PENDAHULUAN
Penyalahgunaan Aset
Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan pencurian
atas aset milik suatu entitas. Dalam banyak kasus, namun tidak semuanya,
jumlah nominal yang terlibat tidak material terhadap laporan keuangan.
Namun demikian, pencurian aset perusahaan sering kali menjadi perhatian
penting manajemen, tanpa melihat tingkat materialitasnya, karena pencurian-
pencurian kecil dapat dengan mudah meningkat ukurannya setiap saat.
Istilah penyalahgunaan aset seringkali digunakan untuk mengacu pada
pencurian yang dilakukan oleh pegawai dan pihak-pihak internal lainnya di
Insentif/Tekanan
1. Insentif / Tekanan
Sebuah insentif yang umum bagi perusahaan untuk memanipulasi
laporan keuangan adalah adanya penurunan dalam prospek keuangan
perusahaan. Sebagai contoh, penurunan dalam laba dapat mengancam
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan pendanaan. Perusahaan
mungkin juga melakukan manipulasi laba untuk memenuhi proyeksi para
analis pasar, atau untuk menggelembungkan harga saham. Dalam beberapa
kasus, manajemen dapat memanipulasi laba hanya untuk menjaga reputasi
mereka.
Tiga kondisi yang sama juga berlaku untuk penyalahgunaan aset. Namun
demikian, dalam melakukan penilaian risiko, penekanan yang lebih besar
diberikan insentif dan kesempatan pribadi untuk melakukan pencurian
1. Insentif / tekanan
Tekanan keuangan merupakan insentif umum bagi pegawai yang
menyalahgunakan aset. Pegawai yang memiliki utang yang sangat banyak,
atau mereka yang terlibat dalam masalah kecanduan narkotika dan
perjudian, dapat mencuri untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka.
Dalam kasus lain, pegawai yang tidak puas dapat melakukan pencurian
hanya untuk menunjukkan kehebatan mereka atau untuk menyerang
perusahaan.
2. Kesempatan
Kesempatan untuk melakukan pencurian ada pada semua perusahaan.
Namun, kesempatan tersebut lebih besar pada perusahaan yang akses
terhadap kasnya sangat mudah, atau pada perusahaan yang memiliki
persediaan atau aset berharga lainnya, khusunya jika ukuran aset tersebut
kecil dan mudah dipindah- pindahkan. Sebagai contoh, kasino-kasino yang
menangani sejumlah besar uang kas dengan pencatatan formal yang sangat
kecil atas penerimaan kas. Demikian pula pencurian laptop lebih sering
terjadi dibandingkan dengan pencurian terhadap komputer.
Kelemahan dalam pengendalian internal menciptakan kesempatan
terjadinya pencurian. Pemisahan tugas yang tidak memadai hampir
Standar audit (SA 240) memberi pedoman bagi auditor untuk menilai
risiko kecurangan. Auditor harus menjaga tingkat skeptisisme profesional
ketika ia mempertimbangkan sejumlah informasi, termasuk faktor-faktor
risiko kecurangan untuk mengidentifikasi dan merespons risiko kecurangan.
Auditor bertanggung jawab untuk merespons risiko kecurangan dengan
merencanakan dan melaksanakan audit untuk mendapatkan keyakinan
memadai bahwa kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh
kesalahan maupun kecurangan bisa terdeteksi.
Skeptisisme Profesional
Auditor juga harus meminta keterangan dari manajemen, dan pihak lain
dalam entitas jika dipandang tepat, untuk menentukan apakah mereka
memiliki pengetahuan mengenai setiap kecurangan yang aktual, di duga,
atau di curigai yang berdampak pada entitas.
Kecuali apabila semua pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
terlibat dalam pengelolaan entitas, auditor harus memperoleh pemahaman
tentang bagaimana pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
melakukan pengawasan terhadap proses yang diterapkan manajemen
dalam mengidentifikasi dan merespons risiko kecurangan dalam entitas
dan pengendalian internal yang telah ditetapkan oleh manajemen untuk
mengurangi risiko tersebut.
6. Risiko Kecurangan
7. Prosedur Analitis
8. Informasi Lain
Ada 3 (tiga) prosedur yang harus dilakukan pada setiap audit seperti
diuraikan di bawah ini.
1. Menguji ketepatan entri jurnal yang tercatat dalam buku besar dan
penyesuaian lain yang dibuat dalam penyusunan laporan keuangan. Dalam
merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk pengujian tersebut,
auditor harus:
a. Mewawancarai individu yang terlibat dalam proses pelaporan
keuangan mengenai aktivitas yang tidak semestinya atau tidak biasa
yang terkait dengan pemrosesan entri jurnal dan penyesuaian lain.
Kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang
diakibatkan oleh kecurangan sering melibatkan manipulasi proses
pelaporan keuangan dengan mencatat entri jurnal yang tidak tepat atau
yang tidak diotorisasi. Hal ini dapat terjadi sepanjang tahun atau pada
akhir periode, atau melalui penyesuaian yang dilakukan oleh
manajemen terhadap jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan
yang tidak dicerminkan dalam entri jurnal, seperti melalui penyesuaian
dan reklasifikasi konsolidasi.
b. Memilih entri jurnal dan penyesuaian lain yang dibuat pada akhir
periode pelaporan.
Representasi Tertulis
Dalam kondisi luar biasa, yaitu ketika auditor memiliki keraguan atas
integritas atau kejujuran manajemen atau pihak yang bertanggungjawab
atas tata kelola, auditor dapat menganggap tepat untuk meminta advis
hukum untuk membantunya dalam menentukan tindakan yang tepat.
Dokumentasi
1. Pendapatan fiktif
2. Pengakuan pendapatan prematur
3. Manipulasi penyesuaian terhadap pendapatan
Pendapatan Fiktif
Prosedur Analitis
Ketidakcocokan Dokumen
Akan jauh lebih sulit untuk memeriksa apakah semua penjualan tunai
telah dicatat, terutama apabila tidak digunakan dokumen pengiriman
barang yang dapat digunakan untuk memeriksa kelengkapan penjualan,
dan tidak ada catatan ke buku pembantu pelanggan yang mendukung
penjualan. Dalam situasi semacam itu, jenis bukti dokumen dibutuhkan
untuk memeriksa bahwa semua penjualan telah dicatat. Sebagai contoh,
pada perusahaan yang menjual barang secara eceran, semua penjualan
wajib dilakukan dengan melalui register kas. Penjualan menurut catatan
selanjutnya bisa dibandingkan dengan total jumlah penjualan yang tercatat
Prosedur Analitis
1. Aset Tetap
Karena nilainya yang tinggi dan kemudahan untuk dijual, aset tetap
sering menjadi target pencurian. Hal seperti itu terjadi pada aset-aset
2. Beban Gaji
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley. 2008. Auditing dan Jasa
Assurance Pendekatan Terintegrasi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Jusuf, Haryono. 2011. Auditig (Pengauditan Berbasis ISA) Edisi 2.
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.