POKOK BAHASAN :
Abstract Kompetensi
Memahami dan Menjelaskan tentang Mahasiswa mampu memahami
Realisasi, Pencegahan, dan Deteksi Realisasi kejadian kecurangan laporan
Kecurangan Laporan Keuangan, kasus keuangan, Pencegahan penipuan laporan
kecurangan. keuangan, Deteksi kecurangan laporan
keuangan, Prosedur Koreksi, Strategi
pencegahan, deteksi, dan koreksi, dan
Aplikasi anti kecurangan
Manajemen mengevaluasi manfaat manajemen laba dalam hal dampak positif dari
harga saham perusahaan atau penghematan biaya untuk mencegah dampak ana tau pada
harga saham agar tidak memenuhi perkiraan pendapatan akibat kemungkinan konsekuensi
terlibat dalam penipuan laporan keuangan. Dan kemungkinan deteksi, penuntutan, dan
sanksi. Kompensasi eksekutif biasanya terkait dengan kinerja pasar jangka pendek daripada
kinerja jangka panjang yang berkelanjutan, yang memberikan insentif yang memadai bagi
manajemen untuk terlibat dalam manipulasi pendapatan. Perusahaan menganalisis
hubungan antara kompensasi eksekutif dan kinerja perusahaan. Ditemukan bahwa banyak
perusahaan ana t membayar eksekutif puncak mereka beberapa dari gaji tertinggi di tahun
2006 sementara nilai pemegang saham jangka panjang menurun secara signifikan. Temuan
ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang berarti antara kompensasi eksekutif dan
kinerja perusahaan :
Kurangnya tata kelola perusahaan yang bertanggung jawab
Dewan direksi tidak efektif
Tidak ada Komite audit atau komite audit tidak efektif
Tim manajemen puncak yang dominan dengan sedikit atau tanpa akuntabilitas
Tidak ada ulasan tentang kegiatan eksekutif puncak dan tidak ada persyaratan untuk
pengungkapan eksekutif
Adanya transaksi pihak terkait dan kurangnya pengawasan atas transparansi
transaksi tersebut
Karakteristik dan atribut tata kelola perusahaan yang paling mungkin dikaitkan
dengan kecurangan laporan keuangan adalah agresivitas, kekompakan, loyalitas,
oportunisme, kepercayaan, dan efektivitas pengendalian. Agresivitas dan oportunisme dapat
ditunjukkan oleh sikap dan motivasi perusahaan untuk mengalahkan perkiraan analis
tentang pendapatan kuartalan atau laba bersih per saham tahunan dan upaya untuk membuat
Wall Street bahagia dengan melaporkan kinerja keuangan yang tidak dapat dibenarkan.
Reformasi tata kelola perusahaan yang baru-baru ini, termasuk Sarbanes-Oxley Act
(SOX), peraturan SEC, standar pencatatan, dan praktik terbaik, telah mengubah
keseimbangan kekuatan antara pemegang saham, direktur, dan manajemen perusahaan.
Pemegang saham lebih proaktif dalam memantau dan meneliti perusahaan mereka dan
dengan demikian telah meningkatkan harapan mereka atas kinerja direksi atas nama
mereka. Direksi telah memperkuat komitmen dan akuntabilitas mereka dalam memenuhi
tugas fidusia dengan mengawasi rencana strategis, keputusan, dan kinerja manajemen ana t
meluangkan lebih banyak waktu untuk menjalankan tugasnya, terutama dalam mengawasi
proses pelaporan keuangan.
Pencegahan fraud menurut Dr. Steve Albrecht : budaya kerja (soft control). Fraud
timbul karena adanya niat pelaku juga karena adanya kesempatan atau peluang
(opportunity) yang dapat dieksploitasi oleh pelaku. Oleh karena itu, tahap awal pencegahan
Audit Walaupun internal auditor tidak dapat menjamin bahwa kecurangan tidak
akan terjadi, namun ia harus menggunakan kemahiran jabatannya dengan saksama
sehingga diharapkan mampu mendeteksi terjadinya kecurangan dan dapat memberikan
saran-saran yang bermafaat kepada manajemen untuk mencegah terjadinya kecurangan.
Cara mengatasi Fraud mengacu pada Albrecht, dan Zimbelman (2009:109) yang dikutip
dari satu tulisan, menyebutkan cara mengatasi fraud harus memperhatikan hal-hal sbb:
a. Memiliki Sistem Pengendalian Yang baik.
Secara garis besar tujuan pencegahan fraud yang efektif memiliki lima tujuan, yaitu:
a) Prevention – mencegah terjadinya fraud secara nyata pada semua lini organisasi.
b) Deterrece – menangkal pelaku potensial bahkan tindakan yang bersifat coba-coba
karena pelaku potensial melihat sistem pengendalian risiko fraud efektif berjalan
dan telah memberi sanksi tegas dan tuntas sehingga membuat jera (takut) pelaku
potensial
c) Disruption – mempersulit gerak langkah pelaku fraud sejauh mungkin
d) Identification – mengidentifikasi kegiatan berisiko tinggi dan kelemahan
pengendalian.
e) Civil action prosecution – melakukan tuntutan dan penjatuhan sanksi yang
setimpal atau perbuatan curang kepada pelakunya.
3. Kelemahan struktur pengendalian intern baik level trasaksi maupun level entitas
meluputi antara lain:
a) Tidak ada pemisahan tugas
b) Tidak ada pengamanan yang memadai untuk asset
c) Tidak ada pengecekan dan penelaahan independen
d) Tidak ada otorisasi yang tepat
e) Mengesampingkan atau mengabaikan pengendalian (control) yang dibuat.
f) Sistem akuntansi yang tidak memadai.
Mendeteksi terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan juga dapat dilakukan dengan
beberapa teknik dibawah ini:
1. Memeriksa jajaran manajerial
3. Sifat organisasi
Sebuah kecurangan seringkali tidak terendus karena adanya struktur organisasi yang
digunakan untuk menyembunyikan kecurangan tersebut. Misalnya struktur organisasi
yang terlalu kompleks atau tidak adanya internal audit dalam sebuah departemen. Untuk
itu peneliti harus mengetahui seluk beluk organisasi termsuk pemilik perusahaan.
5. Auditor Internal
Merupakan aktivitas konsultasi yang independen dan obyektif untuk menambah nilai
dan memperbaiki operasional organisasi. Definisi lainnya adalah penilaian yang
dilakukan oleh personel dalam organisasi uang memiliki kompetensi dalam hal meneliti
catatan akuntansi perusahaan dan pengendalian internal dalam perusahaan. Tujuan dari
auditor internal adalah untuk membantu pihak manajemen dalam pertanggungan jawab
dengan memberikan analisa, saran, penilaian tentang kegiatan yang diaudit.
6. Auditor eksternal
4. Prosedur Koreksi.
Laporan keuangan perusahaan kadang-kadang melaporkan hasil yang sangat berbeda dari
tahun ke tahun. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya perubahan keadaan
perekonomian, sebagaimana dicerminkan dalam laporan tersebut.
Akan tetapi, perbedaan itu mungkin juga disebabkan karena adanya perubahan akuntansi
seperti metode akuntansi atau karena adanya koreksi kesalahan dalam pencatatan transaksi di
masa lampau.
Mekanisme koreksi dirancang untuk:
Menyajikan kembali laporan keuangan tahun-tahun lalu agar mencerminkan efek
perubahan akuntansi, dengan efek kumulatifnya diperlakukan sebagai
penyesuaianterhadap saldo laba yang di tahan pada awal tahun berjalan.
Melaporkan efek kumulatif perubahan akuntansi hanya di dalam laporan keuangantahun
berjalan, dengan dibebankan atau ditambahkan secara langsung kepada saldolaba yang
ditahan, tanpa melakukan penyesuaian terhadap laporan keuangan tahun-tahun lau.
Melaporkan efek kumulatif perubahan akuntansi sebagai elemen laba-rugi tahun
berjalan, tanpa melakukan penyesuaian terhadap laporan keuangan tahun-tahun lalu.
Menghilangkan motif dan peluang yang berkontribusi terhadap kecurangan laporan
keuangan
Menetapkan dan menerapkan strategi untuk mendapatkan kepercayaan publik terhadap
integritas, kualitas, dan keandalan proses pelaporan keuangan
Kesempatan ( Opportunity )
Kondisi kedua yang diperlukan adalah kesempatan. Tanpa kesempatan, tidak ada
kecurangan yang bisa terjadi. Cara integral untuk mengurangi peluang meliputi :
Pembentukan lingkungan pengendalian internal yang tepat
Pelatihan dan supervisi personil yang memadai
Pemantauan manajemen perusahaan secara efektif oleh auditor, komite audit, dan
dewan direksi
Program anti fraud proaktif
Budaya etis yang kuat
Hotline anonim dan perlindungan whistle-blower
Berkenaan dengan kecurangan laporan keuangan, salah satu tantangan utamanya adalah
bahwa manajer, terutama manajer tingkat eksekutif, dapat mengganti sistem kontrol internal.
CONTOH KASUS
Pada awalnya Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia
yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama Kimia Farma pada awalnya
adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas
eks perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik
Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah statusnya
menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam penulisan berikutnya disebut
Perseroan. Awalnya audit PT. Kimia Farma dilakukan pada tanggal 31 Desember 2001,
manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan
tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN
dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa.
Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma
2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar.
Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar,
atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan.
Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated
penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang
sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar
Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada
dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur
produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan
3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan
dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan
kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda
atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh
akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan
bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit
yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut.