Anda di halaman 1dari 40

RESUME PEMERIKSAAN AKUNTANSI I

“AUDIT FRAUD (KECURANGAN)”

Disusun oleh (Kelompok 1) :


1. Verina Christi (17013010125)
2. Muhamad Zulfi Afri Haykal (17013010134)
3. Marizka Distya Anastasia (17013010138)
4. Garil Rahmasari Dewi (17013010145)
5. Heri Siswanto (17013010150)
6. Muhammad Iqbal Andartama (17013010151)
7. Pandu Rizky Mahendra (17013010158)
8. Alifiah Wulansari Mustofa (17013010159)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA


TIMUR

SURABAYA

2019
AUDIT KECURANGAN

SKANDAL AKUNTANSI MENGGUNCANG KEPERCAYAAN PUBLIK


Profesi akuntansi kini memanas Selama musim panas yang panjang, koran-
koran dipenuhi dengan detail-detail baru skandal akuntansi sebuah perusahaan.
Salah satu yang terbesar, perusahaan yang paling disegani di Amerika Serikat (AS)
yang tergelincir telah menggelembungkan laba dan aset dengan memanipulasi
peraturan akuntansi yang bertentangan dengan Akibatnya, investor kaya dan
pegawai yang berhasil.
Rapat dengar pendapat kongres kemudian digelar untuk membahas dan
membahas kecurangan tersebut, dan semua orang bertanya, Kemana saja
auditornya? "Profesi akuntan bergantung pada tekanan politik yang berat dari para
penegak hukum yang reformis, dan melibatkan pemberitaan negatif terkait audit
yang terbukti telah ditanyakan semua CPA ke dalam kegelapan.
Saat itu tahun 1938 Perusahaan yang memperburuk skandal akuntansi
adalah McKesson-Robin Dapat mempertanggung jawabkan lebih banyak tentang
cara pengauditan yang harus dilakukan dengan skandal-skandal berikulnya,
lermasukEnron dan WorldCom Pada tahun 1924, Philip Musica,
Seorang pria yang bahkan tidak tamat SMU, membantunya ikut kecurangan
dan pernah dipenjara, telah meampilkan diri kernbali sebagai F Donald Coster dan
menganugerahi juga memiliki gelar dokter. Dr. Coster "mengalihkan alih
McKesson-Robins dan mulai mencari kecukupan besar-besaran untuk
menggelembungkan harga sahamnya Mckesson-Robin menggelembungkan aset
dan labanya sebesar $ 19 juta dengan cara menghitung yang tidak pernah ada serta
penjualan fiktif.
Coster mencurangi auditor McKesson, dan para investor publik, membuat
mereka yakin bahwa perusahaan memiliki obat yang sangat besar, bernilai jutaan
dolar, yang sebenarnya tidak pernah ada. Coster mengenalkan permintaan
pembelian, faktur penjualan dan dokumen-dokumen palsu lainnya. yang
kesemuanya ditelaah oleh Auditor McKesson sebagai bukti audit atas persetujuan
imajiner Kecurangan ini berhasil dilakukan karena standar audit saat itu
memperbolehkan para auditor untuk menyetujui mereka untuk menelaah dokumen-
dokumen dan berbicara dengan manajemen.
Para auditor tidak diharuskan untuk memastikan bahwa harus segera
menyelesaikan pemeriksaan darurat, yang dilakukan dengan terburu-buru setelah
pemeriksaan terungkap. Menanggapi media masa dengan berseru, "Sudah, pecat
saja ia!

Jenis-Jenis Kecurangan
Sebagai suatu konsep hukum yang luas, kecurangan merupakan setiap
ketidakjujuran yang tidak disengaja untuk merampas hak atau kepemilikan orang
atau pihak lain.Dalam konteks audit atas laporan keuangan, kekurangan
didevenisikan sabagi salah saji dalam laporan keuangan yang dilakukan dengan
sengaja.
Dua kategori utama kecurangan adalah:
- Kecurangan dalam laporan keuangan
- Penyalahgunaan aset.

Kecurangan Dalam Laporan Keuangan


Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau
penghapusan terhadap jumlah atau pun pengungkapan yang sering dilakukan
dengan tujuan untuk mengelabui para pengguna.sebagian besar kasus melibatkan
salah saji terhadap jumlah yang dilaporkan dibandingkan terhadap pengungkapan.
Sebagai contoh, WorldCom yang dilporkan telah mengapitalisasi jutaan
dollar pengeluaran sebgaai aset tetap, yang semestinya harus dibebankan,
penghapusan terhadap jumlah yang dilaporkan merupakan kasus yang kurang
umum ditemukan,namun sebuah perusahaan dapat melebih sajikan pendapatan
dengan menghapus untang utang dagang dan liabilitas lainnya.
Sementara dalam sebagian besar kasus kecurangan dalam laporan keuangan
melibatkan suatu usaha untuk melebisajikan pendapatan apakah dengan cara
melebih sajikan aset dan pendapatan ataupun dengan menghapus liabilitas dengan
menghapus liabilitas dan beban-beban, perusahaan-perusahaan dengan mudah
sengaja mengurang sajikan laba.
Pada perusahan-perusahaan-perusahan nonpublik, hal tersebut mungkin
dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi pajak penghasilan.
-Manajemen laba (managementearning) melibatkan tindakan-tindakan
manajemen yang sengaja dilkukanunntuk memenuhi target laba.
-Perataan laba (incomesmooting) merupakan salah satu bentuk manajemen laba
dimana pendapatan-pendapatandan beban-beban dipindahkan diantara beberapa
periode untuk mengurangi fluktasi laba.

Meskipun jarang ditemukan, beberapa kasus penting terkait kecurangan


dalam lapoarn keuangan melibatkan pengungkapan yang tidak memadai.sebagai
contoh dalam masalah dalam kasus Enron apakah perusahaan telah mengakui
kewajiban terhadap perusahaan afiliasi yang dikenal dengan entitas bertujuan
khusus (Special purpose entities) secara memadai.

Penyalahgunaan Aset
Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan kecurian atau
aset milik entitas. Dalam banyak kasus, namun tidak semuanya, jumlah minimal
yang terlibat tidak material terhadap laporan keuangan.Namun demikian, pencurian
aset perusahaan sering kali menjadi perhatian penting manajemen, tampa melihat
tingkat materialitasnya, karena penurian-pencurian kecil dapat dengan mudah
menigkat ukuran setiap saat.
Istilah penyalahgunaan aset sering kali digunakan untuk mengacu pada
pencurian yang dlakukan dengan pegawai dan pihak-pihak internal lainnya didalam
ssuatu organisasi.
Menurut perkiraan Association of Certified fraud examiners rata-rata
perusahaan merugi 6 persen dari pendapatannya disebabkan oleh kecurangan,
meskipun sebagian besar dari pencurian tersebut melibakan pihak-pihan eksternal,
seperti pengutilan yang dilakukan oleh pelanggan dan penipuaan yang dilakukan
oleh pemasok.
Biasanya pelaku penyalahgunaan aset berada ditingkat hierarki organisasi
yang lebih rendah. Namun demikian dalam beberapa kasus penting, manajemen
puncak terkadang terlibat dalam pencurian aset perusahaan, karena otoritas
manajemen yang lebih besar serta kendali tehadap aset-aset perusahaan,
penggalapan yang melibatkan manajemen puncak dapat melibatkan jumlah yang
signifikan

B. KONDISI YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KECURANGAN


Terhadap tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam
laporan keuangan dan penyalahguanaan aset sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70
(SA 316)
1. Insentif/Tekanan.
Manajemen atau pegawai lainnya memiliki insentif atau tekanan untuk
melakukan kecurangan.
2. Kesempatan.
Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk
melakukan kecurangan.
3. Sikap/Rasionalasi.
adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai etika yang memungkan
manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau
mereka berada dalam suatu lingkungan yang memberikan mereka tekanan yang
cukup besar sehingga menyebabkan mereka membenarkan melakukan perilaku
yang tidak jujur tersebut.

Faktor-faktor Risiko untuk Kecurangan dalam Laporan Keuangan


Sebuah pertimbangan penting bagi auditor dalam membongkar kecurangan
adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan risikokecurangan.
faktor risiko kecurangan untuk setiap kondisi kecurangan dalam laporan
keuangan.dalyang sama am segitiga kecurangan dalam laporan keuangan dan
penyalahgunaan aset memiliki tiga kondisi yang sama namun faktor risikonya
berbeda.
 Insentif/Tekanan
Sebuah insentif yang umum bagi perusahaan untuk memanipulasi laporan
keuangan adalah adanya penurunan dalam prospek keuangan perusahaan Sebagai
contoh, penurunan dalam laba dapat mengancam kemampuaan perusahaan dalam
mendapatkan pendanaan.
 Kesempatan
Meskipun laporan keuangan dari semua perusahaan potensial dapat terjadi
manipulasi, risiko menjadi lebih besar untuk perusahaan yang bergerak dalam
industri yang melibatkan penilaian subjektif dan estimasi yang signifikan.sebagai
contoh, terdapat kemungkinan salah saji dalam persediaan dalam perusahaan-
perusahaan memilki persediaan yang terletak dibeberapa tempat yang berbeda.
Penggantian pegawai dibagian akuntansi atau kelemahan lainnya dalam
proses akuntansi dan informasi dapat menyebabkan munculnya kesempatan
terjadinya salah saji.banyak kasus dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh
komite audit dan dewak direksi yang tidak efektif dalam melakukan pengawasan
terhadap pelaporan keuangan.
 Sikap/Rasionalisasi
sikap manajemen puncak terhadap laporan keuangan merupakan faktor
risiko penting dalam menilai kemungkinan adanya kecurangan dalam laporan
keuangan.Jiko CEO atau manajer puncak menunjukkan dominasi terhadap proses
penyusunan laporan keuangan, seperti terus menerus mengeluarkan proyeksi yang
terlalu optimi, atau mereka terlalu khawatir untuk memenuhi proksi laba para
analisis pasar, kemungkinan terjadi kecurangan dalam laporan keuangan
menjadilebuh besar.
Faktor-faktor Risiko untuk Penyalahgunaan Aset
Tiga kondisi yang sama juga berlaku untuk penyalahgunaan aset.namun
demikian, dalam melakukan penilaian risiko, penekanan yang lebih besar diberikan
insentif dan kesempatan pribadi untuk melakukan penilaian risiko, pen dekanan
yang lebih besar dibrikan insentif dan kesempatan pribadi untuk melakukan
pencurian.
 Insentif/tekanan
Tekanan keuangan merupakan insentif umum bagi pegawai yang
menyalahgunakan aset.pegawai yang memiliki utang yang sangat besar, atau
mereka yang terlibat dalam masalah kecanduan narkotika dan perjadian, dapat
mencuri untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka.

