Anda di halaman 1dari 15

AUDITING & ASURANSS I

KECURANGAN (FRAUD) DALAM AUDIT

DISUSUN OLEH:

Kelompok 11

Belinda / 125180566

Ling Ling Fortuna / 125180557

Siti Raudhatul Jannah / 125180576

Fannola Shelita / 125180558

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN AKUNTANSI BISNIS

UNIVERSITAS TARUMANEGARA

2020
Kecurangan (fraud) adalah perbuatan dengan sengaja yang dimaksudkan untuk mengambil
harta/keuntungan atau hak orang lain. Dalam konteks audit, kecurangan adalah salah saji laporan
keuangan yang disengaja. Ada dua kategori utama dalam kecurangan atas audit laporan kuangan,
yaitu :

1) Pelaporan keuangan yang curang

2) Penyalahgunaan aset/aktiva

A. Jenis- Jenis Kecurangan


1) Pelaporan keuangan yang curang
Merupakan tindakan yang dilakukan oleh manajemen untuk menutupi kondisi
keuangan perusahaan yang sebenarnya dengan merekayasa penyajian laporan keuangan
dengan tujuan memperoleh manfaat pribadi terkait kedudukan dan tanggung jawabnya.
Yang pertama yaitu kecurangan laporan keuangan biasanya dilakukan karena tekanan
berupa ekspektasi terhadap prestasi manajemen.
Tujuannya untuk mengelabuhi investor dan kreditur dengan cara meninggikan
nilai aset dan pengakuan pendapatan serta sebaliknya merendahkan nilai kewajiban dan
biaya-biaya. Termasuk fraud laporan keuangan adalah penyembunyian informasi yang
sebenarnya pada catatan atas laporan keuangan.
Contoh fraud laporan keuangan adalah earning manajemen (manajmen laba) dan
income smoothing (perataan laba) dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Earning manajemen (Manajemen laba) berkaitan erat dengan tingkat perolehan laba
atau kinerja suatu organisasi karena tingkat keuntungan atau laba yang diperoleh sering
dikaitkan dengan prestasi manajemen. Upaya manajemen merekayasa informasi
keuangan atau memanipulasi laba dalam penyajian laporan keuangan sehingga
menyajikan informasi yang menyesatkan investor maupun kreditor.
b. Income smoothing (Peratan laba) merupakan salah satu praktik dari manajemen laba.
Upaya yang dilakukan manajemen untuk menstabilkan laba dimana pendapatan dan
beban digeser ke beberapa periode yang sedang melonjak labanya ke periode berikutnya.
Perataan laba dilakukan saat terjadinya transaksi atau alokasi ke beberapa periode
tertentu.
2) Penyalahgunaan aset /aktiva
Meliputi penggelapan atau pencurian aset atau harta perusahaan oleh pihak
internal dan atau eksternal perusahaan. Fraud jenis ini sifatnya berwujud sehingga
mempermudah perhitungan dan pengukuran dalam pengungkapannya.
Kecurangan penyalahgunaan aset merupakan jenis kecurangan yang paling
banyak dilakukan. Beberapa contoh seperti penggelembungan harga Modul Audit
Investigasi 24 S1 Akuntansi Universitas Tarumanegara pembelian aset atau yang biasa
disebut kemahalan harga, pembelian aset fiktif, ataupun pencurian aset. Beberapa praktik
penyalahgunaan aset antara lain :
a. Skimming
Penyalahgunaan aset ini dilakukan oleh pegawai untuk keuntungan individu. Skimming
merupakan tindakan pencurian uang perusahaan sebelum uang tersebut dicatat kedalam
sistem akuntansi. Skimming dilakukan oleh marketing, kasir, teller, atau pegawai yang
berhubungan langsung dengan pelanggan.
b. Pencurian aset
Merupakan penggelapan aset dapat berupa kas, pembayaran piutang, penjualan
persediaan ataupun pembelian aset tetap. Pencurian aset biasanya dilakukan oleh pegawai
yang mempunyai akses terhadap pengelolaan aset tersebut. Hal ini dilakukan karena aset
tersebut mudah diambil atau berpindah tempat.
c. Penagihan fiktif/ pemalsuan
Merupakan kecurangan yang dilakukan dengan memalsukan atau membuat tagihan palsu
terhadap pembelian aset. Kecurangan ini di desain untuk untuk memanipulasi sistem
pembayaran atau membuat pembayaran palsu untuk keuntungan pribadi.
B. Kondisi Kecurangan
Ada tiga kondisi penyebab kecurangan yang dinamakan segitiga kecurangan (fraud triangle)
yang diuraikan dalam PSA 70 (SA 316) yaitu:
1) Insentif/tekanan untuk melakukan kecurangan.
2) Kesempatan untuk melakukan kecurangan.
3) Sikap/rasionalisasi. Sikap yang tertanam di organisasi yang membolehkan manajemen
atau pegawai untuk melakukan tidakan kecurangan.

Faktor Resiko Pelaporan Keuangan yang Curang


• Insentif/tekanan, insentif yang umum bagi perusahaan untuk memanipulasi laporan
keuangan adalah menurunnya prospek keuangan perusahaan. Dalam beberapa kasus
manajemen memanipulasi laba untuk mempertahankan reputasi mereka.
• Kesempatan, perputaran personil akuntansi atau kelemahan lain dala proses akuntansi
dan informasi dapat menciptakan kesempatan terjadinya salah saji.
• Sikap/rasionalisasi, sikap manajemen puncak terhadap pelaporan keuangan merupakan
factor risiko yang sangat penting dalam menilai kemugkinan laporan keuangan yang
curang.

Faktor Risiko Penyalahgunaan Aset


• Insentif/tekanan, adalah dorongan atau insentif yang umum bagi pegawai yang
menyalahgunakan aktiva. Pegawai yang mencuri bisa juga karena tidak puas dengan
atasannya sehingga merasa berhak atau sebagai bentuk serangan juga.
• Kesempatan, kesempatan untuk mencuri ada di semua perusahaan, akan tetapi
kesempatan itu jauh lebih besar di perusahaan yang memiliki kas yang bisa diakses
dengan mudah.
• Sikap/rasionalisasi. Jika manajemen menipu pelanggan dengan membebankan harga yang
terlalu tinggi untuk barang atau terlibat dalam taktik penjulan yang sangat agresif,
pegawai mungkin saja merasa mereka boleh bersikap yang sama dengan memanipulasi
beban atau absensi.

C. Skeptisme Profesional
Skeptis adalah sikap kehati-hatian atau kewaspadaan terhadap bukti atau kondisi
perusahaan auditee. Hal ini berarti auditor tidak boleh percaya sepenuhnya terhadap
informasi yang diberikan audite sebelum menemukan kebenaran informasi tersebut dan juga
auditor harus bersikap hati-hati dalam setiap tindakan dan keputusan yang akan diambil
karena ada konsekuensi yang diterima.
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) mendefinisikan skeptisme
sebagai berikut
 Professional skepticism in auditing implies an attitude that includes a questioning mind
and a critical assessment of audit evidence without being obsessively suspicious or
skeptical. The Auditors are expected to exercise professional skepticism in conducting
the audit, and in gathering evidence sufficient to support or refute management’s
assertion [AU 316 AICPA]..
 Jadi sebuah sikap yang menyeimbangkan antara sikap curiga dan sikap percaya.
Keseimbangan sikap antara percaya dan curiga ini tergambarkan dalam perencanaan
audit dengan prosedur audit yang dipilih akan dilakukannya.
Dalam Standar Audit (SA) 200 dikenal istilah “Skeptisme Profesional”. SPAP
menyatakan skeptisme profesional auditor sebagai suatu sikap yang mencakup pikiran
yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit.
Sikap skeptisme profesional berarti auditor membuat penaksiran yang kritis (critical
assessment) dengan pikiran yang selalu mempertanyakan (questioning mind), terhadap
validitas bukti audit yang diperoleh, waspada terhadap bukti audit yang bersifat
kontradiksi atau menimbulkan pertanyaan sehubungan dengan reliabilitas dari dokumen,
dan memberikan tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan dan informasi lain yang
diperoleh dari manajemen dan pihak yang terkait. Para teoritis dan praktisi auditing
sepakat bahwa skeptisme profesional merupakan sikap mutlak yang harus dimiliki
auditor (Tuankota, 2011).
Cakupan kewaspadaan skeptisme profesional meliputi:
 Bukti audit yang bertentangan dengan bukti audit lain yang diperoleh.
 Keadaan yang mengindikasikan adanya kemungkinan kecurangan.
 Kondisi yang menyarankan perlunya prosedur yang diisyarakan oleh SA.
 Informasi yang menimbulkan pertanyaan tentang keadaan dokumen dan tanggapan
terhadap permintaan keterangan yang digunakan sebagai bukti audit.
Seorang auditor perlu mempertahankan skeptisme profesional untuk mengurangi risiko,
seperti:
 Kegagalan dalam melihat kondisi-kondisi tidak lazim.
 Terlalu menyamaratkan kesimpulan ketika menarik kesimpulan tersebut dari observasi
audit.
 Menggunakan asumsi yang tidak tepat dalam menetapkan sifat, saat, dan luas proseur
audit serta penilaian atas hasilnya.
Skeptisme profesional diperlukan dalam penilaian penting atas bukti audit, mencakup
sikap mempertanyakan bukti audit yang kontradiktif, keandalan dokumen dan respon
terhadap pertanyaan. Auditor dapat menganggap catatan dan dokumen yang diterimanya
asli, kecuali auditor memiliki alasan untuk meyakini sebaliknya. Namun auditor tetap
diharuskan untuk mempertimbangkan keandalan informasi yang akan digunakan sebagai
bukti audit. Jika terdapat keraguan, maka terdapat indikasi kemungkinan adanya
kecurangan.

