Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PENGENDALIAN KEUANGAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akuntansi Keperilakuan

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3
Alfaridzy Praditya (02170414919)
Linda Amelia Roza (02170424396)
Novia Annisa Fahrezi (02170424543)
Nurmiati (02170423572)
Sandy Arif Fadilah (02170413760)

Dosen Pengampu :
Jasmina Syafe’i, S.E, M.ak, CA.

PROGRAM STUDI D-III AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
1444 H / 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. Atas limpahan
nikmat dan karunianya sehingga makalah yang berjudul “ PENGENDALIAN KEUANGAN ”
dapat diselesaikan dengan baik.. Begitu pula atas limpahan yang Allah SWT karuniai kepada
kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni jurnal
internasional maupun internet.

Harapan kami informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia melainkan Allah SWT. Karena itu kami
memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.
Demikian makalah yang kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, ataupun
adanya ketidaksesuaian materi ini, kami mohon maaf. Penulis menerima kritik dan saran seluas
– luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan
berikutnya.

Pekanbaru, 8 Maret 2023

penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................. 1
B. Tujuan Pembelajaran .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 2
A. Aktivitas Keuangan Yang Perlu Dikendalikan......................................................... 2
B. Beberapa Konsep Matematis Yang Umum Digunakan Dalam Keuangan ............ 4
C. Aspek Dimensi Keperilakuan Dalam Pengendalian Keuangan Umpan Balik
Mekanikal Versus Respon Perilaku .............................................................................. 12
D. Aspek Keperilakuan Dari Pengendalian Keuangan Yang Komprehensif ........... 14
E. Aspek Keperilakuan Atas Pengendalian Keuangan Dari Faktor Kontekstual ... 15
F. Aspek Keperilakuan Dalam Perekayasaan Pengendalian Keuangan ................... 17
G. Aspek Keperilakuan Dalam Pertimbangan Rancangan ........................................ 18
H. Aspek Keperilakuan Pengendalian keuangan Dalam Kerangka pemberdayaan
Perusahaan ...................................................................................................................... 19
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 22
Kesimpulan...................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini, keterbatasan dalam akuntansi menjadi semakin luas karena permintaan
atau kebutuhan dan teknologi baru atas bagian yang selama ini dicari oleh pemakai akuntansi
sebagai bentuk dukungan dalam pelaporan akuntansi, Pertumbuhan yang signifikan dalam
manajemen penyedia sistem informasi baru yang terdapat di setiap organisasi selalu menjadi
pemicu hadirnya kebutuhan klien. Setiap klien selain membutuhkan dukungan untuk
perancangan dan penerapan sistem pengendalian keuangan. Pada bagian ini akan dibicarakan
masalah-masalah dengan topik pengendalian dan dampak dari desain serta implementasi sistem
pengendalian keuangan. Sebagai usaha untuk mempermudah memahami isi topik pengendalian
keuangan ini. Bagian ini menguraikan suatu dilema pengendalian keuangan perusahaan. Dalam
dilema ini, Anda diharapkan mampu membuka cakrawala berpikir untuk mencari solusi
tentang bagaimana pengendalian keuangan yang tepat bagi perusahaan. Untuk mengetahui
pengendalian yang tepat, Anda harus mengetahui teori keuangan yang berkembang.

B. Tujuan Pembelajaran
1. aktivitas keuangan yang perlu dikendalikan
2. beberapa konsep matematis yang umum digunakan dalam keuangan
3. aspek dimensi keperilakuan dalam pengendalian keuangan
4. aspek keperilakuan dari pengendalian keuangan yang komprehensif
5. aspek keperilakuan atas pengendalian keuangan dari faktor-faktor kontekstual
6.aspek keperilakuan dalam perekayasaan pengendalian keuangan
7. aspek keperilakuan Dalam pertimbangan rancangan
8.aspek keperilakuan pengendalian keuangan dalam kerangka pemberdayaan perusahaan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aktivitas Keuangan Yang Perlu Dikendalikan


Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap,
terus-menerus, atau yang didirikan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba.
Berbagai bidang dalam perusahaan harus dipilih dengan teliti dan saksama karena ada banyak
bidang perusahaan di antaranya perusahaan yang menjalankan usahanya di bidang jasa atau
manufaktur. Perusahaan menjalankan berbagai aktivitas untuk menyediakan produk dan jasa
yang dapat dijual dan menghasilkan imbal hasil investasi yang memuaskan. Laporan keuangan
perusahaan berikut pengungkapan informasikan empat aktivitas utama perusahaan:
perencanaan, pendanaan, investasi, dan operasi.

1. Aktivitas Perencanaan

Perencanaan sebagai salah satu fungsi pokok manajemen pasti dilakukan oleh manajer pada
semua tingkatan, meskipun skala atau lingkup rencananya berbeda dengan level manajerialnya.
Meskipun menyusun rencana yang sifat dan lingkupnya berbeda, setiap manajer harus
mengoordinasikan rencananya dengan rencana yang bersifat lebih mulus agar tidak terjadi
kontradiksi penetapan tujuan antar unit kerja dan antar bagian yang lebih tinggi. Memilahkan
lingkup rencana tersebut adalah untuk membentuk mata rantai sarana dan tujuan yang
menghubungkan antara aktivitas organisasi sehari-hari dengan pencapaian tujuan secara
keseluruhan.

2. Aktivitas Pendanaan
Aktivitas pendanaan (inancing activities) adalah metode yang digunakan dalam perusahaan
untuk mendapatkan uang guna membayar kebutuhan perusahaan. Terdapat dua sumber
pendanaan eksternal, yaitu investor ekuitas (pemilik, atau pemegang saham) dan kreditor
(pemberi pinjaman). Keputusan tentang komposisi: aktivitas pendanaan tergantung pada
kondisi di pasar keuangan. Pasar keuangan merupakan sumber potensial untuk pendanaan.
Investor menyedialan pendanaan dengan harapan mendapatkan imbal hasil atas investasi,
setelah mempertimbangkan imbal hasil. Yang diharapkan (expected return) dan risiko.

3. Aktivitas Investasi

2
Investasi adalah mengeluarkan sejumlah uang atau menyimpan uang pada sesuatu dengan
harapan suatu saat mendapat keuntungan finansial. Contoh investasi adalah pembelian berupa
aset kuangan (asset financial) seperti obligasi, saham, dan asuransi; pembelian berupa barang
seperti mobil atau properti seperti rumah atau tanah. Lebih luasnya investasi dapat berarti
pembelian barang modal untuk produksi dalam suatu usaha, seperti pembelian mesin. Bahkan,
pemberian pendidikan dan pelatihan bagi karyawan yang membuat lebih mahir dalam bekerja
bisa dikatakan sebagai investasi. Kesamaan dari semua investasi tersebut adalah harapan
memperoleh keuntungan (gain) di kemudian hari. Aktivitas investasi (investing activities)
mengacu pada perolehan dan pemeliharaan investasi dengan tujuan menjual produk dan
menyediakan jasa, dan untuk tujuan menginvestasikan kelebihan kas. Investasi dalam tanah,
bangunan, peralatan, hak legal (paten, lisensi, hak cipta); persediaan, modal tenaga kerja
(manajer dan karyawan), sistem informasi, dan aset sejenis adalah untuk menjalankan operasi
bisnis perusahaan. Aset ini disebut sebagai aset operasi (operating assets). Perusahaan juga
sering secara temporer atau permanen menginvestasikan kelebihan kasnya dalam bentuk efek
seperti saham ekuitas perusahaan lain, obligasi perusaliaan dan pemerintah, dan reksa dana.
Aset ini disebut aset keuangan (financial assets).
Aktivitas pendanaan dan investasi membantu dalam mengevalusasi kinerja bisnis. Perhatikan
bahwa nilai investasi selalu sama dengan nilai pendanaan yang diperoleh. Kelebihan
pendanaan yang tidak diinvestasikan akan dilaporkan sebagai kas (atau aset non kas lainnya).
Jumlah komposisi investasi tiap-tiap perusahaan berbeda. Banyak perusahaan membutuhkan
investasi dalam jumlah sangat besar untuk memperoleh, mengembangkan, dan menjual produk
mereka, sementara perusahaan memerlukan sedikit investasi. Besarnya investasi tidak
menentukan kesuksesan perusahaan dalam menjalankan operasinya yang menentukan laba dan
imbal hasil kepada pemilik.

4. Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi (operating activities) mencerminkan pelaksanaan rencana bisnis yang
terdapat dalam aktivitas pendanaan dan aktivitas investasi. Aktivitas operas melibatikan lima
komponen, yaitu penelitian dan pengembangan (litbang), pembelian, produksi, pemasaran, dan
administrasi. Aktivitas operasi perusahaan merupakan sumber utama laba perusahaan. Laba
mencerminkan kesuksesan perusahaan dalam membeli dari pasar input dan menjual dalam
pasar output. sumber utama laba perusahaan. Laba mencerminkan kesuksesan perusahaan
dalam membeli dari pasar input dan menjual dalam pasar output. Seberapa baik perusahaan

3
dalam menjalankan rencana bisnis dan strateginya, dan dalam menentukan bauran aktivitas
operasinya, menentukan kesuksesan atau kegagalan perusahaan. Analisis atas angka laba dan
bagian komponennya mencerminkan kesuksesan perusahaan dalam menjalankan aktivitas
bisnisnya secara efektif dan efisien.

B. Beberapa Konsep Matematis Yang Umum Digunakan Dalam Keuangan


Konsep statistik umum yang digunakan dalam pengendalian keuangan dilakukan dengan
pendekatan rasio keuangan. Rasio merupakan perbandingan dua angka / jumlah. Perbandingan
tersebut dapat dinyatakan dalam berbagai cara. Rasio mengungkapkan hubungan matematis
antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya; atau perbandingan antara suatu pos dengan pos
lainnya. Meskipun rasio hanya merupakan hubungan sistematis, tetapi penjabarannya dapat
menjadi lebih kompleks. Rasio akan bermanfaat apabila rasio tersebut memperlihatkan suatu
hubungan yang mempunyai makna. Misalnya, rasio yang menggambarkan hubungan antara
penjualan dan biaya pemasaran adalah bermanfaat karena hubungan ini memang mempunyai
makna.

Namun, tidak ada satu analisis, rasio yang dapat menjawab semua kepentingan, sehingga untuk
menjawabnya dikembangkan empat kelompok rasio keuangan.
1. Rasio likuiditas.
2. Rasio manajemen aset.
3. Rasio manajemen utang.
4. Rasio profitabilitas.
5. Rasio nilai pasar

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)


Rasio likuiditas merupakan aset yang diperdagangkan di pasar aktif sehingga dapat dikonversi
dengan cepat menjadi kas pada harga pasar yang berlaku. Analisis likuiditas penuh
membutuhkan penggunaan anggaran kas, tetapi dengan menghubungkan kas dengan aset
lancar lainnya dengan liabilitas jangka pendek, analisis rasio, memberikan ukuran likuiditas
yang cepat dan mudah digunakan. Dua rasio likuiditas yang umum digunakan dijelaskan
berikut ini (Brigham dan Houston, 2012).

4
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur
likuiditas perusahaan atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi liabilitas jangka pendek
tanpa menghadapi kesulitan. Rasio lancar ini dihitung dengan formula sebagai berikut.

Aset lancar meliputi kas, efek yang dapat diperdagangkan, piutang usaha, dan persediaan. Jika
suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan, perusahaan mulai lambat membayar tagihan
(utang usaha), pinjaman bank dan kewajiban lainnya yang akan meningkatkan liabilitas jangka
pendek Jika liabilitas jangka pendek naik lebih cepat daripada aset lancar, maka rasio lancar
akan turun, dan ini pertanda adanya masalah.

b. Rasio Cepat (Quick: Ratio)


Rasio likuiditas kedua yang sering digunakan adalah quick ratio atau acid test yang dihitung
dengan mengurangi persediaan dengan aset lancar; kemudian membagi sisanya dengan
liabilitas jangka pendek seperti dinyatakan berikut ini

=

Persediaan pada umumnya merupakan aset lancar perusahaan yang setidaknya likuid sehingga
persediaan merupakan aset, di mana kemungkinan besar akan terjadi kerugian jika terjadi
likuidasi. Oleh karena itu, rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar
liabilitas jangka pendek tanpa mengandalkan penjualan persediaan sangat penting artinya.

2. Rasio Manajemen Aset


Kelompok rasio yang kedua, rasio manajemen aset (asset management ratio), mengukur-
seberapa efektif perusahaan mengelola asetnya. Jika perusahaan memiliki terlalu banyak aset,
maka biaya modal terlalu tinggi dan labanya akan tertekan. Di lain pihak, jika aset terlalu
rendah, penjualan yang menguntungkan akan hilang. Rasio manajemen aset diuraikan pada
penjelasan berikut.
a. Rasio Perputaran Persediaan
Rasio perputaran persediaan adalah cara untuk mengetahui berapa kali dalam suatu periode
tertentu sebuah perusahaan menjual persediaannya. Perüsahaan menggunakan perputaran

5
persediaan untuk menilai kemampuan mereka dalam menghadapi persaingan, merencanakan
laba usaha, dan secara umum mengetahui seberapa baiknya perusahaan menjalankan
kegiatannya. Pada umumnya, perputaran persediaan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut.

b. Jumlah Hari Penjualan Belum Tertagih


Jumlah hari penjualan belum tertagih (days sales outstanding-DSO) atau disebut
juga periode penagihan rata-rata digunakan untuk menilai piutang usaha, dan
dihitung dengan membagi piutang usaha dengan hasil penjualan rata-rata untük.
mencari berapa hari penjualan terkait dalam piutang usaha. jadi, DSO mencerminkan
lamanya waktu rata-rata perusahaan harus menunggu setelah melakukan penjualan.
dan belum menerima kas.

!"
= ℎℎ ℎ= =
# $# %!& ' ! %# ( #
!"
%!& ' ! ( ! !/*+,

c. Rasio Perputaran Aset Tetap


Rasio in merupakan perbandingan antara penjualan dengan perputaran aset tetap (fixed assets
turnover). Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada aset tetap
seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah
penjualan neto yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aset tetap.
Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan asetnya secara
efektif untuk meningkatkan pendapatan. Jika perputarannya lambat (rendah); kemungkinan
terdapat kapasitas yang terlalu besar atau ada banyak aset tetap, tetapi kurang bermanfaat, atau
mungkin disebabkan hal-hal lain seperti investasi pada aset tetap yang berlebihan dibandingkan
dengan nilai output yang akan diperoleh. Jadi, semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif
penggunaan aset tetap tersebut. Pada umumnya, perputaran aset tetap dihitung dengan rumus
sebagai berikut.

d. Rasio Perputaran Total Aset

6
Rasio Manajemen aset yang terakhir adalah rasio perputaran total aset (total assets turnover
ratio), mengukur perputaran seluruh aset perusahaan, dan dihitung dengan membagi penjualan
dengan total aset: Rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut.

3. Rasio Manajemen Utang


Rasio manajemen utang adalah rasio yang menonjol pada utang yang dimiliki perusahaan.
Dalam arti harfiah, leverage berarti pengungkit/tüas. Sumber dana perusahaan dana dibedakan
menjadi dua, yaitu sumber dana intern dan sumber dana ekstern. Sumber dana intern berasal
dari saldo laba, pemilik perusahaan yang tercermin pada lembar saham atau persentase
kepemilikan yang tertuang dalam laporan posisi keuangan sementara sumber dana ekstern
merupakan sumber dana perusahaan, yang berasa dari luar perusahaan, misalnya utang. Kedua
sumber dana ini tertuang dalam laporan posisi keuangan pada sisi liabilitas.
Leverage juga dapat diartikan sebagai penggunaan aset atau dana di mana untuk penggunaan
tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau, membayar beban tetap. Kalau pada
"operating leverage" penggunaan aset dengan biaya tetap adalah dengan harapan bahwa
pendapatan yang dihasilkan oleh penggunaan aset itu akan cukup untuk menutup biaya tetap
dan biaya variabel, maka pada "financial leverage penggunaan dana dengan beban tetap itu
adalah dengan harapan untuk memperbesar laba per saham (earning per share-EPS).
Masalah financial leverage baru timbul setelah perusahaan menggunakan dana dengan beban
tetap, seperti halnya masalah operating leverage baru timbul setelah perusahaan dalam
operasinya mempunyai biaya tetap. Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap
dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan atau efek yang positif
jika pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih, besar dari pada beban tetap
dari penggunaan dana itu. Jika perusahaan dalam, menggunakan dana dengan beban tetap itu
menghasilkan efek yang menguntungkan dana bagi pemegang saham (pemilik modal sendiri),
yaitu dalam bentuknya memperbesar EPS, dikatakan perusahaan itu menjalankan "trading on
the equity".
Terdapat dua alasan dibalik dampak leverage: (1) karena bunga dapat menjadi pengurang
pajak, penggunaan utang akan mengurangi kewajiban pajak dan menyisakan laba operasi yang
lebih besar bagi investor perusahaan, (2) jika laba operasi sebagai persentase terhadap aset
melebihi tingkat bunga atas utang seperti yang umumnya diharapkan, maka perusahaan dapat

7
menggunakan‹an utang untuk membeli aset; membayar bunga atas utang, dan mash
mendapatkan sisanya sebagai bonus bagi pemegang saham.

a. Total utang terhadap total aset


Total utang terhadap total aset adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
solvabilitas perusahaan. Tingkat solvabilitas adalah kemampuan untuk membayar liabilitas
jangka panjang perusahaan tersebut. Perusahaan dikatakan solven berarti perusahaan tersebut
memiliki aset dan kekayaan yang cukup untuk membayar utangnya. Rasio ini menunjukkan
besarnya total utang terhadap keseluruhan total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio in
merupakan persentase dan yang diberikan oleh kreditor bagi perusahaan.
Rumus untuk menghitung total utang terhadap total aset adalah sebagai berikut :

=
b. Rasio Kelipatan Bunga
Rasio kelipatan bunga (time interest earned-TIE) dihitung dengan membagi laba
sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga:

-./0
=

Rasio kelipatan bunga mengukur sampai sejauh mana laba operasi dapat mengalami
penurunan sebelum perusahaan tidak mampu memenuhi beban bunga tahunan.

c.Rasio Cakupan EBITDA


Rasio time interest earned akan berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
memenuhi beban bunga atas hutangnya, tetapi rasio ini memiliki dua kelemahan 1) Bunga
bukan satu-satunya beban keuangan yäng bersifat tetap, perusahaan juga harus mengurangi
utangnya sesuai jadwal, dan banyak perusahaan menyewa aset dan akibatnya harus melakukan
pembayaran sewa. jika gagal membayar kembali utang atau melunasi pembayaran sewanya,
perusahaan terpaksa harus menyatakan bangrut. 2) BIT tidak, mencerminkan seluruh arus kas
yang tersedia untuk melunasi utang, terutama perusahaan yang memiliki beban penyusutan dan
amortisasi yang tinggi.

8
Untuk memasukkan kelemahan ini, para bankir dan, pihak lainnya,telah mengembangkan rasio
kecukupan EBITDA. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung EBITDA adalah
sebagai berikut:

-./0 1
-./0 1 + 3 4 ℎ
=
+ 3 + 3 4 ℎ

4. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan dalam satu periode
tertentu. Dasar penilaian profitabilitas adalah laporan keuangan yang terdiri dari laporan Posisi
keuangan dan laporan laba rugi perusahaan.Berdasarkan kedua laporan keuangan tersebut akan
dapat ditentukan hasil analisis sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini digunakan untuk menilai
beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan. Analisis profitabilitas bertujuan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, baik dalam hubungannya dengan
penjualan, aset, maupun modal sendiri. Jadi, hasil profitabilitas dapat dijadikan sebagai tolak
ukur ataupun gambaran tentang efektivitas kinerja manajemen ditinjau dari keuntungan yang
diperoleh dibandingkan dengan hasil penjualan dan investasi perusahaan.

a. Margin Laba atas Penjualan


Margin laba atas penjualan (profit margin on sales) dihitung dengan membagi laba neto dengan
penjualan, memberikan angka laba per rupiah penjualan seperti dinyatakan dalam rumus
berikut ini.

5 =

b. Imbal Hasil atas Aset


Imbal hasil atas aset (return on assets-ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas. Dalam
analisis laporan keuangan, rasio in paling sering disoroti, Karena mampu menunjukkan
keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian
diproyeksikan di masa yang akan datang.
Menurut Brigham dan Houston (2012), imbal hasil atas aset (ROA) dihitung

9
dengan cara membandingkan laba neto yang tersedia untuk pemegang saham biasa
dengan total aset.

/ ℎ 6 17 =

c. Rasio Kemampuan Dasar untuk Menghasilkan Laba


Rasio kemampuan dasar untuk menghasilkan laba (basic earning power-BEP) dihitung dengan
membagi jumlah laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aset, seperti dinyatakan
sebagai berikut.

-./0
ℎ 6.-87 =

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aset perusahaan,
sebelum pengaruh pajak dan leverage. Rasio ini bermanfaat ketika membandingkan
perusahaan dengan berbagai tingkat leverage keuangan dan situasi pajak.

d.Imbal Hasil atas Ekuitas


Imbal hasil atas ekuitas (return on equity-ROE) merupakan rasio yang membagi laba setelah
pajak dengan rata-rata modal pada perusahaan. Rasio ini digunakan menghasilkan laba neto
perusahaan.Secara teori, ROE dirumuskan sebagai berikut :

/ ℎ 6 -7 =

Pemegang saham berharap mendapatkan pengembalian atas uang mereka, dan rasio ini
menunjukkan besarnya pengembalian tersebut dilihat dari kacamata akuntansi.

5. Rasio Nilai Pasar


Rasio in merupakan indikator untuk mengukur mahal murahnya suatu saham, digunakan untuk
membantu investor dalam mencari saham yang memiliki potensi keuntungan dividen yang
besar sebelum melakukan penanaman modal berupa saham. Namun, rasio pasar tidak
mempunyai ukuran yang menunjukkan tingkat efisiensi rasio serta tidak dapat mencerminkan
kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan jika dilihat berdasarkan harga saham maupun
jika dipergunakan oleh pihak manajemen perusahaan.

10
Rasio nilai pasar merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham dengan
laba, nilai buku per saham, dan dividen. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang
dipikirkan investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospeknya di masa depan
Rasio pasar mengukur harga pasar saham perusahaan relatif terhadap nilai bukunya. Sudut
pandang rasio in lebih banyak berdasarkan pada sudut pandang investor ataupun calon investor;
meskipun pihak manajemen, juga berkepentingan dalam rasio ini. Rasio modal saham atau
rasio pasar terdiri atas:

a. Rasio Harga/Laba
Rasio harga terhadap laba (price earning ratio-P/E) menunjukkan berapa banyak investor yang
bersedia membayar untuk setiap rupiah dari laba yang dilaporkan. Oleh para investor, rasio ini
digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang
akan datang, Kesediaan para investor untuk menerima kenaikan P/E sangat bergantung pada
prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi, biasanya
memiliki P/E yang tinggi. Sebaliknya, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah
cenderung memiliki P/E yang rendah pula. Rumus yang biasa digunakan dalam menghitung
rasio harga terhadap laba adalah sebagai berikut.

ℎ ℎ
ℎ ℎ 68/-7 =

b.Rasio Harga terhadap Arus Kas


Rasio harga saham terhadap arus kas per saham digunakan untuk menunjukkan harga yang
dibayarkan pemegang saham terhadap arus kas dari aktivitas operasi per lembar saham
perusahaan. Valuasi harga saham terhadap arus kas dari aktivitas operasi digunakan untuk lebih
mengetahui kemampuan riil perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari aktivitas
operasinya. Arus kas tidak mudah "dimanipulasi" karena tidak dipengaruhi oleh faktor non kas
seperti penyusutan, amortisasi, dan faktor non kas lain.

ℎ ℎ
ℎ ℎ =

c. Rasio Nilai Pasar terhadap Nilai Buku


Rasio ini menunjukkan berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah atau sedang
ditanamkan oleh pemilik perusahaan, semakin tinggi rasio ini, semakin besar tambahan wealth

11
(kekayaan) yang dinikmati oleh pemilik perusahaan. Jika harga pasar berada di bawah nilai
bukunya, investor memandang bahwa perusahaan tidak cukup potensial. Bila seorang investor
pesimistis atau prospek suatu saham banyak saham dijual pada harga dibawah nilai bukunya.
Sebaliknya, jika investor optimis maka saham dijual dengan harga di atas nilai hulunya. Rumus
yang biasa digunakan untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut.

9 ℎ =
ℎ ℎ

5 ℎ ℎ
ℎ = =
. ℎ

Biasanya rasio M/B pada umumnya lebih besar dari 1, ini artinya investor bersedia membayar
saham lebih besar daripada nilai buku akuntansinya. Situasi seperti biasanya terjadi karena nilai
aset, seperti yang dilaporkan oleh akuntan dalam laporan posisi keuangan, tidak mencerminkan
inflasi maupun goodwill. jika suatu perusahaan menerima tingkat imbal hasil atas aset yang
rendah, maka rasio M/ Bakan relatif rendah dibandingkan rata-rata perusahaan lain.

C. Aspek Dimensi Keperilakuan Dalam Pengendalian Keuangan Umpan Balik


Mekanikal Versus Respon Perilaku
Fokus utama dalam subsistem pengendalian keuangan adalah perilaku dari orang-orang yang
ada dalam organisasi dan bukan pada mesin. Oleh sebab itu, pengendalian keuangan dapat
dipahami secara baik melalui penekanan pada pentingnya asumsi-asumsi keperilakuan.
Namun, tidak semua desain pengendalian berfokus pada perilaku manusia. Aplikasi mekanikal
dari pengendalian adalah seperti termometer yang mengendalikan temperatur tubuh, lebih
menekankan pada sifat mekanik dibandingkan dengan sifat perilaku. Peralatan metode
mekanikal serta kelistrikan tentu juga dapat digunakan untuk mempengaruhi perilaku,
Misalnya, penggunaan sistem absensi (kehadiran) ataupun penggunaan finger scan yang
diterapkan di perusahaan berfungsi sebagai pengaman untuk mencegah keterlambatan atau
ketidakhadiran para karyawan atau penggunaan sistem komputer yang membatasi kebebasan
akses dalam mengoperasikan computer merupakan contoh dari pemanfaatan mekanikal yang
dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Oleh karena menekankan pada aspek perilaku
manusia, subsistem dari pengendalian keuangan juga didasarkan pada asumsi keperilakuan
manusia.

12
Sasaran perilaku utama dari pengendalian keuangan dapat dijelaskan dengan menggunakan
definisi pengendalian secara umum. Pada umumnya, pengendalian didefinisikan sebagai suatu
inisiatif yang dipilih yang akan mengubah kemungkinan pencapaian hasil yang diharapkan.
Pengendalian juga dapat dikatakan sebagai proses memantau kegiatan untuk memastikan
bahwa kegiatan tersebut diselesaikan seperti yang telah direncanakan dan proses mengoreksi
setiap penyimpangan yang berarti. Menurut Usry dan Hammer (1994)" pengendalian adalah
usaha sistematik perusahaan untuk mencapai tujuan dengan cara membandingkan prestasi kerja
dengan rencana dan membuat tindakan yang tepat untuk mengoreksi perbedaan yang penting.
Dasar pengendalian dapat dilihat dari fungsi pengawasan. Fungsi Ini diperlukan untuk
menjamin terlaksananya berbagai kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi, sesuai
dengan apa yang telah direncanakan.

1. Perluasan Konsep Tradisional


Konsep pengendalian tradisional dalam akuntansi sering kali berarti hasil dari informasi
akuntansi adalah langkah akhir dari peran akuntan. Dalam pendekatan perilaku, menghasilkan
informasi bukanlah akhir dari keterlibatan akuntan sehingga informasi dapat dipandang sebagai
intermediasi dari langkah akhir: Informasi akuntansi adalah bagian dari proses penandaan yang
dirancang untuk meningkatkan manfaat organisasi awal dengan memengaruhi perilaku
anggotanya. Tujuan pengendalian didasari keinginan untuk memilth suatu inisiatif yang akan
mengubah kemungkinan pencapaian hasil keperilakuan yang diharapkan. Dengan demikian,
informasi akuntansi dapat dipandang sebagai pertanda dan bukan suatu akhir.
Ketika sistem pengendalian dirancang secara tepat untuk menghasilkan informasi akuntansi
yang akurat dan andal, fokus sistem pengendalian secara tradisional terletak pada tujuh faktor
berikut.
1. Mempekerjakan karyawan yang akan melaksanakan tanggung jawabnya dengan kompeten
dan penuh integritas.
2. Menghindari fungsi yang tidak harmonis dengan memisahkan tugas dan tanggung jawab.
3. Mendefinisikan wewenang yang terkait dengan posisi sehingga kesesuaian transaksi
dilaksanakan dan dapat dievaluasi.
4. Menetapkan metode yang sistematis guna memastikan bahwa transaksi telah dicatat dengan
akurat.
5. Memastikan bahwa dokumentasi memadai.
6. Menjaga aset dengan mendesain prosedur yang membatasi akses terhadap aset tersebut.
7.mendesain pengecekan independen untuk meningkatkan akurasi
13
D. Aspek Keperilakuan Dari Pengendalian Keuangan Yang Komprehensif
Secara formal, sistem pengendalian komprehensif merupakan suatu konfigurasi yang saling
melengkapi, yaitu subsistem formal yang mendukung proses administratif.
Untuk dapat diformalkan, suatu subsistem pengendalian seharusya terstruktur dan
berkelanjutan, serta didesain dengan suatu proses yang tepat untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Pendekatan informal merupakan sesuatu yang bersifat ad hoc, memiliki tingkat
kepribadian yang tinggi, dan bertujuan mempertimbangkan variabilitas.
Anggaran, laporan-laporan akuntansi, biaya standar, dan pusat pertanggungiawaban
merupakan contoh dari pendekatan formal. Sementara, pendekatan pengendalian informal
meliputi norma-norma yang tidak tertulis, pengendalian dengan cara intuisi, dan sebagainya.
Untuk bisa menjadi pengendalian yang komprehensif, suatu sistem pengendalian seharusnya
mencakup aktivitas perencanaan, operasi, dan fungsi umpan balik. Terdapat tiga tahap proses
administratif dan implementasi pengendalian yang akan dibicarakan pada submateri berikut.

1. Perencanaan
Perencanaan dalam organisasi adalah esensial, karena dalam kenyataannya perencanaan
memegang peranan lebih dibandingkan fungi manajemen lainnya. Fungsi pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan sebenarnya hanya melaksanakan keputusan perencanaan.
Sebelum manajer dapat mengorganisasi, mengarahkan, atau mengawasi, mereka harus
membuat rencana yang memberikan tujuan dan arah organisasi. Perencanaan adalah pemilihan
sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana,
dan oleh siapa. Kebutuhan akan perencanaan ada di semua tingkatan dan pada kenyataannya
meningkat di mana tingkatan tersebut mempunyai dampak potensial terbesar terhadap
keberhasilan organisasi atau tingkatan manajemen puncak. Manajer puncak biasanya
mencurahkan sebagian besar waktu perencanaan mereka untuk rencana jangka panjang dan
strategi organisasi. Manajer pada tingkatan bawah merencanakan terutama bagi kelompok
kerjanya dan untuk jangka pendek.

2. Operasi
Operasi sering kali didefinisikan sebagai proses transformasi. Ada dua jenis proses dalam
kegiatan operasi, yaitu proses inti (core process) dan proses pendukung (support process).
Proses Inti merupakan serangkalan kegiatan yang menyampaikan nilai pada pelanggan.

14
Manajer dan karyawan berinteraksi dengan pelanggan eksternal dan membangun hubungan
dengan mereka, mengembangkan produk dan jasa baru, berinteraksi dengan pemasok
eksternal, can menghasilkan produk dan jasa atau pelayanan untuk pelanggan elsternal.
Sementara it, proses pendukung memberikan sumber daya dan input yang penting ke dalam
proses inti yang penting bagi pengelolaan kegiatan perusahaan atau organisasi. Dalam
organisasi yang terstruktur; fungi organisasi menyadari keberadaan dari rencana manajemen
walaupun perencanaan tersebut mungkin bersifat tidak formal atau tidak tertulis. Batasan
"operas" mengacu pada pelaksanaan aktivitas organisasi, termasuk di dalamnya provisi atas
jasa pelayanan dan produksi produk yang sama pentingnya dengan menjaga fungsi operasi.

3. Umpan Balik
Umpan balik dalam organisasi berasal dari sumber formal dan informal yang disusun dari
komunikasi nonverbal. Komunikasi tersebut dihasilkan secara ruin dari statistik yang
ditabulasikan sebagai dasar untuk evaluasi penyusunan. Evaluasi in akan memengaruhi
distribusi kompensasi, pemberian sanksi, dan perubahan atas proses perencanaan serta operasi
sebagai akibat dari umpan balik. Suatu rancangan yang formal dan sistematis dikumpulkan
untuk koleksi dan penyaringan umpan balik. Hal in membutuhkan variabel yang dapat
diidentifikasi, ukuran yang definitif, dan aktivitas pengumpulan data. Pengukuran dapat
dihasilkan secara internal, seperti menyediakan umpan balik dari analisis terhadap varians
biaya standar: Namun, pengukuran juga dapat diperoleh dari sumber eksternal perusahaan,
seperti pangsa pasar dalam industri. Proses umpan balik dalam subsistem pengendalian
kuangan jarang bisa dipahami, seperti memahami aplikasi mekanis yang melibatkan sistem
tertutup dengan menemukan hubungan sebab akibat. Dalam aplikasi manajemen, keberadaan
faktor manusia dan kompleksitas dari motivasi manusia mendukung pernyataan bahwa
hubungan antara umpan balik dan tindakan berikutnya mash diwarnai dengan ketidakpastian
dan kerumitan.

E. Aspek Keperilakuan Atas Pengendalian Keuangan Dari Faktor Kontekstual


Konteks dapat menjadi hal penting untuk keberhasilan dalam mendesain dan
mengimplementasikan sistem pengendalian keuangan. Konteks mengacu pada serangkaian
karakteristik yang ditetapkan berdasarkan kajian empiris dalam sistem pengendalian. Terdapat
banyak cara untuk menjelaskan konteks khusus yang hampir tidak terbatas, Terlebih lagi, bukti

15
persuasif yang berhubungan dengan faktor-faktor kontekstual dari aplikasi pengendalian
keuangan khusus sangat jarang ditemukan.
Tantangan bagi manajer adalah memahami faktor yang paling dominan terhadap keberhasilan
penerapan pengendalian keuangan. Proses dalam mengidentifikasikan faktor kontekstual yang
penting merupakan subjek tertinggi dan sangat temporer;, seperti apakah pendapat seorang
manajer lebih penting dibandingkan dengan pendapat manaier lain? Semua daftar faktor
kontekstual kritis merupakan subjek untuk melakukan perbaikan secara keseluruhan. Pada
bagian in akan dibahas faktor kontekstual seperti ukuran, stabilitas lingkungan, motivasi
keuntungan, dan faktor proses. Faktor-faktor yang dipilth untuk didiskusikan tidak
menjelaskan susunan yang lengkap. Dalam beberapa kasus, faktor terpenting yang perlu
dipertimbangkan secara jelas menunjukkan peran penting yang dimainkan oleh konteks clalam
keberhasilan perancangan dan penerapan subsistem pengendalian keuangan.

1. Ukuran
Ukuran dapat dipandang sebagai suatu peluang dan hambatan. Ukuran dipandang sebagai
peluang jika berfungsi sebagai pemberi manfaat ekonomi dan bukan sebagai strategi
pengendalian. Ukuran dapat menjadi hambatan jika pertumbuhan ekonomi menyebabkan
terjadinya eliminasi terhadap strategi pengendalian. Luasnya skala desain sistem pengendalian
berbasis komputer mungkin dimulai dengan inovasi, tetapi ukuran tersebut dapat cepat
membangun standar ekonomi yang akan menentukan keberhasilan atas persaingan industri.
Fenomena ini telah diterapkan pada perusahaan manufaktur dengan sebaik mungkin, demikian
pula halnya pada institusi keuangan dan perusahaan yang berorientasi pada jasa. Perencanaan,
operasi, dan aktivitas umpan balik dalam organisasi besar membutuhkan pengendalian strategi
formal yang aka mengantisipasi risiko terhadap kegagalan pengendalian dan meningkatkan
efisiensi operasional.

2. Stabilitas Lingkungan
Desain pengendalian dalam lingkungan yang stabil dapat berbeda dengan desain pengendalian
dalam lingkungan yang selalu berubah. Stabilitas dalam lingkungan eksogen dapat dinilai dari
kekuatan gerakan yang secara eksternal menghasilkan produk yang memerlukan suatu
tanggapan. Derajat stabilitas lingkungan dapat ditingkatkan dengan memilih alat yang tepat
terhadap perubahan lingkungan, seperti pengenalan sejumlah produk baru, tindakan pesaing
yang melakukan metode produksi yang lebih baik atau efisien, atau inisiatif pihak pengambil
keputusan yang memengaruhi unit kerja. Lingkungan eksogen yang stabil diasumsikan dalam
16
berbagai pembahasan sistem biaya standar dan analisis hubungan atas varians biaya. Asumsi
ini memunculkan fakta yang terpisah antara operas yang sementara dengan lingkungan bisnis
yang menuntut adanya perubahan secara terus-menerus. Dengan membandingkan biaya aktual
yang terjadi dengan standar yang telah ditentukan, subsistem biaya standar menjadi penting
untuk ditiniau.

