NIM : 2007531127
Absen : 13
Pengauditan B4
1. Prisip Dasar Kode Etik Profesi Akuntan Publik, dan prinsip dasar yang mana saja terkait
dengan sikap Skeptisisme Profesional dalam pelaksanaan Audit (jelaskan sikap
skeptisisme professional dalam melaksanakan perikatan Audit Laporan Keuangan)
Jawab :
1. INTEGRITAS
Integritas yaitu bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan profesional dan
bisnis. Integritas menyiratkan berterus terang dan selalu mengatakan yang sebenarnya.
Seorang akuntan dilarang untuk menyampaikan informasi :
(a) Berisi kesalahan atau pernyataan yang menyesatkan secara material;
(b) Berisi pernyataan atau informasi yang dibuat secara tidak hati-hati; atau
(c) Terdapat penghilangan atau pengaburan informasi yang seharusnya diungkapkan,
sehingga akan menyesatkan.
2. OBJEKTIVITAS
Objektivitas adalah tidak mengompromikan pertimbangan profesional atau bisnis karena
adanya bias, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak semestinya dari pihak
lain. Seorang akuntan tidak boleh melakukan aktivitas profesional jika suatu keadaan atau
hubungan terlalu memengaruhi pertimbangan profesionalnya atas aktivitas tersebut.
3. KOMPETENSI DAN KEHATI-HATIAN PROFESIONAL
Kompetensi yaitu Mencapai dan mempertahankan pengetahuan dan keahlian profesional
pada level yang disyaratkan untuk memastikan bahwa klien atau organisasi tempatnya
bekerja memperoleh jasa profesional yang kompeten, berdasarkan standar profesional
dan standar teknis terkini serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
sedangkan Kehati-hatian Profesional artinya Bertindak sungguh-sungguh dan sesuai
dengan standar profesional dan standar teknis yang berlaku.
4. KERAHASIAAN
Kerahasiaan yaitu menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari hasil hubungan
profesional dan bisnis. Dalam menjaga kerahasiaan ini, seorang akuntan harus:
(a) Mewaspadai terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak disengaja, termasuk
dalam lingkungan sosial, dan khususnya kepada rekan bisnis dekat, anggota keluarga inti,
atau keluarga dekat;
(b) Menjaga kerahasiaan informasi di dalam Kantor atau organisasi tempatnya bekerja;
(c) Menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh calon klien atau organisasi
tempatnya bekerja;
(d) Tidak mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional
dan bisnis di luar Kantor atau organisasi tempatnya bekerja tanpa kewenangan yang
memadai dan spesifik, kecuali jika terdapat hak atau kewajiban hukum atau profesional
untuk mengungkapkannya;
(e) Tidak menggunakan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan
hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga;
(f) Tidak menggunakan atau mengungkapkan informasi rahasia apapun, baik yang
diperoleh atau diterima sebagai hasil dari hubungan profesional atau bisnis maupun
setelah hubungan tersebut berakhir; dan
(g) Melakukan langkah-langkah yang memadai untuk memastikan bahwa personel yang
berada di bawah pengawasannya, serta individu yang memberi advis dan bantuan
profesional, untuk menghormati kewajiban Anggota guna menjaga kerahasiaan
informasi.
Namun demikian, prinsip kerahasiaan dikecuali untuk hal-hal berikut ini :
Berdasarkan standar audit, standar perikatan reviu, dan standar perikatan asurans lainnya
yang ditetapkan oleh asosiasi profesi akuntan publik, Akuntan yang berpraktik melayani
publik disyaratkan untuk menerapkan skeptisisme profesional ketika merencanakan dan
melakukan perikatan audit, perikatan reviu, dan perikatan asurans lainnya. Skeptisisme
profesional dan prinsip dasar etika yang dijelaskan di Seksi 110 adalah konsep yang
saling berkaitan.
Dalam audit atas laporan keuangan, kepatuhan terhadap prinsip dasar etika, baik secara
individual dan kolektif, mendukung penerapan skeptisisme profesional, seperti yang
ditunjukkan dalam contoh berikut: Integritas mensyaratkan Akuntan bersikap lugas dan
jujur. Contoh, Akuntan mematuhi prinsip integritas dengan: (a) Bersikap lugas dan jujur
ketika mengemukakan perhatian atas suatu posisi yang diambil oleh klien; dan (b)
Melakukan permintaan keterangan tentang informasi yang tidak konsisten dan
mengumpulkan bukti audit lanjutan untuk mengatasi perhatian tentang pernyataan yang
mungkin salah atau menyesatkan secara material agar dapat membuat keputusan
berdasarkan informasi yang cukup tentang tindakan yang tepat dalam keadaan tersebut.
Dengan demikian, Akuntan menunjukkan penilaian kritis berdasarkan bukti audit yang
berkontribusi terhadap penerapan skeptisisme profesional.
2. Tujuan pengauditan atas Laporan keuangan, bagaimanakah auditor mencapai tujuan
tersebut,dan jelaskan tanggung jawab Auditor dan Auditee/menegemen terkait dengan
pengauditan atas Laporan Keuangan (general audit)
Jawab :
Jawab
Jawab
f) Tingkat obyektivitas.
Bukti yang obyekif akan dapat lebih dipercayadari pada bukti yang membutuhkan
pertimbangan tertentu untuk menentukan apakah bukti tersebut memang benar.
Berbagai contoh bukti yang obyektif termasuk konfirmasi atas piutang dagang
dan saldo-saldo bank, perhitungan fisik surat berharga dn kas, serta perhitungan
ulang saldo dalam daftar utang dagang untuk menentukan apakah data-data
tersebut sesuai dengan saldo pada buku besar. Sedangkan contoh-contoh dari
bukti-bukti yang subyektif termasuk selembar surat yang ditulis oleh pengacara
klien yang membahas mengenai kemungkinan hasil yang diperoleh dari berbagai
gugatan hukum yang sedang dihadapi oleh klien, observasi atas persediaan yang
usang selama dilakukannya pengujian fisik, serta berbagai informasi yang didapat
dari menejer kredit tentang kolektibilitas dari piutang dagang yang belum dibayar
oleh pelanggan.
g) Ketepatan waktu.
Ketepatan wktu atas bukti audit dapat merujuk baik kapan bukti itu di kumpulkan
atau kapan periode wktu yang tercover oleh proses audit itu.
5. Model risiko audit, dan faktor dalam model tersebut. Juga jelaskan dua factor dalam
model tersebut yang apabila digabungkan akan mencerminkan risiko kesalahan penyajian
material
Jawab
Model risiko audit adalah suatu model yang menggambarkan hubungan umum berbagai
komponen risiko audit dalam istilah matematis untuk mencapai tingkat risiko deteksi
yang dapat diterima. Model risiko audit merupakan pendekatan yang digunakan untuk
mencapai tujuan penilaian risiko kesalahan penyajian material. Risiko kesalahan
penyajian material dapat terjadi di dua tingkat:
• Tingkat laporan keuangan secara keseluruhan.
Risiko kesalahan penyajian material pada tingkat laporan keuangan secara keseluruhan
mengacu ke risiko kesalahan penyajian material yang berdampak luas (pervasif) terhadap
laporan keuangan secara keseluruhan dan berpotensi memngaruhi banyak asersi.
• Tingkat asersi untuk golongan transaksi,saldo,akun, dan pengungkapan
Risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi dinilai untuk menentukan sifat,
saat , dan luas prosedur audit yang diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang cukup
dan tepat. Penilaian risiko auditor atas risiko kesalahan penyajian material pada tingkat
asersi dapat berubah selama pelaksanaan audit, sejalan dengan diperolehnya bukti audit
tambahan.