Anda di halaman 1dari 13

A.

Definisi Kecurangan
Dalam konsep audit atas laporan keuangan, kecurangan dapat didefinisikan sebagai
suatu salah saji di dalam laporan keuangan yang dilaksanakan atau dilakukan dengan cara
sengaja.

B. Jenis Kecurangan
Terdapat dua jenis kecurangan yang utama, yaitu:
1. Pelaporan keuangan yang curang
Pelaporan keuangan yang curang merupakan suatu salah saji ataupun penghapusan
terhadap jumlah ataupun pengungkapan dengan cara sengaja yang dilaksanakan guna
mengelabui atau menipu para pengguna laporan keuangan. Sebagian besar dari kasus
pelaporan keuangan yang curang ini melibatkan salah saji dalam jumlah yang dilakukan
dengan sengaja dibandingkan dengan pengungkapan.
Meskipun dalam sebagian besar kasus pelaporan keuangan yang curang menyangkut
usaha dalam melebihsajikan laba, apakah dilakukan dengan cara melebihsajikan aset dan
juga laba ataupun dengan cara mengabaikan unsur liabilitas dan beban, perusahaan juga
melakukan dengan sengaja upaya yang menyangkut mengurangsajikan laba. Dalam
perusahaan privat, upaya mengurangsajikan laba kemungkinan dilakukan guna
mengurangi pajak penghasilan. Perusahaan tersebut dapat pula dengan
sengajamengurangi laba saatlaba perusahaan dalam tingkat yang tinggi untuk
menciptakan cadangan labasebagai “cookie jar reserve” yang kemudian cadangan laba
tersebut dapat digunakan untuk tujuan menaikkan laba dalam periode selanjutnya.
Praktek semacam itu biasanya disebut sebagai perataan laba atau income smoothing dan
pengaturan laba atau earnings management.
- Pengaturan Laba (earning management) melibatkan tindakan dari manajemen
yang dilakukan dengan sengaja guna memenuhi target laba.
- Perataan Laba (income smoothing) adalah salah satu bentuk pengaturan laba atau
salah satu bagian dari pengaturan laba yang mana pendapatan-pendapatan dan
juga beban-beban dipindahkan ataupun ditukar di antara beberapa periode dengan
tujuan untuk mengurangi fluktuasi laba. Salah satu teknik dalam meratakan laba
atau income smoothing adalah dengan cara mengurangi nilai persediaan dan juga
aset lainnya yangdiperoleh oleh perusahaan pada saat akuisisinya, yang dapat
mengakibatkan laba akan lebih tinggi saat aset tersebut kemudian dijual.
Perusahaan juga dapatmelebihsajikan cadangan keusangan persediaan dan juga
penyisihanpiutang tak tertagih dengan tujuan untuk mengurangi laba yang tinggi.

2. Penyalahgunaan aset (missappropriation asset)


Penyalahgunaan aset merupakan suatu kecurangan yang menyangkut pencurian atas
aset perusahaan. Dalam sebagian besar kasus penyalahgunaan aset, namun tidak semua,
jumlah dalam penyalahgunaan aser pada umumnya tidak material dalam laporan
keuangan. Namun, pencurian aset menimbulkan keresahan manajamen, pencurian aset
yang awalnya tidak material, lama-lama akan menjadi material. Istilah penyalahgunaan
aset pada umumnya digunakan yang mengacupada pencurian yang dilakukan oleh
pegawai dan pihak-pihak lainnya di dalamsuatu perusahaaan atau organisasi.
Menurut Association of certified Fraud Examiners, rata-rataperusahaan akan merugi
sebesar 6% dari pendapatannya yang disebabkan oleh kecurangan, meskipun banyak dari
kegiatan pencurian tersebut menyangkut pada pihak-pihak eksternal, contohnya seperti
pengutilan oleh pelanggan dan juga penipuan oleh pemasok. Survey yangdilaksanakan
oleh Association of Certified Fraud Examiners menemukan suatu fakta bahwa rata-rata
kerugian yang disebabkan olehkasus kecurangan yang menyangkut manajemen puncak
akan tiga kali lebih besar daripada kasus kecurangan yang menyangkut pegawai lainnya.

C. Kondisi Penyebab Terjadinya Kecurangan


Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya pelaporan keuangan yang curang
dan juga penyalahgunaan aset sebagaimana dijelaskan dalam SAS 99 (AU 316). Tiga
kondisi tersebut disebut dengan segitiga kecurangan(fraud triangle).
1. Insentif atau Tekanan
Manajemen ataupun pegawai lainnya mempunyai insentif ataupun tekanan untuk
melakukan tindakan kecurangan.
2. Kesempatan
Situasi yang membuka ataupun memberikan kesempatan bagi manajemen ataupun
pegawai untuk melakukan tindakan kecurangan.
3. Sikap atau Rasionalisasi
Adanya sikap, karakter, ataupun seperangkat nilai-nilai etika yang membolehkan
manajemen atau pegawai untuk melakukan suatu tindakan yang tidak jujur, atau dapat
dikatakan bahwa merekaberada dalam lingkungan yang dapat memberikan tekanan yang
cukup besar yang menyebabkan mereka membenarkan diri mereka untuk melakukan
tindakan yang tidak jujurtersebut.
Faktor Risiko dalam Pelaporan Keuangan yang Curang
- Insentif atau Tekanan
Insentif yang umum bagi sebuah perusahaan untuk melakukan manipulasi laporan
keuangan adalah adanya suatu penurunan dalam prospek keuangan dalam
perusahaan. Contohnya seperti penurunan dalam laba yang kemungkinan dapat
mengancam kemampuan perusahaan untuk mendaparkan dana pembiayaan.
Perusahaan kemungkinan juga melakukan manipulasi laba guna memenuhi
proyeksi dari para analis pasar, ataupunguna mengelembungkan harga saham,
serta guna menjaga reputasi perusahaan.
- Kesempatan
Meskipun laporan keuangan dari seluruh perusahaan kemungkinan dapat terjadi
manipulasi, risiko akan menjadi lebih besar dalam perusahaan yang bergerak
dalam industri yang melibatkan penilaian atau pertimbangan subjektif dan juga
estimasi yang cukup signifikan jauh lebih besar.
- Sikap atau Rasionalisasi
Sikap dari manajemen puncak dalam laporan keuangan merupakan faktor risiko
yang penting dalam menilai kemungkinan adanya suatu kecurangan dalam
laporan keuangan perusahaan. Jika CEO ataupun manajer puncak lainnya
menunjukkan suatu dominasi terhadap suatuproses penyusunan laporan keuangan,
contohnya seperti mengeluarkan proyeksi yg terlalu optimis secara terus-menerus
ataupun mereka terlalu khawatir dalam memenuhi proyeksi laba dari para analis
pasar kemungkinan terjadinya tindakan kecurangan dalam laporan keuangan
perusahaan akan menjadi lebih besar. Karakter dari manajemen ataupun rangkaian
nilai-nilai etika juga kemungkinan akan mempermudah analis dalam melakukan
rasionalisasi tindakan kecurangan.

Faktor Risiko Penyalahgunaan Aset


- Insentif atau Tekanan
Tekanan keuangan merupakan insentif atau dorongan yang sifatnya umum bagi
pegawai yg melakukan penyalahgunakan aset.Contohnya seperti pegawai yang
mempunyai utang yang sangat banyak, mereka yang memilik masalah kecanduan
narkotika dan juga perjudian,dll.
- Kesempatan
Kesempatan dalam melakukan pencurian ada pada seluruh perusahaan.
Kelemahandalam hal pengendalian internal dapat menciptakan kesempatan
terjadinya tindakan pencurian.Pemisahan tugas yang kurang memadai hampir
dapat dipastikan menjadi suatu lisensi bagi parapegawai guna melakukan
tindakan pencurian.
- Sikap atau Rasionalisasi
Sikap manajemen dalam pengendalian dan juga kode etik ataupun perilaku etis
dapat menyebabkan parapegawai dan juga manajer membenarkan pencurian aset
perusahaan.

D. Menilai Risiko Kecurangan


SAS 99 memberikan sebuah pedoman atau panduan bagi para auditor dalam rangka
mengukur risiko kecurangan. Seorang auditor haruslah menjaga suatu tingkat skeptisme
profesional ketika auditor mempertimbangkan informasi yang cukup luas, termasuk juga
faktor-faktor risiko kecurangan, dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan juga
menghadapi risiko kecurangan.
1. Skeptisme Profesional
SAS 1 menyatakan bahwa dalam melakukan skeptisme profesional, seorang auditor
“tidak menganggap atau tidak mengasumsikan bahwa manajemen tidak jujur namun juga
tidak menganggap kejujuran yang absolut”. Melalui prosedur evaluasi dalam menerima
dan juga keberlanjutan klien, auditor akan menolak sebagian besar dari calon klien yang
dianggap tidak mempunyai kejujuran dan juga integritas.
2. Pikiran Auditor yang Selalu Mempertanyakan
SAS 99 menekankan untuk melakukan pertimbangan atas kecenderungan klien dalam
melakukan kecurangan, tanpa mempertimbangkan bagaimana keyakinan auditor tentang
suatu kemungkinan terjadinya tindakan kecurangan serta kejujuran dan juga intergritas
manajemen. Selama dalam tahap merencanakan audit dalam setiap audit, tim audit
haruslah membahas mengenai kebutuhan untuk menjaga pikiran kritis atau kebutuhan
dalam mempertahankan suatu pikiran yang selalu mempertanyakan di sepanjang
penugasan audit untuk melakukan identifikas atas risiko-risiko kecurangan dan juga
secara kritis melakukan evaluasi kritis atas bukti-bukti audit.
3. Evaluasi kritis atas bukti audit
Dalam melakukan pengungkapan atas informasi ataupun kondisi yang ditemukan
ataupun kondisi lainnya yang mengidentifikasikan atau mengindikasikan adanya salah
saji material yang disebabkan oleh kecurangan kemungkinan telah terjadi, auditor
haruslahmelakukan penyelidikan masalah-masalah yang ada secara mendalam,
mendapatkan bukti-bukti tambahan apabila diperlukan dan juga melakukan konsultasi
dengan anggota tim lainnya.