 Kesempatan
Kesempatan untuk melakukan pencurian ada pada semua
perusahaan.Namun,Kesempatan tersebut lebih besar pada perusahaan yang
akses terhadap kasnya sangat mudah, atau pada perusahaan yang memilki
persediaan atau aset berharga lainnya.Khususnya jika ukuran aset tersebut kecil dan
mudah dipindah-pindah sebagai contoh,kasino-kasino yang menangani jumlah
besar uang kas dengan pencatatan informasi yang sangat kecil atas penerimaan kas.
Kelemahan dalam pengendalian internal menciptakan kesempatan
terjadinya pencurian, pemisahan tugas yang tidak yang memadai hampir dipastikan
menjadi liseni bagi para pegawai untuk melakukan pencuriaan.Jika para karyawan
menangani atau bahkan memiliki akses sementara terhadap aset dan juga
melakukan pembukuan untuk aset tersebut, maka muncul potensi terjadinya
pencurian.
Kecurangan menjadi lebih besar di perusahaan yang lebih kecil dan
organisasi nirlaba karena lebih sulit bagi entitas tersebut untuk melakukan
pemisahan tugas .Namun demikian, bahkan perusahaan yang lebih besar pun dapat
tidak melakukan pemisahan tugas yang memadai dibagian-bagian penting.
 Sikap/Rasionalisasi
Sikap manajemen terhadap pengendalian dan kode etik dapat menyebabkan
para kayawan dan manajer membenarkan pencurian terhadap aset.Jika manjemen
mencurangi para pelanggannya dan menetapkan harga yang sangat tinggi untuk
barang-barang atau terlibat dalam taktik penjualan bertekanan tinggi, para pegawai
dapat merasa bahwa mereka juga dibenarkan untuk memmbuat serupa dengan
memalsukan pengeluaran atau memalsukan laporan keuangan waktu kinerja
Tiga Kondisi Pengertian Contoh Faktor-Faktor
Kecurangan Resiko
Insentif / Tekanan- Manajemen atau pegawai
- Stabilitasi keuangan atau
lainnya memiliki insentif atau profitabilitas teranacam oleh kondisi
tekanan untuk menyalahsajikan ekonomi,industri dan persaingan
laporan keuangan secara material
Kesempatan - Kondisi yang memberikan
- Estimasi akuntansi yang
kesempatan bagi manajemen signifikan
atau pegawai untuk
- Ketidak efektipan komite audit
menyalahsajikan laporan dalam mengawasi pelaporan
keuangan keuangan
- Staf akuntansi, IT yang sering
berganti atau tidak efektif
Sikap -/ Adanya suatu sikap, karakter,
- Komunikasi yang tidak tepat
Rasionalisasi atau seperangkat nilai-nilai etika
- Sejarah pelanggaran hukum
yang memungkinkan manajemen securitas
atau pegawai untuk melakukan
- Kebiasaan management membuat
tindakan yang tidak jujur peramalan

C. MENGUKUR RISIKO KECURANGAN


PSA 70 memberikan paduan kepada auditor dalam mengukur risiko
kecurangan. Auditor harus menjaga suatu tingkat skeptisme professional ketika
mereka mempertimbangkan informasi yang luas termasuk faktor-faktor risiko
kecurangan, untuk mengedintifikasi dan menghadapi risiko kecurangan.

 Skeptisme Profesional
PSA 04 (SA230) menyatakan bahwa, dalam melaksanakan skeptisme
professional, seorang auditor tidak menganggap bahwamanajemen tidak jujur
maupun tidak menganggap kejujuran manajemen dipertanyakan. Dalam praktinya,
menjaga sikap skeptisme professional dapat menjadi sulit, karena meskipun
beberapa contoh kasus kecurangan dalam laporan keuangan tingkat tinggi,
kecurangan material jarang terjadi dibandingkan dengan jumlah audit atas laporan
keuangan yang di lakukan setiap tahun. Sebagian besar auditor tidak akan pernah
menemukan kecurangan material sepanjang akhir mereka.
 Berfikir kritis
PSA 07 menekankan pertimbangan atas kecurangan klien untuk melakukan
kecurangan, tampa mempertimbangkan keyakinan auditor mengenai kemungkinan
terjadinya kecurangan serta kejujuran dan integrasi manajeman. Selama merancang
audit dalam setiap pengauditan ,tim kerja harus membahas kebutuhan untuk
menjaga pikiran kritis disepanjang pengauditan untuk mengidentifikasi risiko-
risiko kecurangan dan secara kritis mengevaluasi bukti-bukti audit

 Evaluasi Kritis atas Bukti Audit


Terhadap informasi yang ditemukan atau kondisi-kondisi lainya yang
mengindikasikan adanya salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan
mungkin telah terjadi, auditor harus meninvestogasi masalah-masalah yang ada
secara menyeluruh, mendapatkan bukti tambahan jika diperlukan, dan
berkonsultasi dengan anggota tim lainnya. Auditor harus berhati-hati tidak
membenarkan atau mengasumsikan suatu salah saji merupakan suatu insiden yang
terpisah.Sebagai contoh katakanlah seorang auditor menemukan adanya penjualan
ditahun berjalan yang seharusnya secara tepat diakui sebagai penjualan pada tahun
berikutnya.
Sumber-sumber Informasi untuk Mengukur Risiko Kecurangan

Lima sumber informasi untuk mengukur risiko kecurangan di bagian atas


figur akan dibahas lebih lanjut di bagian ini.

 Komunikasi Antara Sesama Tim Audit


PSA 70 mengharuskan tim audit untuk melakukan diskusi untuk
berbagi pemahaman dari anggota tim audit yang lebih berpengalaman dan
untuk “urun rembug” ide-ide yang menyangkut hal berikut.
1. Bagaimana dan kapan mereka yakin bahwa laporan keuangan
entitas tidak dicurigai terdapat salah saji yang disebabkan oleh
kecurangan. Hal ini juga termasuk pertimbangan atas faktor
internal dan eksternal yang diketahui memengaruhi entitas yang
mungkin akan
o Menciptakan insentif atau tekanan bagi manajemen
untuk melakukan kecurangan
o Memberikan kesempatan untuk dilakukannya tindak
kecurangan
o Mengindikasikan budaya atau lingkungan yang
membuat manajemen membenarkan tindakan-tindakan
kecurangan
2. Bagaimana manajemen dapat melakukan dan menutupi
kecurangan dalam laporan keuangan
3. Bagaimana setiap orang dapat menyalahsajikan aset entitas
tersebut
4. Bagaimana auditor dapat menghadapi kemungkinan adanya
salah saji dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh
kecurangan

Pembahasan mengenai risiko kecurangan kemungkinan akan terjadi


di saat yang sama ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan adanya
salah saji lainnya dalam laporan keuangan entitas.

 Tanya Jawab dengan Manajemen


PSA 70 mengharuskan auditor untuk membuat Tanya jawab spesifik
seputar kecurangan dalam setiap pengauditan. Tanya jawab dengan
manajemen dan pihak lainnya dalam perusahaan memberikan kesempatan
bagi para pegawai untuk memberitahukan informasi yang mungkin tidak
dapat dikomunikasikan dengan pihak lain. Selain itu, jawaban mereka
terhadap pertanyaan-pertanyaan auditor sering kali membuka informasi atas
kemungkinan adanya kecurangan.
Tanya jawab auditor terhadap manajemen harus menanyakan
apakah manajemen mengetahui setiap kecurangan atau kecurigaan terhadap
terjadinya kecurangan di dalam perusahaan. Auditor juga harus
menanyakan mengenai proses manajemen dalam mengukur risiko
kecurangan, sifat risiko kecurangan yang diidentifikasikan oleh manajemen
atau setiap pengendalian internal yang diterapkan untuk mengatasi risiko-
risiko tersebut, dan setiap informasi mengenai risiko kecurangan dan
pengendalian terkait yang harus dilaporkan oleh manajemen kepada mereka
yang bertanggung jawab terhadap tata kelola perusahaan, seperti komite
audit.
Komite audit sering kali melakukan peran aktif dalam mengawasi
pengukuran risiko kecurangan manajemen serta proses penanganannya.
PSA 70 mengharuskan auditor untuk melakukan Tanya jawab dengan
komite audit atau pihak lain yang bertanggung jawab terhadap tata kelola
perusahaan mengenai pandangan mereka terhadap resiko kecurangan dan
apakah mereka mengetahui setiap kecurangan atau kecurigaan telah
terjadinya kecurangan. Untuk suatu entitas yang memiliki fungsi internal
audit, auditor harus menanyakan pandangan internal auditor terhadap
resiko kecurangan dan apakah mereka telah melakukan prosedur untuk
mengidentifikasi atau mendeteksi kecurangan selama tahun tersebut.
PSA 70 juga mengharuskan auditor untuk melakukan Tanya jawab
dengan pihak lainnya di dalam entitas yang bertugas diluar jalur tanggung
jawab pelaporan keuangan. Ketika melakukan kontak dengan personel
perusahaan, seperti manajer gudang persediaan atau agen-agen pembelian,
auditor dapat menanyakan mengenai keberadaan atau kecurigaan terjadinya
kecurangan. Sepanjang pengauditan, Tanya jawab dengan eksekutif dan
beragam pegawai lainnya memberikan kesempatan bagi auditor untuk
mempelajari resiko kecurangan. Ketika jawaban yang didapatkan tidak
konsisten, auditor harus mendapatkan bukti audit tambahan untuk
menyelesaikan ketidakkonsistenan dan untuk mendukung atau menolak
pengukuran resiko awal.
 Faktor-faktor risiko
PSA 70 mengharuskan auditor untuk mengevaluasi apakah faktor-
faktor resiko kecurangan mengendikasikan adanya insentif atau tekanan
untuk melakukan kecurangan, kesempatan untuk melakukan kecurangan,
atau sikap atau rasionalisasi digunakan untuk membenarkan tindakan
kecurangan. Keberadaan faktor-faktor resiko tidak berarti telah terjadi
kecurangan, melainkan bahwa kemungkinan terjadinya kecurangan lebih
tinggi. Auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut beserta
informasi lainnya yang digunakan untuk mengukur resiko kecurangan.

