Anda di halaman 1dari 3

Nama : AMELIA IZZANI ARIFFIN

NIM : 2017330050
Fakultas : Ekonomi Dan Bisnis
Prodi : Akuntansi (K/Sore)
Semester VII
Akuntansi Keuangan Menengah I

PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN


YANG BERLAKU DI INDONESIA

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


(PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang diterbitkan oleh Dewan
Standar Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) dan Dewan Standar Syariah Ikatan Akuntan
Indonesia (DSAS IAI) serta peraturan regulator pasar modal untuk entitas yang berada di bawah
pengawasannya.

Efektif 1 Januari 2015 yang berlaku di Indonesia secara garis besar akan konvergen
dengan International Financial Reporting Standards (IFRS) yang berlaku efektif 1 Januari 2014.
DSAK IAI telah berhasil meminimalkan perbedaan antara kedua standar, dari tiga tahun di 1
januari 2012 menjadi satu tahun di 1 Januari 2015. Ini merupakan suatu bentuk komitmen
Indonesia melalui DSAK IAI dalam memainkan perannya selaku satu-satunya anggota G20 di
kawasan Asia Tenggara.

Sejarah perkembangan standar akuntansi keuangan terus direvisi secara


berkesinambungan, baik berupa berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru sejak
tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan enam kali, yaitu pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni
1996, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, dan 1 September 2007. Buku ”Standar
Akuntansi Keuangan per 1 September 2007” ini di dalamnya sudah bertambah dibandingkan
revisi sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan 5 PSAK revisi. Secara
garis besar, sekarang ini terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK.
Standar akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada US GAAP (United
Stated Generally Accepted Accounting Standard), namun pada beberapa pasal sudah mengadopsi
IFRS yang sifatnya harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini sifatnya belum
menyeluruh, baru sebagian (harmonisasi). Era globalisasi saat ini menuntut adanya suatu sistem
akuntansi internasional yang dapat diberlakukan secara internasional di setiap negara, atau
diperlukan adanya harmonisasi terhadap standar akuntansi internasional, dengan tujuan agar
dapat menghasilkan informasi keuangan yang dapat diperbandingkan, mempermudah dalam
melakukan analisis kompetitif dan hubungan baik dengan pelanggan, supplier, investor, dan
kreditor. Namun proses harmonisasi ini memiliki hambatan antaralain nasionalisme dan budaya
tiap-tiap negara, perbedaan sistem pemerintahan pada tiaptiap negara, perbedaan kepentingan
antara perusahaan multinasional dengan perusahaan nasional yang sangat mempengaruhi proses
harmonisasi antar negara, serta tingginya biaya untuk merubah prinsip akuntansi.
Teknologi informasi yang berkembang pesat membuat informasi menjadi tersedia di
seluruh dunia. Pesatnya teknologi informasi ini merupakan akses bagi banyak investor untuk
memasuki pasar modal di seluruh dunia, yang tidak terhalangi oleh batasan negara, misalnya:
Investor dari Belanda bisa dengan mudah berinvestasi di Jepang, Amerika, Singapore, atau
bahkan Indonesia. Kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi apabila perusahaan-perusahaan masih
memakai prinsip pelaporan keuangan yang berbeda-beda. Amerika memakai FASB dan US
GAAP, Indonesia memakai PSAK-nya IAI, uni eropa memakai IAS dan IASB. Hal tersebut
melatarbelakangi perlunya adopsi IFRS saat ini.
Semakin sedikitnya perbedaan antara SAK dan IFRS dapat memberikan manfaat bagi
pemanggku kepentingan di Indonesia. Perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik, regulator
yang berusaha menciptakan infrastruktur pengaturan yang dibutuhkan, khususnya dalam
transaksi pasar modal, serta pengguna informasi laporan keuangan dapat menggunakan SAK
sebagai suatu panduan dalam meningkatkan kualitas informasi yang dihasilkan dalam laporan
keuangan.
Penyusunan dan pencabutan SAK wajib mengikuti due process procedure yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Organisasi Ikatan Akuntan Indonesia. Proses tersebut meliputi :
identifikasi isu; konsultasi isu dengan Dewan Konsultatif SAK (DKSAK) (jika diperlukan);
melakukan riset terbatas; pembahasan materi SAK; pengesahan dan publikasi exposure draft;
pelaksanaan public hearing; pelaksanaan limited hearing (jika diperlukan); pembahasan
masukan publik; dan pengesahan SAK. Sedangkan penyusunan buletin teknis dan annual
improvements tidak wajib mengikuti keseluruhan tahapan due process procedure.

Anda mungkin juga menyukai