3. Motif Keuntungan
Kebanyakan ekonom dan ahli keuangan menganggap motif keuntungan menjadi alasan utama
bisnis ada dalam masyarakat kapitalis. Meskipun hal in mungkin tampak agak disederhanakan,
semua aspek bisnis biasanya dapat dihubungkan ke bagaimana bisnis membuat keuntungan
dan bagaimana keuntungan digunakan untuk terus menumbuhkan bisnis. Mengejar tapa henti
dari keuntungan finansial, motif keuntungan dengan kata lain, juga dapat dilihat sebagai suatu
usaha yang sepenuhnya egois, tetapi pendukung kapitalisme dan kepentingan dalam bisnis
akan berpendapat sebaliknya.
Keberadaan dari motif keuntungan tentunya bukan penghalang untuk menggunakan ukuran
penilaian akuntansi terhadap produktivitas. Pada sisi lain, jelas bahwa sistem pengendalian
yang didasarkan pada motif dan ukuran keuntungan sering kali tidak dapat diterjemahkan
secara langsung pada konteks nirlaba (nonprofit). Ukuran laba adalah penting dan meskipun
sulit dijadikan sebagai indikator keberhasilan. Manfaat terbesar yang berkaitan dengan
indikator berbasis laba adalah bahwa indikator tersebut secara statistik akan tampak jelas.

F. Aspek Keperilakuan Dalam Perekayasaan Pengendalian Keuangan


Tujuan proses pengendalian akuntansi dapat menjadi suatu penentu yang .penting dalam desain
pengendalian. Terdapat banyak cara mengarakteristikkan proses pengendalian keuangan
organisasi. Beberapa karakteristik in dapat menjadi penting bagi tujuan pengendalian,
sementara karakteristik lainnya mungkin bersifat terbatas dan tidak membuat perbedaan.
Proses sederhana maupun kompleks dan proses biaya variabel maupun biaya tetap
mengilustrasikan pentingnya proses variabel. Proses yang sederhana adalah salah satu proses
yang dapat dikarakteristikkan dengan memahami hubungan sebab-akibat secara baik.
Sedangkan proses yang kompleks melibatkan berbagai hubungan yang tidak dapat dipahami
dengan balk. Proses sederhana lebih mudah dikendalikan dibandingkan dengan proses yang
kompleks. Blaya yang tidak dapat dihindari terjadi pada unit-unit dalam perusahaan, seperti
rise dan pengembangan, pemasaran, dan administrasi karyawan. Hal in sering menimbulkan

17
kesulitan dalam mendlesain inisiatif pengendalian terhadap aplikasi biaya yang tidak dapat
dihindari karena ketidakpastian dalam pengaruh pengendalian.

G. Aspek Keperilakuan Dalam Pertimbangan Rancangan


Pengendalian telah didefenisikan sebagai suatu pilihan Inisiatif karena diyakini bahwa
kemungkinan pencapaian hasil yang diharapkan adalah tinggi. Untuk memperbaiki
kemungkinan keberhasilan, para desainer akan mencari cara menemukan hubungan sebab-
akibat yang dipercaya bersifat nyata dalam lingkungan sehingga mereka memiliki kemampuan
untuk mengantisipasi konsekuensi logis yang dapat dihasilkan dari penambahan suatu
pengendalian atau aturan pengendalian. Oleh karena lebih fokus pada perilaku dibandingkan
dengan mekanis, para desainer harus mempertimbangkan istilah ekspektasi dan kemungkinan
dibandingkan dengan kepastian dalam hal output.
Pengembangan rencana hingga mencapai tingkat yang sempurna menjadi tujuan yang tidak
realistis. Sistem pengendalian pada desain untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Evaluasi
yang pragmatis terhadap keberhasilan secara kolektif seharusya dapat menilai pencapaian
keuntungan yang terjadi.

1. Antisipasi Terhadap Konsekuensi Logis


Antisipasi terhadap konsekuensi logis merupakan komponen inti dalam mendesain
pengendalian. Kondisi ini merupakan hal yang penting bagi seorang manajer keuangan yang
terbiasa membuat pertimbangan berdasarkan pada apakah suatu hasil itu baik atau buruk.
Laporan keuangan memberikan informasi untuk menentukan apakah hasil tersebut tepat.
Pengendalian akan berhubungan dengan hasil atau konsekuensi, balk yang tepat maupun tidak.
Namun, pengendalian lebih mencerminkan konsekuensi perilaku terhadap strategi
pengendalian khusus. Misalnya, studi tentang waktu dan gerak mesin digunakan untuk
menetapkan standar tenaga kerja dan waktu luang. Pada banyak kasus, pekerja akan mengambil
manfaat pribadi dari rentang waktu luang dan baru benar-benar bekerja pada waltu ekstra guna
menyelesaikan tugasnya. Perilaku pekerja Ini bersifat rasional, dapat diprediksi, dan logis. Hal
ini merupakan suatu konsekuensi logis yang sering dikaitkan dengan pengenalan terhadap
sistem biaya standar.

2. Relevansi Dengan Teori Agensi

18
Salah satu hal yang sangat berharga dari desentralisasi atau pendelegasian wewenang dalam
pengambilan keputusan adalah jika seorang manajer mendelegasikan suatu keputusan kepada
seorang karyawan, di mana karyawan tersebut mungkin dapat mengambil keputusan yang tidak
sesuai dengan manajernya. Dalam menugaskan karyawannya, jika hal ini disadari sepenuhnya
oleh manajer tersebut, maka manajer itu akan mengendalikan agar karyawan tersebut tidak
membuat keputusan yang tidak sesual harapan. Dengan demikian, transparansi berarti
seseorang dapat bertanya tau mengusulkan penugasan yang sebenarnya.

3. Pengelolaan Perubahan
Pengelolaan perubahan adalah sesuatu yang penting menentukan rancangan pergendalian. Para
manajer melaksanakan pengendalian untuk mencapai tujuan yang sering kali dihadapkan pada
satu atau lebih dilema bisnis. Keberadaan pengendalian di dalam perusahaan mungkin mungkin
fungsinya berhenti ketika terjadi perubahan, tetapi para para manajer biasanya khawatir
terhadap perubahan pengendalian tersebut walaupun hal itu akan memberi peluang yang lebih
besar untuk mencapai tujuan dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
perubahan tersebut.

H. Aspek Keperilakuan Pengendalian keuangan Dalam Kerangka pemberdayaan


Perusahaan
Bisnis kompetitif dengan permintaan konsumen dan informasi yang banyak harus
mengandalkan inisiatif karyawan untuk mencari peluang dan merespons kebutuhan konsumen.
Namun, mengejar peluang dapat menempatkan bisnis dalam risiko besar atau menimbulkan
kebiasaan yang dapat menghancurkan integritas perusahaan. kegagalan pengendalian
manajemen telah menjadi topik utama dalam beberapa tahun belakangan ini. Pada setiap kasus,
karyawan melanggar mekanisme pengendalian yang ada dan membahayakan monopoli bisnis.
Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan karena reputasi yang rusak, denda, serta kehilangan
bisnis dan peluang adalah cukup signifikan. Hal ini membuat perhatian manajer tersedot untuk
men gatasi krisis tersebut.Baru-baru ini, manajer harus mendorong karyawannya untuk
memprakarsal perbaikan proses dan penemuan cara-cara baru untuk merespons terhadap
kebutuhan konsumen. tetapi masih dalam batas yang dapat dikendalikan.

1. Membangun Sistem Pengendalian Diagnostik

19
Sistem pengendalian diagnostik bekerja seperti tombol-tombol pada panel pengendalian di
kokpit pesawat terbang yang memungkinkan pilot untuk mendeteksi tanda dan menjaga
variabel kinerja penting dalam batas tertentu. Kebanyakan bisnis memanfaatkan sistem
pengendalian diagnostik untuk membantu manajer mengetahui kemajuan individu,
departemen, atau fasilitas produksi ke arah tujuan yang penting secara strategis Manajer
menggunakan sistem pengendallan diagnostik untuk memonitor tujuan dan profitabilitas serta
memastikan kemajuan ke arah target, seperti pertumbuhan laba dan pangsa pasar: Secara
berkala, manajer menilai output dan membandingkannya dengan standar kinerja pada saat itu.
Umpan balik memungkinkan manajemen untulk menyesuaikan input dan proses sehingga ke
depannya lebih mendekati tujuan.

2. Membangun Sistem Kepercayaan


Perusahaan menggunakan sistem kepercayaan selama bertahun-tahun dalam upayanya untuk
menegaskan nilal dan arah yang dinginkan oleh manajer untuk diterapkan oleh karyawannya.
Pada umumnya, sistem kepercayaan bersifat singkat, sarat nilai, dan Inspirasional. Sistem ini
mengarahkan perhatian karyawan pada tajuan utama bisnis, cara organisasi menciptakan nilai,
upaya untuk mencapai tingkat kinerja organisasi, dan cara seseorang diharapkan untuk
mengatur hubungan internal dan eksternal.
Manajer menerapkan sistem ini dalam kelompok yang berbeda dalam organisasi, di mana
kepercayaan sering kali diremehkan karena kurang penting.

3. Membangun Sistem Batasan


Sistem ini didasarkan pada prinsip manajemen sederhana, tetapi mendasar yang dapat disebut
kekuatan pemikiran negatif. Mengatakan apa yang harus dilakukannya kepada seseorang
dengan menetapkan prosedur operasi standar dan aturan baku akan menghambat inisiatif dan
kreativitas yang dapat dihasilkan oleh karyawan yang cakap dan berjiwa kewiraswastaan.
Member tahu karyawan mengenai apa yang tidak boleh dilakukan memungkinkan inovasi,
tetapi dalam batasan yang jelas. Usaha di mana reputasi dibangun atas dasar kepercayaan
adalah kegunaan kompetitif yang utama.
Bank yang terkenal dengan cabang di mana-mana menyatakan bahwa tiga set utamanya adalah
manusia, modal, dan reputasi. Dari ketiganya, reputasi paling sulit diraih kembali bila rusak.
Untuk melindungi reputasi dari kerusakan, aturan main bank tersebut melarang karyawan
menjalin hubungan dengan klien dari industri yang tidak disukai.

20
4. Membangun Sistem Pengendalian Interaktif
Sistem pengendalian interaktif merupakan sistem informasi formal yang digunakan oleh
manajer untuk melibatkan diri secara terus-menerus dan personal dalam keputusan bawahan.
Sistem ini umumnya mudah dipahami. Manajer senior berpartisipasi dalam keputusan
bawahan, memfokuskan perhatian organisasi, serta belajar mengenai masalah strategi utama.
Sistem pengendalian dapat bersifat in teraktif jika ada perhatian dari seluruh pihak yang terlibat
dalam perusahaan. Manajer senior menjadwalkan pertemuan mingguan untuk membahas
informasi terbaru, menantang bawahan untuk menjelaskan makna perubahan situasi, dan
meninjau ulang rencana tindakan (action plan) yang telah disusun oleh bawahan guna
menghadapi masalah dan kesempatan.
Sistem pengendalian interaktif memiliki empat karakteristik yang membedakannya dari sistem
pengendalian diagnostik.
a. Memfokuskan pada informasi yang berubah secara konstan dan diidentifikasi oleh para
manajer puncak sebagai informasi yang potensial bersifat strategis.
b. Informasi menuntut perhatian ruin yang cukup signifikan dari manajer operasi di seluruh
tingkatan organisasi.
c. Data yang dihasilkan dijabarkan dan didiskusikan dalam rapat langsung yang dihadiri oleh
penyelia, bawahan, dan rekan sejawat.
d. Debat hanya akan berlangsung mengenai data, asumsi, dan tindakan perencanaan.

5. Melakukan Penyeimbangan Pemberdayaan Dan Pengendalian


Manajer yang efektif akan memberdayakan organisasinya karena mereka percaya pada potensi
dasar manusia untuk melakukan inovasi dan menambah nilai. Manajer yang baik akan bekerja
secara konstan untuk membantu karyawannya meningkatkan potensi mereka. Pada perusahaan
kecil, manajer melakukan hal ini secara informal. Misalnya, ketika sedang makan atau
berpergian bersama, mereka mengomunikasikan nilal dan tujuan utama, aturan main, target
saat ini, dan perubahan signifikn yang dipelajari. Seiring dengan perkembangan perusahaan,
manajer senior tidak lagi berhubungan secara konstan dengan semua karyawan yang dapat
mengidentifikasi dan merespon masalah dan kesempatan yang meluas. Tidak dipungkiri bahwa
pengendalian dan prinsip – prinsip tuntutan merupakan hal yang penting.

21
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pengendalian dapat didefenisikan sebagai sebagai suatu inisiatif dalam memilih karena yakin
bahwa kemungkinan untuk memperoleh hasil yang diinginkan akan semakin meningkat.
Sistem komprehensif atas pengendalian dapat ditemukan pada perencanaan, operasi, kegiatan
umpan balik organisasi agar menjadi komprehensif, desain pengendalian seharusnya responsif
terhadap lingkup organisasi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, A. I. (2017). Pengendalian Keuangan. jakarta selatan: novieta indra sallama.

23

Anda mungkin juga menyukai