Contoh Elemen-Elemen untuk Setiap Kode Etik


Elemen Kode Etik Deskripsi
Kode Etik Organisasi Organisasi dan para pegawainya setiap saat
harus mematuhi seluruh hukum dan peraturan
yang berlaku, dengan semua perilaku bisnis di
atas standar yang diharuskan oleh hukum
Kode Etik Umum Pegawai Organisasi dan para pegawainya setiap saat
harus mematuhi seluruh hukum dan peraturan
yang berlaku, dengan semua perilaku bisnis di
atas standar yang diharuskan oleh hukum
Konflik Kepentingan Organisasi mengharapkan bahwa para
pegawainya akan melakukan tugas-tugas
mereka dengan penuh tanggug jawab, jujur, dan
sesuai dengan kepentingan perusahaan dan
tidak akan menggunakan posisi mereka atau
pengetahuan yang didapatkan untuk
kepentingan pribadi
Hubungan dengan para pelanggan Para pegawai harus menghindari pemilik
dan pemasok investasi atau mendapatkan kepemilikan
finansial di setiap organisasi bisnis yang
memiliki hubungan kontraktual dengan
organisasi di mana ia bekerja
Menghadapi Pihak Luar dan Para pegawai harus selalu memisahkan peran
Organisasi Lain pribadi mereka dari posisi mereka dalam
organisasi ketika mengomunikasikan masalah-
masalah yang tidak melibatkan bisnis
organisasi
Dana organisasi dan Aset-Aset Para pegawai yang memiliki akses terhadap
lainnya dana organisasi harus mengikuti prosedur yang
telah ditentukan untuk mencatat, menyimpan
dan menjaga uang

 Prosedur analitis
Sebagaimana telah kita bahas pada bab 6, auditor harus melakukan
prosedur analitis di sepanjang fase perencanaan dan penyelesaian audit
untuk membantu mengidentifikasi transaksi-transaksi atau kejadian-
kejadian yang tidak biasa yang dapat mengidentifikasikan adanya salah saji
material dalam laporan keuangan. Ketika hasil prosedur analitis berbeda
dengan ekspektasi auditor, auditor harus mengevaluasi hasil tersebut beserta
informasi lain yang didapatkan terkait dengan kemungkinan adanya
kecurangan untuk menentukan apakah risiko kecurangan meningkat.
Karena terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan sering kali
melibatkan manipulasi pada pendapatan, PSA 70 mengharuskan auditor
untuk melakukan prosedur analitis pada akun-akun pendapatan. Tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi hubungan-hubungan yang tidak biasa atau
tidak sesuai dengan ekspektasi dalam akun-akun pendapatan yang dapat
mengindikasikan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan. Dengan
membandingkan volume penjualan berdasarkan pendapatan yang telah
dicatat dengan kapasitas produksi actual, misalnya, auditor dapat
menemukan pendapatan di luar kapasitas produksi perusahaan.
 Informasi Lainnya
Auditor harus mempertimbangkan semua informasi yang telah
mereka dapatkan dalam setiap fase atau bagian pengauditan ketika mereka
mengukur risiko kecurangan. Banyak prosedur pengukuran risiko yang
dilakukan auditor di sepanjang fase perencanaan untuk mengukur salah saji
material yang dapat mengindikasikan adanya peningkatan risiko
kecurangan. Sebagai contoh, informasi mengenai integritas dan kejujuran
manajemen yang didapatkan selama melakukan prosedur penerimaan klien,
Tanya jawab dan prosedur analitis yang dilakukan sehubungan dengan
penelaahan auditor terhadap laporan keuangan kuartalan klien, dan
informasi yang dipertimbangkan dalam mengukur risiko bawaan dan risiko
pengendalian dapat mengarahkan perhatian auditor terhadap kemungkinan
salah saji dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh kecurangan.

Mendokumentasikan Hasil Pengujian Kecurangan

PSA 70 mengharuskan auditor mendokumentasikan hal-hal berikut yang


terkait dengan pertimbangan auditor terhadap salah saji material yang disebabkan
oleh kecurangan.

 Diskusi dengan sesame personel tim kerja dalam perencanaan audit


mengenai kecurigaan terhadap adanya salah saji material dalam laporan
keuangan entitas yang disebabkan oleh kecurangan
 Prosedur yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan
untuk mengidentifikasi dan mengukur risiko kecurangan material
 Risiko spesifik dalam kecurangan material yang telah diidentifikasi, dan
deskripsi respons auditor terhadap risiko-risiko tersebut
 Alasan-alasan yang mendukung suatu kesimpulan bahwa hal tersebut bukan
merupakan risiko yang signifikan pengakuan pendapatan material yang
tidak tepat
 Hasil dari prosedur yang dijalankan untuk mengatasi risiko dominasi
pengendalian oleh manajemen
 Kondisi-kondisi lain serta hubungan analitis yang mengindikasikan bahwa
prosedur audit tambahan atau penanganan lainnya diperlukan, dan tindakan-
tindakan tersebut telah dijalankan oleh auditor
 Sifat komunikasi mengenai kecurangan yang dilakukan dengan manajemen,
komite audit atau lainnya

Setelah risiko kecurangan diidentifikasi dan didokumentasikan, auditor


harus mengevaluasi faktor-faktor yang dapat mengurangi risiko kecurangan
sebelum mengembangkan respons yang tepat terhadap risiko kecurangan tersebut.
Tata kelola perusahaan dan faktor pengendalian lainnya yang dapat mengurangi
risiko kecurangan akan dibahas di bagian berikutnya.

PENGAWASAN TATA KELOLA PERUSAHAAN UNTUK MENGURANGI


RISIKO KECURANGAN

Manajemen bertanggung jawab untuk menerapkan tata kelola perusahaan


dan prosedur pengendalian untuk meminimalisasikan risiko kecurangan, yang
dapat dikurangi melalui kombinasi antara tindakan pencegahan, antisipasi dan
pendeteksian. Karena kolusi dan dokumentasi palsu menjadikan deteksi
kecurangan menjadi lebih sulit, sehingga sering kali lebih efektif dan efisien bagi
perusahaan untuk memfokuskan pada pencegahan dan pengantisipasian
kecurangan. Dengan menerapkan program-program dan pengendalian
antikecurangan, manajemen dapat mencegah kecurangan dengan mengurangi
kesempatan yang memungkinkan terjadinya kecurangan. Dengan
mengomunikasikan kebijakan pendeteksian kecurangan serta hukumnya,
manajemen dapat mengurangi keinginan para pegawai untuk melakukan
kecurangan.

Untuk membantu manajemen dan dewan direksi dalam menjalankan usaha-


usaha antikecurangan, AICPA, bekerja sama dengan beberapa organisasi profesi
terkait, menerbitkan Program dan Pengendalian Antikecurangan bagi Manajemen:
Panduan untuk Membantu Mencegah, Mengantisipasi, dan Mendeteksi
Kecurangan. Panduan tersebut mengidentifikasikan tiga elemen berikut untuk
mencegah, mengantisipasi dan mendeteksi kecurangan.

1. Budaya kejujuran dan etika yang bernilai tinggi


2. Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi risiko-risiko kecurangan
3. Pengawasan dari komite audit

Sekarang mari kita membahas masing-masing elemen di atas secara


mendalam. Seorang auditor harus mendapatkan pemahaman yang menyeluruh di
setiap elemen tersebut untuk mengukur sejauh mana klien telah menerapkan
aktivitas-aktivitas pengurangan kecurangan.

Budaya Kejujuran dan Etika yang Bernilai Tinggi

Riset menunjukkan bahwa cara yang paling efektif untuk mencegah


kecurangan dan mengantisipasinya adalah dengan menerapkan program-program
dan pengendalian-pengendalian antikecurangan yang berdasarkan pada nilai-nilai
utama yang dianut oleh perusahaan. Nilai-nilai tersebut menciptakan suatu
lingkungan yang mendorong dilakukannya perilaku dan ekspektasi yang berlaku,
bahwa para pegawai dapat menggunakannya untuk memandu tindakan-tindakan
mereka. Nilai-nilai tersebut membantu menciptakan suatu budaya kejujuran dan
etika yang menjadi dasar bagi tanggung jawab kerja para pegawai. Menciptakan
suatu budaya kejujuran dan etika yang bernilai tinggi mencakup enam elemen
berikut ini.

 Teladan dari Pimpinan


Manajemen dan dewan direksi bertanggung jawab untuk
memberikan teladan dalam perilaku yang beretika dalam perusahaan.
Kejujuran dan integritas dari manajemen mendorong kejujuran dan
integritas pada seluruh pegawai dalam organisasi tersebut. Manajemen tidak
dapat bertindak dalam suatu cara tertentu dan berharap bawahannya
berperilaku yang berbeda dari yang dicontohkan. Melalui tindakan dan
komunikasinya, manajemen dapat menunjukkan bahwa perilaku tidak jujur
dan tidak etis tidak dapat diterima, meskipun menguntungkan bagi
perusahaan.
Teladan dari pimpinan berdasarkan kejujuran dan integritas
memberikan dasar dapat dikembangkannya kode etik yang lebih terperinci
untuk memberikan panduan khusus mengenai perilaku yang diperbolehkan
dan yang dilarang.
 Menciptakan Lingkungan Kerja yang Positif
Penelitian menunjukkan bahwa perbuatan salah lebih jarang terjadi
ketika para pegawai memiliki perasaan positif mengenai pemberi kerjanya
dibandingkan ketika mereka merasa bahwa mereka teraniaya, terancam atau
terabaikan. Lingkungan kerja yang positif dapat menciptakan moral
pegawai yang lebih baik, yang akan mengurangi kemungkinan para pegawai
untuk melakukan kecurangan terhadap perusahaan.
Para pegawai juga harus bisa mendapatkan nasihat secara internal
sebelum mereka mengambil keputusan-keputusan yang memiliki implikasi
hukum atau etika. Banyak organisasi yang memiliki suatu proses pengaduan
bagi para pegawai untuk melaporkan perbuatan salah yang telah terjadi atau
kecurigaan telah terjadinya kecurangan atau potensi pelanggaran atas kode
etik atau kebijakan etis. Beberapa organisasi bahkan memiliki saluran
telepon “hotline” yang dipimpin atau diawasi oleh seorang petugas etika
atau individu yang dipercaya untuk menyelidiki dan melaporkan tindak
kecurangan atau pelanggaran hukum.
 Mempekerjakan dan Mempromosikan Pegawai yang Tepat
Kisah sebelumnya menggambarkan risiko-risiko ketika pegawai
yang tidak jujur dipekerjakan. Agar berhasil mencegah kecurangan,
perusahaan yang telah berjalan dengan baik harus menerapkan kebijakan
pemilihan yang efektif untuk mengurangi kemungkinan memekerjakan dan
mempromosikan orang-orang yang memiliki tingkat kejujuran yang rendah,
khususnya untuk mereka yang memegang posisi-posisi penting. Kebijakan
tersebut dapat mencakup pengecekan terhadap latar belakang kandidat yang
akan dipekerjakan atau yang akan dipromosikan untuk posisi penting.
Pengecekan terhadap latar belakang termasuk pengecekan terhadap
pendidikan kandidat tersebut, riwayat pekerjaan, dan referensi pribadi,
termasuk referensi mereka terhadap nilai dan kode etik perusahaan juga
akan mengurangi kemungkinan terjadinya kecurangan.
 Pelatihan
Semua pegawai baru harus terlebih dahulu dilatih tentang ekspektasi
perusahaan terhadap perilaku etika para pegawainya. Para pegawai harus
diajarkan bahwa mereka harus mengomunikasikan adanya tindak
kecurangan yang terjadi atau dicurigai telah terjadi dan cara yang tepat
untuk mengomunikasikannya. Selain itu, pelatihan mengenai kewaspadaan
terhadap kecurangan harus disesuaikan dengan tanggung jawab spesifik
pegawai, misalnya, pelatihan yang berbeda untuk agen-agen pembelian dan
penjualan.
 Konfirmasi
Sebagian besar perusahaan mengharuskan para pegawainya untuk
secara periodic mengonfirmasikan tanggung jawab mereka untuk mematuhi
kode etik. Para pegawai diminta untuk membuat pernyataan bahwa mereka
memahami ekspektasi perusahaan dan telah mematuhi kode etik, serta
bahwa mereka mewaspadai setiap bentuk pelanggaran. Konfirmasi tersebut
membantu penegakan kebijakan kode etik dan juga membantu mencegah
para pegawai untuk melakukan kecurangan atau pelanggaran etika lainnya.
Dengan menindaklanjuti pengakuan-pengakuan dan tidak adanya balasan,
maka auditor internal atau lainnya dapat mengungkap masalah-masalah
penting.
 Disiplin
Para pegawai harus mengetahui bahwa mereka harus bertanggung
jawab jika mereka tidak mematuhi kode etik perusahaan. Pemberian
hukuman atas pelanggaran kode etik, tanpa mempertimbangkan jenjang
pegawai yang melakukan tindakan tersebut, memberikan pesan yang jelas
pada semua pegawai bahwa kepatuhan terhadap kode etik dan standar etika
lainnya sangat penting dan diharapkan. Penyelidikan yang menyeluruh atas
semua pelanggaran serta penanganan yang tepat dan konsisten dapat
menjadi alat pencegah kecurangan yang efektif.

Tanggung Jawab Manajemen untuk Mengevaluasi Risiko-Risiko Kecurangan

Kecurangan tidak dapat terjadi tanpa adanya kesempatan yang terbuka


untuk melakukan dan menutupi tindakan tersebut. Manajemen bertanggung jawab
untuk mengidentifikasi dan mengukur risiko kecurangan, menjalankan langkah-
langkah untuk menangani risiko-risiko yang teridentifikasi, dan mengawasi
pengendalian internal yang dapat mencegah dan mendeteksi kecurangan.

 Mengidentifikasi dan Mengukur Risiko Kecurangan


Pengawasan terhadap kecurangan yang efektif dimulai dengan
kesadaran manajemen bahwa kecurangan mungkin terjadi dan hampir setiap
pegawai mampu melakukan tindakan yang tidak jujur pada kondisi
lingkungan yang normal. Kesadaran ini meningkatkan kemungkinan bahwa
program-program dan pengendalian-pengendalian untuk mencegah,
mengantisipasi dan mendeteksi kecurangan yang efektif telah diterapkan.
 Menangani Risiko Kecurangan
Manajemen bertangung jawab dalam merancang dan menerapkan
program-program dan pengendalian-pengendalian untuk menangani risiko-
risiko kecurangan, dan hal tersebut dapat mengubah aktivitas dan proses
bisnis yang rentan terhadap terjadinya kecurangan, untuk mengurangi
insentif dan kesempatan terjadinya kecurangan. Sebagai contoh,
manajemen dapat mengalihkan beberapa kegiatan operasional seperti
pengiriman uang yang diterima dari penjualan dari personel perusahaan ke
sistem perbankan otomatis (bank lockbox system). Program dan
pengendalian lainnya dapat diterapkan di tingkat korporasi, seperti
pelatihan bagi semua pegawai mengenai risiko kecurangan, dan
memperkuat kebijakan kepegawaian dan promosi.
 Pengawasan dalam Program-program dan Pengendalian-pengendalian
Pencegahan Kecurangan
Untuk bagian-bagian yang memiliki risiko kecurangan yang tinggi,
manajemen secara berkala harus mengevaluasi apakah program-program
dan pengendalian-pengendalian antikecurangan telah diterapkan dan
berjalan secara efektif. Sebagai contoh, penelahaan dan evaluasi manajemen
terhadap hasil keuangan unit-unit operasi atau anak-anak perusahaan
meningkatkan kemungkinan bahwa hasil-hasil yang telah dimanipulasi
akan terdeteksi.
Pengendalian intenal memainkan peran kunci dalam pengawasan
aktivitas-aktivitas untuk menjamin bahwa program-program dan
pengendalian-pengendalian antikecurangan berjalan efektif. Aktivitas
pengendalian internal dapat mencegah maupun mendeteksi kecurangan.
Auditor internal membantu mengantisipasi kecurangan dengan menguji dan
mengevaluasi pengendalian internal yang dapat mengurangi risiko-risiko
kecurangan. Hal ini sangat membantu dalam pendeteksian kecurangan
dengan melakukan prosedur audit yang dapat mengungkap kecurangan
dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan aset-aset perusahaan.

Pengawasan dari Komite Audit

Komite audit memiliki tanggung jawab utama untuk mengawasi proses


penyusunan laporan keuangan dan pengendalian internal organisasi. Dalam
menjalankan tanggung jawabnya, komite audit mempertimbangkan kemungkinan
manajemen mengabaikan pengendalian internal dan mengawasi proses pengukuran
risiko kecurangan, demikian juga dengan program dan pengendalian anti
kecurangan. Komite audit juga membantu dalam menciptakan suatu “contoh
teladan” yang efektif mengenai pentingnya kejujuran dan perilaku beretika dengan
tidak memberikan toleransi sama sekali terhadap setiap tindakan kecurangan.

Pengawasan yang dilakukan oleh komite audit juga bertindak sebagai


pencegah kecurangan oleh manajemen senior. Sebagai contoh, untuk meningkatkan
kemungkinan bahwa setiap usaha yang dilakukan manajemen senior untuk
melibatkan para pegawainya dalam melakukan atau menutupi kecurangan dapat
segera terungkap, pengawasannya dapat mencakup hal-hal berikut.

o Pelaporan langsung atas temuan-temuan kunci oleh internal audit


kepada komite audit
o Laporan berkala oleh petugas etika mengenai pengaduan yang ada
o Laporan lainnya mengenai perilaku yang tidak etis atau kecurangan
yang dicurigai telah terjadi

Sebagai bagian dari evaluasi, auditor dapat mempertimbangkan


independensi komite audit terhadap manajemen dan tingkat pemahaman antara
manajemen dan komite audit mengenai tanggung jawab yang terakhir. Seorang
auditor eksternal dapat memperoleh pemahaman yang mendalam dengan
mengamati interaksi di antara sesame tim audit, komite audit, dan auditor internal
terkait dengan tingkat komitmen komite audit dalam mengawasi proses penyusunan
laporan keuangan.

MENGHADAPI RISIKO KECURANGAN

Ketika risiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan teridentifikasi,
auditor pertama kali harus membahas temuan-temuan tersebut dengan manajemen
serta mendapatkan pandangan manajemen atas potensi kecurangan dan
pengendalian yang ada dirancang untuk mencegah atau mendeteksi salah saji.
Respons auditor terhadap risiko kecurangan meliputi hal-hal berikut.

1. Mengubah keseluruhan pelaksanaan audit.


2. Merancang dan melakukan prosedur audit untuk menghadapi risiko
kecurangan tersebut.
3. Merancang dan melakukan prosedur-prosedur untuk mengatasi dominasi
manajemen terhadap pengendalian.

Mengubah Keseluruhan Pelaksanaan Audit

Auditor dapat memilih dari beberapa respons secara keseluruhan atas


meningkatnya risiko kecurangan. Jika risiko salah saji yang disebabkan oleh
kecurangan meningkat, lebih banyak personel yang berpengalaman ditugaskan
dalam pengauditan.

Pelaku kecurangan sering kali memiliki pengetahuan yang baik dalam


prosedur audit. Untuk alasan itu, PSA 70 mengharuskan auditor untuk menerapkan
rencana audit yang tidak dapat diprediksi.

Merancang dan Melakukan Prosedur Audit untuk Menghadapi Risiko


Kecurangan

Prosedur audit yang tepat digunakan untuk mengatasi risiko audit spesifik
bergantung pada akun yang sedang di audit dan jenis risiko kecurangan yang
teridentifikasi. Auditor juga harus mempertimbangkan pilihan manajemen atas
prinsip-prinsip akuntansi. Perhatian saksama harus diberikan pada prinsip-prinsip
akuntansi yang melibatkan pengukuran-pengukuran subjektif atau transaksi-
transaksi yang rumit. Karena auditor meyakini adanya risiko kecurangan dalam
pengungkapan pendapatan, mereka juga harus mengevaluasi kebijakan pengakuan
pendapatan perusahaan.

Merancang dan Melakukan Prosedur-prosedur untuk Mengatasi Dominasi


Manajemen Terhadap Pengendalian

Risiko dominasi manajemen terhadap pengendalian muncul pada hampir


semua pengauditan. Karena manajemen merupakan suatu posisi yang unik untuk
melakukan kecurangan dengan mengabaikan pengendalian yang seharusnya
berjalan efektif, auditor harus menjalankan prosedur-prosedur dalam setiap
pengauditan untuk mengatasi risiko dominasi oleh manajemen. Tiga prosedur
berikut harus dijalankan dalam setiap pengauditan.

Memeriksa Ayat-ayat Jurnal dan Penyesuaian-penyesuaian Lainnya


sebagai Bukti Adanya Kemungkinan Salah Saji yang Disebabkan oleh
Kecurangan

Kecurangan sering kali diakibatkan oleh penyesuaian-penyesuaian


terhadap jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan, meskipun
terdapat pengendalian internal yang efektif di sepanjang proses pencatatan.
Auditor pertama kali harus mendapatkan pemahaman atas proses pelaporan
keuangan entitas, demikian pula halnya dengan pengendalian terhadap ayat-
ayat jurnal dan penyesuaian-penyesuaian lainnya, serta menanyakan pada
pegawai yang terlibat dalam proses penyusunan laporan keuangan bilamana
terdapat ketidaktepatan atau aktivitas yang tidak biasa dalam pemrosesan
ayat jurnal dan penyesuaian lainnya.

Menelaah Estimasi Akuntansi untuk Setiap Hal yang Tidak Wajar

Kecurangan dalam laporan keuangan sering kali dicapai melalui


salah saji yang disengaja dalam estimasi akuntansi. PSA 70 mengharuskan
auditor untuk mempertimbangkan potensi ketidakwajaran manajemen
ketika menelaah estimasi-estimasi tahun berjalan.

Mengevaluasi Rasionalitas Bisnis untuk Transaksi-Transaksi yang


Tidak Biasa

PSA 70 menempatkan fokus yang lebih besar dibandingkan yang


sebelumnya diharuskan untuk pemahaman atas dasar rasionalitas bisnis
untuk transaksi-transaksi tidak biasa yang signifikan yang mungkin di luar
kebiasaan bisnis perusahaan. Auditor harus mendapatkan pemahaman atas
tujuan-tujuan dari setiap transaksi yang signifikan untuk menilai apakah
transaksi-transaksi tersebut terkait dengan kecurangan dalam laporan
keuangan.

Memutakhirkan Proses Penilaian Risiko

Penilaian auditor terhadap risiko salah saji material yang disebabkan


oleh kecurangan harus terus berjalan di sepanjang pengauditan dan
dikoordinasikan dengan prosedur penilaian risiko lainnya. Auditor harus
mewaspadai kondisi-kondisi berikut ketika melakukan pengauditan.

 Ketidakkonsistenan dalam pencatatan akuntansi.


 Bukti audit yang bermasalah atau hilang.
 Hubungan yang problematik atau tidak biasa antara auditor dengan
manajemen.
 Hasil dari pengujian substantif atau penelahaan akhir dari prosedur
analitis yang mengindikasikan adanya risiko kecurangan yang
sebelumnya tidak diketahui.
 Jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan di sepanjang
pengauditan yang tidak jelas atau tidak masuk akal atau yang
menghasilkan bukti yang tidak konsisten dengan bukti lainnya.

BAGIAN-BAGIAN RISIKO KECURANGAN

Beberapa akun khususnya lebih rentan terhadap manipulasi atau pencurian,


namun hal itu bergantung pada jenis industri klien. Kewaspadaan terhadap adanya
tanda-tanda peringatan terjadinya kecurangan dan teknik pendeteksian kecurangan
lainnya akan meningkatkan kemungkinan auditor dalam mengidentifikasi salah saji
yang disebabkan karena kecurangan.

Risiko Kecurangan dalam Pendapatan dan Piutang Dagang

Pendapatan dan beberapa akun piutang yang terkait serta akun kasi
biasanya sangat rentan terhadap manipulasi dan pencurian. Karena
penjualan sering kali dilakukan secara tunai atau sangat cepat dikonversi ke
dalam kas, kas juga sangat rentan terhadap pencurian.

Risiko Kecurangan dalam Laporan Keuangan untuk Akun


Pendapatan

Ada beberapa alasan mengapa pendapatan rentan terhadap manipulasi.


Suatu lebih saji pendapatan sering kali menaikkan laba bersih dengan
jumlah yang sama, karena biaya-biaya terkait dengan penjualan sering kali
tidak diakui dalam pendapatan fiktif maupun pendapatan yang diakui secara
prematur. Alasan lain yang menyebabkan pendapatan rentan terhadap
manipulasi adalah kesulitan dalam menentukan waktu yang tepat untuk
mengakui pendapatan dalam berbagai situasi. Berikut 3 jenis manipulasi
pendapatan yang penting.

1. Pendapatan fiktif.
2. Pengakuan pendapatan yang prematur.
3. Manipulasi penyesuaian-penyesuaian pendapatan.
Pendapatan Fiktif

Bentuk kecurangan pendapatan yang paling fatal mengakibatkan


penciptaan pendapatan-pendapatan fiktif. Para pelaku kecurangan sering
kali melakukannya dalam jangka waktu yang lama untuk mendukung
pendapatan fiktif dan melibatkan para pegawai perusahaan. Para pelaku
memahami pihak-pihak yang melakukan pengisian arsip dokumen untuk
menciptakan kebijakan-kebijakan fiktif.

Pengakuan Pendapatan yang Prematur

Perusahaan sering kali mempercepat waktu pengakuan pendapatan


untuk memenuhi proyeksi laba atau penjualan. Pengakuan pendapatan yang
prematur, pengakuan pendapatan sebelum ketentuan dalam PABU untuk
mencatat pendapatan telah terpenuhi, harus dibedakan dari kesalahan karena
masalah pisah batas, di mana transaksi-transaksi tersebut tanpa disengaja
dicatat dalam periode yang salah. Dalam bentuk yang paling sederhana dari
percepatan pengakuan pendapatan, penjualan yang seharusnya dicatat pada
periode berikutnya malah dicatat sebagai penjualan diperiode berjalan.

Salah satu metode kecurangan dalam mempercepat pengakuan


pendapatan adalah dengan “menagih dan menahan” penjualan. Penjualan
biasanya diakui pada saat barang dikirimkan, namun dalam menagih dan
menahan penjualan, barang-barang tersebut ditagih sebelum dikirimkan.
Metode lainnya adalah dengan menerbitkan perjanjian tambahan yang
memodifikasi syarat transaksi penjualan.

Manipulasi Penyesuaian-penyesuaian Pendapatan

Penyesuaian terhadap penjualan yang paling umum melibatkan retur


penjualan dan pengurangan harga. Sebuah perusahaan dapat
menyembunyikan retur penjualan dari auditornya untuk melebihsajikan
penjualan bersih dan laba. jika barang yang dikembalikan dihitung sebagai
bagian dari persediaan fisik, maka retur barang tersebut dapat meningkatkan
laba yang dilaporkan. Dalam kasus ini, peningkatan dalam suatu aset diakui
melalui perhitungan fisik persediaan, namun pengurangan terhadap saldo
akun piutang dagang yang terkait tidak dilakukan.

Perusahaan juga dapat mengkurangsajikan beban piutang tak


tertagih, sebagian disebabkan karena pertimbangan yang signifikan
diperlukan untuk menentukan jumlah yang tepat. Perusahaan dapat
berusaha untuk mengurangi beban piutang tak tertagih dengan
melebihsajikan penyisihan piutang tak tertagih. Karena penyisihan yang
diperlukan bergantung pada umur dan kualitas piutang dagang, beberapa
perusahaan dapat mengubah daftar umur piutang untuk membuat piutang-
piutangnya tampak lebih baru.

Tanda-tanda Peringatan Kecurangan dalam Pendapatan

Terdapat banyak kemungkinan tanda-tanda peringatan atau tanda-tanda


yang mengindikasikan terjadinya kecurangan dalam pendapatan. Dua tanda
peringatan yang paling berguna didapatkan dari prosedur analitis dan
ketidakcocokan dalam dokumen-dokumen.

Prosedur Analitis Prosedur Analitis sering kali dapat menandai


kecurangan dalam pendapatan, khususnya dari presentase margin kotor dan
perputaran piutang dagang. Pendapatan fiktif akan melebihsajikan
persentase margin laba, dan pengakuan pendapatan yang prematur juga
melebihsajikan margin laba kotor jika biaya penjualan yang terkait tidak
diakui. Penjualan fiktif juga menurunkan perputaran piutang karena
penjualan fiktif juga dimasukkan ke dalam piutang tak tertagih. Dalam
beberapa kasus kecurangan, manajemen menciptakan pendapatan-
pendapatan fiktif untuk membuat hasil prosedur analitis, seperti margin laba
kotor, hampir sama dengan tahun sebelumnya. Untuk kecurangan semacam
itu, prosedur analitis biasanya tidak berguna untuk mendeteksi kecurangan.

Ketidakcocokan Dokumen Meskipun usaha yang terbaik telah dilakukan


oleh pelaku kecurangan, transaksi-transaksi fiktif jarang memiliki tingkat
keandalan bukti yang sama sebagaimana yang dihasilkan dari transaksi-
transaksi yang sah. Para auditor harus mewaspadai penandaan dan
perubahan yang tidak biasa dalam dokumen-dokumen, dan mereka harus
mengendalkan dokumen asli daripada salinan dokumen atau dupiklatnya.
Karena pelaku kecurangan mencoba untuk menutupi kecurangan yang ia
lakukan, meski hanya satu transaksi yang tidak biasa yang ditemukan dalam
suatu sampel harus dipertimbangkan sebagai potensi indikator kecurangan
yang harus diselidiki lebih lanjut.

Penyalahgunaan Bukti Penerimaan yang Melibatkan Pendapatan

Meskipun penyalahgunaan bukti penerimaan kas tidak sepenting


kecurangan dalam laporan pendapatan, kecurangan semacam itu sangat
mahal bagi organisasi karena menyebabkan kerugian langsung terhadap
aset-aset organisasi. Jenis penyalahgunaan yang paling umum terhadap kas
dengan tidak dicatatnya suatu penjualan yang diikuti dengan penyesuaian
terhadap akun piutang pelanggan untuk menutupi pencurian tersebut.

Tidak Dicatatnya Sebuah Penjualan Salah satu kecurangan yang


paling sulit untuk dideteksi adalah ketika suatu penjualan tidak dicatat dan
kas dari penjualan tersebut dicuri. Kecurangan semacam itu lebih mudah
terdeteksi ketika barang-barang dikirim untuk para pelanggan yang
membeli secara kredit. Menelusuri dokumen pengiriman terhadap ayat
penjualan dalam jurnal penjualan dan akuntansi untuk semua dokumen
pengiriman dapat digunakan untuk memverifikasi bahwa semua penjualan
telah dicatat.

Akan makin sulit untuk memverifikasi bahwa semua kas yang


dihasilkan dari penjualan telah dicatat, khususnya bila tidak ada dokumen
penjualan untuk memverifikasi kelengkapan transaksi penjualan, dan tidak
ada catatan akun piutang pelanggan untuk mendukung penjualan tersebut.

Pencurian Penerimaan Kas Setelah Sebuah Penjualan Dicatat Akan


menjadi jauh lebih sulit untuk menyembunyikan pencurian atas penerimaan
kas setelah penjualan dicatat. Jika pembayaran pelanggan dicuri, penagihan
reguler atas akun-akun yang belum dibayar akan segera membongkar
kecurangan. Akibatnya, untuk menyembunyikan pencurian, pelaku
kecurangan harus mengurangi akun pelanggan dengan salah satu dari tiga
cara berikut.

1. Mencatat retur penjualan atau pengurangan harga.


2. Menghapus akun piutang pelanggan.
3. Memasukkan pembayaran dari pelanggan lain ke akun pelanggan
yang uangnya ia curi, yang juga dikenal dengan lapping.

Tanda-tanda Penyelahgunaan Pendapatan dan Penerimaan Kas

Pencurian atas penjualan dan penerimaan kas yang terkait yang jumlahnya
relatif kecil dapat dicegah dan dideteksi dengan lebih baik oleh
pengendalian internal yang dirancang untuk meminimalisasi kesempatan
untuk melakukan kecurangan. Untuk mendeteksi kecurangan yang lebih
besar, prosedur analitis dan perbandingan-perbandingan lainnya dapat
berguna untuk mendeteksi kecurangan tersebut.

Resiko Kecurangan dalam Persediaan

Persediaan sering kali merupakan akun terbesar pada neraca sebagian besar
perusahaan, dan auditor sering kali kesulitan untuk memverifikasi
keberadaan dan penilaian persediaan. Sebagai akibatnya, persediaan sangat
rentan terhadap manipulasi yang dilakukan oleh manajer yang ingin
mencapai beberapa sasaran dalam laporan keuangan. Karena persediaan
umumnya siap dijual, persediaan juga rentan disalahgunakan.

Risiko Kecurangan Laporan Keuangan untuk Persediaan

Persediaan fiktif telah menjadi inti masalah dari beberapa kasus kecurangan
laporan keuangan penting. Banyak perusahaan besar yang memiliki
persediaan yang beragam dan dalam jumlah yang sangat banyak yang
terletak di beberapa lokasi yang berbeda, yang membuat perusahaan relatif
mudah untuk menambah persediaan fiktif dalam pencatatan akuntansi.
Sementara auditor diharuskan untuk memverifikasi keberadaan fisik
persediaan, pengujian audit dilakukan berdasarkan sampel, dan biasanya
tidak semua lokasi persediaan diuji.
Tanda-Tanda peringatan untuk Kecurangan dalam Persediaan

Sama seperti kecurangan yang melibatkan akun piutang dagang, banyak


kemungkinan tanda-tanda peringatan atau indikator adanya kecurangan
dalam persediaan. Prosedur analitis berguna untuk mendeteksi kecurangan
dalam persediaan.

Prosedur Analitis Prosedur Analitis, khususnya persentasi laba kotor


dan perputaran persediaan, sering kali membantu dalam mengungkap
kecurangan dalam persediaan. Persediaan fiktif akan mengurangsajikan
beban pokok penjualan dan melebihsajikan persentase margin kotor.

Resiko Kecurangan pada Akun Pembelian dan Utang Dagang

Kasus-kasus kecurangan dalam laporan keuangan yang melibatkan utang


dagang relatif umum meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan dengan
kecurangan yang melibatkan persediaan atau piutang dagang.
Pengurangsajian utang dagang yang disengaja umumnya mengakibatkan
kurang saji dalam pembelian dan beban pokok penjualan serta lebih saji
dalam laba bersih. Penyalahgunaan yang signifikan yang melibatkan
pembelian juga dapat terjadi dalam bentuk pembayaran kepada para
pemasok fiktif, dan juga pemberian suap atau kesepakatan ilegal lainnya
dengan para pemasok.
Risiko Kecurangan Laporan Keuangan untuk Akun Piutang Dagang
Perusahaan-perusahaan dapat terlibat dalam usaha -usaha yang
disengaja untuk mengurangsajikan utang dagang dan melebihsajikan laba.
Hal tersebut dapat dicapai dengan tidak mencatat utang dagang hingga
periode berikutnya atau dengan mencatat pengurangan fiktif dalam utang
dagang.
Semua pembelian yang diterima sebelum akhir tahun harus dicatat
sebagai liabilitas. Hal itu relatif lebih mudah untuk dibuktikan jika
perusahaan mempertanggungjawabkan laporan penerimaan barang yang
telah diberi nomor terlebih dahulu. Namun, jika laporan penerimaan barang
tidak diberi nomor terlebih dahulu atau perusahaan sengaja menghilangkan
laporan penerimaan barang dari catatan akuntansi, akan menjadi sulit bagi
auditor untuk membuktikan apakah semua liabilitas telah dicatat. Dalam
kasus semacam itu, bukti analitis, seperti perubahan yang tidak biasa dalam
rasio-rasio, dapat menandai adanya kurang saji dalam utang dagang.
Perusahaan sering kali memiliki kesepakatan bisnis yang kompleks
dengan para pemasok yang mengakibatkan pengurangan dalam utang
dagang mereka karena adanya pengakuan dalam iklan dan penyisihan
lainnya. Keepakatan tersebut sering kali tidak terdokumentasikan dengan
baik ketika transaksi pembelian dilakukan, Beberapa perusahaan melakukan
pengurangan fikif terhadap utang dagang untuk melebihsajikan laba bersih.
Sehingga, auditor harus membaca dengan saksama kesepakatan bisnis
dengan para pemasok ketika jumlahnya material dan meyakinkan bahwa
laporan keuangan telah mencerminkan substansi perjanjian tersebut.
Penyalahgunaan dalam Siklus Perolehan dan Pembayaran
Kecurangan yang paling umum dalam bagian perolehan adalah bagi
sang pelaku untuk mengeluarkan pembayaran-pembayaran kepada pemasok
fiktif dan menyimpan kas di rekening fiktif. Kecurangan semacam itu dapat
dicegah dengan membuat pembayaran hanya dilakukan pada pemasok
resmi dan memeriksa dokumentasi-dokumentasi yang mendukung
pembelian tersebut dengan saksama oleh personel yang memiliki otoritas
sebelum pembayaran dilakukan.
Bagian-bagian Risiko Kecurangan Lainnya
Meskipun beberapa akun lebih rentan dibandingkan dengan yang lainnya,
hampir dapat terjadi manipulasi pada setiap akun. Sekarang mari kita menguji
beberapa akun lainnya yang memiliki risiko kecurangan spesifik dalam laporan
keuangan atau penyalahgunaan aset.
Aset Tetap: Aset tetap, sebuah akun neraca yang besar bagi banyak
perusahaan, sering kali berdasarkan pada penilaian yang ditentukan secara
subjektif. Akibatnya, aset tetap dapat menjadi target manipulasi, khususnya bagi
perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki persediaan atau piutang yang material.
Sebagai contoh, perusahaan dapat mengkapitalisasi biaya perbaikan atau biaya
operasional lainnya sebagai aset tetap.
Kecurangan semacam itu relatif lebih mudah untuk dideteksi jika auditor
memeriksa bukti pendukung penambahan aset. Namun demikian, kasus-kasus
kecurangan dalam laporan keuangan yang sebelumnya, seperti WorldCom, telah
melibatkan pengkapitalisasian aset yang rumit.
Karena nilai dan daya jualnya, aset tetap juga menjadi target pencurian. Hal
ini dapat terjadi khususnya untuk aset tetap yang mudah dipindah-pindahkan,
seperti komputer laptop. Untuk mengurangi potensi pencurian, aset tetap harus
dilindungi secara fisik jika memungkinkan, diberi tanda, atau diberi label
permanen, dan harus dicek keberadaannya secara berkala.
Beban Gaji Gaji biasanya jarang menjadi bagian risiko yang signifikan pada
kecurangan dalam laporan keuangan. Meski demikian, perusahaan dapat
mengurangsajikan
persediaan dan laba bersih dengan mencatat biaya upah karyawan yang berlebihan
dalam persediaan. Perusahaan terkadang melibatkan pegawainya untuk membuat
asei tetap. Biaya tenaga kerja yang berlebihan dapat dikapitalisasi sebagai aset tetap
dald kondisi tersebut. Tunjangan tambahan yang material, seperti tunjangar
pensiun, juga dapat dimanipulasi
Kecurangan dalam gaji yang melibatkan pencurian aset tidak terlalu banyak
ditemukan, namun jumlah yang terlibat sering kali material. Dua bagian umum
yang biasanya terjadi kecurangan adalah diciptakannya pegawai-pegawai fiktif dan
lebih saji dalam jumlah jam kerja setiap karyawan. Keberadaan para pegawai fiktif
ini biasanya dapat dicegah dengan memisahkan fungsi sumber daya manusia
dengan pembayaran gaji. Lebih saji dalam jumlah jam karyawan biasanya dapa
dicegah dengan menggunakan jam kehadiran karyawan atau persetujuan atas
jumlah jam kerja.

