SURABAYA
2019
AUDIT KECURANGAN
Jenis-Jenis Kecurangan
Sebagai suatu konsep hukum yang luas, kecurangan merupakan setiap
ketidakjujuran yang tidak disengaja untuk merampas hak atau kepemilikan orang
atau pihak lain.Dalam konteks audit atas laporan keuangan, kekurangan
didevenisikan sabagi salah saji dalam laporan keuangan yang dilakukan dengan
sengaja.
Dua kategori utama kecurangan adalah:
- Kecurangan dalam laporan keuangan
- Penyalahgunaan aset.
Penyalahgunaan Aset
Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan kecurian atau
aset milik entitas. Dalam banyak kasus, namun tidak semuanya, jumlah minimal
yang terlibat tidak material terhadap laporan keuangan.Namun demikian, pencurian
aset perusahaan sering kali menjadi perhatian penting manajemen, tampa melihat
tingkat materialitasnya, karena penurian-pencurian kecil dapat dengan mudah
menigkat ukuran setiap saat.
Istilah penyalahgunaan aset sering kali digunakan untuk mengacu pada
pencurian yang dlakukan dengan pegawai dan pihak-pihak internal lainnya didalam
ssuatu organisasi.
Menurut perkiraan Association of Certified fraud examiners rata-rata
perusahaan merugi 6 persen dari pendapatannya disebabkan oleh kecurangan,
meskipun sebagian besar dari pencurian tersebut melibakan pihak-pihan eksternal,
seperti pengutilan yang dilakukan oleh pelanggan dan penipuaan yang dilakukan
oleh pemasok.
Biasanya pelaku penyalahgunaan aset berada ditingkat hierarki organisasi
yang lebih rendah. Namun demikian dalam beberapa kasus penting, manajemen
puncak terkadang terlibat dalam pencurian aset perusahaan, karena otoritas
manajemen yang lebih besar serta kendali tehadap aset-aset perusahaan,
penggalapan yang melibatkan manajemen puncak dapat melibatkan jumlah yang
signifikan
Kesempatan
Kesempatan untuk melakukan pencurian ada pada semua
perusahaan.Namun,Kesempatan tersebut lebih besar pada perusahaan yang
akses terhadap kasnya sangat mudah, atau pada perusahaan yang memilki
persediaan atau aset berharga lainnya.Khususnya jika ukuran aset tersebut kecil dan
mudah dipindah-pindah sebagai contoh,kasino-kasino yang menangani jumlah
besar uang kas dengan pencatatan informasi yang sangat kecil atas penerimaan kas.
Kelemahan dalam pengendalian internal menciptakan kesempatan
terjadinya pencurian, pemisahan tugas yang tidak yang memadai hampir dipastikan
menjadi liseni bagi para pegawai untuk melakukan pencuriaan.Jika para karyawan
menangani atau bahkan memiliki akses sementara terhadap aset dan juga
melakukan pembukuan untuk aset tersebut, maka muncul potensi terjadinya
pencurian.
Kecurangan menjadi lebih besar di perusahaan yang lebih kecil dan
organisasi nirlaba karena lebih sulit bagi entitas tersebut untuk melakukan
pemisahan tugas .Namun demikian, bahkan perusahaan yang lebih besar pun dapat
tidak melakukan pemisahan tugas yang memadai dibagian-bagian penting.
Sikap/Rasionalisasi
Sikap manajemen terhadap pengendalian dan kode etik dapat menyebabkan
para kayawan dan manajer membenarkan pencurian terhadap aset.Jika manjemen
mencurangi para pelanggannya dan menetapkan harga yang sangat tinggi untuk
barang-barang atau terlibat dalam taktik penjualan bertekanan tinggi, para pegawai
dapat merasa bahwa mereka juga dibenarkan untuk memmbuat serupa dengan
memalsukan pengeluaran atau memalsukan laporan keuangan waktu kinerja
Tiga Kondisi Pengertian Contoh Faktor-Faktor
Kecurangan Resiko
Insentif / Tekanan- Manajemen atau pegawai
- Stabilitasi keuangan atau
lainnya memiliki insentif atau profitabilitas teranacam oleh kondisi
tekanan untuk menyalahsajikan ekonomi,industri dan persaingan
laporan keuangan secara material
Kesempatan - Kondisi yang memberikan
- Estimasi akuntansi yang
kesempatan bagi manajemen signifikan
atau pegawai untuk
- Ketidak efektipan komite audit
menyalahsajikan laporan dalam mengawasi pelaporan
keuangan keuangan
- Staf akuntansi, IT yang sering
berganti atau tidak efektif
Sikap -/ Adanya suatu sikap, karakter,
- Komunikasi yang tidak tepat
Rasionalisasi atau seperangkat nilai-nilai etika
- Sejarah pelanggaran hukum
yang memungkinkan manajemen securitas
atau pegawai untuk melakukan
- Kebiasaan management membuat
tindakan yang tidak jujur peramalan
Skeptisme Profesional
PSA 04 (SA230) menyatakan bahwa, dalam melaksanakan skeptisme
professional, seorang auditor tidak menganggap bahwamanajemen tidak jujur
maupun tidak menganggap kejujuran manajemen dipertanyakan. Dalam praktinya,
menjaga sikap skeptisme professional dapat menjadi sulit, karena meskipun
beberapa contoh kasus kecurangan dalam laporan keuangan tingkat tinggi,
kecurangan material jarang terjadi dibandingkan dengan jumlah audit atas laporan
keuangan yang di lakukan setiap tahun. Sebagian besar auditor tidak akan pernah
menemukan kecurangan material sepanjang akhir mereka.
Berfikir kritis
PSA 07 menekankan pertimbangan atas kecurangan klien untuk melakukan
kecurangan, tampa mempertimbangkan keyakinan auditor mengenai kemungkinan
terjadinya kecurangan serta kejujuran dan integrasi manajeman. Selama merancang
audit dalam setiap pengauditan ,tim kerja harus membahas kebutuhan untuk
menjaga pikiran kritis disepanjang pengauditan untuk mengidentifikasi risiko-
risiko kecurangan dan secara kritis mengevaluasi bukti-bukti audit
Prosedur analitis
Sebagaimana telah kita bahas pada bab 6, auditor harus melakukan
prosedur analitis di sepanjang fase perencanaan dan penyelesaian audit
untuk membantu mengidentifikasi transaksi-transaksi atau kejadian-
kejadian yang tidak biasa yang dapat mengidentifikasikan adanya salah saji
material dalam laporan keuangan. Ketika hasil prosedur analitis berbeda
dengan ekspektasi auditor, auditor harus mengevaluasi hasil tersebut beserta
informasi lain yang didapatkan terkait dengan kemungkinan adanya
kecurangan untuk menentukan apakah risiko kecurangan meningkat.
Karena terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan sering kali
melibatkan manipulasi pada pendapatan, PSA 70 mengharuskan auditor
untuk melakukan prosedur analitis pada akun-akun pendapatan. Tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi hubungan-hubungan yang tidak biasa atau
tidak sesuai dengan ekspektasi dalam akun-akun pendapatan yang dapat
mengindikasikan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan. Dengan
membandingkan volume penjualan berdasarkan pendapatan yang telah
dicatat dengan kapasitas produksi actual, misalnya, auditor dapat
menemukan pendapatan di luar kapasitas produksi perusahaan.
Informasi Lainnya
Auditor harus mempertimbangkan semua informasi yang telah
mereka dapatkan dalam setiap fase atau bagian pengauditan ketika mereka
mengukur risiko kecurangan. Banyak prosedur pengukuran risiko yang
dilakukan auditor di sepanjang fase perencanaan untuk mengukur salah saji
material yang dapat mengindikasikan adanya peningkatan risiko
kecurangan. Sebagai contoh, informasi mengenai integritas dan kejujuran
manajemen yang didapatkan selama melakukan prosedur penerimaan klien,
Tanya jawab dan prosedur analitis yang dilakukan sehubungan dengan
penelaahan auditor terhadap laporan keuangan kuartalan klien, dan
informasi yang dipertimbangkan dalam mengukur risiko bawaan dan risiko
pengendalian dapat mengarahkan perhatian auditor terhadap kemungkinan
salah saji dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh kecurangan.
Ketika risiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan teridentifikasi,
auditor pertama kali harus membahas temuan-temuan tersebut dengan manajemen
serta mendapatkan pandangan manajemen atas potensi kecurangan dan
pengendalian yang ada dirancang untuk mencegah atau mendeteksi salah saji.
Respons auditor terhadap risiko kecurangan meliputi hal-hal berikut.
Prosedur audit yang tepat digunakan untuk mengatasi risiko audit spesifik
bergantung pada akun yang sedang di audit dan jenis risiko kecurangan yang
teridentifikasi. Auditor juga harus mempertimbangkan pilihan manajemen atas
prinsip-prinsip akuntansi. Perhatian saksama harus diberikan pada prinsip-prinsip
akuntansi yang melibatkan pengukuran-pengukuran subjektif atau transaksi-
transaksi yang rumit. Karena auditor meyakini adanya risiko kecurangan dalam
pengungkapan pendapatan, mereka juga harus mengevaluasi kebijakan pengakuan
pendapatan perusahaan.
Pendapatan dan beberapa akun piutang yang terkait serta akun kasi
biasanya sangat rentan terhadap manipulasi dan pencurian. Karena
penjualan sering kali dilakukan secara tunai atau sangat cepat dikonversi ke
dalam kas, kas juga sangat rentan terhadap pencurian.
1. Pendapatan fiktif.
2. Pengakuan pendapatan yang prematur.
3. Manipulasi penyesuaian-penyesuaian pendapatan.
Pendapatan Fiktif
Pencurian atas penjualan dan penerimaan kas yang terkait yang jumlahnya
relatif kecil dapat dicegah dan dideteksi dengan lebih baik oleh
pengendalian internal yang dirancang untuk meminimalisasi kesempatan
untuk melakukan kecurangan. Untuk mendeteksi kecurangan yang lebih
besar, prosedur analitis dan perbandingan-perbandingan lainnya dapat
berguna untuk mendeteksi kecurangan tersebut.
Persediaan sering kali merupakan akun terbesar pada neraca sebagian besar
perusahaan, dan auditor sering kali kesulitan untuk memverifikasi
keberadaan dan penilaian persediaan. Sebagai akibatnya, persediaan sangat
rentan terhadap manipulasi yang dilakukan oleh manajer yang ingin
mencapai beberapa sasaran dalam laporan keuangan. Karena persediaan
umumnya siap dijual, persediaan juga rentan disalahgunakan.
Persediaan fiktif telah menjadi inti masalah dari beberapa kasus kecurangan
laporan keuangan penting. Banyak perusahaan besar yang memiliki
persediaan yang beragam dan dalam jumlah yang sangat banyak yang
terletak di beberapa lokasi yang berbeda, yang membuat perusahaan relatif
mudah untuk menambah persediaan fiktif dalam pencatatan akuntansi.
Sementara auditor diharuskan untuk memverifikasi keberadaan fisik
persediaan, pengujian audit dilakukan berdasarkan sampel, dan biasanya
tidak semua lokasi persediaan diuji.
Tanda-Tanda peringatan untuk Kecurangan dalam Persediaan
Tanya jawab dapat menjadi teknik pengumpulan bukti audit yang efektif,
sebagaimana telah kita bahas di Bab sebelumnya. Wawancara memungkinkan
auditor untuk mengklarifikasi masalah-masalah yang tidak tampak dan mengamati
jawaban verbal maupun nonverbal dari orang yang ditanya. Wawancara juga dapat
membantu mengidentifikasi masalah-masalah yang dihilangkan dari dokumentasi
atau konfirmasi. Auditor juga dapat memodifikasi pertanyaan-pertanyaan selama
dari
orang yang diwawancara melakukan wawancara berdasarkan respons.
Tanya jawab sebagai suatu teknik bukti audit juga harus disesuaikan dengan
tujuan penggunaannya. Tergantung pada tujuannya, auditor dapat menanyakan
beberapa pertanyaan yang berbeda dan mengubah nada pertanyaan. Satu atau lebih
dari tiga kategori tanya jawab berikut dapat digunakan, tergantung pada tujuan
auditor.
Tanya Jawab Informal Auditor melakukan tanya jawab informal untuk
mendapatkan informasi mengenai fakta-fakta dan rincian yang tidak didapatkan
auditor. Biasanya auditor menginginkan informasi dari orang yang diwawancarai
mengenai kejadian atau proses pada periode sebelumnya. Sering kali tanya jawab
dilakukan dengan santai dengan auditor memberikan pertanyaan-pertanyaan
terbuka yang memungkinkan yang ditanyakan.
Auditor sering kali menggunakan tanya jawalb informal ketika
menindaklanjuti bukti-bukti yang dikumpulkan mengenai program atau
pengendalian atau bukti lainnya yang melibatkan salah saji atau kecurangan yang
dicurigai untuk responden memberikan perincian kejadian, proses atau kondisi
diungkapkan dalam pengauditan.
Tanya Jawab Evaluasi Seorang auditor juga menggunakan tanya jawab
untuk mengevaluasi apakah informasi yang telah ia dapatkan sudah tepat, akurat
atau benar. Auditor menggunakan tanya jawab evaluasi untuk mendukung atau
tidak mendukung informasi sebelumnya. Auditor sering kali memulai tanya jawab
evaluasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang luas dan terbuka yang memungkinkan
orang yang diwawancarai memberikan jawaban yang terperinci yang kemudian
dapat ditindaklanjuti dengan pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih spesifik.
Salah satu cara umum yang digunakan dalam tanya jawab evaluasi adalah
dengan mengonfirmasikan jawaban manajemen dalam tanya jawab sebelumnya
dengan bertanya pada pegawai lainnya.
Tanya Jawab Interogatif Kategori tanya jawab ini digunakan ketika auditor
ingin mencari tanggapan dari subjek yang ia wawancarai mengenai pengetahuannya
atas suatu kejadian atau kondisi. Tanya jawab interogatif sering kali digunakan
untuk menentukan apakah individu tersebut tidak jujur atau dengan sengaja
menghapus fakta-fakta pengetahuan kunci, kejadian atau kondisi yang penting,
khususnya ketika auditor mencurigai orang yang diwawancarai tidak jujur atau
menutup-nutupi informasi yang sebenarnya. Sering kali, tanya jawab interogatif
bersifat konfrontatif, dikarenakan subjek yang diwawancarai mungkin defensif,
karena mereka menutupi pengetahuan mereka atas fakta, kejadian, atau kondisi
tertentu. Ketika menggunakan tanya jawab interogatif, auditor biasanya
menanyakan pertanyaan langsung yang memerlukan jawaban "Ya" atau "Tidak".
Wawancara interogatif biasanya hanya dilakukan oleh anggota senior tim audit
yang berpengalaman dan mengetahui masalah yang melibatkan klien tersebut.
Mengevaluasi Respons Tanya Jawab Agar tanya jawab menjadi efektif,
seorang auditor harus memiliki keterampilan dalam mendengarkan dan
mengevaluasi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan. Biasanya, respons awal dari
orang yang diwawancara akan mengabaikan informasi yang berguna. Pertanyaan
tindak lanjut yang efektif sering kali mengarahkan pada informasi telah terjadi.
Teknik mendengarkan serta pengamatan sikap tubuh yang baik akan memperkuat
teknik wawancara auditor lebih baik untuk menilai.
Teknik Mendengarkan Sangat penting bagi auditor untuk menggunakan
keterampilan mendengarkan secara efektif di sepanjang proses wawancara. Auditor
harus terus menerus memperhatikan dengan menjaga kontak mata, anggukan
persetujuan, atau menunjukkan tanda-tanda kepahaman lainnya. Auditor juga harus
mencoba untuk menghindari pemikiran-pemikiran yang kaku terhadap informasi
yang sedang diberikan. Pendengar yang baik juga memanfaatkan keheningan untuk
memikirkan mengenai informasi-informasi yang ia dengar.
Elder, Randal J. dkk. 2013. Jasa Audit dan Assurance. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat
Mulyadi. 2003. Auditing Buku 1,Edisi keenam. Jakarta: Penerbit Salemba Empat