Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGAUDITAN 1

PERTIMBANGAN RISIKO FRAUD

Dosen Pengampu :
Dr Yuskar, S.E, M.A, Ak, CA

Kelompok 13 :
Al Hafiidh Septio N (2310536057)
Fika Alifvian Dionirta (2210536013)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ANDALAS
2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kasus kecurangan menjadi perhatian auditor karena dewasa ini
menjadi perhatian semua orang akibat terjadinya kasus Enron dan WorldCom di
Amerika Serikat yang memaksa dibubarkannya salah satu kantor akuntan besar di
sana, di samping menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi para investor
kedua perusahaan tersebut.
Oleh karena itu, sangat penting mengetahui kecurangan audit, maka disini
kami akan membahas mengenai tanggung jawab auditor dalam melakukan
penilaian risiko kecurangan dan mendeteksi salah saji material yang disebabkan
oleh kecurangan, dan bagian-bagian utama risiko audit, serta pengendalian-
pengendalian yang dilakukan untuk mencegah kecurangan dan prosedur audit
untuk mendeteksi kecurangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari auditing kecurangan?
2. Apa saja tipe-tipe kecurangan dalam auditing?
3. Bagaimana kondisi-kondisi yang terjadi dalam auditing?
4. Apa saja faktor-faktor yang mengurangi adanya kecurangan?
5. Bagaimana penilaian resiko kecurangan auditing?

C. Tujuan
1. Menguraikan definisi dari kecurangan audit.
2. Memahami dan menguraikan tipe-tipe kecurangan audit.
3. Mengidentifikasi kondisi-kondisi yang terjadi dalam melaksanakan
audit.
4. Memahami faktor-faktor apa saja yang mengurangi adanya
kecurangan.
5. Mengidentifikasi dan mengikhtisar penilaian resiko kecurangan audit
yang terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. AUDITING KECURANGAN
Kecurangan audit adalah upaya untuk mendeteksi dan mencegah
kecurangan dalam transaksi-transaksi komersial. Sebagaimana diakui juga oleh
IAI, kesengajaan sering sulit ditentukan, padahal faktor kesengajaan merupakan
kata kunci yang digunakan oleh IAI untuk menentukan apakah suatu kesalahan
dianggap sebagai kekeliruan (error) atau kecurangan. Meskipun demikian
kekeliruan harus dibedakan dengan kecurangan.
Kekeliruan (error) merupakan suatu tindakan yang tidak disengaja yang dapat
terjadi dalam setiap tahap pengelolaan transaksi.
Kecurangan (fraud) merupakantindakan atau kesalahan yang disengaja dalam
tahap pengelolaan transaksi.
Terdapat dua bentuk kekeliruan yang terjadi dalam menjalankan auditing
yaitu:Internal Error merupakan kesalahan yang disengaja, tujuannya untuk
keuntungan diri sendiri. bentuk internal error ini dibagi menjadi atas Window
Dressing yaitu merekayasa laporan keuangan supaya terlihat baik. Dan Check
Kitting yaitu saldo rekening bank ditampilkan lebih besar sehingga current ratio
terlihat lebih baik. Bentuk kekeliruan yang kedua adalah Uintentional Error
merupakan kesalahan yang tidak disengaja atau kesalahan manusiawi. Bentuk
Uintentional Error ini adalah pada saat melakukan pencatatan laporan keuangan
terjadi salah menjumlah.
Ada dua dalam bentuk kecurangan. Yang pertama Collision merupakan
kecurangan yang dilakukan oleh lebih dari 1 orang (kerjasama), sulit dideteksi
(walaupun pengendalian internal cukup baik), tujuannya menguntungkan pihak-
pihak yang melakukan kecurangan. Bentuk kecurangan ini adalah kolusi antara
bagian pembelian, gudang, keuangan dan supplier.Pencegahan kecurangan ini
adalah tidak ada hubungan kekeluargaan dalam perusahaan. Bentuk kecurangan
yang kedua adalah Fraud yang terdiri atas Intentional misrepresentation,
Negligent misrepresentation, False promises, Employee fraud, Management
fraud, Organized crime, Computer crime, dan White coller crime.
B. TIPE-TIPE KECURANGAN AUDIT
1) Kecurangan dalam pelaporan keuangan
Kecurangan dalam pelaporan keuangan merupakan salah saji atau
penghapusan terhadap jumlah ataupun pengungkapan yang sering disengaja
dengan tujuan untuk mengelabui dan menipu para pengguna laporan keuangan.
Praktek yang dilakukan bisa dengan melebih sajikan atau merendah sajikan. Dua
jenis praktekmerendahsajikan dapat dilakukan dengan:Pengaturan laba (earnings
management ) yang menyangkut tindakan manajemen yang disengaja untuk
memenuhi tujuan laba, dan Perataan laba (income smoothing) yang merupakan
bentuk pengaturan laba di mana pendapatan dan bebanditukar-tukar di antara
periode untuk mengurangi fluktuasi laba, Misalnya dengan mengurangi persediaan
atau aktiva lain.

2) PenyalahgunaanAktiva
Penyalahgunaan aktiva merupakan kecurangan yang melibatkan
kecurian atau aset milik entitas. Penyalahgunaan aktiva melibatkan pencurian
aktiva entitas. Nilai aktiva yang dicuri biasanya tidakmaterial tapi terakumulasi
selama beberapa waktu. Pencurian aktiva dapat dilakukan oleh pegawai rendah dan
tidak menutup kemungkinan dilakukan oleh manajemen itu sendiri.
Istilah penyalahgunaan aktiva biasanya digunakan untuk mengacu
pada pencurian yang melibatkan pegawai dan orang lain didalam lain organisasi.
Menurut perkiraan Association of Certified fraud examiners rata-rata perusahaan
merugi 6 persen dari pendapatannya disebabkan oleh kecurangan, meskipun
sebagian besar dari pencurian tersebut melibakan pihak-pihan eksternal, seperti
pengutilan yang dilakukan oleh pelanggan dan penipuaan yang dilakukan oleh
pemasok.
Biasanya pelaku penyalahgunaan aset berada ditingkat hierarki
organisasi yang lebih rendah.Namundemikian dalam beberapa kasus penting,
manajemen puncak terkadang terlibat dalam pencurian aset perusahaan, karena
otoritas manajemen yang lebih besar serta kendali tehadap aset-aset perusahaan,
penggalapan yang melibatkan manajemen puncak dapat melibatkan jumlah yang
signifikan.

C. KONDISI-KONDISI PENYEBAB KECURANGAN


Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam
laporan keuangan dan penyalahguanaan aset sebagaimana dijelaskan dalam SAS
99 (AU 316) yaitu:
1) Insentif/Tekanan.Manajemen atau pegawai lainnya memiliki insentif
atau tekanan untuk melakukan kecurangan.
2) Kesempatan.Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen
atau pegawai untuk melakukan kecurangan.
3) Sikap/Rasionalasi.adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-
nilai etika yang memungkan manajemen atau pegawai untuk
melakukan tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam suatu
lingkungan yang memberikan mereka tekanan yang cukup besar
sehingga menyebabkan mereka membenarkan melakukan perilaku
yang tidak jujur tersebut.

a. Faktor-Faktor Resiko Untuk Kecurangan Dalam Laporan


Keuangan
Pertimbangan penting bagi auditor untuk membongkar kecurangan adalah
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan risikokecurangan. Dalam
segitiga kecurangan, pelaporan keuangan yang curang dan penyalahgunaan aktiva
berbagi 3 kondisi yang sam, Tetapi faktor-faktor resikonya berbeda.
Insentif/Tekanan Sebuah insentif yang umum bagi perusahaan untuk
memanipulasi laporan keuangan adalah adanya penurunan dalam prospek
keuangan perusahaan. Sebagai contoh, penurunan dalam laba dapat mengancam
kemampuaan perusahaan dalam mendapatkan pendanaan.
Kesempatan Meskipun laporan keuangan dari semua perusahaan
potensial dapat terjadi manipulasi, risiko menjadi lebih besar untuk perusahaan
yang bergerak dalam industri yang melibatkan penilaian subjektif dan estimasi
yang signifikan. Sebagai contoh, terdapat kemungkinan salah saji dalam
persediaan dalam perusahaan-perusahaan memilki persediaan yang terletak
dibeberapa tempat yang berbeda.
Penggantian pegawai dibagian akuntansi atau kelemahan lainnya dalam
proses akuntansi dan informasi dapat menyebabkan munculnya kesempatan
terjadinya salah saji. Banyak kasus dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh
komite audit dan dewan direksi yang tidak efektif dalam melakukan pengawasan
terhadap pelaporan keuangan.
Sikap/Rasionalisasi sikap manajemen puncak terhadap laporan keuangan
merupakan faktor risiko penting dalam menilai kemungkinan adanya kecurangan
dalam laporan keuangan.Jiko CEO atau manajer puncak menunjukkan dominasi
terhadap proses penyusunan laporan keuangan, seperti terus menerus
mengeluarkan proyeksi yang terlalu optimi, atau mereka terlalu khawatir untuk
memenuhi proksi laba para analisis pasar, kemungkinan terjadi kecurangan dalam
laporan keuangan menjadilebuh besar.

b. Faktor-Faktor Resiko Untuk Penyalahgunaan Aset


Tiga kondisi yang sama juga berlaku untuk penyalahgunaan aset. Namun
demikian, dalam melakukan penilaian risiko, penekanan yang lebih besar
diberikan insentif dan kesempatan pribadi untuk melakukan penilaian risiko,
pendekatan yang lebih besar diberikan insentif dan kesempatan pribadi untuk
melakukan pencurian.
Insentif/tekanan,Tekanan keuangan merupakan insentif umum bagi
pegawai yang menyalahgunakan aset. Pegawai yang memiliki utang yang sangat
besar, dapat mencuri untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka.
Kesempatan,Kesempatan untuk melakukan pencurian ada pada semua
perusahaan.Namun,Kesempatan tersebut lebih besar pada perusahaan yang akses
terhadap kasnya sangat mudah, atau pada perusahaan yang memilki persediaan
atau aset berharga lainnya.Khususnya jika ukuran aset tersebut kecil dan mudah
dipindah-pindah.
Pengendalian internal yang lemah menciptakan kesempatan terjadinya
pencurian, pemisahan tugas yang tidak yang memadai hampir dipastikan menjadi
liseni bagi para pegawai untuk melakukan pencuriaan.Jika para karyawan
menangani atau bahkan memiliki akses sementara terhadap aset dan juga
melakukan pembukuan untuk aset tersebut, maka muncul potensi terjadinya
pencurian.
Kecurangan menjadi lebih besar di perusahaan yang lebih kecil dan
organisasi nirlaba karena lebih sulit bagi entitas tersebut untuk melakukan
pemisahan tugas.Namun demikian, bahkan perusahaan yang lebih besar pun dapat
tidak melakukan pemisahan tugas yang memadai dibagian-bagian penting.
Sikap/Rasionalisasi Sikap manajemen terhadap pengendalian dan kode
etik dapat menyebabkan para kayawan dan manajer membenarkan pencurian
terhadap aset.Jika manjemen mencurangi para pelanggannya dan menetapkan
harga yang sangat tinggi untuk barang-barang atau terlibat dalam taktik penjualan
bertekanan tinggi, para pegawai dapat merasa bahwa mereka juga dibenarkan
untuk memmbuat serupa dengan memalsukan pengeluaran atau memalsukan
laporan keuangan waktu kinerja.
D. PENILAIAN RESIKO KECURANGAN
SAS 99 memberikan pedoman kepada auditor dalam mengukur risiko
kecurangan. Auditor harus menjaga suatu tingkat skeptisme professional ketika
mereka mempertimbangkan informasi yang luas termasuk faktor-faktor risiko
kecurangan, untuk mengedintifikasi dan menghadapi risiko kecurangan.
1. Skeptisisme Profesional
SAS 1: dalam melaksanakan skeptisisme profesional, auditor “tidak
mengasumsikan bahwa manajemen tidak jujur tetapi juga tidak mengasumsikan
kejujuran absolut”Untuk mempertahankan skeptisime profesional tersebut, ada dua

hal yang harus diingat:


a. Pikiran yang selalu mempertanyakan.Auditor harus selalu
mempertimbangkan kerentanan klien terhadap kecurangan, tanpa
memperhitungkan kemungkinan kejujuran atau integritasmanajemen.
b. Evaluasi kritis atas bukti audit.Setiap indikasi atau temuan harus
dievaluasi dan dipelajari secara mendalam.

2. SumberInformasi untuk Menilai ResikoKecurangan


Sumber informasi yangdigunakan untuk menilai resiko kecurangan ada lima
sumber, yaitu:

1) Komunikasi di antara tim audit.


Diskusi dilakukan menyangkut hal-hal sebagai berikut:
a. Bagaimana dan di mana kemungkinan letak salah saji yang material
akibat kecurangan.Pertimbangan yangdiperlukan adalah ketiga
faktor yang telah dibahas sebelumnya, yakni: insentif/tekanan,
kesempatan, dan sikap/rasionalisasi.
b. Bagaimana manajemen dapat melakukan dan menutupi pelaporan
keuangan yang curang.
c. Bagaimana seseorang dapat menyalahgunakan aktiva.
d. Bagaimana auditor menanggapi kerentanan salah saji yang material
akibat kecurangan tersebut.
2) Pengajuan pertanyaan kepada manajemen.
Pertanyaan yang diajukan harus spesifik termasuk kemungkinan
manajemen mencurigai adanya kecurangan. Pertanyaan juga diajuk an
kepada pihak lain termasuk komite audit.
3) Faktor-faktor resiko.
Ketiga faktor resiko (insentif/tekanan, kesempatan, dan
sikap/rasionalisasi) perlu dipertimbangkan dengan semua informasi
yang ada.Yang perlu diingat, kecurangan muncul tidak melulu karena
adanya ketiga faktor tersebut secara signifikan.
4) Prosedur analitis.
Prosedur analitis dirancang sejak perencanaan audit. Bila hasilnya
berbeda dengan ekspektasi, harus dievaluasi dengan memperhitungkan
dengan informasi yang lain.
5) Informasi lain.
Informasi ini dapat diperoleh di setiap tahap atau bagian audit ketika
menilai resiko kecurangan, dan kebanyakan dapat mengindikasikan
resiko kecurangan yang lebih tinggi.

3. Mendokumentasikan PenilaianKecurangan
SAS 99 mengharuskan auditor mendokumentasikan hal-hal yang
bersangkutan dengan pertimbangan auditor mengenai salah saji yang material
akibat kecurangan, yaitu:
1. Diskusi antara personil tim penugasan selama tahap perencanaan
audit tentang kerentanan laporan keuangan entitas terhadap
kecurangan yang material.
2. Prosedur yang ditempuh untuk memperoleh informasi yang
diperlukan untuk mengidentifikasi dan menilai resiko kecurangan
yang material.
3. Resiko khusus tentang kecurangan yang material yang sudah
teridentifikasi.
4. Alasan yang mendukung kesimpulan bahwa tidak ada resiko yang
signifikan atas pengakuan pendapatan yang tidak tepat secara
material.
5. Hasil dari prosedur yang ditempuh untuk menghadapi resiko
pengabaian pengendalian oleh manajemen.
6. Kondisi dan hubungan analitis yang menunjukan bahwa diperlukan
prosedur auditing tambahan atau respon lainnya.
7. Sifat komunikasi tentang kecurangan yang disampaikan kepada
manajemen, komite audit, dan pihak lainnya.

E. MERESPON RISIKO KECURANGAN


Auditor harus mempertimbangkan apakah program dan pengendalian
antikecurangan seperti itu dapat mengurangi resiko salah saji yang material
akibat kecurangan atau apakah ada defisiensi pengendalian yang meningkatkan
resiko kecurangan. Respons auditor terhadap resiko kecurangan kecurangan
meliputi hal-hal berikut ini:
1. Mengubah pelaksanaan audit secara keseluruhan
2. Merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk menangani
resiko kecurangan
3. Merancang dan melaksanakan prosedur untuk menangani pengabaian
pengendalian oleh manajemen.

F. TANGGUNG JAWAB BILA DICURIGAI ADA KECURANGAN


Sebagaimana telah diperkirakan sebelumnya, lebih banyak kecurangan
yang terdeteksi oleh pengendalian internal atau fungsi internal audit dibandingkan
oleh auditor eksternal.
1. Merespons salah saji yang mungkin disebabkan oleh kecurangan
Sepanjang pengauditan, auditor terus menerus mengevaluasi apakah
bukti-bukti yang didapatkan dan pengamatan-pengamatan lainnya
mengindikasikan adanya salah saji material yang disebabkan oleh
kecurangan.
a. Jenis tekhnik-tekhnik wawancara tanya jawab dapat menjadi teknik
pengumpulan bukti audit yang efektif.
b. Tanya jawab sebagai suatu bukti audit juga harus disesuaikan
dengan tujuan penggunaannya. Tergantung pada tujuannya, auditor
dapat menanyakan beberapa pertanyaan yang berbeda dan
mengubah nada pertanyaan.
c. Tekhnik mendengarkansangat penting bagi auditor untuk
menggunakan keterampilan mendengarkan secara efektif di
sepanjang wawancara.
d. Mengamati tanda-tanda perilakuSeorang editor yangterampil dalam
menggunakan tanya jawab,akan mengevaluasi respons verbal dan
nonverbal dari orang yang ia wawancarai.
2. Tanggung jawab lainnya ketika dicurigai adanya kecurangan
Ketika auditor mencurigai bahwa kecurangan mungkin telah terjadi,
PSA 70 mengharuskan auditor untuk mendapatkan bukti tambahan untuk apakah
kecurangan yang signifikan telah terjadi.
Auditor sering kali menggunakan perangkat lunak audit seperti ACL
atau IDEA untuk menentukan apakah kecurangan telah terjadi. sebagai contoh,
perangkat lunak dapat di gunakan untuk mencari transaksi-transaksi fiktif dengan
mencari nomor duplikat faktur penjualan atau dengan merekonsiliasi basis data
faktur penjualan pada basis data dokumen pengiriman,untuk menyakinkan bahwa
semua penjualan telah di dukung dengan bukti pengiriman.
Auditor juga menggunakan program kertas kerja dasar seperti excel
untuk melakukan prosedur analitis pada beberapa tingkatan. sebagai
contoh,penjualan dapat di pisahkan ke dalam beberapa data terpisah berdasarkan
lokasi,jenis produk,atau periode waktu(bulanan) untuk prosedur lanjutan.
Auditor juga memperluas prosedur subtantif lainnya untuk mengganti
tinggihnya resiko kecurangan. Sebagai contoh, ketika terdapat risiko bahwa syarat
penjualan mungkin telah di ubah agar dapat mengakui penjualan sebelum
waktunya, auditor dapat memodifikasi permintaan konfirmasi piutang dagang
untuk mendapatkan tanggapan yang lebih rinci dari para pelanggan mengenai
syarat-syarat tertentu dalam transaksi,seperti pembayaran, pengiriman barang, dan
kebijakan pengembalian barang.
Ketika auditor menentukan bahwa kecurangan mungkin telah terjadi,
PSA 70 mengharuskan auditor untuk membahas hal tersebut dan juga pendekatan
audit yang di gunakan untuk penyelidikan lebih lanjut dengan tingkat manajemen
yang tepat, meskipun masalah tersebut di anggap tidak penting.
Terkadang auditor mengidentifikasi risiko salah saji material yang di
sebabkan oleh kecurangan yang memiliki implikasi terhadap pengendalian
internal dalam beberapa kasus, pertimbangan auditor terhadap program dan
pengendalian anti kecurangan-kecurangan yang menyebabkan gagalnya
penanganan terhadap risiko kecurangan tersebut. Auditor harus membicarakan hal
tersebut dengan manajemen serta dengan mereka yang bertanggung jawab dalam
tata kelola perusahaan, seperti komite audit.
Hasil dari prosedur-prosedur yang di jalankan oleh auditor dapat
mengindikasikan adanya salah saji yang material yang di sebabkan oleh
kecurangan sehingga auditor harus mempertimbangkan kemungkinan untuk
mengundurkan diri dari perikatan.pengunduran diri tersebut dapat bergantung
pada integrasi manajemen serta kehati-hatian dan kerja sam manjemen dan dewan
direksi dalm menyelidiki potensi kecurangan dan pengambilan tindakan-tindakan
yang tepat.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Jadi setiap kecurangan yang dilakukan di dalam perusahaan dan yang
merugikan perusahaan, baik itu bentuk kecurangan yang dilakukan oleh orang
pribadi maupun oleh orang banyak, baik itu dilakukan untuk kepentingan yang
baik ataupun yang buruk yang namanya kecurangan (fraud) adalah perbuatan
yang salah.
Oleh sebab itu sudah seharusanya perusahaan memperkuat sitem
pengendalian intern di dalam perusahaan agar perusahaan tersebut terhindar dari
segala bentuk macam kecurangan (fraud), salah satu cara pengendalianya adalah
dengan mengelola tata kerja karyawan dan meroling pekerjaan karyawan agar
perusahaan tersebut terhindar dari segalah macam kecurangan.
Maka dengan adanya sistem pengendalian intern yang kuat di dalam
perusahan tersebut itu akan meminimalka segalah bentuk kecurangan (fraud)
yang dilakukan oleh orang-orang yang menginginkan kas dengan cara cepat,
oleh karena itu jika sistem pengendalian intern di perusahaan tersebut kuat
maka akan sangat kecil kesempatan untuk melakukan kecurangan di perusahaan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arens A. Alvin., Elder J. Randal., dan Beasley S. Mark. 2006. Auditing dan
Jasa Assurance. Jilid 1. Edisi 12. Jakarta: Penerbit Erlangga. PT Gelora Aksara
Pratama.
http://renny.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/31285/10.AuditKecurangan.pp
t
http://irwan-transcorp.blogspot.co.id/2013/12/makalah-akuntansi-audit-
kecurangan.html
http://www.materiakuntansi.com/pengertian-audit-kecurangan/

Anda mungkin juga menyukai