D. Diskusi Antar Tim Penugasan Audit


Unsur penting dalam sukses penugasan audit manapun adalah komunikasi yang baik
antar anggota tim audit. Manfaat komunikasi yang baik adalah produktivitas audit, efektivitas
audit dan juga dalam pengembangan staf audit. Komunikasi berkelanjutan yang efektif
memerlukan hal berikut ini, antara lain:
 Keterlibatan penuh dari partner penugasan dan anggota inti lainnya.
 Keadaan personel senior untuk mendengar personel yang lebih junior.
Dalam penugasan yang lebih besar, pertemuan mengenai perencanaan dijadwalkan jauh
sebelum dimulainya pekerjaan lapangan. Tiga hal berikut ini yang dibahas dalam
pertemuan tersebut, antara lain:
 Berbagi insight tentang entitas
Pertemuan tim audit memberikan kesempatan kepada partner penugasan dan anggota tim
untuk berbagi insight mengenai entitas, misalnya tentang manusia kegiatan dan tujuan
entitas. Tujuan pertemuan tim audit ialah membahas secara terbuka hal-hal sebagai
berikut:
o Entitas
o Manajemen
o Faktor risiko yang diketahui
 Bertukar pikiran (brainstorm)
Pertemuan penugasan dalam hal ini adalah bertukar pikiran mengenai gagasan-gagasan
dan pendekatan audit yang mungkin diterapkan sebagai berikut.
o Potensi untuk kesalahan (errors) dan kecurangan (fraud)
o Tanggapan terhadap risiko
o Perencanaan audit
o Ketentuan-ketentuan yang terkait ISA 402
o Faktor risiko dan tujuan
 Perencanaan audit

Dalam tim janganlah dibatasi dalam pertemuan-pertemuan mengenai perencanaan audit.


Tim audit perlu didorong untuk berkomunikasi dan berbagi informasi yang mereka
peroleh dengan berbagai relevansinya, khususnya ketika informasi itu berdampak pada
penilaian risiko dan prosedur audit yang direncanakan.

JANNAH

G. Kecurangan dalam Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)

Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan


oleh manajemen dalam bentuk salah saji material Laporan Keuangan yang merugikan investor
dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat financial atau kecurangan non financial.

H. Financial Shenanigans

Financial Shenanigans adalah tindakan-tindakan yang dimaksudkan untuk menyajikan


informasi kinerja dan posisi keuangan palsu di dalam laporan keuangan. Financial shenanigans
bisa berupa pelanggaran kecil, misalnya yang ditempuh dengan menginterpretasikan prinsip
akuntansi secara longgar. Financial shenanigans bisa juga berupa kecurangan yang dilakukan
secara terbuka selama bertahun-tahun.

Contoh kasus financial shenanigans di Amerika Serikat di antaranya yang dilakukan oleh
Cendant/CUC, Informix, Waste Management, Lucent, Enron, WorldCom dan Tyco.
Cendant/CUC (1983-2000) terlibat dalam financial shenanigans dengan mengakui pendapatan
dari keanggotaan secara agresif tanpa memperhitungkan pembatalan keanggotaan dan
menggunakan merger dan akuisisi untuk meningkatkan laba. Informix (1996-1998) juga
mengakui pendapatan secara agresif. Waste Management (1995-1999) melakukan financial
shenanigans dengan cara mengkapitalisasi beban sebagai aset dan menggunakan jasa audit yang
diragukan independensinya. Lucent (1999-2001) terlibat dalam financial shenanigans dengan
mengubah kebijakan akuntansi secara sengaja untuk menghasilkan informasi kinerja dan posisi
keuangan yang diinginkan. Eksekutif senior Enron dan WorldCom (2001-2002) divonis bersalah
dan dipenjara karena berbohong kepada para investor dan karyawan.

Financial shenanigans bisa dilakukan dengan cara-cara berikut:

1. Mengakui adanya pendapatan sebelum waktunya, atau mengakui pendapatan yang


kualitasnya masih dipertanyakan.

2. Mengakui adanya pendapatan palsu sebagai pendapatan.

3. Meningkatkan laba dengan keuntungan insidental.

4. Mengubah periode pencatatan beban tahun berjalan ke periode sebelum atau setelahnya.

5. Tidak melakukan pencatatan atau dengan sengaja mengurangi nilai liabilitas.

6. Memindahkan pencatatan pendapatan periode berjalan ke periode yang akan datang.

7. Memindahkan beban masa depan ke periode berjalan sebagai kerugian insidental.

Contoh financial shenanigans yang dilakukan dengan mengakui adanya pendapatan sebelum
waktunya, atau mengakui pendapatan yang kualitasnya masih dipertanyakan adalah:

 Mengakui pendapatan saat masih ada jasa yang belum diserahkan.

 Mengakui pendapatan sebelum pengiriman barang atau sebelum barang diterima dengan sah
oleh konsumen.

 Mengakui pendapatan meskipun atas transaksi tersebut konsumen tidak wajib melakukan
pembayaran.

 Melakukan transaksi penjualan pada pihak afiliasi.


 Menyerahkan sesuatu yang berharga kepada konsumen sebagai "quid-pro-quo"; pada
dasarnya transaksi yang terjadi adalah pertukaran yang seimbang.

 Melakukan gross-up atas pendapatan.

Contoh financial shenanigans yang dilakukan dengan mengakui adanya pendapatan palsu
sebagai pendapatan adalah:

 Mengakui penjualan yang tidak memiliki substansi ekonomis.

 Mengakui kas yang diterima dalam transaksi pinjaman sebagai pendapatan.

 Mengakui laba investasi sebagai pendapatan.

 Mengakui potongan harga dari pemasok atas transaksi pembelian di masa yang akan datang
sebagai pendapatan.

 Mencatatkan pendapatan yang sebelumnya dengan sengaja tidak diakui dalam proses merger.

Contoh financial shenanigans yang dilakukan dengan meningkatkan laba dengan melaporkan
keuntungan insidental adalah:

 Meningkatkan laba dengan menjual aset yang undervalued.

 Menyertakan keuntungan atau laba investasi sebagai bagian dari pendapatan.

 Melaporkan keuntungan atau laba investasi sebagai pengurang atas beban operasi.

 Memunculkan laba dengan melakukan reklasifikasi atas akun laporan posisi keuangan.

Contoh financial shenanigans yang dilakukan dengan mengubah periode pencatatan beban tahun
berjalan ke periode sebelum atau setelahnya adalah:

 Mengkapitalisasi biaya operasional, khususnya ketika sebelumnya entitas langsung


membebankan biaya tersebut.

 Mengubah kebijakan akuntansi dan mengubah periode pencatatan beban tahun berjalan ke
periode sebelumnya yang telah lalu.

 Mengakui amortisasi dengan amat lambat, masa manfaat diperpanjang.

 Tidak melakukan pencatatan penurunan nilai pada aset yang telah turun nilainya.

 Mengurangi cadangan aset.

Contoh financial shenanigans yang dilakukan dengan tidak melakukan pencatatan atau dengan
sengaja mengurangi nilai liabilitas adalah:
 Tidak melakukan pencatatan atas beban dan liabilitas terkait ketika kewajiban masa depan
masih ada.

 Mengurangi nilai liabilitas dengan mengubah asumsi akuntansi.

 Mencatatkan cadangan yang diragukan dalam laporan laba-rugi.

 Menciptakan rabat (potongan harga) palsu.

 Mencatatkan pendapatan ketika kas diterima, meskipun sebenarnya masih ada kewajiban
masa depan atas penerimaan kas tersebut.

Contoh financial shenanigans yang dilakukan dengan memindahkan pencatatan pendapatan


periode berjalan ke periode yang akan datang:

 Menciptakan cadangan dan mencatatkannya sebagai laba di periode yang akan datang.

 Dengan sengaja menunda pencatatan pendapatan sampai dengan proses akuisisi selesai.

Contoh financial shenanigans yang dilakukan dengan memindahkan beban masa depan ke
periode berjalan sebagai kerugian insidental:

 Dengan sengaja memperbesar nilai yang diakui sebagai kerugian insidental.

 Dengan sengaja menghapuskan nilai biaya penelitian dan pengembangan yang masih
berjalan dari perhitungan akuisisi.

 Mempercepat beban diskresioner pada periode berjalan.

Financial shenanigans bisa diklasifikasikan secara luas ke dalam dua jenis, yaitu:

1. Financial shenanigans yang ditempuh dengan melaporkan pendapatan dan laba lebih besar
dari yang seharusnya. Financial shenanigans jenis ini bisa berdampak positif dan langsung
terhadap penilaian perusahaan. Dengan peningkatan nilai perusahaan yang diakibatkannya,
manajemen akan menerima kompensasi yang lebih tinggi.

2. Financial shenanigans yang ditempuh dengan melaporkan pendapatan dan laba lebih kecil
dari yang seharusnya. Financial shenanigans jenis ini dilakukan untuk meratakan fluktuasi
laba bersih dari waktu ke waktu sehingga menjadi terkesan lebih stabil. Dampak financial
shenanigans ini tidak seserius yang dilakukan dengan yang ditempuh dengan melaporkan
pendapatan dan laba lebih tinggi. Meskipun demikian, financial shenanigans jenis ini juga
bukan praktik yang sehat sehingga harus dihindari oleh perusahaan.

E. PROSEDUR PENILAIAN RESIKO


prosedur penilaian risiko bertujuan untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material
dalam laporan keuangan. Tujuan ini dapat dicapai melalui pemahaman mengenai entitas dan
lingkungannya, termasuk pemahaman mengenai pengendalian intern dari entitas
tersebut.Prosedur penilaian risiko memberikan bukti audit untuk mendukung penilaian risiko
pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi. Namun, bukti itu saja tidak cukup.

Untuk memperoleh pemahaman mengenai entitas dan lingkungannya, auditor wajib memperoleh
pemahaman mengenai hal hal berikut :

 Ketentuan mengenai estimasi akuntansi, termasuk pengungkapannya sesuai kerangka


pelaporan keuangan yg diterapkan.
 Bagaimana manajemen mengidentifikasi transaksi, peristiwa, dan keadaan yg mungkin
membutuhkan estimasi akuntansi yang akan dimasukan atau diungkapkan dalam laporan
keuangan. Auditor wajib menanyakan kepada manajemen tentang perubahan keadaan yang
mungkin memerlukan estimasi akuntansi baru atau memerlukan revisi atas estimasi akuntansi
yang ada.
 Bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi dan pemahaman tentang data yang
digunakan sebagai dasar, termasuk :
 metode atau model yang digunakan untuk membuat estimasi akuntansi]
 pengendalian yang relevan
 apakah manajemen menggunakan tenaga ahli
 asumsi yang mendasari estimasi akuntansi
 apakah ada perubahan atau seharusnya ada perubahan dari tahun lalu dalam

Ada 3 prosedur penilaian resiko, yaitu :

1. Prosedur menanyakan kepada manajemen dan pihak lain (inquiries of


management and others)

 Auditor wajib menanyakan kepada manajemen tentang :

Penilaian oleh manajemen tentang risiko salah saji material dalam laporan keuangan karena
kecurangan, termasuk sifat,luas dan berapa seringnya penilaian tersebut dilakukan.
Proses yang dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko
kecurangandalam entitas itu.

Komunikasi manajemen dengan TCWG mengenai proses yang dilakukan manajemen untuk
mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan dalam entitas itu.

Komunikasi manajemen dengan karyawan tentang pandangan manajemen mengenai praktik


praktik bisnis dan perilaku etis.

2. Pengamatan dan inspeksi (observation and inspection)


• Mempunyai 2 fungsi yaitu :
• Mendukung prosedur inquiries (bertanya) kepada manajemen dan pihak pihak lain
• Menyediakan informasi tambahan mengenai entitas dan lingkungannya

3. Prosedur analitikal (analytical procedures)


• Prosedur ini membantu mengidentifikasi hal hal yang mempunyai implikasi terhadap
laporan keuangan dan audit. Prosedur analitikal juga dapat digunakan sebagai prosedur
audit dalam :
• Memperoleh bukti mengenai asersi laporan keuangan atau dapat disebut sebagai prosedur
analitikal substantif
• Melakukan reviu menyeluruh atas laporan keuangan pada atau menjelang akhir audit.

F. Tanggung jawab auditor terhadap kecurangan

Seorang auditor dalam menjalankan tugasnya tentu akan menghadapi berbagai macam


permasalahan. Terkadang masalah tersebut dapat mengerucut pada istilah yang disebut
“kecurangan”. Tugas utama auditor adalah memeriksa laporan keuangan klien dan memastikan
tingkat kewajarannya. Lalu bagaimana jika laporan keuangan tersebut ada indikasi terjadinya
kecurangan? bagaimana reaksi dan tindakan yang diambil oleh auditor? dimana tanggungjawab
auditor ketika laporan tersebut sudah dipublish ke publik? tentu hal ini perlu mendapatkan
perhatian yang lebih oleh auditor karena berpotensi menimbulkan konsekuensi hukum.

Pertama kita perlu mengetahui apa tanggung jawab perusahaan?


Dalam SA 240 paragaraf 4, tanggung jawab utama untuk pencegahan dan pendeteksian
kecurangan berada pada dua pihak yaitu yang bertanggung jawab atas tata kelola dan
manajemen. Merupakan hal penting bahwa manajemen, dengan pengawasan oleh pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, menekankan pencegahan kecurangan, yang dapat
mengurangi peluang terjadinya kecuangan dan pencegahan (fraud deterrence), yang dapat
membujuk individu-individu agar tidak melakukan kecurangan karena memungkinkan akan
terdeteksi dan terkena hukuman.

Lalu, apa tanggung jawab auditor?

Auditor yang melaksanakan audit berdasarkan SA bertanggung jawab untuk memperoleh


keyakinan memadai apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian
material, yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan. Karena keterbatasan bawaan suatu
audit, maka selalu ada risiko yang tidak terhindarkan bahwa beberapa kesalahan penyajian
material dalam laporan keuangan mungkin tidak akan terdeteksi, walaupun audit telah
direncanakan dan dilaksanakan dengan baik berdasarkan SA. Dalam memperoleh keyakinan
yang memadai, auditor bertanggung jawab untuk menjaga skeptisisme profesional selama audit,
mempertimbangkan potensi terjadinya pengabaian pengendalian oleh manajemen, dan
menyadari adanya fakta bahwa prosedur audit yang efektif untuk mendeteksi “kesalahan”
mungkin tidak akan efektif dalam mendeteksi “kecurangan”

Mengapa hal tersebut tidak dapat terdeteksi oleh auditor?


Hal ini disebabkan kecurangan mungkin melibatkan skema yang canggih dan terorganisasi
secara cermat yang dirancang untuk menutupinya, seperti pemalsuan, secara sengaja gagal
mencatat transaksi, atau penyajian keliru yang disengaja kepada auditor. Usaha-usaha
penyembunyian tersebut mungkin akan lebih sulit untuk dideteksi jika disertai dengan kolusi.
Kolusi dapat menyebabkan auditor percaya bahwa bukti audit meyakinkan, walaupun pada
kenyataannya bukti tersebut palsu.
Selanjutnya, apa yang harus dilakukan oleh auditor?
meminta keterangan dari manajemen atau audit internal pengetahuan tentang kecurangan yg
aktual, diduga, dicurigai berdapak pada entitas.

memperoleh pemahaman tentang bagaimana pihak yang bertanggung jawab terhadap tata kelola
melakukan pengawasan terhadap proses yang diterapkan oleh manajemen dalam
mengidentifikasi dan merespons risiko kecurangan dalam entitas dan pengendalian internal yg
telah ditetapkan oleh manajemen untuk mengurangi risiko tersebut.

mengevaluasi apakah hubungan tidak biasa atau tidak terduga yang telah diidentifikasi ketika
melaksanakan prosedur analitis, termasuk yang terkait dengan akun pendapatan, dapat
mengindikasikan adanya risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan.

mengevaluasi apakah informasi yang diperoleh dari prosedur penilaian risiko lain dari
aktivitas terkait yang telah dilaksanakan mengindikasikan bahwa terdapat satu atau lebih faktor
risiko kecurangan.

Bagaimana proses audit jika ternyata benar ada kecurangan?


Jika auditor mengidentifikasi adanya kesalahan penyajian baik material atau tidak, dan auditor
memiliki alasan untuk mempercayai bahwa itu mungkin merupakan atau akibat dari kecurangan
dan bahwa manajemen terlibat didalamnya, maka auditor harus mengevaluasi ulang penilaian
risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan dan dampaknya terhadap
sifat, saat, dan luas prosedur audit untuk merespons risiko yang telah ditentukan. Auditor juga
harus mempertimbangkan apakah keadaan atau kondisi mengindikasikan adanya kemungkinan
kolusi yang melibatkan karyawan, manajemen, atau pihak ketiga ketika mempertimbangkan
kembali keandalan bukti audit

Jika auditor mengonfirmasikan bahwa, atau tidak dapat menyimpulkan tentang apakah,
laporan keuangan kesalahan penyajian secara material yang diakibatkan oleh
kecurangan,   maka auditor harus mengevaluasi dampaknya terhadap audit.

Kemana auditor harus melapor jika ada kecurangan?


Auditor dapat mengkomunikasikan hasil temuan tersebut kepada pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola jika ada indikasi manajemen yang melakukan kecurangan. Selain itu, auditor juga
dapat mengkomunikasikan hasil temuannya kepada badan pengatur dan penegak hukum.
Meskipun tugas profesional auditor untuk menjaga kerahasiaan informasi klien mungkin
menghalangi pelaporan tersebut, tanggung jawab hukum auditor dapat mengabaikan tugas
menjaga kerahasiaan tersebut dalam beberapa kondisi seperti peraturan perundang-undangan
(termasuk keputusan pengadilan).

Auditor tidak dapat melanjutkan perikatan?


Jika sebagai akibat kesalahan penyajian yang disebabkan oleh kecurangan atau dugaan
kecurangan, auditor menghadapi keadaan luar biasa yang menyebabkan kemampuan auditor
untuk melanjutkan pelaksanaan audit dipertanyakan, maka auditor harus;
menentukan tanggung jawab profesional dan hukum yang dapat berlaku dalam kondisi tersebut,
termasuk apakah ada ketentuan bagi auditor untuk melaporkan individu atau kelompok individu
yang membuat perjanjian audit atau dalam beberapa kasus, kepada pengatur.

mempertimbangkan apakah sudah tepat untuk menarik diri dari perikatan, jika penarikan diri
dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika auditor menarik diri dari
perikatan,  auditor harus membahas dengan tingkat manajemen yg tepat dan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola tentang penerikan diri auditor dari perikatan dan alasannya
dan menentukan apakah ada ketentuan profesional atau hukum untuk “melapor” kepada individu
atau kelompok individu yang membuat perjanjian audit atau, dalam beberapa kasus, kepada
badan pengatur tentang penarikan diri auditor dari perikatan dan alasannya

Selain itu auditor harus memperoleh “representasi tertulis” dari manajemen dan, jika relevan,
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, yang mengungkapkan tentang:
– tanggung jawab mereka dlm merancang, implementasi, memelihara internal control
– pengetahuan tentang penilaian manajemen atas risiko kesalahan akibat kecurangan
– pengetahuan tentang kecurangan yg melibatkan manajemen dan karyawan
– pengetahuan  adanya dugaan kecurangan yg berdampak kepada laporan keuangan entitas, yang
dikomunikasikan oleh karyawan, mantan karyawan, analis, badan pengatur dan lainnya.

Kesimpulannya, auditor bertanggung jawab kepada kecurangan hanya sebatas


sepengetahuannya dalam proses audit, karena dalam audit laporan keuangan tidak
terdapat kewajiban untuk menelusuri kecurangan tersebut hanya sebatas menilai dan
melaporkan saja, karena untuk menelusuri kecurangan dibutuhkan teknik dan jasa audit
lain yang disebut audit investigatif.

Anda mungkin juga menyukai