TANGGUNG JAWAB KETIKA KECURANGAN DICURIGAI TELAH


TERJADI
Sebagaimana telah diperkirakan sebelumnya, lebih banyak kecurangan
yang terdeteksi oleh pengendalian internal atau fungsi internal audit dibandingkan
oleh auditor
eksternal. Sepanjang pengauditan, auditor terus menerus mengevaluasi apakah
bukti-bukti yang didapatkan dan pengamatan-pengamatan lainnya
mengindikasikan adanya salah saji
material disebabkan oleh kecurangan. Semua salah saji yang ditemukan auditor
yang selama melakukan audit harus diidentifikasi ada tidaknya indikasi
kecurangan.
Ketika dicurigai telah terjadi kecurangan, auditor mendapatkan informasi
tambahan untuk menentukan apakah kecurangan benar-benar telah terjadi. Sering
kali, auditor memulainya dengan membuat tanya jawab tamabahan dengan
manajemen dan pihak-pihak lainnya.

Jenis Teknik-teknik Wawancara

Tanya jawab dapat menjadi teknik pengumpulan bukti audit yang efektif,
sebagaimana telah kita bahas di Bab sebelumnya. Wawancara memungkinkan
auditor untuk mengklarifikasi masalah-masalah yang tidak tampak dan mengamati
jawaban verbal maupun nonverbal dari orang yang ditanya. Wawancara juga dapat
membantu mengidentifikasi masalah-masalah yang dihilangkan dari dokumentasi
atau konfirmasi. Auditor juga dapat memodifikasi pertanyaan-pertanyaan selama
dari
orang yang diwawancara melakukan wawancara berdasarkan respons.
Tanya jawab sebagai suatu teknik bukti audit juga harus disesuaikan dengan
tujuan penggunaannya. Tergantung pada tujuannya, auditor dapat menanyakan
beberapa pertanyaan yang berbeda dan mengubah nada pertanyaan. Satu atau lebih
dari tiga kategori tanya jawab berikut dapat digunakan, tergantung pada tujuan
auditor.
Tanya Jawab Informal Auditor melakukan tanya jawab informal untuk
mendapatkan informasi mengenai fakta-fakta dan rincian yang tidak didapatkan
auditor. Biasanya auditor menginginkan informasi dari orang yang diwawancarai
mengenai kejadian atau proses pada periode sebelumnya. Sering kali tanya jawab
dilakukan dengan santai dengan auditor memberikan pertanyaan-pertanyaan
terbuka yang memungkinkan yang ditanyakan.
Auditor sering kali menggunakan tanya jawalb informal ketika
menindaklanjuti bukti-bukti yang dikumpulkan mengenai program atau
pengendalian atau bukti lainnya yang melibatkan salah saji atau kecurangan yang
dicurigai untuk responden memberikan perincian kejadian, proses atau kondisi
diungkapkan dalam pengauditan.
Tanya Jawab Evaluasi Seorang auditor juga menggunakan tanya jawab
untuk mengevaluasi apakah informasi yang telah ia dapatkan sudah tepat, akurat
atau benar. Auditor menggunakan tanya jawab evaluasi untuk mendukung atau
tidak mendukung informasi sebelumnya. Auditor sering kali memulai tanya jawab
evaluasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang luas dan terbuka yang memungkinkan
orang yang diwawancarai memberikan jawaban yang terperinci yang kemudian
dapat ditindaklanjuti dengan pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih spesifik.
Salah satu cara umum yang digunakan dalam tanya jawab evaluasi adalah
dengan mengonfirmasikan jawaban manajemen dalam tanya jawab sebelumnya
dengan bertanya pada pegawai lainnya.
Tanya Jawab Interogatif Kategori tanya jawab ini digunakan ketika auditor
ingin mencari tanggapan dari subjek yang ia wawancarai mengenai pengetahuannya
atas suatu kejadian atau kondisi. Tanya jawab interogatif sering kali digunakan
untuk menentukan apakah individu tersebut tidak jujur atau dengan sengaja
menghapus fakta-fakta pengetahuan kunci, kejadian atau kondisi yang penting,
khususnya ketika auditor mencurigai orang yang diwawancarai tidak jujur atau
menutup-nutupi informasi yang sebenarnya. Sering kali, tanya jawab interogatif
bersifat konfrontatif, dikarenakan subjek yang diwawancarai mungkin defensif,
karena mereka menutupi pengetahuan mereka atas fakta, kejadian, atau kondisi
tertentu. Ketika menggunakan tanya jawab interogatif, auditor biasanya
menanyakan pertanyaan langsung yang memerlukan jawaban "Ya" atau "Tidak".
Wawancara interogatif biasanya hanya dilakukan oleh anggota senior tim audit
yang berpengalaman dan mengetahui masalah yang melibatkan klien tersebut.
Mengevaluasi Respons Tanya Jawab Agar tanya jawab menjadi efektif,
seorang auditor harus memiliki keterampilan dalam mendengarkan dan
mengevaluasi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan. Biasanya, respons awal dari
orang yang diwawancara akan mengabaikan informasi yang berguna. Pertanyaan
tindak lanjut yang efektif sering kali mengarahkan pada informasi telah terjadi.
Teknik mendengarkan serta pengamatan sikap tubuh yang baik akan memperkuat
teknik wawancara auditor lebih baik untuk menilai.
Teknik Mendengarkan Sangat penting bagi auditor untuk menggunakan
keterampilan mendengarkan secara efektif di sepanjang proses wawancara. Auditor
harus terus menerus memperhatikan dengan menjaga kontak mata, anggukan
persetujuan, atau menunjukkan tanda-tanda kepahaman lainnya. Auditor juga harus
mencoba untuk menghindari pemikiran-pemikiran yang kaku terhadap informasi
yang sedang diberikan. Pendengar yang baik juga memanfaatkan keheningan untuk
memikirkan mengenai informasi-informasi yang ia dengar.

Mengamati Tanda-Tanda Perilaku Seorang auditor yang terampil dalam


menggunakan tanya jawab, akan mengevaluasi respons verbal dan nonverbal dari
orang yang ia wawancarai.

Contoh Respons Verbal Implikasinya


Penggunaan kata-kata seperti Auditor harus mencoba lebih lanjut
“umumnya”, “biasanya”, “sering kali”, untuk menentukan apakah penggunaan
dan “normalnya”, dll yang berlebihan kata-kata tersebut mengindikasikan
adanya pengecualian terhadap proses
atau situasi yang sedang diuji.
Orang yang diwawancarai sering kali Auditor yang terampil harus mengenali
mengulang kembali pertanyaan auditor bahwa pengulangan isi pertanyaan
sering kali menandai bahwa orang yang
diwawancarai tidak yakin dengan
jawabannya atau mencoba menghabis-
habiskan waktu
Penggunaan kata-kata yang tidak Auditor yang terampil harus mengenali
penting seperti; “hm”, “baiklah”, bahwa pengulangan isi pertanyaan
“sebenernya” dll yang berlebihan sering kali menandai bahwa orang yang
diwawancarai tidak yakin atau tidak
bisa menjawab pertanyaan yang
diberikan
Kelupaan dan kegugupan; seperto Ketika hal itu terus menerus terjadi,
“saya sedikit gugup” atau “saya tidak auditor harus memperhatikan
ingat” kemungkinan adanya ketidakjujuran
Sikap yang sangat toleran seperti; “itu Orang-orang yang tidak jujur sering
tergantung situasinya ya” dan jawaban kali sangat toleran terhadap seseorang
yang berlebihan seperti “berdasarkan yang mungkin telah melakukan
ingatan saya yang sangat kuat” kecurangan
Enggan untuk mengakhiri wawancara seseorang yang jujur biasanya siap
untuk mengakhiri wawancara. Mereka
yang menciba untuk berbohong
biasanya mencoba untuk meneruskan
proses wawancara untuk meyakinkan
auditor bahwa mereja mengatakan yang
sebenarnya

Selain mengamati tanda-tanda verbal, penggunaan wawancara juga memungkinkan


auditor untuk mengamati perilaku nonverbal.
Penyelidik andal mencatat bahwa subjek vang tidak nvaman dalam
memberikan jawaban terhadap suatu pertanyaan sering kali menunjukkan banyak
perilaku nonverbal seperti yang disebutkan di Tabel diatas. Tentunya, tidak setiap
orang menunjukkan perilaku tersebut yang merasa tidak nyaman dalam menjawab
pertanyaan auditor. Kuncinya adalah mengidentifikasi apakah perilaku individu
mulai berubah dari biasanya. Auditor yang kurang berpengalaman harus berhati-
hati ketika mereka mulai mengamati perilaku yang tidak biasa, dan mereka harus
membahas hal yang menjadi perhatian mereka dengan anggota tim audit senior
sebelum melakukan apa pun dalam menanggapi perilaku tersebut.
Tanggung Jawab Lainnya Ketika Dicurigai Adanya Kecurangan Ketika
auditor mencurigai bahwa kecurangan nmungkin telah terjadi, PSA 70
mengharuskan auditor untuk mendapatkan bukti tambahan untuk menentukan
apakah kecurangan yang sering untuk menentukan apakah kecurangan telah terjadi.
Sebagai contoh, perangkat lunak dapat digunakan untuk mencari transaksi-
transaksi penjualan fiktif dengan mencari nomor duplikat faktur penjualan atau
dengan merekonsiliasikan basis data faktur penjualan pada basis data dokumen
pengiriman, untuk meyakinkan bahwa semua penjualan telah didukung dengan
dokumen bukti pengiriman.

Demikian pula, perangkat lunak tersebut memberian pencarian yang efektif


untuk semua pelanggaran dalam dokumen-dokumen berikutnya, yang dapat
mengindikasikan adanya salah saji terkait dengan tujuan kelengkapan untuk akun-
akun liabilitas dan beban. Auditor menggunakan perangkat lunak audit, termasuk
alat kertas kerja dasar seperti Excel untuk memisahkan transaksi atau saldo-saldo
akun ke dalam beberapa
subkategori untuk pengujian audit lebih lanjut. Sebagai contoh, seorang auditor
dapat menggunakan pilihan yang ada di program kertas kerja Excel untuk
memisahkan transaksi-transaksi yang melebihi suatu ukuran tertentu atau berisi
karekteristik tidak biasa lainnya seperti nomor akun yang tidak standar atau saldo
rupiah yang tidak biasa (sebagai contoh, transaksi-transaksi dengan pembulatan
rupiah mungkin merupakan praktik yang tidak biasa untuk beberapa industri
tertentu).
Auditor juga menggunakan program kertas kerja dasar seperti Excel untuk
melakukan prosedur analitis pada beberapa tingkatan. Sebagai contoh, penjualan
dapat dipisahkan ke dalam beberapa data terpisah berdasarkan lokasi, jenis produk,
atau periode waktu (bulanan) untuk prosedur analitis lanjutan. Tren yang tidak biasa
yang tidak dapat tergambarkan dalam gabungan data dapat dideteksi ketika data
dianalisis dalam rincian yang lebih besar.
Auditor juga memperluas prosedur substantif lainnya untuk menangani
tingginya risiko kecurangan. Sebagai contoh, ketika terdapat risiko bahwa syarat
penjualan mungkin telah diubah agar dapat mengakui penjualan sebelum waktunya,
auditor dapat memodifikasi permintaan konfirmasi piutang dagang untuk
mendapatkan tanggapan yang lebih rinci dari para pelanggan mengenai syarat-
syarat tertentu dalam transaksi, seperti pembayaran, pengiriman barang dan
kebijakan pengembalian barang.

Dalam beberapa situasi tertentu, auditor dapat mengkonfirmasi setiap


transaksi dibandingkan dengan keseluruhan saldo akun, khususnya untuk transaksi-
transaksi besar yang dicatat mendekati akhir tahun. Sering kali, risiko kecurangan
tinggi untuk beberapa akun menurut estimasi subjektif manajemen. Untuk
merespons tingginya risiko yang digunakan dalam asumsi manajemen yang tidak
tepat untuk mengestimasi saldo akun, seperu
penyisihan untuk keusangan persediaan, auditor dapat menggunakan jasa ahli untuk
membantunya dalam mengevaluasi keakuratan dan keandalan asumsi-asumsi yang
digunakan manajemen. Sebagai contoh, auditor dapat mengandalkan persediaan
untuk menilai keusangan persediaan suku cadang elektronik dan ahli penilaian
bisnis untuk menilai keandalan asumsi nilai pasar yang digunakan untuk beberapa
investasi tertentu
PSA 70 mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan implikasi pada
aspek-aspek audit lainnya. Sebagai contoh, kecurangan yang melibatkan
penyalahgunaan kas dari dana kas kecil biasanya tidak terlalu signifikan bagi
auditor, kecuali hal tersebut melibatkan manajemen tingkat tinggi, yang dapat
menandai adanya masalah yang lebih besar menyangkut integritas manajemen. Hal
itu dapat memberikan sinyal bagi auditor untuk mengevaluasi kembali pengukuran
risiko kecurangan dan dampak dari sifat, waktu dan keluasan bukti audit.
Ketika auditor menentukan bahwa kecurangan mungkin telah terjadi, PSA
70 mengharuskan auditor untuk membahas hal tersebut dan juga pendekatan audit
digunakan untuk penyelidikan lebih lanjut dengan tingkat manajemen yang tepat,
meskipun masalah tersebut dianggap tidak penting. Tingkat manajemen yang
paling tepat setidaknya haruslah satu tingkat di atas mereka yang dicurigai terlibat,
dan juga manajemen senior serta komite audit. Jika auditor yakin bahwa
manajemen senior mungkin terlibat dalam kecurangan tersebut, auditor harus
membahasnya langsung dengan komite audit.
Terkadang, auditor mengidentifikasi risiko salah saji material yang
disebabkan oleh kecurangan yang memiliki implikasi terhadap pengendalian
internal. Dalam beberapa kasus, pertimbangan auditor terhadap program dan
pengendalian anti kecurangan yang dibuat oleh manajemen dapat mengidentifikasi
kekurangan-kekurangan yang menyebabkan gagalnya penanganan terhadap risiko
kecurangan tersebut.

Contoh Respons Nonverbal Implikasinya


Halangan fisik-orang yang Ketika orang yang diwawancarai
diwawancarai mungkin akan: merasa tidak nyaman dengan sebuah
 Melindungi mulut mereka pertanyaan yang spesifik, ia mungkin
dengan tangan, pulpen, pensil, akan melakukan penghalangan
kertas, dll nonverbal untuk berusaha membuat
 Menyilangkan lengan atau kaki auditor tetap dalam jarak yang
mereka nyaman.
 Membuat bunti-bunyi yang
mengganggu, seperti menekuk
jari atau mengetukan jari kemeja
 Berpaling dari auditor, biasanya
melihat ke arah pintu atau
jendela, dalam upaya
menciptakan jarak.
Tanda-tanda dalam tekanan-orang yang Pada kebanyakan orang, berbohong
diwawancarai dalam tekanan akan akan menimbulkan tekanan dan
 Menunjukan tanda-tanda ketegangan yang bisa
mengalami mulut yang kering termanifestasikan dalam bahasa
 Menjilat bibir, menelan dan tubuh.
berdeham berulang kali
 Gelisah, mengetukkan kaki, atau
menggoyangkan kaki
 Berkeringat atau wajah
memerah
 Menghindari kontak mata

Auditor harus membicarakan hal tersebut dengan manajemen serta dengan


mereka yang bertanggung jawab dalam tata kelola perusahaan, seperti komite audit.
jika dianggap sebagai kekurangan yang signifikan atau kelemahan material. Ketika
mengaudit laporan keuangan perusahaan publik, auditor harus mempertimbangkan
kekurangan tersebut ketika mengaudit pengendalian internal terhadap laporan
keuangan, sebagaimana telah dibahas pada Bab ini.

Pengungkapan kemungkinan terjadinya kecurangan kepada pihak-pihak


selain manajemen senior dan komite audit klien biasanya bukan merupakan bagian
dari tanggung jawab auditor. Hasil dari prosedur-prosedur yang dijalankan oleh
auditor dapat mengindikasikan adanya salah saji yang material yang disebabkan
oleh kecurangan sehingga auditor harus mempertimbangkan kemungkinan untuk
mengundurkan diri dari perikatan.
Pengunduran diri tersebut dapat bergantung pada integritas manajemen serta kehati-
hatian dan kerja sama manajemen dan dewan direksi dalam menyelidiki
potensikecurangan dan pengambilan tindakan-tindakan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Elder, Randal J. dkk. 2013. Jasa Audit dan Assurance. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat

Mulyadi. 2003. Auditing Buku 1,Edisi keenam. Jakarta: Penerbit Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai