Anda di halaman 1dari 18

Investasi Pada

Efek Tertentu
Akuntansi Perpajakan
Anggota Kelompok:

Puput Puspita Sari Fira Nurhaliza


(2210536031) (2210536055)
Defenisi Efek
Menurut IAI (2009: 43) dalam SAK-ETAP efek adalah surat
berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial,
saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi
kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek
Pengakuan dan pengukuran investasi pada efek utang dapat
diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu :

1. Efek dimiliki hingga 2. Efek diperdagangkan 3. Efek tersedia untuk


jatuh tempo (Held To (Trading). dijual (Available For Sale-
Maturity-HTM). AFS).
Efek Dimiliki Hingga Jatuh Tempo (Held
to Maturity-HTM)

Menurut Kieso, Weygand, dan Warfield (2007: 840-


841) surat berharga utang yang diklasifikasi sebagai
HTM hanya apabila perusahaan mempunyai niat untuk
memiliki efek tersebut sampai dengan jatuh tempo.

Jika perusahaan mempunyai maksud untuk memiliki


efek utang hingga jatuh tempo, maka investasi dalam
efek utang tersebut harus diklasifikasikan dalam
kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dan disajikan
dalam neraca sebesar biaya perolehan setelah amortisasi
premi/diskonto.
Efek "Diperdagangkan" (Trading)
Menurut Kieso, Weygand, dan Warfield (2007: 846,
850) surat berharga dalam bentuk utang ataupun saham
yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam
periode singkat (kurang dari 3 bulan atau mungkin diukur
dalam hitungan hari). Perusahaan melaporkan efek
"trading" pada fair value, dengan unrealized holding gain
or losses sebagai bagian dari laba neto.
Holding gain or losses adalah perubahan neto antara
nilai wajar dari satu periode ke periode lainnya, tidak
termasuk dividen maupun bunga yang telah diakui tetapi
belum diterima.
Menurut IAI dalam SAK-ETAP (2009: 46-47) investasi utang yang
dikelompokkan dalam kelompok "trading" diukur sebesar nilai wajarnya dalam
neraca. Efek yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam waktu dekat.
harus diklasifikasikan dalam kelompok "trading". Pengelompokkan ini biasanya
ditunjukkan dengan frekuensi pembelian dan penjualan yang sangat sering
dilakukan. Tujuan dari investas! utang ini dimiliki adalah untuk menghasilkan
laba duri perbedaan harga jangka pendek. Laba/rugi yang belum direalisasi atas
investasi utang "trading" harus diakui sebagai penghasilan.
Efek "Tersedia untuk Dijual"
(Available for Sale-AFS)
Menurut Kieso, Weygand, dan Warfield (2007: 842-
845,848-850) investasi dalam bentuk utang maupun
ekuitas yang termasuk dalam kategori AFS dilaporkan
sebesar fair value (nilai wajar) dalam neraca.

Keuntungan/kerugian yang belum direalisasi terkait


dengan perubahan fair value akan dicatat dalam akun
unrealized gain or losses (bagian dari Laporan Laba
Rugi dilaporkan dalam ekuitas). Perubahan fair value
tidak akan dilaporkan sebagai bagian dari net income
sampai investasi tersebut dijual.
“Menurut IAI dalam SAK-ETAP (2009: 47) efek yang tidak
diklasifikasikan dalam kelompok "trading" dan dalam kelompok HTM, maka
harus diklasifikasikan kedalam kelompok AFS. Laba/rugi yang belum
direalisasi harus dimasukkan sebagai komponen ekuitas yang disajikan secara
terpisah dan tidak boleh diakui sebagai penghasilan sampaipada saat laba/rugi
tersebut dapat direalisasi.Untuk ketiga kelompok efek tersebut, dividen dan
pendapatan bunga termasuk amortisasi premi/diskonto yang timbul saat
perolehan diakui sebagai penghasilan. Sedangkan untuk laba/rugi yang telah
direalisasi dalam efek "trading" dan HTM, juga tetap harus dilaporkan sebagai
penghasilan.
Perubahan Kelompok Investasi

Menurut IAI dalam SAK-ETAP (2009: 47-48) pemindahan Efek antar kelompok dicatat sebesar nilai
wajarnya. Pada tanggal perubahan kelompok, laba/rugi yang belum direalisasi harus dicatat sebagai
berikut.
a) untuk Efek yang dipindahkan dari kelompok "trading", maka laba/rugi yang belum direalisasi pada
tanggal transfer telah tercatat sebagai penghasilan dan oleh karena itu tidak dapat dihapus;
b) Untuk Efek yang dipindahkan ke kelompok "trading", maka laba/rugi yang belum direalisasi pada
tanggal pemindahan diakui sebagai penghasilan pada saat tersebut;
c) Untuk Efek utang yang dipindahkan ke kelompok AFS dari kelompok HTM, maka laba/rugi yang
belum direalisasi diakui dalam kelompok ekuitas secara terpisahpada tanggal pemindahan
kelompok:
d) Untuk Efek utang yang ditransfer dari kelompok AFS ke kelompok HTM, maka laba/rugi yang
belum direalisasi pada tanggal transfer harus tetap dilaporkan dalam komponen ekuitas secara
terpisah, namun harus diamortisasi selama masa manfaat efek dengan cara yang konsisten dengan
amortisasi premi/diskonto. Amortisasi laba/rugi yang belum direalisasi tersebut akan sepadan
dengan pengaruh amortisas premi/diskonto terhadap pendapatan bunga dari efek dalam kelompok
HTM.
Penyajian dan Pengungkapan Investasi pada
Efek Tertentu
Menurut IAI dalam SAK-ETAP (2009: 49-51) entitas menyajikannya dengan neraca
yang asetnya dikelompokkan menjadi aset lancar dan aset tidak lancar, kewajibannya
dikelompokkan menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang (classified balance
sheet) harus melaporkan semua Efek dalam kelompok "trading" sebagal aset lancar. Efek
dalam kelompok HTM dan Efek dalam kelompok AFS disajikan sebagai aset lancar atau
aset tidak lancar berdasarkan keputusan manajemen. Khusus untuk Efek utang dalam
kelompok HTM dan kelompok AFS yang jatuh tempo pada tahun berikutnya harus
dikelompokkan sebagai aset lancar.
Sementara itu, pengungkapan untuk Efek dalam kelompok
AFS dan kelompok HTM, informasi berikut ini harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan untuk setiap
kelompok utama Efek, yaitu:
(a) Nilai wajar;
(b) laba yang belum direalisasi dari pemilikan efek;
(c) rugi belum direalisasi dari pemilikan efek; dan
(d) biaya perolehan, termasuk jumlah premiym dan diskonto
yang belum diamortisasi
Penilaian investasi pada Efek tertentu menurut perpajakan didasarkan
pada nilai perolehannya sesuai dengan penjelasan UU PPh Nomor 36
Tahun 2008 Pasal 10 ayat (6) ditentukan bahwa penilaian sekuritas hanya
boleh menggunakan harga perolehan. Sedangkan keuntungan atau
kerugian karena penjualan/pengalihan saham hendaknya berpegang
kepada ketentuan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat 1 yaitu
sebesar selisih antara harga jual dengan harga perolehan.
Perpajakan
Obligasi merupakan surat peminjaman uang yang akan dilunasi setelah jangka waktu
tertentu. Umumnya obligasi memberikan penghasilan bunga dengan jumlah tetap kepada
investor. Ada kalanya obligasi juga mempunyai hak atas pembagian keuntunga.
Penjelasan Pasal 4 ayat (1) bagian (g) UU PPh menganggap bagian keuntungan tersebut
sebagai penghasilan.

Pada UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) menyebutkan bahwa "Yang
menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima/diperoleh WP, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan WP yang bersangkutan
dengan nama dan dalam bentuk apa pun. Hal ini juga mencakup penghasilan yang
diterima/diperoleh dari transaksi investasi utang.
Jika dalam pembelian obligasi termasuk unsur bunga berjalan, maka bunga tesebut
harus diperhitungkan sebagai penghasilan. PPh yang dipungut atas bunga obligasi yang
tidak dijual di bursa efek tidak boleh dikapitalisasi, tetapi harus dicatat sebagai pajak yang
dibayar di muka (PPh 23 dengan tarif 15% x penghasilan bruto). Sementara itu, bunga
obligasi di bursa efek dikenakan PPh final (PPh Pasal 4 ayat 2) sesuai dengan peraturan
pemerintah (PP).
Selain bunga tetap, penghasilan obligasi dapat berupa capital gain dan realisasi
diskonto (selisih antara nilai nominal dengan nilai perolehan) pada saat pelunasan
obligasi. Hanya bunga obligasi yang diperdagangkan di Bursa Efek yang diterima WP
orang pribadi di mana tidak melebihi jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
setahun dibebaskan dari pajak.
Contoh Investasi Pada Efek Tertentu dengan Peraturan Akuntansi
Perpajakan
PT Saturnus pada 1 Maret 2012 menjual saham PT Mars, yang dibelinya Rp1.000.000
dengan harga jual Rp1.100.000 dan biaya penjualan (Jasa pialang dan sebagainya)
Rp20.000. Laba neto PT Saturnus dari penjualan saham itu sebesar Rp 80.000. Namun,
untuk tujuan perpajakan jumlah keuntungan itu dikesampingkan, dan PT Saturnus harus
membayar pajak final sejumlah Rp 1.100(0,1 x 1.000.000)
Demikian juga kalau sebaliknya terdapat kerugian, misalnya saham dijual dengan harga
Rp950.000 dan jasa pialang sebesar Rp10.000. Menurut peraturan perpajakan kerugian itu
dikesampingkan dan perusahaan tetap harus membayar PPh sejumlah Rp950 (0,1% x
Rp950.000) tanpa mempertimbangkan adanya fakta kerugian. Hal ini semata-mata karena
alasan kesederhanaan administrasi perpajakan dan pemberian kepastian kepada pembayar
pajak.
Jurnal:

1. Apabila saham terjual dengan harga Rp 1.100.000

Tanggal Keterangan Debit Kredit


01-03-12 Kas/Bank 1.078.900
Pph Pasal 4 Ayat (2) 1.100
Laba Penjualan Ivestasi Saham 80.000
Investasi Pada Efek Tertentu 1.000.000

2. Apabila saham terjual dengan harga Rp 950.000

Tanggal Keterangan Debit Kredit


01-03-12 Kas/Bank 939.050
Pph Pasal 4 Ayat (2) 950
Rugi Penjualan Ivestasi Saham 60.000
Investasi Pada Efek Tertentu 1.000.000
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai