Anda di halaman 1dari 3

BAB 8 MATERIALITAS

Devi_11160065_RMK ke 2
Definisi materialitas menurut BAPEPAM:
 Besarnya informasi akuntansi yang bergantung pada ukuran dan sifatnya serta
apabila terjadi kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat
pos-pos laporan keuangan, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama,
dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna laporan keuangan.
 Materialitas untuk tujuan agregasi dalam peraturan ini adalah sebagai berikut :
a. 5% dari seluruh aset untuk pos-pos aset
b. 5% dari seluruh liabititas untuk pos-pos liabititas
c. 5% dari seluruh ekuitas untuk pos-pos ekuitas
d. 10% dari pendapatan untuk pos-pos laba rugi komprehensif
e. 10% dari laba dari operasi yang dilanjutkan sebelum pajak, untuk pengaruh suatu
peristiwa/transaksi
Semakin rendah tingkat materialitas maka membutuhkan bukti tambahan
lebih banyak. Memberikan ekspektasi bahwa salah saji yang kecil-kecil sekalipun, akan
terdeteksi dalam audit ini.
Materialitas dan Rules-Based Standards
Asumsikan audit yang dilakukan untuk keperluan pasar modal, apakah menurut
ketentuan yang ada salah saji sebesar Rp.147 M dari jumlah aset Rp.58 T itu material?
Ada kemungkinan 2 jawaban, yaitu pertama berdasarkan naluri dari TIM Kuasa Hukum
Telkomsel menganggap salah saji itu material/sangat material. Kedua, berdasarkan
ketentuan BAPEPAM, salah saji itu immaterial.
Ketentuan BAPEPAM adalah contoh standar berbasis aturan atau rules-based standard,
jika auditor terpaku pada aturan, salah sajinya immaterial.
Oleh karena itu, auditor perlu adanya kewaspadaan profesionalnya/professional
judgment dan bertanya kepada diri sendiri “ Bener gak sih salah saji Rp.147M sangat
immaterial?”. Selanjutnya, auditor menerapkan kearifan profesional, dengan kearifan
perfesional, auditor menjelaskan inkonsistensi dalam 2 jawaban yang kontrakdiktif, dan
memberikan jawaban akhir atas pertanyaan, “apakah salah saji tersebut material?”

Proses Pembentukan Materialitas


Langkah 1 : Subject matter information
Yaitu, informasi pokok penugasan audit. Auditor akan mengidentifikasi risiko salah saji,
pada akun mana, tentang pengungkapan apa, dalam laporan keuangan yang mana.
Langkah 2 : Reasonable User
Yaitu, pengguna laporan keuangan untuk membuat macam-macam keputusan ekonomis
seperti, menanam modal dalam perusahaan tersebut. Langkah ini bersifat konseptual
imajinatif yang disebut fictie yang mana auditor tidak perlu datang ke investor langsung
untuk mengajukan beberapa pertanyaan. Namun yang dilakukan yaitu, mendekati fictie
tadi, misalkan analisis yang dibuat oleh para analisi pasar modal tentang prospek
perusahaan dan masalah yang dihadapi.
Langkah 3 : Extent of Misstatement
Yaitu, menunjukan mistar atau penggaris yang akan digunakan untuk mengukur
materialitas. Terdapat 3 bagian mistar:
a. Bagian atas mistar, ketika salah saji yang cukup signifikan untuk mengubah atau
memengaruhi keputusan seseorang yang memiliki informasi (informed person), salah saji
yang material telah terjadi. Salah saji ini akan mengubah putusan investor
b. Sebaliknya, bagian bawah mistar menunjukkan salah saji yang tidak material. Salah saji ini
tidak mengubah putusan investor
c. Di tengah-tengah mistar ada bidang kecil berwarna putih dengan keterangan materiality
threshold atau "ambang batas materialitas".
Ambang batas ini disebut "materialitas untuk laporan keuangan secara menyeluruh ('materiality for
the financial statements as a whole"), disingkat "overall materiality” (materialitas menyeluruh).
Materialitas menyeluruh (overall materiality) tidak didasarkan pada penilaian risiko audit.
Materialitas menyeluruh ditentukan sepenuhnya oleh pemahaman auditor mengenal Reasonable User.
Secara konseptual, materialitas menyeluruh sama dengan materialitas yang digunakan pengguna
laporan keuangan.

Materialitas dalam Proses Audit


Terdapat 3 tahap proses audit, yaitu :
a. Risk Assesment, yaitu menentukan dua macam materialitas, yakni materialitas untuk laporan
keuangan secara menyeluruh dan performance materiality (materialitas pelaksanaan);
merencanakan prosedur penilaian risiko apa yang harus dilaksanakan; dan Mengidentifikasi
dan menilai risiko salah saji yang material.
b. Risk Respone, yaitu menentukan sifat (nature), waktu (timing), dan luasnya (extent) prosedur
audit selanjutnya (further audit procedures); dan merevisi angka materialitas karena adanya
perubahan situasi (change in circumstances) selama audit berlangsung.
c. Reporting, yaitu mengevaluasi salah saji yang belum dikoreksi oleh entitas itu; dan
Merumuskan pendapat auditor.

Materialitas pada 2 Tingkat


Terdaoat materialitas pada dua/2 tingkat, yaitu :
a. Tingkat laporan keuangan secara menyeluruh (financial statement level)
b. Tingkat saldo akun, jenis transaksi, dan pengungkapan (account balance, class of transaction,
dan disclosure level)
Auditor menetapkan materialitas untuk unsur-unsur laporan keuangan, jika tingkat pertama bersifat
Overall dan tingkat kedua bersifat Specific. Auditor menurunkan Overall Materiality dan Specific
Materiality, dalam menetapkan Overall Performance Materiality dan Specific Performance
Materiality.
 Overall Materiality
Overall materiality didasarkan atas apa yang layaknya diharapkan berdampak terhadap
keputusan yang dibuat pengguna laporan keuangan. Jika auditor memperoleh informasi yang
menyebabkan ia menentukan angka materalitas yang berbeda dari yang ditetapkannya
semula, angka materialitas semula seharusnya direvisi.
 Overall Performance Materiality
Performance materiality ditetapkan lebih rendah dari overall materiality. Performance
materiality memungkinkan auditor menanggapi penilaian risiko tertentu (tanpa mengubah
overall materiality), dan menurunkan ke tingkat rendah yang tepat (appropriately low level)
probabilitas salah saji yang tidak dikoreksi dan salah saji yang tidak terdeteksi secara agregat
(aggregate of uncorrected and undetected misstatements) melampaui overall materiality
Performance materiality perlu diubah berdasarkan temuan audit.
 Specific Materiality
Specific materiality untuk jenis transaksi, saldo akun atau disclosures tertentu di mana jumlah
salah sajinya akan lebih rendah dari overal materiality.
 Specific Performance Materiality
Specific performance materiality ditetapkan lebih rendah dari specific materiality. Hal ini
memungkinkan auditor menanggapi penilaian risiko tertentu, dan memperhitungkan
kemungkinan adanya salah saji yang tidak terdeteksi dan salah saji yang tidak material, yang
secara agregat dapat berjumlah materiality.
Overall Materiality
Materialitas untuk laporan keuangan secara menyeluruh (overall materiality) didasarkan atas persepsi
auditor mengenai kebutuhan informasi keuangan dari pemakal laporan keuangan. Ini ditetapkan
sebesar angka materialitas yang digunakan pembuat laporan keuangan. Auditor menetapkan
materialitas sebesar angla salah saji tertinggi yang tidak akan berdampak pada keputusan ekonomis
yang dibuat pemakai laporan keuangan.

Overall materiality digunakan untuk merumuskan opini auditor. Misalkan overall materiality
ditetapkan sebesar Rp250 juta. Jika sesudah melaksanakan prosedur audit:
a. tidak ada salah saji, auditor benar dalam memberikan pendapat WTP (wajar tanpa
pengecualian)
b. beberapa salah sajl yang jumlahnya immaterial, ditemukan auditor, dan auditor masih dapat
memberikan WTP
c. salah saji melebihi angka materialitas; manajemen tidak bersedia mengoreksinya. Auditor
keliru jika memberikan WTP
d. ada salah saji melampaui angka materialitas; auditor tidak menemukannya, dan akibatnya la
memberikan WTP. Dalam hal ini auditor keliru

Performance Materiality
Performance materiality memungkinkan auditor menangani risiko salah saji dalam jenis transaksi,
saldo akun atau disclosures tanpa harus mengubah overall materialty.
Performance materiality memungkinkan auditor menetapkan angka materialitas berdasarkan overall
materiality, tetapi lebih rendah dari overall materiality untuk mencerminkan risiko yang didentifikasi
dan dinilai (identifled and assessed risks) dan detection risk (risiko tidak terdeteksinya salah saji oleh
auditor). Angka yang lebih rendah berfungsi sebagai penyangga (buffer) antara performance
materiality (yang digunakan untuk menentukan sifat dan luasnya prosedur audit yang harus
dilaksanakan) dengan overall materiality (materialitas menyeluruh).

Menetapkan angka performance materiality yang tepat memastikan besar/luasnya pekerjaan audit
untuk meningkatkan kemungkinan terungkapnya salah saji. Contoh, overall materiality Rp200 juta.
Prosedur audit direncanakan untuk mendeteksi semua kesalahan sebesar Rp200 juta atau lebih. Salah
saji sebesar Rp80 juta tidak terdeteksi. Salah saji yang terdeteksi Rp130 juta. Jika overall materiality
yang menjadi patokan, maka jumlah salah saji yang diketahui auditor (Rp130 juta), dianggapnya tidak
material. Dengan penetapan performance materiality di bawah overall materiality, misalnya sebesar
Rp100juta, auditor akan lebih mungkin mendeteksi salah saji sebesar Rp80 juta.

Menetapkan performance materiality memerlukan kearilan profesional (professional judgment), dan


bukan sekadar hitung-hitungan sederhana atau penerapan tabel-tabel Kearifan profesional
memperhitungkan:
a. pemahaman auditor mengenai entitas dan industrinya
b. hasil pelaksanaan prosedur risk assessment
c. sifat dan luasnya salah saji yang terungkap dalam audit terdahulu. Misalnya fraud (sifat salah
saj) yang dilakukan pimpinan dalam waktu yang lama (luasnya salah saji berkecamuk), dan
d. ekspektasi mengenal salah saji dalam tahun berjalan. Contoh, penggunaan untuk pertama
kalinya suatu perangkatlunak, menimbulkan ekspektasi salah saji tambahan. Sebaliknya,
akuntan internal baru yang jauh lebih kompeten dari yang sebelumnya, menimbulkan
ekspektasi terjadinya salah saji yang lebih sedikit

Specific Performance Materiality


Penepatan angka yang lebih spesifik, ditetapkan lebih rendah dari angka specific materiality. Untuk
memastikan pekerjaan audit cukup, dilaksanakan untuk mengurangi tingkat rendah yang tepat.

ISA 320
Berkaitan dengan konsep materialitas.
ISA 320.9 berisi Definisi perfomance materiality
ISA 320.10 berisi Strategi audit dan angka materialitas
ISA 320.11 berisi Menetapkan besarnya perfomance materiality
ISA 320.12 berisi Revisi Materialitas
ISA 320.13 berisi Menentukan apakah merevisi perfomance materiality
iSA 320.14 berisi Dokumentasi Materialitas

Daftar Pustaka

Tuanakotta, Theodorus M. (2015). Audit Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai