Anda di halaman 1dari 12

RESUME

AUUDIT FRAUD ( KECURANGAN )

Tugas Mata Kuliah Pemeriksaan Akuntansi II

Dosen Pengampu : Rika Puspita Sari, SE, MA, CPA

Disusun Oleh:
Kelompok 4

1. Amelia Izzani Ariffin (2017330050)


2. Nur Hesti Purwinda (2017330044)
3. Peeggy Fedora Christy (2016330070)
4. Sandra (2017330056)
5. Sandri (2017330057)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS DR. SOETOMO
SURABAYA
2020
AUDIT FRAUD (KECURANGAN)

I. AUDIT KECURANGAN
Kecurangan audit adalah upaya untuk mendeteksi dan mencegah
kecurangan dalam transaksi-transaksi komersial. Sebagaimana diakui juga oleh
IAI, kesengajaan sering sulit ditentukan, padahal faktor kesengajaan merupakan
kata kunci yang digunakan oleh IAI untuk menentukan apakah suatu kesalahan
dianggap sebagai kekeliruan (error) atau kecurangan. Meskipun demikian
kekeliruan harus dibedakan dengan kecurangan.
Kekeliruan(error) merupakan suatu tindakan yang tidak disengaja yang dapat
terjadi dalam setiap tahap pengelolaan transaksi.
Kecurangan(fraud) merupakan tindakan atau kesalahan yang disengaja dalam
tahap pengelolaan transaksi.
Terdapat dua bentuk kekeliruan yang terjadi dalam menjalankan auditing yaitu:
1. Internal Error merupakan kesalahan yang disengaja, tujuannya untuk
keuntungan diri sendiri. bentuk internal error ini dibagi menjadi atas
Window Dressing yaitu merekayasa laporan keuangan supaya terlihat
baik. Dan Check Kitting yaitu saldo rekening bank ditampilkan lebih
besar sehingga current ratio terlihat lebih baik.
2. Uintentional Error merupakan kesalahan yang tidak disengaja atau
kesalahan manusiawi. Bentuk Uintentional Error ini adalah pada saat
melakukan pencatatan laporan keuangan terjadi salah menjumlah.
Ada dua dalam bentuk kecurangan. Yang pertama Collision merupakan
kecurangan yang dilakukan oleh lebih dari 1 orang (kerjasama), sulit dideteksi
(walaupun pengendalian internal cukup baik), tujuannya menguntungkan pihak-
pihak yang melakukan kecurangan. Bentuk kecurangan ini adalah kolusi antara
bagian pembelian, gudang, keuangan dan supplier.Pencegahan kecurangan ini
adalah tidak ada hubungan kekeluargaan dalam perusahaan. Bentuk kecurangan
yang kedua adalah Fraud yang terdiri atas Intentional misrepresentation,
Negligent misrepresentation, False promises, Employee fraud, Management
fraud, Organized crime, Computer crime, dan White coller crime.

II. TIPE-TIPE KECURANGAN AUDIT


1) Kecurangan Dalam Pelaporan Keuangan
Kecurangan dalam pelaporan keuangan merupakan salah saji atau
penghapusan terhadap jumlah ataupun pengungkapan yang sering disengaja
dengan tujuan untuk mengelabui dan menipu para pengguna laporan keuangan.
Praktek yang dilakukan bisa dengan melebih sajikan atau merendah sajikan. Dua
jenis praktekmerendahsajikan dapat dilakukan dengan:Pengaturan laba (earnings
management ) yang menyangkut tindakan manajemen yang disengaja untuk
memenuhi tujuan laba, dan Perataan laba (income smoothing) yang merupakan
bentuk pengaturan laba di mana pendapatan dan bebanditukar-tukar di antara
periode untuk mengurangi fluktuasi laba, Misalnya dengan mengurangi persediaan
atau aktiva lain.