Sumber Informasi untuk Melakukan Penilaian atas Risiko Kecurangan


Terdapat lima sumber informasi yang digunakan dalam menilai risiko kecurangan yaitu:
1. Komunikasi antara tim audit
SAS 99 mengharuskan tim audit untuk melaksanakan diskusi untuk berbagi
pemahaman antara anggota tim audit yang lebih berpengalaman dan juga untuk curah
pendapat.
2. Tanya jawab atau wawancara dengan manajemen
SAS 99 mewajibkan seorang auditor untuk mengajukan pertanyaan yang spesifik
mengenai kecurangan dalam setiap audit. Tanya jawab dengan manajemen dan juga pihak
lainnya dalam perusahaan membuka sebuah kesempatan bagi para karyawan untuk
memberitahukan informasi-informasi yang kemungkinan tidak dapat disampaikan dengan
pihak lain. Tanya jawab seorang auditor terhadap manajemen haruslah menanyakan
apakah manajemen mengetahui setiap tindakan kecurangan ataupun kecurigaan terhadap
terjadinya tindakan kecurangan di dalam perusahaan.
3. Faktor-faktor Risiko
SAS 99 mewajibkan seorang auditor untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor risiko
kecurangan mengindikasikan adanya sebuah insentif ataupun tekanan untuk melakukan
tindakan kecurangan, kesempatan untuk melakukan tindakan kecurangan, ataupun
sikap/rasionalisasi yang digunakan untuk membenarkan atau merasionalisasi tindakan
kecurangan.
4. Prosedur analitis
Seorang auditor haruslahmelaksanakan prosedur analitis di sepanjang fase
perencanaan dan juga penyelesaian audit guna membantu mengidentifikasikan transaksi
atau kejadian yang tidak biasa yang dapat mengidentifikasikan adanya suatu salah saji
yang cukup material dalam laporan keuangan.
5. Informasi lainnya
Seorang auditor haruslah melakukan pertimbanganatasinformasi yang telah mereka
dapatkan dalam setiap bagian audit saat auditor mengukur risiko kecurangan.

E. Mengawasi Tata Kelola Korporasi Dalam Mengurangi Risiko Kecurangan


Manajemen memiliki tanggung jawab untuk mengimplementasikan tata kelola
perusahaan dan juga prosedur pengendalian untuk meminimaliisir risiko kecurangan,
yang bisa dikurangi melalui kombinasi antara tindakan pencegahan, tindakan antisipasi
dan juga tindakan pendeteksian.
Guna membantu manajemen dan juga dewan direksi dalam menjalankan usaha-usaha
melawan kecurangan, AICPA bekerjasama dengan beberapa organisasi profesi
menerbitkan Program dan Pengendalian Anti-Kecurangan bagi Manajemen: Pedoman
untuk Membantu Mencegah, Mengantisipasi, serta Mendeteksi Kecurangan.Panduan atau
pedoman tersebut mengidentifikasikan tiga elemen guna mencegah, mengantisipasi, serta
mendeteksi kecurangan:
1. Budaya kejujuran serta etika yang bernilai tinggi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara yang paling efektif dalam mencegah dan
juga menghalangi tindakan kecurangan adalah mengimplementasikan program dan juga
pengendalian anti-kecurangan, yang mana didasarkan pada nilai inti yang dianut oleh
perusahaan. Nilai-nilai inti ini membantu untuk menciptakan budaya kejujuran dan juga
etika yang kemudian menjada dasar bagi tanggung jawab dari para pekerja. Penciptaan
budaya kejujuran dan etika yang bernilai tinggi meliputi enam unsur, yaitu:
- Menentukan tone at the top;
- Menciptkan suatu lingkungan kerja yang positif;
- Memperkerjakan dan juga mempromosikan karyawan yang tepat;
- Pelatihan;
- Konfirmasi; dan
- Disiplin.
2. Tanggung jawab dari manajemen untuk melakukan evaluasi atas risiko-risiko
kecurangan
Suatu tindakan kecurangan tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya suatu
kesempatan untuk melakukan tindakan kecurangan dan juga menyembunyikan perbuatan
tersebut. Manajemen memiliki beberapa tanggung jawab untuk melakukan evaluasi atas
risiko kecurangan, yaitu:
- melakukan identifikasi dan juga mengukur risiko kecurangan melakukan suatu
langkah guna mengurangi risiko yang telah diidentifikasi;
- mengurangi risiko-risiko kecurangan;
- melakukan pemantauan pengendalian internal guna mencegah dan juga
mendeteksi kecurangan.
3. Pengawasan dari komite audit
Komite audit memiliki tanggung jawab utama dalam mengawasi pelaporan keuangan
dan juga proses sistem pengendalian internal perusahaan. Dalam upaya memenuhi
tanggung jawab tersebut, komite audit melakukan perhitungan potensi dibaikannya
sistem pengendalian internal oleh manajemen, dan juga mengawasi proses penilaian atas
risiko kecurangan oleh manajemen, serta program dan pengendalian anti-kecurangan.
Komite audit juga membantu untuk menciptakan tone at the top yang cukup efektif
mengenai pentingnya suatu kejujuran dan juga tindakan etis dengan cara mendukung
toleranis nol dari manajemen terhadap kecurangan. Pengawasan dari komite audit juga
berfungsi sebagai penghalang tindakan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen
senior.

F. Merespons Risiko Kecurangan


Beberapa tanggapan dari auditor terhadap adanya risiko kecurangan, antara lain:
1. Melakukan perubahan atas pelaksanaan audit secara keseluruhan
Auditor bisa melakukan berbagai pemilihan atas berbagai tindakan apabila risiko
kecurangan meningkat. Apabila terjadi peningkatan terhadap risiko salah saji akibat dari
kecurangan yang meningkat, maka dapat menugaskan personil yang lebih berpengalaman
dalam proses pengauditan ini. Dalam SAS 99 mengharuskan auditor memasukkan
ketidakterdugaan dalam rencana audit (Arens, Elder, & Beasley, 2009). Hal ini
disebabkan karena seringkali para pelaku dari kecurangan sudah mengetahui mengenai
berbagai prosedur audit yang akan dilakukan.
2. Merancang dan Melakukan Prosedur Audit untuk Mengatasi Risiko Kecurangan.
Prosedur audit yang sesuai untuk digunakan dalam mengatasi berbagai risiko
kecurangan tertentu bergantung pada akun apa yang diaudit serta tipe risiko kecurangan
yang diidentifikasi. Selain itu, auditor juga harus melakukan pertimbangan atas prinsip
akuntansi yang dipilih oleh manajemen yang melibatkan pengukuran yang subjektif
ataupun transaksi yang kompleks.
3. Merancang dan Melakukan Prosedur untuk Menangani Pengabaian Pengendalian oleh
Managemen .
Dalam setiap audit, terdapat tiga prosedur yang harus dilakukan antara lain:
a. Memeriksa Catatan Jurnal dan Penyesuaian Lain untuk Bukti Kemungkinan Salah
Saji karena Kecurangan.
Adanya kecurangan seringkali timbul dari penyesuaian atas jumlah dari yang
dilaporkan oleh laporan keuangan, walaupun sudah ada pengendalian internal yang
efektif selama proses pencatatan tersebut berlangsung. Adapun beberapa cara dalam
prosedur ini antara lain:
- Auditor harus memahami atas proses dalam pelaporan keuangan, tapi juga
pengendalian dari ayat-ayat jurnal dan penyesuaian lainnya.
- Memberikan pertanyaan kepada para pegawai yang terlibat di dalam proses
pelaporan keuangan mengenai aktivitas yang tidak biasa di dalam pemrosesan
ayat jurnal dan penyesuaian dalam laporan keuangan .
b. Meninjau Kembali Estimasi Akuntansi untuk Mengetahui Adanya Bias.
Dalam proses ini, seorang auditor diharuskan untuk melihat ke belakang dan melihat
kembali atas perkiraan/estimasi tahun sebelumnya yang signifikan untuk melakukan
proses identifikasi atas setiap perubahan proses dalam perusahaan ataupun pertimbangan
serta asumsi manajemen yang kemungkinan mengindikasikan bahwa ada potensi bias.
c. Mengevaluasi Dasar Rasionil Untuk Transaksi-Transaksi Tidak Lazim yang
Signifikan.
Hal ini dilandasi oleh SAS 99 yang memfokuskan agar auditor memiliki pemahaman
atas apa yang melandasi pemikiran bisnis untuk transaksi tidak biasa yang signifikan,
yang kemungkinan berada di luar jalur bisnis pada umumnya dari apa yang sudah
dipersyaratkan pada tahun sebelumnya. Oleh karena itu, maka seorang auditor haruslah
memahami tujuan transaksi yang signifikan ini guna melakukan penilaian, apakah
transaksi tersebut dilakukan agar pelaporan keuangan yang curang dihasilkan.

Memutakhirkan Proses Penilaian Risiko


Penilaian mengenai risiko salah saji yang material akibat adanya kecurangan yang
terusa dilakukan auditor sepanjang proses pengauditan dan dikoordinasikan dengan
prosedur atas penilaian risiko lainnya. Adapun beberapa hal yang harus diwaspadai oleh
seorang auditor dalam melakukan proses audit antara lain:
- Perbedaan didalam catatan akuntansi,
- Bukti audit yang hilang ataupun bertentangan
- Hubungan yang tidak biasa atau serba salah di antara auditor dengan manajemen.
- Hasil dari prosedur substantif atau prosedur analitis di tahap review akhir
memberikan indikasi adanya risiko kecurangan yang sebelumnya tidak diketahui,
dan
- Jawaban yang tidak masuk akal atau tidak jelas atas pertanyaan yang diajukan
pada saat proses pengauditan atau yang menghasilkan bukti yang tidak konsisten
terhadap bukti lainnya.

G. Bidang-Bidang Risiko Kecurangan Yang Spesifik


Hal ini bergantung pada industri dari klien, ada beberapa akun yang sangatlah rentan
terhadap adanya suatu pencurian atau manipulasi. Seorang auditor harus memiliki
pengetahuan mengenai tanda-tanda peringatan dan teknik pendeteksian kecurangan agar
dapat melakukan identifikasi atas salah saji yang diakibatkan oleh adanya kecurangan.
1. Risiko Kecurangandalam Pendapatan dan Piutang Usaha
Dua akun dalam suatu entitas yang rentan terhadap manipulasi dan pencurian adalah
akun piutang dan pendapatan. Hal ini dibuktikan oleh studi yang dilakukan oleh COSO
yang menemukan bahwa lebih dari sebagian kecurangan yang terjadi dalam laporan
keuangan itu melibatkan piutang usaha dan pendapatan. Demikian pula, sebab penjulan
itu sering sekali dilakukan secara tunai atau cepat dikonversi menjadi kas, dan kas ini
juga sangatlah rentan terhadap adanya pencurian ini.
Risiko Pelaporan Keuangam yang Curang atas Pendapatan
Konsekuensi dari seringnya terjadi kecurangan dalam pengakuan pendapatan pada
laporan keuangan membuat AICPA dan SEC mengeluarkan suatu pedoman terkait
pengakuan pendapatan. Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan pendapatan itu
rentan terhadap adanya manipulasi adalah akun pendapatan merupakan akun terbesar
dalam laporan laba-rugi sehingga presentase yang kecil dari pendapatan itu masih dapat
memiliki dampak terhadap keuntungan. Selain itu, dalam melakukan pengakuan atas
pendapatan itu sangatlah sulit dalam berbagai situasi. Dalam manipulasi pendapatan, ada
tiga jenis utama yaitu:
a. Pendapatan Fiktif
Biasanya peelaku berusaha keras untuk menciptakan pendapatan fiktif, dengan cara
menciptakan kebijakanfiktif, serta melibatkan puluhan jumlah karyawan.
b. Pengakuan Pendapatan Prematur
Seringnya, sebuah perusahaan mempercepatwaktu untuk melakukan pengakuan
pendapatan untuk memperoleh target pandapatan serta penjualan. Misalnya saja
perusahaan mengakui pendapatan periode berikutnya pada periode ini
c. Manipulasi atas Penyesuaian Pendapatan
Penyesuaian yang umumnya digunakan untuk pendapatan adalah menyangkut retur
penjualan serta alokasi dari penjualan. Biasanya perusahaan menyembunyikan retur dari
auditor. Adapun maksud dari tindakan ini adalah agar penjualan dan pendapatan menjadi
lebih besar. Selain itu, perusahaan juga biasanya mengecilkan beban tagihan macet,
dengan cara mengecilkan alokasi dari piutang ragu-ragu. Hal ini dilakukan sebab alokasi
tersebut berkaitan dengan umurpiutang, perusahaan mengubah umur piutang sehingga
menjadi tampak lebih muda.

Tanda-Tanda Peringatan Kecurangan Pendapatan


Terdapat banyak gejala atau tanda peringatakan yang memberikan indikasi adanya
kecurangan terhadap pendapatan. Namun demikian, ada dua tanda yang sangat
bermanfaat bagi auditor untuk mengetahui adanya kecurangan terhadap pendapatan,
antara lain:
1. Prosedur Analitis
Pada prosedur ini sering kali memberikan isyarat bahwa terdapat kecurangan. Adapun
prosedur analitis yang sering digunakan untuk menemukan terjadinya kecurangan yakni
“persentase laba kotor” serta “perputaran piutang”.
2. Perbedaan Dokumenter
Pada transaksi fiktif jarang sekali memiliki tingkat bukti dokumenter yang sama seperti
dalam transaksi yang sah atau legal. Sebagai contoh ketidak-detilan dari transaksi fiktif
yang tidak bisa menyamai transaksi legal dari segi detail bukti dokumenter.

Penyalahgunaan Penerimaan Kas


Walaupun penyalahgunaan dari penerimaan dari kas sangatlah jarang sematerial dari
pelaporan dari pendapatan yang mengalami kecurangan. Namun, kecurangan yang
semacam ini dapat berdampak buruk terhadap suatu organisasi, sebabaktiva dapat
langsung hilang.
1. Kelalaian Mencatat Penjualan
Merupakan salah satu bentuk kecurangan yang paling susah dideteksi adalah ketika
penjualan itu tidak dicatat dan kemudian kas dari penjualan tersebut dicuri. Kecurangan
ini mudah untuk dideteksi apabila barang yang dikirim kepada customer secara kredit.
2. Pencurian Penerimaan Kas Setelah Penjualan Dicatat
Kecurangan ini akan mudah ditemukan setelah auditor membandingkan antara kas
diterima dengan catatan penjualan. Namun, bisa saja pelaku kecurangan ini melakukan
hal-hal berikut:
- Mencatat retur penjualan ataupun pengurangan harga;
- Melakukan penghapusan terhadap rekening pelanggan; dan
- Melakukan lapping atau mencatat pembayaran pelanggan satu ke akun pelanggan
yang lainnya

Tanda-Tanda Peringatan atas Penyalahgunaan Pendapatan dan Penerimaan Kas


Bentuk kecurangan seperti pencurian penjualan serta penerimaan kas terkait yang
nilainya relatif kecil bisa dicegah dan dideteksi dengan pengendalian internal. Namun,
untuk mendeteksi adanya kecurangan yang lebih besar dapat dilakukan dengan prosedur
analitis dan perbandingan lainnya.

2.Risiko Kecurangan Persediaan


Persediaan merupakan akun terbesar dalam neraca pada banyak perusahaan yang
rentan terhadap manipulasi manajer yang menginginkan tujuan lain dari pelaporan
keuangan. Hal ini disebabkan karena biasa persediaan dalam keadaan siap jual, sehingga
rentan sekali terhadap adanya pnyalahgunaan atau penyelewengan.
Risiko Pelaporan Keuangan yang Curang Untuk Persediaan
Persediaan fiktif adalah salah satu kecurangan yang dilakukan pada banyak
perusahaan besar. Mereka memiliki persediaan dengan jumlah banyak dan beragam pada
lokasi-lokasi tertentu sehingga menyebabkan perusahan dengan mudah melakukan
penambahan persediaan fiktif pada catatan akuntansi.
Tanda-Tanda Peringatan Kecurangan Persediaan
Banyak gejala yang berpotensi menunjukkan adanya kecurangan dalam persediaan.
Prosedur analitis adalah cara yang efektif untuk melakukan pendeteksian terhadap adanya
kecurangan ini.

3.Risiko Kecurangan dalam Pembelian dan Utang Usaha


Adanya kurang saji yang disengaja atas utang usaha biasanya akan menghasilkan
kurang saji dalam pembelian dan harga pokok penjualan serta lebih saji pada laba bersih.
Beberapa bentuk penyalahgunaan yang signifikan yang melibatkan pembelian misalnya
pembayaran kepada vendor fiktif, suap, seta perjanjian ilegal lainnya dengan pemasok.
Risiko pelaporan Keuangan yang Curang untuk Utang Usaha
Perusahaan tidak mencatat utang usaha sampai dengan periode yang berikutnya, atau
mencatat penurunan secara fiktif dari utang usaha dengan maksud untuk merendahsajikan
utang usaha dan melebihsajikan keuntungan.
Penyalahgunaan dalam Siklus Akuisisi dan Pembayaran
Suatu kecurangan yang pada umumnya terjadi pada siklus akuisisi adalah si pelaku
melakukan pembayaran ke vendor fiktif serta menyimpan uang tersebut juga dalam
rekening fiktif. Pencegahan terhadap kecurangan ini bisa dilakukan dengan menetapkan
bahwa pembayaran hanya akan dilakukan ke vendor yang yang telah disetujui serta
dengan meneliti segala dokumen yang mendukung akuisisi oleh personil yang
berwenang.

4.Bidang-bidang Risiko Kecurangan Lainnya


Walaupun beberapa akun lebih rentan dibandingkan dengan yang lainnya, tapi
sebenarnya hampir di semua akun itu bisa saja dilakukan manipulasi. Ada beberapa akun
lain yang memiliki risiko pelaporan keuangan yang curang atau penyalahgunaan yang
spesifik, antara lain:
Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan akun dalam neraca yang besar bagi banyak perusahaan di
mana seringkali dalam melakukan penilaiannya itu didasarkan secara subjektif. Hal ini
mengakibatkan aktiva tetap bisa menjadi sasaran manipulasi, terutama untuk perusahaan
yang tidak mempunyai piutang ataupun persediaan yang material.
Beban Penggajian
Perusahaan mungkin saja melakukan pencatatan biaya tenaga kerja apabila
melebihsajikan persediaan dan laba. Namun demikian, sebenarnya kecurangan dalam
penggajian yang melibatkan penyalahgunaan aktiva itu cukup umum terjadi walaupun
nilai yang terlibat di dalamnya seringkali bersifat tidak material. Ada dua kecurangan
yang umumnya terjadi antara lain:
- Penciptaan pegawai fiktif
Kecurangan ini bisa dicegah dengan melakukan pemisahan sumber daya manusia dengan
fungsi penggajian.
- Lebih saji jumlah jam kerja karyawan
Kecurangan ini bisa dicegah dengan menggunakan mesin time lock yang merupakan
sebuah alat yang digunakan untuk mencetak jam datang serta jam pulang dari para
pegawai atau dengan persetujuan jam kerja.

H. Tanggung Jawab Bila Dicurigai Ada Kecurangan


1. Merespons Salah saji yang Mungkin Ditimbulkan oleh Kecurangan
Segala salah saji yang ditremukan oleh auditor dalam proses pengauditan harus
dievaluasi guna mengetahui setiap indikasi dari adanya kecurangan. Jika dicuriga
terdapat kecurangan, maka auditor akan melakukan pengumpulan informasi-informasi
tambahan guna menentukan apakan kecurangan tersebut memang benar-benar ada
ataukah tidak. Auditor seringkali melakukannya dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan tambahan yang ditujukan baik kepada manajemen ataupun pihak lainnya.
2. Jenis-Jenis Teknik Pengajuan Pertanyaan
Pengajuan pertanyaan merupakan teknik pengumpulan yang efektif. Karena dalam
melakukan wawancara ini memiliki beberapa tujuan seperti: (1) memungkinkan auditor
menjernihkan masalah yang tidak teramati; (2) mengamati respons dari responden baik
lisan maupun nonlisan ; (3) mengidentifikasi masalah –masalah yang tidak dicantumkan
dalam konfimasi. Ada tiga kategori dalam pengajuan pertanyaan yang dapat digunakan
antara lain:
a. Pengajuan Pertanyaan Informasional (Informational quiry)
Pengajuan pertanyaan ini dilakukan untuk mengetahui tentang detail dan fakta yang
belum auditor miliki. Biasanya pengajuan pertanyaan dalam kategori ini bersifat
bersahabat. Dan auditor melakukan pengajuan pertanyaan dalam kategori ini guna
melakukan pengumpulan bukti tindak lanjut tentang program serta pengendalian atau
bukti lain menyangkut salah saji ataupun kecurangan yang terungkap selama proses
pengauditan.
b. Pengajuan Pertanyaan Penilaian(Assessment Inquiry)
Pengajuan pertanyaan pada kategori ini digunakan untuk menguatkan atau
menyangkal informasi sebelumnya. Biasanya auditor memulainya dengan pertanyaan
yang bersifat umum dan terbuka yang nantinya memungkinkan responden untuk
memberikan tanggapan yang terinci yang kemudian ditindaklanjuti dengan pertanyaan-
pertanyaan yang sifatnya lebih khusus.
c. Pengajuan Pertanyaan Interogratif(Interogative Inquiry)
Pengajuan pertanyaan dalam kategori untuk menyingkap kenyataan dari orang yang
diduga menyembunyikan fakta yang berkaitan dengan kecurangan tersebut. Pengajuan
pertanyaan dalam kategori ini bersifat konfrontasional. Wawancara ini sering
menggunakan pertanyaan khusus dan terarah dengan meminta jawaban “ya” atau tidak
dari responden. Dan kategori pengajuan pertanyaan ini harus dilakukan oleh anggota
senior dalam tim audit yang telah berpengalaman dan mengenal berbagai urusan dari
klien.
Auditor independen harus menerima tanggung jawab untuk penemuan dan
pengungkapan penyimpangan tersebut yang pelaksanaan perawatan audit yang
disebabkan oleh praktisi yang bijaksana biasanya akan mengungkap (Mautz andSharaf.
1961). Lebih dari sekali American Institute Akuntan Publik (AICPA) telah datang untuk
menyelamatkan dari profesi akuntansi dan audit dalam kasus penipuan dengan perbaikan
situasi dan menerbitkan standar audit dan prosedur. Kasus penipuan ini, yang telah
dipublikasikan secara luas, memiliki efek mendalam pada profesi sebagai tanggung
jawab auditor independen telah berubah drastis selama bertahun-tahun. Pada awal 1900-
an, tanggung jawab utama auditor eksternal adalah deteksi penipuan karena audit yang
terutama terlibat dengan transaksi tunai (Vanasco, 1996)
Ketika dicurigai tindakan ilegal diperkirakan telah terjadi, mungkin perlu untuk
auditor untuk terlibat dalam penyelidikan Bagian 10A di bawah Securities and Exchange
Commission (SEC) aturan. Selanjutnya, auditor memiliki peran dalam praktek pedoman
untuk mewaspadai terjadinya penipuan keuangan dan tindakan ilegal lainnya dalam
kinerja audit. Karena sebagian besar penipuan didasarkan digital, setiap upaya untuk
menstabilkan dan mencegah kerugian lebih lanjut melibatkan klien dokumentasi
elektronik baik prosedur pengumpulan (Smith, 2012).
3. Mengevaluasi Respons atas Pengajuan Pertanyaan
Seringkali, jawaban pertama dari orang-orang yang diwawancarai itu
menyembunyikan berbagai informasi yang berguna bagi auditor. Namun pertanyaan
selanjutnya yang baik akan mampu membimbing auditor pada pengungkapan faktayang
berguna. Oleh karena itu, auditor harus memiliki kemampuan-kemampuan berikut:
a. Teknik Menyimak
Ketrampilan ini sangat diperlukan oleh auditor dalam proses pengajuan pertanyaan
kepada pihak-pihak yang berhubungan dalam proses audit, karena seorang auditor harus
terus memperhatikan kontak mata, menganggukkan kepala sebagai tanda bahwa ia setuju,
atau memberikan ekspresi mengenai pemahaman atas apa yang diceritakan. Kemudian,
auditor bisa memanfaatkan saat berdiam diri guna memikirkan informasi yang telah
diberikan dan melakukan penentuaan prioritas serta mereview segala informasi yang
telah ia terima.
b. Mengamati Petunjuk Perilaku
Auditor yang telah berpengalaman dalam menggunakan teknik wawancara atau
pengajuan pertanyaan akan dapat melakukan evaluasi atas petujuk yang diberikan oleh
respoden baik lisan maupun nonlisan. Adapun kunci untuk mengamati perilaku subjek
adalah dengan melakukan identifikasi kapankah individu tersebut mulai berubah dari
perilaku normalnya.

Tanggung Jawab Lain Apabila Dicurigai Ada Kecurangan


SAS 99 mengharuskan auditor memperoleh bukti tambahan untuk menentukan
apakah kecurangan material memang sudah terjadi (Arens et al., 2009). Adapun beberapa
hal yang dapat dilakukan untuk memperoleh bukti tambahan dapat dilakukan dengan
beberapa hal seperti:
1. Analisis denganmenggunakan softwareaudit untuk menemukan adanya kecurangan.
2. Auditor dapat menggunakan spreedsheet dasar guna melaksanakan prosedur analitis
pada tingkat disagregat
3. Auditor dapat memperluas prosedur substantif lainnya untuk menanggapi adanya
kecurangan yang lebih tinggi.
4. Auditor bisa memnfaatkan spesialis guna membantu mengevaluasi keakuratan serta
kelayakan asumsi-asumsi kunci
DAFTAR PUSTAKA

Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley. 2006. Auditing dan Jasa Assurance. Jakarta :
Penerbit Erlangga. PT Gelora Aksara Pratama.

Anda mungkin juga menyukai