Anda di halaman 1dari 13

AUDIT FRAUD

Nama kelompok 6 Kelas H


Sintikhe R. Dere 2016310502
Mohammad Nizar Alfian S. 2016310561

Pernyataan :
“ Dengan demikian saya Mohammad Nizar A. S. menyatakan bahwa makalah/resume ini di
buat dengan sebenar-benarnya dan tidak menyalin pekerjaan orang lain.”

Ketua Kelompok

Mohammad Nizar A.S.


2016310561

CHAPTER 11
Kecurangan pada laporan keuangan
Masalah kecurangan pada laporan keuangan
Pasar saham dan Obligasi merupakan komponen penting dalam ekonomi kapitalis.
Efisiensi, likuiditas, dan ketahanan pasar ini tergantung pada kemampuan investor, lender,
dan regulator untuk menilai kinerja keuangan dari bisnis yang meningkatkan modal.
Laporan keuangan merupakan instrumen perusahaan yang sangat penting dan salah
satu media penyampaian informasi dan bentuk pertanggungjawaban kinerja perusahaan
kepada publik. Selain itu, laporan keuangan yang disiapkan oleh perusahaan juga memainkan
peranan yang sangat penting dalam menjaga efisiensi pasar modal. Laporan keuangan
menyajikan pengungkapan-pengungkapan yang memilki arti penting mengenai bagaimana
perusahaan sebelumnya, bagaimana perusahaan saat ini dan bagaimana arah perusahaan
selajutnya. Laporan keuangan harusnya dipersiapkan dengan penuh integritas dan menyajikan
representasu posisi keuangan secara wajar dari entitas yang menerbitkan laporan keuangan
tersebut. Akan tetapi, laporan keuangan terkadang dengan sengaja salah disajikan oleh pihak-
pihak yang mempunyai kepentingan. Salah saji tersebut bisa jadi merupakan akibat dari
adanya tindakan manipulasi, pemalsuan, atau melakukan perubahan dalam catatan akuntansi.
Sebagai akibat kecurangan laporan keuangan tersebut, dapat menimbulkan kerugian besar
bagi para investor, kurangnya kepercayaan pada pasar dan sistem akuntansi yang ada, hingga
proses peradilan juga rasa malu yang harus ditanggung oleh individu atau organisasi yang
terlibat dalam kecurangan laporan keuangan tersebut.
Mengapa masalah ini terjadi
Setiap masalah-masalah yang dibahas sebelumnya mewakili. Penjelasan-penjelasan
yang dibahas sebelumnya tentang mengapa orang melakukan penipuan lain berlaku untuk
kecurangan pada laporan keuangan juga. Terdapat tiga elemen Fraud yaiutu, (1) tekanan (2)
Kesempatan dan (3) kemampuan untuk rasionalize penipuan yang dapat diterima. Seperti
yang telah kita bahas, Fraud atas nama perusahaan, seperti kecurangan pada laporan
keuangan yang akan kita bahas sekarang, tiga elemen ini selalu hadir

e
ur

Ra
ss

t io
re

na
dP

liz
ive

ati
e
rc

on
Pe
Perceived Opportunity

Masalah-masalah mengenai laporan keuangan tersebut timbul bukan tanpa alasan.


Alasan seseorang melakukan kecurangan lainnya juga berlaku pada kecurangan laporan
keuangan. Segitiga kecurangan menunjukkan alasan-alasan seseorang dapat melakukan
kecurangan, yakni:
1. Tekanan yang dirasakan, seperti kegagalan memenuhi ekspektasi, kerugian
finansial, atau ketidakmampuan bersaing dengan perusahaan lain.
2. Peluang/kesempatan yang dimiliki, hal seperti itu dapat tercipta dikarenakan
lemahnya keberadaan pengendalian internal yang memadai dan kemampuan
untuk menyembunyikan kecurangan tersebut.
3. Rasionalisasi, yakni pemikiran yang dapat ‘membenarkan’ praktik kecurangan.
Dengan tiga elemen kecurangan di atas, sangat memungkinkan seseorang melakukan
sebuah kecurangan dalam lingkungan tempat mereka bekerja. Akan tetapi, kecurangan yang
lebih ‘dahsyat’ atau Albrecht,dkk menyebutnya dengan ‘perfect fraud storm’ bisa saja terjadi,
apabila didukung dengan beberapa faktor. Kembali disebutkan oleh Albrehct dkk, ada
sembilan faktor yang menyebabkan ‘perfect fraud storm’ tersebut.
Faktor 1: Ledakan Ekonomi
Ledakan ekonomi merupakan suatu kondisi dimana ekonomi suatu wilayah atau negara
mengalami pertumbuhan yang cukup pesat yang ditandai dengan kesuksesan dalam
bidang ekonomi. Menurut Albrehct, dkk ledakan ekonomi juga disebabkan oleh para
eksekutif yang percaya bahwa perusahaan mereka akan mengalami kesuksesan melebihi
pencapaian yang sebenarnya dan bahwa kesuksesan perusahaan tersebut terutama
dikarenakan pengelolaan manjemen yang baik. Selama terjadinya ledakan ekonomi,
idealnya banyak bisnis yang menghasilkan keuntungan yang sangat tinggi, termasuk
berbagai perusahaan baru. Namun, kondisi tersebut hanya terlihat seperti itu, sedangkan
dibalik semua itu banyak perilaku-perilaku kecurangan yang disembunyikan. Kondisi
ledakan ekonomi-lah yang memberikan kesempatan pada pelaku kecurangan untuk
menyembunyikan aktivitas mereka.

Faktor 2: Kemerosotan Nilai-Nilai Moral


Semakin berkembangnya zaman, bukan semakin baik namun yang ditemukan oleh para
peneliti adalah justru kemerosotan moral, salah satunya adalah ketidakjujuran. Albrecht,
dkk menyebutkan bahwa banyak peneliti menemukan aktivitas mencontek di sekolah, ini
merupakan salah satu ukuran ketidakjujuran. Meskipun aktivitas mencontek tidak secara
langsung berhubungan dengan kecurangan manajemen, hal tersebut memberikan
gambaran kemerosotan moral di lingkungan masyarakat secara luas dan merupakan titik
awal dari ketidakjujuran dalam lingkungan manajemen nantinya.

Faktor 3: Kesalahan Alokasi Insentif


Salah satu insentif yang ‘menggoda’ bagi para eksekutif adalah pemberian opsi saham,
dimana keuntungan dari insentif jenis ini bisa mencapai jutaan dolar. Alih-alih
memberikan semangat untuk melakukan kinerja yang baik, Albrecht, dkk menyebutkan
bahwa opsi saham ternyata memberikan tekanan yang luar biasa kepada pihak
manajemen untuk tetap menjaga kenaikan harga saham, bahkan membebankannya pada
pelaporan hasil kinerja keuangan yang akurat. Insentif ini mengalihkan perhatian banyak
CEO dari aktivitas mengelola perusahan menjadi aktivitas mengelola harga saham, yang
sering kali berujung pada laporan keuangan yang mengandung unsur kecurangan.

Faktor 4: Tingginya Ekspektasi Analis


Analis seringkali memberikan peramalan yang tinggi terhadap laba per saham yang akan
dihasilkan dari saham suatu perusahaan. Para eksekutif sudah cukup tertekan dengan
adanya opsi saham seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ditambah lagi dengan
ekspektasi analis yang harus dipenuhi oleh para eksekutif. Mengapa hal ini bisa menjadi
tekanan? Karena eksekutif mengetahui bahwa ada sanksi atas kegagalan dalam
memenuhi perkiraan analis yang tinggi tersebut. tentu saja akibat yang ditimbulkan
adalah terjadinya kecurangan demin kecurangan dalam perusahaan.

Faktor 5: Tingginya Tingkat Utang


Dalam Albrecht, dkk, faktor kelima dari perfect fraud storm adalah tingginya tingkat
utang yang dimiliki maisng-masing perusahaan yang melakukan kecurangan. Utang
tersebut memberikan tekanan besar bagi para eksekutif untuk menghasilkan laba yang
tinggi guna menutupi beban bunga yang tinggi dan untuk memenuhi prasyarat dari
perjanjian utang dan persyaratan dari pemberi pinjaman lainnya. Tidak ada perusahaan
yang menginginkan laporan keuangannya ‘dihiasi’ dengan jumlah liabilitas yang tinggi,
hal inilah yang memotivasi manajemen untuk melakukan kecurangan.

Faktor 6: Fokus pada Aturan daripada Prinsip Akuntansi


Albrecht, dkk menyatakan bahwa akuntansi di Amerika Serikat lebih mendasarkan pada
atutan, dengan kata lain standar berbasis aturan, bukan prinsip akuntansi berlaku umum.
Akibat dari standar yang seperti ini adalah jika klien dapat menemukan celah dalam
aturan dan mencatat transaksi dengan cara yabg tidak secara khusus dilarang oleh PABU,
maka auditor akan sulit untuk melarang klien tersebut untuk menggunakan metode
akuntansi tersebut. Hasilnya adalah aturan khusus yang dimanfaatkan untuk pengaturan-
pengaturan keuangan yang baru dan lebih kompleks sebagai pembenaran untuk
memutuskan praktik akuntansi apa yang bisa diterima dan apa yang tidak bisa diterima.

Faktor 7: Kurangnya Independensi Auditor


Faktor ketujuh yakni perilaku oportinistis dari beberapa KAP. Perilaku yang selalu ingin
memanfaatkan kesempatan dengan sebaik-baiknya untuk keuntungan diri sendiri ini
sangat mengurangi independensi auditor. KAP menggunakan audit sebagai upaya
mengganti kerugian demi membangun hubungan dengan perusahaan agar mereka dapat
menawarkan pengadaan jasa-jasa konsultasi yang lebih menguntungkan. Hingga pada
akhirnya, jasa-jasa alternatif tersebut membuat para auditor kehilangan fkus dan lebih
memilih menjadi penasihat dalam kegiatan bisnis daripada menjadi auditor.

Faktor 8: Keserakahan
Pada dasarnya semua manusia memiliki sifat serakah, dan hal ini tidak dapat dipungkiri
ketika sifat tersebut dihadapkan dengan ‘uang’ maka akan semakin luar biasa serakah.
Para eksekutif, bank investasi, bank komersial, dan investor, masing-masing mengambil
keuntungan dari sistem perekonomian yang kuat, berbagai transaksi yang
menguntungkan, dan laba yang tinggi dari suatu perusahaan. Sifat serakah tidak
menginginkan kabar buruk, hal ini mengakibatkan pengabaian terhadap berita negatif
dan akhirnya terlibat dalam transaksi yang tidak baik.
Faktor 9: Kegagalan Pendidik
1. Pendidik tidak memberikan pendidikan etika yang cukup memadai pada mahasiswa
Tidak adanya penekanan pada mahasiswa untuk meihat gambaran dilema etika
yang terjadi sewaktu di kelas membuat para lulusan tidak memiliki bekal yang
cukup untuk menghadapi dilemma etika secara riil dalam dunia bisnis.
Misalnya dalam sebuah dugaan skema kecurangan, pelaku sebenarnya termasuk
seluruh jajaran manajemen senior perusahaan, termasuk (namun tidak berbatas pada)
mantan pimpinan dan CEO, mantan presiden direktur, dua orang mantan CFO dan
sejumlah personel senior di bidang akuntansi dan bisnis. Secara keseluruhan, kira-
kira lebih dari 20 orang terlibat dalam skema tersebuy. Besarnya jumlah pelaku
tersebut menunjukkan kegagalan pedoman etika secara umum yang terdapat pada
kelompok ini.
Contoh lain adalah ketika CFO memberi instruksi pada kepala akuntan untuk
meningkatkan laba senilai hampir $100 juta. Kepala akuntan merasa skeptic
terhadap tujuan dari instruksi tersebut tetapi tidak berupaya menolaknya. Kepala
akuntan mengikuti arahan dan diduga membuat kertas kerja yang berisi tujuh lembar
ayat jurnal yang tidak sesuai-seluruhnya 105 ayat jurnal- yang dianggap penting
untuk menjalankan instruksi dari CFO tersebut.
Dalam banyak kasus seperti itu, orang-orang yang terlibat tidak memiliki latar
belakang pernah melakukan aktivitas tidak jujur, namun ketika mereka diminta
untuk berpartisipasi dalam kecurangan akuntansi, mereka melakukannya dengan
begitu tenang dan tanpa paksaan.
2. Tidak mengajarkan kepada para mahasiswa mengenai kecurangan.
Sebagian besar lulusan sekolah bisnis tidak akan menyadari telah terjadi
kecurangan. Sebagian besar mahasiswa tidak memahami faktor-faktor penyebab
kecurangan, tekanan yang dirasakan, peluang atau kesempatan yang dimiliki, proses
rasionalisasi, atau indikator-indikator yang mengindikasikan kemungkinan adanya
perilaku tidak jujur.
3. Cara pendidik mengajar mahasiswa jurusan akuntansi dan bisnis di masa lampau.
Pendidikan akuntansi yang efektif tidak boleh berfokus pada konten pembelajaran
sebagai tujuan akhir tetapi menggunakan konten sebagai konteks untuk membantu
mahasiswa mengembangkan kemampuan analitis.
Seperti yang telah dijelaskan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecurangan
laporan keuangan sangat dipengaruhi adanya tiga elemen kecurangan yakni tekanan,
kesempatan, dan rasionalisasi. Namun juga didukung oleh banyak faktor diluar elemen-
elemen tersebut yang dapat menghasilkan kecurangan yang mengakibatkan kerugian yang
lebih besar lagi.
Sifat Dasar Kecurangan Laporan Keuangan
Kecurangan laporan keuangan mengandung unsur penipuan dan upaya
penyembunyian secara disengaja. Kecurangan laporan keuangan dapat disembunyikan
melalui dokumentasi fiktif, yang termasuk di dalamnya pemalsuan dokumen. Kecurangan
laporan keuangan dapat disembunyikan kolusi antara manajemen, pegawai, atau pihak ketiga.
Tanpa adanya pengakuan, dokumen yang benar-benar terlihat fiktif, atau sejumlah
tindakan kecurangan yang sama dan dilakukan berulang-ulang (sehingga dapat disimpulkan
terjadi kecurangan dari polanya), menuduh seseorang melakukan kecurangan laporan
keuangan dapat menjadi sangat sulit. Karena adanya kesulitan dalam mendeteksi dan
membutikan kecurangan, investigator harus sangat berhati-hati dalam melakukan
pemeriksaan kecurangan, menghitung jumlah kecurangan, atau melakukan berbagai macam
perikatan kerja terkait dengan kecurangan.
Statistik mengenai Kecurangan Laporan Keuangan
Salah satu cara untuk mengukur seberapa sering kecurangan laporan keuangan terjadi
digunakan Accounting and Auditing Enforcement Releases (AAERs) yang dikeluarkan oleh
SEC. Beberapa studi telah melakukan kajian terhadap AAERs. Salah satu pembahasan yang
pertama dan paling komprehensif adalah Report of the Nation Commision on Fraudulent
Financial Reporting yang dikeluarkan oleh National Commision on Fraudulent Financial
Reporting (Treadway Commision). Laporan Treadway Commision menemukan bahwa
walaupun kecurangan laporan keuangan tidak terlalu sering terjadi, kecurangan tersebut tetap
sangat merugikan. Treadway Commision melakukan studi terhadap kecurangan yang terjadi
selama sepuluh tahun yang berakhir pada tahun 1987. Studi ini mengkaji 119 tindakan hukum
yang dilakukan oleh SEC pada periode tahun 1981-1986.
Pada tahun 1999, Committee of Sponsoring Organization (COSO) merilis studi yang
mereka sponsori terkait kecurangan laporan keuangan yang diinvestigasi oleh SEC yang
terjadi selama tahun 1987-1997. Studi ini menemukan bahwa ada sekitar 300 kecurangan
laporan keuangan yang menjadi subjek dari peraturan SEC selama periode tersebut. Ada 204
sampel acak dari kecurangan laporan keuangan tersebut mengungkapkan:
1. Rata-rata kecurangan yang terjadi akhir-akhir ini berlangsung selama dua tahun.
2. Pengakuan pendapatan yang tidak sesuai, perhitungan aset yang lebih saji, dan
perhitungan biaya yang kurang saji merupakan metode kecurangan yang sangat umum
digunakan.
3. Besarnya rata-rata kecurangan secara kumulatif adalah $25 juta (nilai median $4,1 juta).
4. Sebanyak 72% kasus kecurangan laporan keuangan dilakukan oleh CEO.
5. Rata-rata nilai aset dari perusahaan yang melakukan kecurangan adalah $532 juta (nilai
median $16 juta) dan rata-rata pendapatan $232 juta (nilai median $13 juta).
6. Perusahaan yang melakukan kecurangan laporan keuangan biasanya menanggung
konsekuensi berat.
Contohnya, 36% perusahaan yang mengajukan pernyataan kebangkrutan dideskripsikan
sebagai perusahaan yang mati atau ditutup pada AAERs, atau diambil alih
pengelolaannya oleh regulator Negara bagian atau regulator federal setelah kecurangan
terjadi.
7. Kebanyakan perusahaan ini tidak memiliki komite audit atau hanya bertemu satu kali
dalam satu tahun dengan komite audit mereka. Posisi dewan direksi pada perusahaan
mereka sering diisi oleh “orang dalam”, bukannya direksi yang independen.
8. Dewan direksi yang didominasi oleh “orang dalam” dan direksi dari luar yang memiliki
hubungan khusus dengan manajemen atau perushaan, dengan kepemilikan ekuitas besar
dan terlihat memiliki sedikit pengalaman sebagai direksi pada perusahaan lain.
Hubungan keluarga antara direksi dengan pegawai merupakan sesuatu yang biasa terjadi,
seperti halnya individu yang memiliki kekuasaan besar.
9. Beberapa perusahaan yang melakukan kecurangan laporan keuangan menderita kerugian
bersih atau mendekati titik impas pada periode sebelum kehancuran terjadi.
10. Hanya lebih dari 25% dari perisahaan mengganti auditor mereka selama periode
kecurangan tersebut.
Kemudian terdapat studi lainnya yang dilakukan oleh SEC yang didasarkan pada
Section 704 Sarbanes-Oxley Act. Ketentuannya adalah SEC melakukan studi terhadap semua
tindakan hukum yang diajukan selama periode 31 Juli 1997-30 Juli 2002 yang didasarkan
pada pelaporan keuangan yang tidak sesuai, kecurangan, kegagalan audit, atau pelanggaran
terhadap independensi auditor. Pada periode studi tersebut, SEC mengajukan 515 tindakan
hukum atas pelanggaran pengungkapan dan pelaporan keuangan yang melibatkan 164 entitas
yang berbeda. Studi ini menemukan bahwa:
1. SEC paling banyak melakukan tindakan seperti pengakuan pendapatan yang tidak sesuai,
pengakuan biaya yang tidak sesuai, perhitungan akuntansi yang tidak tepat terkait
kombinasi kegiatan bisnis, pengungkapan Management’s discussion and analysis yang
tidak memadai, penggunaan yang tidak tepat dari transaksi-transaksi lain yang tidak
tercantum dalam neraca.
2. CEO, presiden direktur, dan CFO merupakan jajaran manajemen yang paling sering
terlibat kemudian diikuti oleh pimpinan dewan, pejabat bagian operasional, pejabat
bagian akuntansi, dan wakil presiden bagian keuangan.
Studi terbaru dilakukan oleh COSO yang mencakup periode tahun 1998-2007.
Temuan besar yang dilaporkan dalam studi ini adalah sebagai berikut:
1. Kecurangan yang diinvestigasikan oleh SEC selama periode 10 tahun terakhir sekitar
18% lebih banyak jika dibandingkan dengan periode 10 tahun sebelumnya, dengan
rata-rata nilai kecurangan meningkat secara drastic dari $25 juta menjadi sekitar $400
juta.
2. Median asset perusahaan-perusahaan yang ada dalam studi ini meningkat dari $16
juta menjadi hampir $100 juta.
3. CFO dan atau CEO yang disebut lebih dari 89% dalam kasus, sekitar 20% didakwa
selama dua tahun proses investigasi yang dilakukan oleh SEC.
4. Pengakuan pendapatan yang tidak tepat terus menjadi metode kecurangan yang sangat
umum dan dihitung untuk lebih dari 60% kasus yang terjadi.
5. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, karakteristik dewan direksi perusahaan-
perusahaan ini tidak jauh berbeda dengan karakteristik perusahaan sejenis yang tidak
didakwa melakukan kecurangan.
6. 26% perusahaan yang melakukan pergantian auditor selama waktu terjadinya
kecurangan; 60% diantaranya melakukan pergantian pada saat kecurangan sedang
terjadi dan 40% melakukan pergantian sebelum kecurangan terjadi.
7. Liputan pers terhadap perusahaan yang diduga melakukan kecurangan menyebabkan
terjadinya penurunan abnormal pada harga saham perusahaan sebesar 16,7% dan
berita mengenai investigasi yang dilakukan pemerintah terhadap kecurangan tersebut
mendorong penurunan harga saham abnormal sebesar 7,3%.
Selain penurunan harga saham yang dramatis tersebut, kedua studi yang dilakukan
oleh COSO tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang terlibat dalam tindakan
kecurangan menanggung konsekuensi yang negative yang sangat serius dalam jangka
panjang segera setelah kecurangan yang dilakukannya tersebut terungkap, termasuk
kebangkrutan dan penghapusan pencacatan saham (delisting) dari bursa saham. Walaupun
persentase laporan keuangan yang mengandung unsur kecurangan yang berhasil terungkap
relative kecil namun kerugian yang ditimbulkan seringkali sangat bernilai tinggi bagi para
pegawai, pemegang saham, auditor, bankir, dan seluruh rekan bisnis.
Kasus-kasus kecurangan laporan keuangan sering kali memiliki faktor-faktor sebagai
berikut:
1. Perusahaan terlihat memiliki kinerja yang lebih baik daripada perusahaan lain dalam
industry tersebut.
2. Investor, analis, dan pemilik memiliki ekspektasi bahwa perusahaan akan memiliki
kinerja yang sangat baik. Karena perusahaan tidak dapat memenuhi ekspektasi
tersebut, memberikan tekanan kepada perusahaan agar ekpekstasi tersebut dapat
dipenuhi.

Motivasi kecurangan pada laporan keuangan


Motivasi Kecurangan mengeluarkan laporan keuangan bervariasi. Seperti yang
ditunjukkan sebelumnya dalam analisis perfect storm, kadang-kadang motivasi adalah untuk
mendukung tinggi harga saham atau obligasi atau saham persembahan. Di lain waktu,
motivasi adalah untuk meningkatkan harga saham perusahaan atau untuk manajemen untuk
memaksimalkan bonus. Di beberapa perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan yang
curang, eksekutif puncak dimiliki sejumlah besar saham perusahaan atau opsi saham, dan
perubahan dalam harga saham akan memiliki efek besar pada nilai bersih mereka pribadi.
Kadang-kadang, manajer Divisi melebih-lebihkan hasil keuangan untuk memenuhi
harapan perusahaan. Banyak kali, tekanan pada manajemen tinggi, dan ketika menghadapi
kegagalan atau kecurangan, beberapa manajer akan berpaling kepada kecurangan. Dalam
kasus Phar-Mor, Mickey Monus menginginkan perusahaannya tumbuh cepat, jadi dia
menurunkan harga pada 300 item "price-sensitive". Harga dipotong begitu banyak bahwa
barang-barang yang dijual di bawah biaya, membuat setiap hasil penjualan dalam penurunan.
Strategi membantu Phar-Mor memenangkan pelanggan baru dan membuka puluhan toko baru
setiap tahun. Namun, strategi yang mengakibatkan kerugian besar bagi perusahaan, dan
daripada mengakui bahwa perusahaan sedang menghadapi kerugian, Mickey Monus
menyembunyikan kerugian dan membuat Phar - Mor muncul menguntungkan. Sementara
berbeda motivasi untuk kecurangan pada laporan keuangan, hasil yang selalu sama
konsekuensi yang merugikan bagi perusahaan, principals, dan para investor.
Framework Untuk Mendeteksi Fraud Dalam Laporan Keuangan
Untuk mengidentifikasi pemaparan fraud merupakan salah satu langkah yang sangat
sulit dalam mendeteksi fraud dalam laporan keuangan. Untuk mengidentifikasi paparan fraud
yang benar anda harus mengerti tentang operasional dan sifat perusahaan yang anda pelajari
sebaik anda mempelajari sifat dari industri dan para kompetitornya. Sebagai pilihan,
investigator dan auditor harus menggunakan penalaran strategik saat mencoba untuk
mendeteksi fraud.
Penalaran strategik mengacu pada kemampuan untuk mengantisipasi pelaku fraud
yang menggunakan metode menyembunyikan kejahatannya. Karena eksternal auditor
memiliki beban untuk bertanggung jawab dalam mendeteksi material dari fraud laporan
keuangan, kami mengambil perspektif dari bagaimana eksternal auditor harus terlibat dalam
penalaran strategik. Bagaimanapun, proses penalaran ini dapat terjadi jika internal auditor,
komite audit, investigator, atau orang lain mempertimbangkan dalam mendeteksi manajemen
fraud.
Tugas dari auditor untuk menilai kewajaran dari laporan keuangan, pelaku fraud akan
mencoba menyembunyikan kejahatannya dari auditor. Dengan demikian, fraud bersifat
strategis sehingga kecenderungan manajemen untuk melakukan penipuan dipengaruhi oleh
antisipasi dari auditor, dan pendekatan dari auditor untuk mendeteksi kecurangan dipengaruhi
oleh seberapa besar potensi manajemen dalam melakukan fraud.
Jenis perencanaan audit ini berbeda dari yang biasanya untuk menemukan kesalahan
yang tidak disengaja dalam laporan keuangan. Cara berpikir dalam penalaran strategis untuk
mendeteksi fraud laporan keuangan didasarkan pada game theory. Game theory berusaha
untuk memprediksi perilaku individu berdasarkan respon motivasi yang diberikan oleh
individu dan keyakinan individu mengenai kemungkinan perilaku lawannya. Penelitian
akademis menunjukkan bahwa auditor perlu terlibat dalam penalaran strategis untuk
memprediksi respon auditee namun dalam melakukannya menjadi lebih sulit karena auditor
lebih mempertimbangkan tingkat perilaku strategis yang potensial.
Beberapa level dari strategi penalaran terdapat di dalam audit setting. Tingkatan
tersebut adalah zero-order reasoning, first-order reasoning, dan higher-order reasoning.
Zero-order reasoning terjadi ketika auditor dan auditee hanya membertimbangkan kondisi
yang secara langsung mempengaruhi diri mereka sendiri dan tidak melibatkan pihak lain.
First-order reasoning berarti bahwa auditor mempertimbangkan kondisi yang secara
langsung mempengaruhi auditee. Dalam hal ini, auditor menganggap auditee menggunakan
zero-order reasoning dan mengembangkan rencana audit yang mempertimbangkan insentif
auditee. Higher-order reasoning terjadi ketika auditor mempertimbangkan laporan tambahan
yang kompleks, termasuk bagaimana manajemen dapat mengantisipasi perilaku auditor.
Sebagai contoh, auditor menggunakan penalaran tingkat tinggi yang dapat menyesuaiakn
rencana audit dengan membuat prosedur audit yang tak terduga dalam menanggapi apa yang
diyakini auditor bahwa manajemen menyembunyikan fraud berdasarkan alasan strategis
manajemen.
Saat ini manajemen dapat memprediksi secara akurat tentang prosedur apa yang akan
dilakukan dalam audit independen karena manajemen menyadari bahwa audit yang dilakukan
sama dengan audit yang dilakukan sebelumnya. Ketika hal tersebut terjadi, skema fraud
dalam laporan keuangan dikembangkan sehingga pendekatan audit khusus akan gagal dalam
mendeteksi adanya fraud. Pengauditan yang efektif dapat digunakan menggunakan strategi
penalaran lebih spesifik high-order reasoning atau setidaknya menggunakan first-order
reasoning untuk keefektifan dalam mendeteksi aktivitas fraud.
Saat terlibat dalam penalaran strategik, auditor akan menanyakan beberapa
pertanyaan, termasuk:
1. Jenis skema fraud yang seperti apa yang cenderung digunakan manajemen untuk
melakukan fraud dalam laporan keuangan? Misalnya, manajemen mungkin salah
dalam mencatat penjualan sebelum barang telah dikirim ke pelanggan.
2. Jenis tes seperti apa yang digunakan untuk mendeteksi skema fraud tersebut?
Misalnya, auditor memeriksa pengiriman dokumen untuk memvalidasi pengiriman ke
pelanggan.
3. Bagaimana manajemen dapat menyembunyikan skema dari ketertarikan pengujian hal
tertentu? Misalnya, manajemen mungkin mengirimkan barang tidak sampai ke
gudang perusahaan sehingga manajemen harus memberikan bukti pengiriman barang
tersebut ke auditor.
4. Bagaimana suatu pengujian tertentu dimodifikasi sehingga dapat mendeteksi skema
fraud? Misalnya, auditor dapat mengumpulkan informasi tentang lokasi pengiriman
untuk memastikan bahwa barang tersebut sudah ditangan pelanggan atau
mewawancari personil pergudangan untuk menentukan apakah barang yang dijual
benar dikirim ke pelanggan.
Sebagai tambahannya untuk menganalisis laporan keuangan, penelti memberikan
saran auditor, investor, regulator, atau investigator fraud dapat memperoleh keuntungan
dengan menggunakan nonfinancial performance measures untuk menilai kemungkinan dari
fraud. Penelitian akademis tentang ukuran kinerja non keuangan telah ditunjukan dengan
perusahaan yang terlibat dalam penipuan pendapatan akan memiliki peningkatan pendapatan
yang tidak konsisten dengan ukuran kinerja non keuangan mereka. Penelitian ini
menunjukkan bahwa dasar ukuran kinerja nonkeuangan, seperti, jumlah karyawan, yang
dapat memberikan sinyal bahwa pendapatan perusahaan terjadi fraud. Karena ukuran kinerja
non keuangan tersedia untuk publik, investor, auditor, dan lainnya dimana mereka dapat
menggunakan informasi non keuangan tersebut untuk mengidentifikasi resiko penipuan.
Seringkali individu yang berada diluar manajemen menggunakan data- data non-finansial
untuk membuat laporan terhadap penipuan laporan keuangan. Ini merupakan tantangan bagi
manajemen untuk memperluas cakupan individu yang melaporkan data yang fiktif. Oleh
karena itu, ukuran kinerja non keuangan memiliki potensi yang signifikan sebagai red flag
dari fraud.
Fraud Exposure Rectangle

Manajemen dan jajaran direksi


Seperti yang sudah ditunjukkan pada statistik sebelumnya, top manajemen hampir
selalu terlibat ketika fraud laporan keuangan terjadi. Tidak seperti penggelapan dan
penyalahgunaan, fraud laporan keuangan biasanya dilakukan oleh individu yang memiliki
jabatan tertinggi dalam suatu organisasi. Dalam mendeteksi fraud laporan keuangan,
memperoleh pehaman tentang manajemen dan apa yang memotivasi mereka setidaknya sama
pentingnya dengan memahami laporan keuangan. Secara khusus, tiga aspek manajemen yang
harus diselidiki:
1. Latar belakang manajemen
Sehubungan dengan latar belakang, fraud investigator harus memahami jenis dari
organsasi dan aktivitas manajemen dan direksi yang dikaitkan dengan masa lalu.
Dengan internet saat ini, sangat mudah untuk melakukan pencarian sederhana pada
individu atau organisasi. Salah satu cara yang sangat mudah adalah dengan
mengetikkan nama individu atau organisasi di Google atau mesin pencari lain.
Apabila pencarian sederhana tersebut tidak cukup, dapat pula menggunakan layanan
investigasi web untuk melakukan pencarian tersebut.
2. Motivasi manajemen
Apa yang memotivasi direksi dan manajemen juga penting untuk diketahui.
Bagaimana pribadi mereka di dalam organisasi? Apakah mereka di bawah tekanan
untuk memberikan hasl yang tidak realistis? Bagaimana mereka tumbuh apakah
melalui akuisisi atau melalui sarana internal? Apakah perusahaan memiliki perjanjian
hutang atau langkah- langkah keuangan lain yang haus dipenuhi? Apakah pekerjaan
manajemen beresiko? Pertanyaan- pertanyaan tersebut adalah contoh dari apa yang
harus dijawab dalam rangka untuk memahami motivasi manajemen. Banyak fraud
laporan keuangan dilakukan karena manajemen diperlukan untuk melaporkan
pendapatan positif atau tinggi untuk mendukung harga saham, menunjukkan laba
positif untuk saham publik, atau keuntungan laproran untuk memenuhi peraturan.
3. Keterlibatan manajemen di dalam membuat keputusan organisasi
Pada akhirnya, kemampuan manajemen mempengaruhi keputusan bagi organisasi
adalah penting untuk dipahami karena melakukan tindak penipuan jauh lebih mudah
ketika satu atau dua individu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan utama
daripada ketika sebuah organisasi memiliki kepemimpinan yang lebih demokratis.
Dua individu secara bersamaan melakukan perbuatan yang tidak jujur lebih sulit
untuk mengidentifikasi kejahatannya, dan lebih sulit lagi apabila dilakukan lebih dari
tiga individu yang secara bersamaan melakukan fraud. Ketika keputusan tersebar di
antara beberapa individu, atau ketika dewan direksi mengambil peran aktif dalam
organisasi, pelaku fraud akan jauh lebih sulit untuk melakukan kejahatannya. Board
director atau komite audit yang terlibat langsung di dalam pengambilan keputusan
penting organisasi dapat membuat pencegahan dari fraud yang dilakukan manajemen.
Bahkan, standar tata kelola perusahaan NASDAQ dan NYSE mensyaratkan bahwa
mayoritas dari anggota dewan independen dan beberapa komite kunci seluruhnya dari
direktur independen.
Beberapa pertanyaan penting yang harus ditanyakan kepada manajemen dan direksi
adalah sebagai berikut:
Pemahaman latar belakang manajemen dan direksi
1. Apakah eksekutif kunci atau direksi memiliki asosiasi dengan organisasi lain dimasa
lalu?jika iya, apa sofat dari organisasi tersebut dan bagaimana hubungannya?
2. Apakah anggota kunci dari manajemen pernah di promosikan dari organisasi lain atau
di rekrut dari luar?
3. Apakah dari anggota manajemen memiliki latarbelakang kriminal?
4. Apakah seluruh anggota direksi independen?
5. Apakah perusahaan memiliki audit independen, kompensasi, dan komite nominasi?
Pemahaman apa motivasi manajemen dan jajaran direksi
1. Apakah nilai individu dari salah satu eksekutif kunci terikat dalam organisasi?
2. Apakah manajemen dibawah tekanan dalam memenuhi laba atau harapan keuangan
lainnya?
3. Apakah organisasi melaporkan performa dari keuangan yang menurun?
4. Apakah terdapat isu lainnya yang signifikan terkait dengan motivasi dari anggota
manajemen dan direksi?
Pemahan tentang tingkat pengaruh manajemen dan direksi kunci
1. Siapa anggota kunci dari manajemen dan jajaran direksi yang paling berpengaruh?
2. Apakah terdapat satu atau dua individu kunci yang memiliki pengaruh yang dominan
dalam organisasi?
3. Bagaimana gaya manajemen organisasi apakah lebih otokratis atau lebih demokratis?
4. Apakah manajemen organisasi terpusat atau desentralisasi?
Hubungan dengan yang lain
Fraud dalam laporan keuangan biasanya juga dilakukan dengan bantuan dari
organisasi yang nyata atau fiktif. Kasus fraud Enron dilakukan melalui apa yang dikenal
sebagai special purpose entities (SPEs), dimana kepentingan bisnis dibentuk semata- mata
untuk menyelesaikan beberapa tugas- tugas tertentu. SPE sebenarnya tidak ilegal, tetapi
seharusnya tunduk pada standar akuntansi yang telah ditentukan dimana SPE harus
dilaporkan menjadi bagian dari perusahaan induk, bukan dilaporkan sebagai entitas
independen dan tidak dikonsolidasikan dengan induknya. SPE dapat dikatakan independen
jika memenuhi dua kriteria berikut: (1) investor dari pihak ketiga yang independen
melakukan penyertaan modal substantif, umumnya minimal 3 persen dari aset SPE, (2)
investasi pihak ketiga benar- benar beresiko.
Meskipun hubungan dengan semua pihak harus diperiksa untuk menentukan apakah
mereka memberikan peluang terhadap fraud manajemen, hubungan dengan organisasi terkait
dan individu, auditor eksternal, pengacara, investor, dan regulator harus dipertimbangkan
dengan cermat. Hubungan dengan lembaga keuangan dan pemegang saham juga harus
menjadi pertimbangan.
1. Hubungan dengan lembaga keuangan
Hal ini berkaitan dengan pinjaman bank. Dimana terjadi kasus pada kemitraan
real estate, perusahaan tersebut mengambil pinjaman yang tidak sah dari bank yang
terletak di negara bagian lain, di mana tidak digunakan untuk tujuan bisnis. Bank ini
digunakan karena CEO dari persuahaan tersebut memiliki hubungan dengan presiden
bank tersebut, kemudian dipalsukan konfirmasi audit yang dikirim oleh bank kepada
auditor. Pinjaman fiktif tersebut ditemukan ketika auditor melakukan investigasi dan
setelah adanya investigasi presiden bank tersebut membantah adanya pinjaman yang
dilakukan.

2. Hubungan dengan organisasi dan individu terkait


Pihak- pihak terkait, termask organisasi dan individu terkait seperti anggota
keluarga, harus diperiksa karena termasuk struktur “non-arm’s lenght” dan transaksi
yang tidak wajar dengan pihak terkait adalah salah satu cara termudah untuk
mengidentifikasi fraud pada laporan keuangan. Jenis- jenis dari hubungan tersebut
biasanya dapat diidentifikasi dengan memeriksa transaksi dengan nilai nominal yang
besar dan tidak biasa, sering terjadi pada waktu yang strategis (seperti di akhir
periode) untuk membuat laporan keuangan terlihat lebih baik. Jenis hubungan dan
peristiwa yang harus diperiksa meliputi:
A. Transaksi dengan jumlah nominal yang besar yang berpengaruh terhadap
pendapatan dan laba organisasi
B. Penjualan atau pembelian aset antara perusahaan terkait
C. Transaksi yang melibatkan goodwill atau aset tak berwujud lainnya yang diakui
dalam laporan keuangan
D. Transaksi non-operasi
E. Pinjaman atau transaksi pembiayaan terkait entitas lainnya
F. Setiap transaksi yang tidak biasa

3. Hubungan dengan auditor


Hubungan antara perusahaan dan auditor adalah hal yang penting untuk
dianalisis karena beberapa alasan. Auditor tidak mudah menyerah terhadap kliennya,
dan pemutusan auditor dan auditee paling sering disebabkan oleh kegagalan klien
untuk membayar, perselisihan dengan auditor, dugaan penipuan oleh auditor, atau
auditee terlalu tinggi mempercayai auditor. Faktanya bahwa auditor yang dipecat atau
mengundurkan diri, memiliki kesulitan dari auditor tahun pertama untuk menemukan
kecurangan laporan keuangan, menciptakan masalah yang berlipat ketika adanya
perubahan auditor. Perusahaan publik diwajibkan untuk mengungkapkan secara
terbuka setiap perubahan auditor mereka dan alasan untuk perubahan pada SEC Form
8-K. Dalam memeriksa sebuah perusahaan yang memiliki indikasi fraud laporan
keuangan, penting untuk mengetahui siapa auditornya dan berapa lama hubungan
antara auditor dan perusahaan telah terjalin.
4. Hubungan dengan pengacara
Hubungan dengan pengacara menimbulkan resiko yang lebih besar daripada
hubungan dengan auditor. Ketika auditor seharusnya independen dan akan
mengundurkan diri jika mereka menduga bahwa hasil keuangannya tidak sesuai, lain
dengan pengacara, mereka akan mengikuti dan mendukung kliennya sampai terbukti
bahwa penipuan tersebut benar terjadi. Selain itu, pengacara memiliki informasi
tentang kesulitan hukum kliennya, masalah peraturan dan kejadian penting lainnya.
Dengan demikian, perubahan pengacara tanpa alasan menjadi perhatian. Sayangnya,
perubahan pengacara tidak ada persyaratan pelaporannya tidak seperti perubahan
auditor.
5. Hubungan dengan investor
Hubungan dengan investor sangat penting karena fraud laporan keuangan
sering dimotivasi oleh utang atau penawaran saham kepada investor. Selain itu,
pengetahuan tentang jumlah dan jenis investor dapat memberikan indikasi dari tingkat
tekanan dan pengawasan publik atas manajemen perusahaan dan kinerja keuangan
perusahaan. Pada sebuah organisasi terbuka, kelompok investor atau analis investasi
biasanya mengikuti setiap kejadian perusahaan dan dapat memberikan informasi atau
indikasi bahwa ada sesuatu yang salah.
6. Hubungan dengan pembuat regulator
Akhirnya, memahami hubungan klien dengan regulator tidak kalah penting.
Jika investigator memeriksa perusahaan publik, anda perlu tahu apakah SEC pernah
mengeluarkan tentang penegakan hukum terhadap hal tersebut. Anda juga perlu tahu
apakah semua laporan tahunan, triwulan, dan lainnya telah diajukan tepat waktu.
Apakah perusahaan terdapat utang pajak ke pemerintahan juga menjadi hal yang
penting.
Organisasi dan industri
Fraud dalam laporan keuangan kadang- kadang disembunyikan dengan menciptakan
struktur organisasi yang membuatnya mudah untuk menyembunyikan fraud. Kenyatannya,
struktur organisasi yang kompleks dibuat sedemikian rupa yang tidak memiliki tujuan bisnis
yang jelas. Kompleksitas organisasi tersebut digunakan sebagai penyamaran (smoke screen)
untuk menyembunyikan transaksi yang ilegal.
Atribut organisasi yang menyarankan adanya potensi fraud mencakup hal- hal seperti
struktur organisasi yang kompleks, tidak terdapat departemen audit internal, tidak terdapat
dewan direksi, organisasi dimana satu orang atau sekelompok kecil individu mengendalikan
entitas terkait, sebuah organisasi yang memiliki afiliasi di luar negri tanpa tujuan bisnis yang
jelas, organisasi yang melakukan banyak akuisisi dan sebuah organisasi yang baru.
Sebuah industri organisasi juga harus diperiksa dengan teliti. Beberapa industri jauh
lebih beresiko daripada yang lain. Baru- baru ini, perusahaan teknologi menjadi perusahaan
dengan model bisnis yang baru dan sangat beresiko, kebanyakan penipuannya terungkap
dalam SEC AAERs.
Hasil keuangan dan karakteristik operasi
Banyak yang dapat dipelajari tentang paparan fraud laporan keuangan dengan
memeriksa manajemen dan dewan direksi, hubungan dengan orang lain, dan sifat organisasi.
Dari ketiga elemen tersebut biasanya memiliki prosedur yang sama yaitu, apakah akun yang
dimanipulasi adalah pendapatan, aset, kewajiban, biaya, atau ekuitas. Jenis paparan untuk
mengidentifikasi laporan keuangan dan karakteristik operasi dari perusahaan berbeda dari
skema penipuan sebelumnya.
Dalam menilai paparan dari fraud atas laporan keuangan dan karakteristik operasi,
saldo dan jumlah harus dibandingkan dengan organisasi sejenis di industri yang sama, dan
mengacu pada dunia nyata untuk jumlah laporan keuangan yang ditentukan. Misalnya, jika
laporan keuangan organisasi melaporkan bahwa perusahaan memiliki Rp 2juta persediaan,
maka persediaan harus berada di suatu tempat, jenis persediaan tersebut, harus membutuhkan
sejumlah ruang untuk penyimpanan, dan orang- orang yang mengelolanya. Perusahaan harus
menanyakan bukti- bukti yang mendukung laporan keuangan tersebut mengingkat persediaan
diamati secara aktual.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, selain mempertimbangkan pola hubungan
keuangan, ukuran kinerja non keuangan juga berharga untuk mendeteksi hasil keuangan.
Kinerja non finansial dibahas di kalangan akuntansi manajemen sebagai praktik terbaik untuk
mengelola bisnis. Misalnya, penggunaan balanced scorecard, dimana metode evaluasu
kinerha berfokus pada kedua indikator keuangan dan non keuangan, seperti kepuasan
pelanggan. Penelitian akademis menggunakan ukuran kinerja non keuangan untuk menilai
resiko penipuan yang menunjukkan indikator non finansial, seperti jumlah karyawan, dapat
membantu menentukan kapan fraud laporan keuangan terjadi. Sebagai contoh, jika
perusahaan tumbuh pesat sementara jumlah karyawannya menurun, maka perusahaan
tersebut cenderung terindikasi melakukan fraud, dibandingkan dengan perusahaan di mana
karyawan dan pendapatannya konsisten. Tetapi terdapat kendala dimana sulit menemukan
laporan keuangan yang konsisten dengan laporan non-keuangannya.

Anda mungkin juga menyukai