Pernyataan :
“ Dengan demikian saya Mohammad Nizar A. S. menyatakan bahwa makalah/resume ini di
buat dengan sebenar-benarnya dan tidak menyalin pekerjaan orang lain.”
Ketua Kelompok
CHAPTER 11
Kecurangan pada laporan keuangan
Masalah kecurangan pada laporan keuangan
Pasar saham dan Obligasi merupakan komponen penting dalam ekonomi kapitalis.
Efisiensi, likuiditas, dan ketahanan pasar ini tergantung pada kemampuan investor, lender,
dan regulator untuk menilai kinerja keuangan dari bisnis yang meningkatkan modal.
Laporan keuangan merupakan instrumen perusahaan yang sangat penting dan salah
satu media penyampaian informasi dan bentuk pertanggungjawaban kinerja perusahaan
kepada publik. Selain itu, laporan keuangan yang disiapkan oleh perusahaan juga memainkan
peranan yang sangat penting dalam menjaga efisiensi pasar modal. Laporan keuangan
menyajikan pengungkapan-pengungkapan yang memilki arti penting mengenai bagaimana
perusahaan sebelumnya, bagaimana perusahaan saat ini dan bagaimana arah perusahaan
selajutnya. Laporan keuangan harusnya dipersiapkan dengan penuh integritas dan menyajikan
representasu posisi keuangan secara wajar dari entitas yang menerbitkan laporan keuangan
tersebut. Akan tetapi, laporan keuangan terkadang dengan sengaja salah disajikan oleh pihak-
pihak yang mempunyai kepentingan. Salah saji tersebut bisa jadi merupakan akibat dari
adanya tindakan manipulasi, pemalsuan, atau melakukan perubahan dalam catatan akuntansi.
Sebagai akibat kecurangan laporan keuangan tersebut, dapat menimbulkan kerugian besar
bagi para investor, kurangnya kepercayaan pada pasar dan sistem akuntansi yang ada, hingga
proses peradilan juga rasa malu yang harus ditanggung oleh individu atau organisasi yang
terlibat dalam kecurangan laporan keuangan tersebut.
Mengapa masalah ini terjadi
Setiap masalah-masalah yang dibahas sebelumnya mewakili. Penjelasan-penjelasan
yang dibahas sebelumnya tentang mengapa orang melakukan penipuan lain berlaku untuk
kecurangan pada laporan keuangan juga. Terdapat tiga elemen Fraud yaiutu, (1) tekanan (2)
Kesempatan dan (3) kemampuan untuk rasionalize penipuan yang dapat diterima. Seperti
yang telah kita bahas, Fraud atas nama perusahaan, seperti kecurangan pada laporan
keuangan yang akan kita bahas sekarang, tiga elemen ini selalu hadir
e
ur
Ra
ss
t io
re
na
dP
liz
ive
ati
e
rc
on
Pe
Perceived Opportunity
Faktor 8: Keserakahan
Pada dasarnya semua manusia memiliki sifat serakah, dan hal ini tidak dapat dipungkiri
ketika sifat tersebut dihadapkan dengan ‘uang’ maka akan semakin luar biasa serakah.
Para eksekutif, bank investasi, bank komersial, dan investor, masing-masing mengambil
keuntungan dari sistem perekonomian yang kuat, berbagai transaksi yang
menguntungkan, dan laba yang tinggi dari suatu perusahaan. Sifat serakah tidak
menginginkan kabar buruk, hal ini mengakibatkan pengabaian terhadap berita negatif
dan akhirnya terlibat dalam transaksi yang tidak baik.
Faktor 9: Kegagalan Pendidik
1. Pendidik tidak memberikan pendidikan etika yang cukup memadai pada mahasiswa
Tidak adanya penekanan pada mahasiswa untuk meihat gambaran dilema etika
yang terjadi sewaktu di kelas membuat para lulusan tidak memiliki bekal yang
cukup untuk menghadapi dilemma etika secara riil dalam dunia bisnis.
Misalnya dalam sebuah dugaan skema kecurangan, pelaku sebenarnya termasuk
seluruh jajaran manajemen senior perusahaan, termasuk (namun tidak berbatas pada)
mantan pimpinan dan CEO, mantan presiden direktur, dua orang mantan CFO dan
sejumlah personel senior di bidang akuntansi dan bisnis. Secara keseluruhan, kira-
kira lebih dari 20 orang terlibat dalam skema tersebuy. Besarnya jumlah pelaku
tersebut menunjukkan kegagalan pedoman etika secara umum yang terdapat pada
kelompok ini.
Contoh lain adalah ketika CFO memberi instruksi pada kepala akuntan untuk
meningkatkan laba senilai hampir $100 juta. Kepala akuntan merasa skeptic
terhadap tujuan dari instruksi tersebut tetapi tidak berupaya menolaknya. Kepala
akuntan mengikuti arahan dan diduga membuat kertas kerja yang berisi tujuh lembar
ayat jurnal yang tidak sesuai-seluruhnya 105 ayat jurnal- yang dianggap penting
untuk menjalankan instruksi dari CFO tersebut.
Dalam banyak kasus seperti itu, orang-orang yang terlibat tidak memiliki latar
belakang pernah melakukan aktivitas tidak jujur, namun ketika mereka diminta
untuk berpartisipasi dalam kecurangan akuntansi, mereka melakukannya dengan
begitu tenang dan tanpa paksaan.
2. Tidak mengajarkan kepada para mahasiswa mengenai kecurangan.
Sebagian besar lulusan sekolah bisnis tidak akan menyadari telah terjadi
kecurangan. Sebagian besar mahasiswa tidak memahami faktor-faktor penyebab
kecurangan, tekanan yang dirasakan, peluang atau kesempatan yang dimiliki, proses
rasionalisasi, atau indikator-indikator yang mengindikasikan kemungkinan adanya
perilaku tidak jujur.
3. Cara pendidik mengajar mahasiswa jurusan akuntansi dan bisnis di masa lampau.
Pendidikan akuntansi yang efektif tidak boleh berfokus pada konten pembelajaran
sebagai tujuan akhir tetapi menggunakan konten sebagai konteks untuk membantu
mahasiswa mengembangkan kemampuan analitis.
Seperti yang telah dijelaskan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecurangan
laporan keuangan sangat dipengaruhi adanya tiga elemen kecurangan yakni tekanan,
kesempatan, dan rasionalisasi. Namun juga didukung oleh banyak faktor diluar elemen-
elemen tersebut yang dapat menghasilkan kecurangan yang mengakibatkan kerugian yang
lebih besar lagi.
Sifat Dasar Kecurangan Laporan Keuangan
Kecurangan laporan keuangan mengandung unsur penipuan dan upaya
penyembunyian secara disengaja. Kecurangan laporan keuangan dapat disembunyikan
melalui dokumentasi fiktif, yang termasuk di dalamnya pemalsuan dokumen. Kecurangan
laporan keuangan dapat disembunyikan kolusi antara manajemen, pegawai, atau pihak ketiga.
Tanpa adanya pengakuan, dokumen yang benar-benar terlihat fiktif, atau sejumlah
tindakan kecurangan yang sama dan dilakukan berulang-ulang (sehingga dapat disimpulkan
terjadi kecurangan dari polanya), menuduh seseorang melakukan kecurangan laporan
keuangan dapat menjadi sangat sulit. Karena adanya kesulitan dalam mendeteksi dan
membutikan kecurangan, investigator harus sangat berhati-hati dalam melakukan
pemeriksaan kecurangan, menghitung jumlah kecurangan, atau melakukan berbagai macam
perikatan kerja terkait dengan kecurangan.
Statistik mengenai Kecurangan Laporan Keuangan
Salah satu cara untuk mengukur seberapa sering kecurangan laporan keuangan terjadi
digunakan Accounting and Auditing Enforcement Releases (AAERs) yang dikeluarkan oleh
SEC. Beberapa studi telah melakukan kajian terhadap AAERs. Salah satu pembahasan yang
pertama dan paling komprehensif adalah Report of the Nation Commision on Fraudulent
Financial Reporting yang dikeluarkan oleh National Commision on Fraudulent Financial
Reporting (Treadway Commision). Laporan Treadway Commision menemukan bahwa
walaupun kecurangan laporan keuangan tidak terlalu sering terjadi, kecurangan tersebut tetap
sangat merugikan. Treadway Commision melakukan studi terhadap kecurangan yang terjadi
selama sepuluh tahun yang berakhir pada tahun 1987. Studi ini mengkaji 119 tindakan hukum
yang dilakukan oleh SEC pada periode tahun 1981-1986.
Pada tahun 1999, Committee of Sponsoring Organization (COSO) merilis studi yang
mereka sponsori terkait kecurangan laporan keuangan yang diinvestigasi oleh SEC yang
terjadi selama tahun 1987-1997. Studi ini menemukan bahwa ada sekitar 300 kecurangan
laporan keuangan yang menjadi subjek dari peraturan SEC selama periode tersebut. Ada 204
sampel acak dari kecurangan laporan keuangan tersebut mengungkapkan:
1. Rata-rata kecurangan yang terjadi akhir-akhir ini berlangsung selama dua tahun.
2. Pengakuan pendapatan yang tidak sesuai, perhitungan aset yang lebih saji, dan
perhitungan biaya yang kurang saji merupakan metode kecurangan yang sangat umum
digunakan.
3. Besarnya rata-rata kecurangan secara kumulatif adalah $25 juta (nilai median $4,1 juta).
4. Sebanyak 72% kasus kecurangan laporan keuangan dilakukan oleh CEO.
5. Rata-rata nilai aset dari perusahaan yang melakukan kecurangan adalah $532 juta (nilai
median $16 juta) dan rata-rata pendapatan $232 juta (nilai median $13 juta).
6. Perusahaan yang melakukan kecurangan laporan keuangan biasanya menanggung
konsekuensi berat.
Contohnya, 36% perusahaan yang mengajukan pernyataan kebangkrutan dideskripsikan
sebagai perusahaan yang mati atau ditutup pada AAERs, atau diambil alih
pengelolaannya oleh regulator Negara bagian atau regulator federal setelah kecurangan
terjadi.
7. Kebanyakan perusahaan ini tidak memiliki komite audit atau hanya bertemu satu kali
dalam satu tahun dengan komite audit mereka. Posisi dewan direksi pada perusahaan
mereka sering diisi oleh “orang dalam”, bukannya direksi yang independen.
8. Dewan direksi yang didominasi oleh “orang dalam” dan direksi dari luar yang memiliki
hubungan khusus dengan manajemen atau perushaan, dengan kepemilikan ekuitas besar
dan terlihat memiliki sedikit pengalaman sebagai direksi pada perusahaan lain.
Hubungan keluarga antara direksi dengan pegawai merupakan sesuatu yang biasa terjadi,
seperti halnya individu yang memiliki kekuasaan besar.
9. Beberapa perusahaan yang melakukan kecurangan laporan keuangan menderita kerugian
bersih atau mendekati titik impas pada periode sebelum kehancuran terjadi.
10. Hanya lebih dari 25% dari perisahaan mengganti auditor mereka selama periode
kecurangan tersebut.
Kemudian terdapat studi lainnya yang dilakukan oleh SEC yang didasarkan pada
Section 704 Sarbanes-Oxley Act. Ketentuannya adalah SEC melakukan studi terhadap semua
tindakan hukum yang diajukan selama periode 31 Juli 1997-30 Juli 2002 yang didasarkan
pada pelaporan keuangan yang tidak sesuai, kecurangan, kegagalan audit, atau pelanggaran
terhadap independensi auditor. Pada periode studi tersebut, SEC mengajukan 515 tindakan
hukum atas pelanggaran pengungkapan dan pelaporan keuangan yang melibatkan 164 entitas
yang berbeda. Studi ini menemukan bahwa:
1. SEC paling banyak melakukan tindakan seperti pengakuan pendapatan yang tidak sesuai,
pengakuan biaya yang tidak sesuai, perhitungan akuntansi yang tidak tepat terkait
kombinasi kegiatan bisnis, pengungkapan Management’s discussion and analysis yang
tidak memadai, penggunaan yang tidak tepat dari transaksi-transaksi lain yang tidak
tercantum dalam neraca.
2. CEO, presiden direktur, dan CFO merupakan jajaran manajemen yang paling sering
terlibat kemudian diikuti oleh pimpinan dewan, pejabat bagian operasional, pejabat
bagian akuntansi, dan wakil presiden bagian keuangan.
Studi terbaru dilakukan oleh COSO yang mencakup periode tahun 1998-2007.
Temuan besar yang dilaporkan dalam studi ini adalah sebagai berikut:
1. Kecurangan yang diinvestigasikan oleh SEC selama periode 10 tahun terakhir sekitar
18% lebih banyak jika dibandingkan dengan periode 10 tahun sebelumnya, dengan
rata-rata nilai kecurangan meningkat secara drastic dari $25 juta menjadi sekitar $400
juta.
2. Median asset perusahaan-perusahaan yang ada dalam studi ini meningkat dari $16
juta menjadi hampir $100 juta.
3. CFO dan atau CEO yang disebut lebih dari 89% dalam kasus, sekitar 20% didakwa
selama dua tahun proses investigasi yang dilakukan oleh SEC.
4. Pengakuan pendapatan yang tidak tepat terus menjadi metode kecurangan yang sangat
umum dan dihitung untuk lebih dari 60% kasus yang terjadi.
5. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, karakteristik dewan direksi perusahaan-
perusahaan ini tidak jauh berbeda dengan karakteristik perusahaan sejenis yang tidak
didakwa melakukan kecurangan.
6. 26% perusahaan yang melakukan pergantian auditor selama waktu terjadinya
kecurangan; 60% diantaranya melakukan pergantian pada saat kecurangan sedang
terjadi dan 40% melakukan pergantian sebelum kecurangan terjadi.
7. Liputan pers terhadap perusahaan yang diduga melakukan kecurangan menyebabkan
terjadinya penurunan abnormal pada harga saham perusahaan sebesar 16,7% dan
berita mengenai investigasi yang dilakukan pemerintah terhadap kecurangan tersebut
mendorong penurunan harga saham abnormal sebesar 7,3%.
Selain penurunan harga saham yang dramatis tersebut, kedua studi yang dilakukan
oleh COSO tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang terlibat dalam tindakan
kecurangan menanggung konsekuensi yang negative yang sangat serius dalam jangka
panjang segera setelah kecurangan yang dilakukannya tersebut terungkap, termasuk
kebangkrutan dan penghapusan pencacatan saham (delisting) dari bursa saham. Walaupun
persentase laporan keuangan yang mengandung unsur kecurangan yang berhasil terungkap
relative kecil namun kerugian yang ditimbulkan seringkali sangat bernilai tinggi bagi para
pegawai, pemegang saham, auditor, bankir, dan seluruh rekan bisnis.
Kasus-kasus kecurangan laporan keuangan sering kali memiliki faktor-faktor sebagai
berikut:
1. Perusahaan terlihat memiliki kinerja yang lebih baik daripada perusahaan lain dalam
industry tersebut.
2. Investor, analis, dan pemilik memiliki ekspektasi bahwa perusahaan akan memiliki
kinerja yang sangat baik. Karena perusahaan tidak dapat memenuhi ekspektasi
tersebut, memberikan tekanan kepada perusahaan agar ekpekstasi tersebut dapat
dipenuhi.