2) Penyalahgunaan Aktiva
Penyalahgunaan aktiva merupakan kecurangan yang melibatkan kecurian
atau aset milik entitas. Penyalahgunaan aktiva melibatkan pencurian aktiva entitas.
Nilai aktiva yang dicuri biasanya tidakmaterial tapi terakumulasi selama beberapa
waktu. Pencurian aktiva dapat dilakukan oleh pegawai rendah dan tidak menutup
kemungkinan dilakukan oleh manajemen itu sendiri.
Istilah penyalahgunaan aktiva biasanya digunakan untuk mengacu pada
pencurian yang melibatkan pegawai dan orang lain didalam lain organisasi.
Menurut perkiraan Association of Certified fraud examiners rata-rata perusahaan
merugi 6 persen dari pendapatannya disebabkan oleh kecurangan, meskipun
sebagian besar dari pencurian tersebut melibakan pihak-pihan eksternal, seperti
pengutilan yang dilakukan oleh pelanggan dan penipuaan yang dilakukan oleh
pemasok. 
Biasanya pelaku penyalahgunakan aset berada ditingkat hierarki organisasi
yang lebih rendah.Namundemikian dalam beberapa kasus penting, manajemen
puncak terkadang terlibat dalam pencurian aset perusahaan, karena otoritas
manajemen yang lebih besar serta kendali tehadap aset-aset perusahaan,
penggalapan yang melibatkan manajemen puncak dapat melibatkan jumlah yang
signifikan.

III. KONDISI-KONDISI PENYEBAB KECURANGAN


Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam
laporan keuangan dan penyalahguanaan aset sebagaimana dijelaskan dalam SAS
99 (AU 316) yaitu:
1) Insentif/Tekanan.Manajemen atau pegawai lainnya memiliki insentif atau
tekanan untuk melakukan kecurangan.
2) Kesempatan.Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau
pegawai untuk melakukan kecurangan.
3) Sikap/Rasionalasi.adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai
etika yang memungkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan
yang tidak jujur, atau mereka berada dalam suatu lingkungan yang
memberikan mereka tekanan yang cukup besar sehingga menyebabkan
mereka membenarkan melakukan perilaku yang tidak jujur tersebut.

a. Faktor-Faktor Resiko Untuk Kecurangan Dalam Laporan


Keuangan
Pertimbangan penting bagi auditor untuk membongkar kecurangan adalah
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan risikokecurangan.
Dalam segitiga kecurangan, pelaporan keuangan yang curang dan
penyalahgunaan aktiva berbagi 3 kondisi yang sama, Tetapi faktor-faktor
resikonya berbeda.
1. Insentif/Tekanan Sebuah insentif yang umum bagi perusahaan untuk
memanipulasi laporan keuangan adalah adanya penurunan dalam
prospek keuangan perusahaan. Sebagai contoh, penurunan dalam laba
dapat mengancam kemampuaan perusahaan dalam mendapatkan
pendanaan.
2. Kesempatan Meskipun laporan keuangan dari semua perusahaan
potensial dapat terjadi manipulasi, risiko menjadi lebih besar untuk
perusahaan yang bergerak dalam industri yang melibatkan penilaian
subjektif dan estimasi yang signifikan. Sebagai contoh, terdapat
kemungkinan salah saji dalam persediaan dalam perusahaan-
perusahaan memilki persediaan yang terletak dibeberapa tempat yang
berbeda.
Penggantian pegawai dibagian akuntansi atau kelemahan lainnya
dalam proses akuntansi dan informasi dapat menyebabkan munculnya
kesempatan terjadinya salah saji. Banyak kasus dalam laporan
keuangan yang disebabkan oleh komite audit dan dewan direksi yang
tidak efektif dalam melakukan pengawasan terhadap pelaporan
keuangan.
3. Sikap/Rasionalisasi sikap manajemen puncak terhadap laporan
keuangan merupakan faktor risiko penting dalam menilai
kemungkinan adanya kecurangan dalam laporan keuangan.Jiko CEO
atau manajer puncak menunjukkan dominasi terhadap proses
penyusunan laporan keuangan, seperti terus menerus mengeluarkan
proyeksi yang terlalu optimi, atau mereka terlalu khawatir untuk
memenuhi proksi laba para analisis pasar, kemungkinan terjadi
kecurangan  dalam laporan keuangan menjadilebuh besar.
b. Faktor-Faktor Resiko Untuk Penyalahgunaan Aset
Tiga kondisi yang sama juga berlaku untuk penyalahgunaan aset. Namun
demikian, dalam melakukan penilaian risiko, penekanan yang lebih besar
diberikan insentif dan kesempatan pribadi untuk melakukan penilaian risiko,
pendekatan yang lebih besar diberikan insentif dan kesempatan pribadi untuk
melakukan pencurian.
1. Insentif/tekanan,Tekanan keuangan merupakan insentif umum bagi pegawai
yang menyalahgunakan aset. Pegawai yang memiliki utang yang sangat besar,
dapat mencuri untuk memenuhi  kebutuhan pribadi mereka.
2. Kesempatan,Kesempatan untuk melakukan pencurian ada pada semua
perusahaan.Namun,Kesempatan tersebut lebih besar pada perusahaan yang
akses  terhadap kasnya sangat mudah, atau pada perusahaan yang memilki
persediaan atau aset berharga lainnya.Khususnya jika ukuran aset tersebut
kecil dan mudah dipindah-pindah.
Pengendalian internal yang lemah menciptakan kesempatan terjadinya
pencurian, pemisahan tugas yang tidak yang memadai hampir dipastikan
menjadi liseni bagi para pegawai untuk melakukan pencuriaan.Jika para
karyawan menangani atau bahkan memiliki akses sementara terhadap aset
dan juga melakukan pembukuan untuk aset tersebut, maka muncul potensi
terjadinya pencurian.
3. Sikap/Rasionalisasi Sikap manajemen terhadap pengendalian dan kode etik
dapat menyebabkan para kayawan dan manajer membenarkan pencurian
terhadap aset.Jika manjemen mencurangi para pelanggannya dan menetapkan
harga yang sangat tinggi untuk barang-barang atau terlibat dalam taktik
penjualan bertekanan tinggi, para pegawai dapat merasa bahwa mereka juga
dibenarkan untuk memmbuat serupa dengan memalsukan pengeluaran atau
memalsukan laporan keuangan waktu kinerja.
IV. PENILAIAN RESIKO KECURANGAN
SAS 99 memberikan pedoman kepada auditor dalam mengukur risiko
kecurangan. Auditor harus menjaga suatu tingkat skeptisme professional ketika
mereka mempertimbangkan informasi yang luas termasuk faktor-faktor risiko
kecurangan, untuk mengedintifikasi dan menghadapi risiko kecurangan.
1. Skeptisisme Profesional
SAS 1: dalam melaksanakan skeptisisme profesional, auditor “tidak
mengasumsikan bahwa manajemen tidak jujur tetapi juga tidak
mengasumsikan kejujuran absolut”Untuk mempertahankan skeptisime
profesional tersebut, ada dua hal yang harus diingat:
a. Pikiran yang selalu mempertanyakan. Auditor harus selalu
mempertimbangkan kerentanan klien terhadap kecurangan, tanpa
memperhitungkan kemungkinan kejujuran atau integritasmanajemen.
b. Evaluasi kritis atas bukti audit.Setiap indikasi atau temuan harus
dievaluasi dan dipelajari secara mendalam.

2. Sumber Informasi untuk Menilai Resiko Kecurangan


Sumber informasi yangdigunakan untuk menilai resiko kecurangan ada lima
sumber, yaitu:

1) Komunikasi di antara tim audit.


Diskusi dilakukan menyangkut hal-hal sebagai berikut:
a. Bagaimana dan di mana kemungkinan letak salah saji yang material
akibat kecurangan.Pertimbangan yangdiperlukan adalah ketiga
faktor yang telah dibahas sebelumnya, yakni: insentif/tekanan,
kesempatan, dan sikap/rasionalisasi.
b. Bagaimana manajemen dapat melakukan dan menutupi pelaporan
keuangan yang curang.
c. Bagaimana seseorang dapat menyalahgunakan aktiva.
d. Bagaimana auditor menanggapi kerentanan salah saji yang material
akibat kecurangan tersebut.
2) Pengajuan pertanyaan kepada manajemen.
Pertanyaan yang diajukan harus spesifik termasuk kemungkinan
manajemen mencurigai adanya kecurangan. Pertanyaan juga diajuk an
kepada pihak lain termasuk komite audit.
3) Faktor-faktor resiko.
Ketiga faktor resiko (insentif/tekanan, kesempatan, dan
sikap/rasionalisasi) perlu dipertimbangkan dengan semua informasi
yang ada.Yang perlu diingat, kecurangan muncul tidak melulu karena
adanya ketiga faktor tersebut secara signifikan.
4) Prosedur analitis.
Prosedur analitis dirancang sejak perencanaan audit. Bila hasilnya
berbeda dengan ekspektasi, harus dievaluasi dengan memperhitungkan
dengan informasi yang lain.
5) Informasi lain.
Informasi ini dapat diperoleh di setiap tahap atau bagian audit ketika
menilai resiko kecurangan, dan kebanyakan dapat mengindikasikan
resiko kecurangan yang lebih tinggi.

3. Mendokumentasikan Penilaian Kecurangan


SAS 99 mengharuskan auditor mendokumentasikan hal-hal yang
bersangkutan dengan pertimbangan auditor mengenai salah saji yang
material akibat kecurangan, yaitu:
1. Diskusi antara personil tim penugasan selama tahap perencanaan
audit tentang kerentanan laporan keuangan entitas terhadap
kecurangan yang material.
2. Prosedur yang ditempuh untuk memperoleh informasi yang
diperlukan untuk mengidentifikasi dan menilai resiko kecurangan
yang material.
3. Resiko khusus tentang kecurangan yang material yang sudah
teridentifikasi.
4. Alasan yang mendukung kesimpulan bahwa tidak ada resiko yang
signifikan atas pengakuan pendapatan yang tidak tepat secara
material.
5. Hasil dari prosedur yang ditempuh untuk menghadapi resiko
pengabaian pengendalian oleh manajemen.
6. Kondisi dan hubungan analitis yang menunjukan bahwa diperlukan
prosedur auditing tambahan atau respon lainnya.
7. Sifat komunikasi tentang kecurangan yang disampaikan kepada
manajemen, komite audit, dan pihak lainnya.

V. MERESPON RISIKO KECURANGAN


Auditor harus mempertimbangkan apakah program dan pengendalian
antikecurangan seperti itu dapat mengurangi resiko salah saji yang material
akibat kecurangan atau apakah ada defisiensi pengendalian yang meningkatkan
resiko kecurangan. Respons auditor terhadap resiko kecurangan kecurangan
meliputi hal-hal berikut ini:
1. Mengubah pelaksanaan audit secara keseluruhan
2. Merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk menangani
resiko kecurangan
3. Merancang dan melaksanakan prosedur untuk menangani pengabaian
pengendalian oleh manajemen.

VI. TANGGUNG JAWAB BILA DICURIGAI ADA KECURANGAN


Sebagaimana telah diperkirakan sebelumnya, lebih banyak kecurangan
yang terdeteksi oleh pengendalian internal atau fungsi internal audit dibandingkan
oleh auditor eksternal.
1. Merespons salah saji yang mungkin disebabkan oleh kecuranga
Sepanjang pengauditan, auditor terus menerus mengevaluasi apakah bukti-
bukti yang didapatkan dan pengamatan-pengamatan lainnya mengindikasikan
adanya salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan.
a. Jenis tekhnik-tekhnik wawancara tanya jawab dapat menjadi teknik
pengumpulan bukti audit yang efektif.
b. Tanya jawab sebagai suatu bukti audit juga harus disesuaikan dengan
tujuan penggunaannya. Tergantung pada tujuannya, auditor dapat
menanyakan beberapa pertanyaan yang berbeda dan mengubah nada
pertanyaan.
c. Tekhnik mendengarkansangat penting bagi auditor untuk menggunakan
keterampilan mendengarkan secara efektif di sepanjang wawancara.
d. Mengamati tanda-tanda perilakuSeorang editor yangterampil dalam
menggunakan tanya jawab,akan mengevaluasi respons verbal dan
nonverbal dari orang yang ia wawancarai.

2. Tanggung jawab lainnya ketika dicurigai adanya kecurangan


Ketika auditor mencurigai bahwa kecurangan mungkin telah terjadi, PSA
70 mengharuskan auditor untuk mendapatkan bukti tambahan untuk apakah
kecurangan yang signifikan telah terjadi.
Auditor sering kali menggunakan perangkat lunak audit seperti ACL atau
IDEA untuk menentukan apakah kecurangan telah terjadi. sebagai contoh,
perangkat lunak dapat di gunakan untuk mencari transaksi-transaksi fiktif dengan
mencari nomor duplikat faktur penjualan atau dengan merekonsiliasi basis data
faktur penjualan pada basis data dokumen pengiriman,untuk menyakinkan bahwa
semua penjualan telah di dukung dengan bukti pengiriman.
Auditor juga menggunakan program kertas kerja dasar seperti excel untuk
melakukan prosedur analitis pada beberapa tingkatan. sebagai contoh,penjualan
dapat di pisahkan ke dalam beberapa data terpisah berdasarkan lokasi,jenis
produk,atau periode waktu(bulanan) untuk prosedur lanjutan.
Auditor juga memperluas prosedur subtantif lainnya untuk mengganti
tinggihnya resiko kecurangan. Sebagai contoh, ketika terdapat risiko bahwa syarat
penjualan mungkin telah di ubah agar dapat mengakui penjualan sebelum
waktunya, auditor dapat memodifikasi permintaan konfirmasi piutang dagang
untuk mendapatkan tanggapan yang lebih rinci dari para pelanggan mengenai
syarat-syarat tertentu dalam transaksi,seperti pembayaran, pengiriman barang, dan
kebijakan pengembalian barang.
Ketika auditor menentukan bahwa kecurangan mungkin telah terjadi, PSA
70 mengharuskan auditor untuk membahas hal tersebut dan juga pendekatan audit
yang di gunakan untuk penyelidikan lebih lanjut dengan tingkat manajemen yang
tepat, meskipun masalah tersebut di anggap tidak penting.
Terkadang auditor mengidentifikasi risiko salah saji material yang di
sebabkan oleh kecurangan yang memiliki implikasi terhadap pengendalian
internal dalam beberapa kasus, pertimbangan auditor terhadap program dan
pengendalian anti kecurangan-kecurangan yang menyebabkan gagalnya
penanganan terhadap risiko kecurangan tersebut. Auditor harus membicarakan hal
tersebut dengan manajemen serta dengan mereka yang bertanggung jawab dalam
tata kelola perusahaan, seperti komite audit.
Hasil dari prosedur-prosedur yang di jalankan oleh auditor dapat
mengindikasikan adanya salah saji yang material yang di sebabkan oleh
kecurangan sehingga auditor  harus mempertimbangkan kemungkinan untuk
mengundurkan diri dari perikatan.pengunduran diri tersebut dapat bergantung
pada integrasi manajemen serta kehati-hatian dan kerja sam manjemen dan dewan
direksi dalm menyelidiki potensi kecurangan dan pengambilan tindakan-tindakan
yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Arens A. Alvin., Elder J. Randal., dan Beasley S. Mark. 2006. Auditing dan
Jasa Assurance. Jilid 1. Edisi 12. Jakarta: Penerbit Erlangga. PT Gelora Aksara
Pratama.
http://renny.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/31285/10.Audit
Kecurangan.ppt
http://irwan-transcorp.blogspot.co.id/2013/12/makalah-akuntansi-audit-
kecurangan.html
http://www.materiakuntansi.com/pengertian-audit-kecurangan/

Anda mungkin juga menyukai