama dalam tata kelola perusahaan dan auditor
eksternal khususnya di USA ternyata belum cukup dapat menatur perilaku auditor eksternal di
USA secara signifikan. SOX tidak hanya belum mengatur independensi pada rotasi auditor
eksternal dan kantor akuntan public yang berkaitan dengan penerapan kode etik profesi auditor
eksternal di USA. Menurut Raspante and Tarasco, 2011, apabila tidak waspada dan hati-hati
maka marger dan akuisisi kantor akuntan public dapat menimbulkan jebakan penerapan kode
etik. Hal ini dikarenakan pada saat marger dan akuisisi kantor akuntan public akan terjadi
berbagai ancaman atas prinsip dasar kerahasiaan. Jebakan-jebakan ini adalah :

 Jebakan atas pernyataan ulang dari laporan keuangan yang diterbitkan


sebelumnya
 Jebakan atas surat penugasan setelah masa transisi pada marger dan akuisisi
 Jebakan atas terbukanya kerahasiaan klien
 Jebakan atas pengabaian dari persetujuan partnership dan pekerjaan
 Jebakan atas patner yang tidak puas dengan klien
 Jebakan atas adanya kewajiban dari pekerjaan sebelumnnya yang muncuk setelah
akuisisi.

Menurut Moldovanu , 2010 penerapan dari kode etik auditor eksternal menghadapi berbagai
ancaman terhadap ketaatan pada prinsip-prinsip dasar etika profesi. Salah satu ancaman yang
substantive adalah besarnya imbalan dan remunerasi atau kompensasi yang diterima oleh auditor
eksternal. Jadi dapat disimpulkan semakin memadai imbalan dan remunerasi atau kompensasi
yang diterima oleh auditor eksternal semakin tinggi ketaatannya pada kode etik profesi.
Penerapan etika tersebut berjalan efektif bila auditor eksternal secara pribadi maupun organisasi
profesi akuntan public terus menerus berupaya untuk memahami kode etik profesi didasarkan
penalaran moral yang baik. Hal ini dikarenakan pelaksanaan etika selalu akan menghadapi
tekanan dari berbagai pihak.

KODE ETIK IAPI (INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA)


Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) Yaitu badan yang memiliki fungsi untuk
menyusun dan mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi akuntan publik yang
berkualitas dengan mengacu pada standar internasional
Institut Akuntan Publik Indonesia adalah organisasi profesi akuntan publik di Indonesia.
IAPI berwenang melaksanakan ujian sertifikasi akuntan publik, penyusunan dan penerbitan
standar professional dan etika akuntan publik, serta menyelenggarakan program pendidikan
berkelanjutan bagi seluruh akuntan publik di Indonesia. Para pelaku profesi akuntan publik harus
mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam Kode
Etik Profesi Akuntan Publik.
Kode etik ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian A dan B.
Bagian A: memuat Prinsip Dasar Etika Profesi dan memberikan kerangka konseptual untuk
penerapan prinsip.
1. Prinsip integritas
Setiap Praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan profesional dan hubungan
bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. Prinsip objektivitas
Setiap Praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, atau
pengaruh yang tidak layak (undue influence) dari pihak-pihak lain memengaruhi
pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya.
3. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional (professional
competence and due care).
Setiap Praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada suatu
tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehingga klien atau pemberi
kerja dapat menerima jasa profesional yang diberikan secara kompeten berdasarkan
perkembangan terkini dalam praktik, perundang-undangan, dan metode pelaksanaan
pekerjaan. Setiap Praktisi harus bertindak secara profesional dan sesuai dengan standar
profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.
4. Prinsip kerahasiaan
Setiap Praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari
hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh mengungkapkan
informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari klien atau pemberi kerja,
kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan sesuai dengan ketentuan hukum
atau peraturan lainnya yang berlaku. Informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis tidak boleh digunakan oleh Praktisi untuk keuntungan
pribadinya atau pihak ketiga.
5. Prinsip perilaku profesional
Setiap Praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus
menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Bagian B
Bagian ini memuat Aturan Etika Profesi yang memberikan ilustrasi mengenai penerapan
kerangka konseptual pada situasi tertentu.
Ancaman dan Pencegahan
Ancaman
Kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terancam oleh berbagai situasi,
 Ancaman kepentingan pribadi
 Ancaman telaah pribadi
 Ancaman advokasi
 Ancaman kedekatan
 Ancaman intimidasi
Pencegahan
 Pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang-undangan atau peraturan
 Pencegahan dalam lingkungan kerja, pencegahan pada tingkat institusi dan tingkat
perikatan
Penunjukkan Praktisi, KAP, atau Jaringan KAP
Sebelum menerima suatu klien baru, setiap praktisi harus mempertimbangkan potensi
terjadinya ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi yang diakibatkan
oleh diterimanya klien tersebut.
Benturan Kepentingan
Setiap praktisi harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
mengidentifikasi setiap situasi yang dapat menimbulkan benturan kepentingan, yang
dapat menjadi ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip etika profesi.
Pendapat Kedua
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika dapat terjadi ketika praktisi
diminta untuk memberikan pendapat kedua mengenai penerapan akuntansi, auditing,
pelaporan, atau standar/prinsip lain untuk keadaan / transaksi tertentu oleh / untuk
kepentingan pihak-pihak selain klien.
Imbalan Jasa Profesional dan bentuk Remunerasi Lainnya
Dalam melakukan negoisasi jasa professional yang diberikan, praktisi dapat mengusulkan
jumlah imbalan jasa professional yang sesuia. Namun dapat menjadi ancaman terhadap
kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
Pemasaran Jasa Profesional
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika dapat terjadi ketika praktisi
mendapatkan suatu perikatan melalui iklan/bentuk pemasaran lainnya. Setiap praktisi
tidak boleh mendiskreditkan profesi dalam memasarkan jasa profesionalnya.
Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramahtamahan Lainnya
Ancaman dapat terjadi terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi terutama
dalam hal objektifitas praktisi.
Penyimpanan Aset Milik Klien
Setiap praktisi tidak boleh mengambil tanggung jawab penyimpanan uang atau asset
lainnya milik klien, kecuali diperbolehkan oleh ketentuan hukum yang berlaku.
Objektivitas Semua Jasa Profesional
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar objektivitas yang dapat terjadi dari
adanya kepentingan dalam, atau hubungan dengan klien maupun direktur, pejabat atau
karyawan.
Independensi dalam Perikatan Assurance
Dalam melaksanakan perikatan assurance, kode etik ini mewajibkan anggota tim
assurance, KAP, dan jika relevan, Jaringan KAP, untuk bersikap independen terhadap
klien assurance sehubungan dengan kapasitas mereka untuk melindungi kepentingan
publik.

Anda mungkin juga menyukai