Anda di halaman 1dari 25

PENGAUDITAN 1

“AUDITING“ KECURANGAN

Kelompok 11 :

Angreina Yasin (1513046)

Nelwis Linggi Allo (1513096)

Kelas : Akuntansi B

UNIVERSITAS ATMA JAYA MAKASSAR

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


DAFTAR ISI

PENDAHLUAN 3
PEMBAHASAN 4
JENIS-JENIS KECURANGAN 4
KONDISI KONDISI PENYEBAB TERJADINYA KECURANGAN 5
MENILAI RISIKO KECURANGAN 6
MENGAWASI TATA KELOLA KORPORASI UNTUK MENGURANGI RISIKO
KECURANGAN 9
MERESPONS RISIKO KECURANGAN 13
BIDANG-BIDANG RISIKO KECURANGAN YANG SPESIFIK 14
TANGGUNG JAWAB BILA DICURUGAI ADA KECURANGAN 19
KESIMPULAN 24
DAFTAR PUSTAKA 25

2
PENDAHULUAN

Kasus kecurangan menjadi perhatian auditor karena dewasa ini menjadi perhatian
semua orang akibat terjadinya kasus Enron dan WorldCom di Amerika Serikat yang
memaksa dibubarkannya salah satu kantor akuntan besar di sana, di samping menimbulkan
kerugian yang sangat besar bagi para investor kedua perusahaan tersebut.
Laporan dari Badan Pemeriksa Keuangan Amerika Serikat serta dari Asosiasi Peng-
uji Kecurangan (Certified Fraud Examiner) juga mengemukakan hal serupa tentang
banyaknya kasus kecurangan yang terjadi dan besarnya kerugian yang dialami, baik pada
perusahaan yang tertutup maupun perusahaan yang sahamnya diperjual-belikan di pasar
bursa, serta baik pada perusahaan yang bermotifkan laba maupun organisasi nirlaba.
Kasus kecurangan klasik yang terjadi menggambarkan bahwa kecurangan laporan
keuangan bukanlah hal baru. Dengan munculnya skandal tersebut, profesi auditor merespons
dengan menerapkan standar formal pertama untuk prosedur pengauditan. Standar-standar
tersebut mengharuskan adanya konfirmasi atas piutang dan pengamatan fisik persediaan,
prosedur yang sekarang ini sudah menjadi standar, ditambah dengan panduan mengenai
tanggung jawa auditor untuk mendeteksi kecurangan.
Oleh karena itu, sangat penting mengetahui kecurangan audit maka disini kami akan
membahas mengenai tanggung jawab auditor dalam melakukan penilaian risiko kecurangan
dan mendeteksi salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan, dan bagian-bagian
utama risiko audit, serta pengendalian-pengendalian yang dilakukan untuk mencegah
kecurangan dan prosedur audit untuk mendeteksi kecurangan.

3
PEMBAHASAN
JENIS-JENIS KECURANGAN

Pelaporan Keuangan yang Curang


Pelaporan keuangan yang curang adalah salah saji atau pengabaian jumlah atau
pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan itu. Sebagian
besar kasus melibatkan salah saji jumlah yang disengaja, bukan pengungkapan.

Meskipun kebanyakan kasus pelaporan keuangan yang curang melibatkan upaya


melebihi sajikan laba entah dengan melebih sajikan aset dan laba atau dengan mengabaikan
kewajiban dan beban, perusahaan juga sengaja merendahkan sajikan laba. Dalam perusahaan
tertutup, hal ini mungkin dilakukan dalam upaya mengurangi pajak penghasilan.

Disini kita mengenal dua istilah :

 Pengaturan laba (earning management) menyangkut tindakan manajemen yang sengaja


untuk memenuhi tujuan laba.
 Perataan laba (income smooting) merupakan salah satu bentuk pengaturan laba di mana
pendapatan dan beban ditukar-tukar di antara periode-periode untuk mengurangi fluktuasi
laba. Salah satu teknik untuk meratakan laba adalah dengan mengurangi nilai persediaan
dan aset lain perusahaan yang diperoleh pada saat akuisisi, yang menghasilkan laba yang
lebih tinggi ketika aset tersebut nanti dijual.

Penyalahgunaan aset

Penyalahgunaan (misappropriation) aset adalah kecurangan yang melibatkan pencurian aset


entitas. Dalam banyak kasus, tetapi tidak semua, jumlah yang terlibat tidak material terhadap
laporan keuangan. Istilah penyalahgunaan atau misaproprisasi aset biasanya digunakan untuk
mengacu pada pencurian yang melibatkan pegawai dan orang lain dalam organisasi.

Penyalahgunaan aset biasanya dilakukan pada tingkat hierarki organisasi yang lebih
rendah. Namun, dalam beberapa kasus yang heboh, manajemen puncak terlibat dalam
pencurian aktiva perusahaan. Karena manajemen memiliki kewenangan dan kendali yang
lebih besar atas aktiva organisasi, penyelewengan yang melibatkan manajemen puncak dapat
menyangkut jumlah yang signifikan.

4
KONDISI KONDISI PENYEBAB TERJADINYA KECURANGAN

Tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya pelaporan keuangan yang curang dan
penyalahgunaan aset disebut dengan segitiga kecurangan (fraud triangle) sebagaimana
dijelaskan dalamSAS 99 (AU 316)

Segitiga Kecurangan

Insentif / Tekanan

Kesempatan Sikap / Rasional

1. Insentif / Tekanan
Manajemen ataupun pegawai lain merasakan insentif atau tekanan untuk melakukan
kecurangan.
2. Kesempatan
Situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan
kecurangan.
3. Sikap / Rasionalisasi
Ada sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan manajemen
atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau merekaberada dalam
lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan
yang tidak jujur.

Dalam segitiga kecurangan, pelaporan keuangan yang curang dan penyalahgunaan aset
terbagi tiga kondisi yang sama, tetapi faktor-faktor risikonya berbeda.

5
Faktor Risiko untuk Pelaporan Keuangan yang Curang

 Insentif/Tekanan
Insentif yang umum bagi perusahaan untuk memanipulasi laporan keuangan adalah
menurunnya prospek keuangan perusahaan.
 Kesempatan
Meskipun laporan keuangan semua perusahaan mungkin sajamenjadi sasaran manipulasi,
risiko bagi perusahaan yang bergerak dalam industri yang melibatkan pertimbangan dan
estimasi yang signifikan jauh lebih besar.
 Sikap/Rasionalisasi
Sikap manajemen puncak terhadappelaporan keuangan merupakan faktor risiko yang
sangat penting dalam menilai kemungkinan laporan keuangan yang curang. Karakter
manajemen atauserangkaian nilai-nilai etis juga mungkin mempermudah analis
merasionalisasi tindakan yang curang.

Faktor Risiko untuk Penyalahgunaan Aset

 Insentif/Tekanan
Tekanan keuangan adalah dorongan atau insentif yang umum bagi pegawai yang
menyalahgunakan aset.
 Kesempatan
Kesempatan untuk mencuri ada di semua perusahaan. Pengendalian internal yang
lemahakan menciptakan kesempatan terjadinya tindakan pencurian.
 Sikap/Rasionalisasi
Sikap manajemen terhadap pengendalian dan perilaku etis dapat menyebabkan pegawai
serta manajer merasionalisasi pencurian aset.

MENILAI RISIKO KECURANGAN

Standar auditing memberikan pedoman bagi auditor dalam menilai risiko kecurangan.
Auditor harus mempertahankan tingkat skeptisisme profesional ketika mempertimbangkan
serangkaian informasi yang luas, termasuk faktor-faktor risiko kecurangan, untuk
mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan.

6
Skeptisisme Profesional

Standar auditing menyatakan bahwa, dalam melaksanakanskeptisisme


profesional(professional skepticisme), auditor “tidak mengasumsikan bahwa manajemen
tidak jujur tetapi juga tidak mengansumsikan kejujuran absolut”. Selain itu, melalui prosedur
evaluasi atas penerimaan dan kelanjutan klien, auditor menolak sebagian besar calon klien
yang dianggap tidak memiliki kejujuran dan integritas.

Pikiran yang Selalu Mempertanyakan

Standar auditing menekankan agarmempertimbangkan kerentanan klien terhadap kecurangan,


tanpa mempedulikan bagaimana keyakinan auditor tentang kemungkinan kecurangan serta
kejujuran dan intergritas manajemen. Selama tahap perencanaan audit untuk setiap audit, tim
yang menerima penugasan harus membahas perlunyamempertahankan pikiran yang selalu
mempertanyakan selama audit berlangsung untuk mengidentifikasirisiko kecurangan dan
mengevaluasi bukti auditsecara kritis.

Evaluasi Kritis atas Bukti Audit

Ketika mengungkapkan informasi atau kondisi lain yang mengindikasikan bahwa mungkin
telah terjadi salah saji yang material akibat kecurangan, auditor harus
menyelidikipermasalahannya secara mendalam, memperoleh bukti tambahan sebagaimana
yang diperlukan, dan berkonsultasi dengan anggota tim lainnya.

Sumber Informasi untuk Menilai Risiko Kecurangan

Terdapat lima sumber informasi yang digunakan untuk menilai risiko kecurangan yaitu:

1. Komunikasi di antara Tim Audit


Standar auditing mewajibkan tim audit mengadakan diskusi untuk berbagi wawasan
di antara anggota tim audit yang lebih berpengalaman serta untuk “curah pendapat”.

2. Pengajuan Pertanyaan kepada Manajemen


Standar auditing mengharuskan auditor untuk mengajukan pertanyaan spesifik tentang
kecurangan dalam setiap audit. Pengajuan pertanyaankepada manajemen dan pihak-
pihak lainnya dalam perusahaan akan membuka kesempatan bagi pegawai untuk
menyampaikan kepada auditor informasi yang dalam kondisi lain mungkin tidak akan
disampaikan.Selama audit berlangsung, pengajuan pertanyaan kepada eksekutif dan

7
pegawai lainnya membuka kesempatan bagi auditor untuk mempelajari berbagai
risiko kecurangan.

3. Faktor-Faktor Risiko
Standar auditing mengharuskan auditor mengevaluasi apakah faktor-faktor risiko
kecurangan mengindikasikan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan tindakan
kecurangan, kesempatan untuk melakukan tindakan kecurangan, atau sikap atau
rasionalisasi yang digunakan untuk membenarkan tindakan yang curang.

4. Prosedur Analitis
Auditor harus melaksanakan prosedur analitis selama tahap perencanaan dan
penyelesaian audit untuk membantu mengidentifikasikan transaksi atau peristiwa
tidak biasa yang mungkinmengindikasikan adanya salah saji yang material dalam
laporan keuangan.

5. Informasi Lainnya
Auditor harus mempertimbangkan semua informasi yang sudah diperoleh dalam
setiap tahap atau bagian audit ketika menilai risiko kecurangan. Kebanyakan prosedur
penilaian risiko yang dilakukan auditor untuk menilai risiko salah saji yang material
selama tahap perencanaan dapat mengindikasikan risiko kecurangan yang lebih tinggi.

Mendokumentasikan Penilaian Kecurangan

Standar auditing mengharuskan auditor mendokumentasikan hal-hal berikut ini yang


berhubungan dengan pertimbangan auditor mengenai salah saji yang material akibat
kecurangan :

 Diskusi antara personil tim penugasan selama tahap perencanaan audit tentang kerentanan
laporan keuangan entitas terhadap kecurangan yang material.
 Prosedur yang ditempuh untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko kecurangan yang material.
 Risiko khusus tentang kecurangan yang material yang sudah teridentifikasi, serta uraian
tentang respons auditor terhadap risiko tersebut.

8
 Alasan yang mendukung kesimpulan bahwa tidak ada risiko yang signifikan atas
pengakuan pendapatan yang tidak tepat secara material.
 Hasil dari prosedur yang ditempuh untuk menghadapi risiko pengabaian pengendalian
oleh manajemen.
 Kondisi dan hubungan analitis lainnya yang menunjukkan bahwa diperlukan prosedur
auditing tambahan atau respons lainnya, serta tindakan yang diambil oleh auditor.
 Sifat komunikasi tentang kecurangan yang disampaikan kepada manajemen, komite audit,
atau pihak lainnya.

Setelah risiko kecurangan diidentifikasi dan didokumentasikan, auditor harus


mengevaluasi faktor-faktor yang mengurangi risiko kecurangan sebelum mengembangkan
respons yang tepat terhadap resiko kecurangan itu.

MENGAWASI TATA KELOLA KORPORASI UNTUK MENGURANGI RISIKO


KECURANGAN

Manajemen bertanggung jawab mengimplementasikan tata kelola korporasi dan prosedur


pengendalian untuk meminimalkan risiko kecurangan, yang dapat dikurangi melalui
kombinasi antara tindakan mencegah, menghalangi, dan mendeteksi. Dengan
mengomunikasikan kebijakan pendeteksian kecurangan dan hukuman, manajemen dapat
menghalangi karyawan untuk melakukan kecurangan.

Pedoman yang dikembangkan oleh AICPA mengidentifikasi tiga unsur untuk mencegah,
menghalangi, dan mendeteksi kecurangan, yakni:

1. Budaya jujur dan etika yang tinggi.


2. Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi risiko kecurangan.
3. Pengawasan oleh komite audit.

Budaya Jujur dan Etika yang Tinggi

Hasil riset menunjukkan bahwa cara yang paling efektif untuk mencegah dan menghalangi
kecurangan adalah mengimplementasikan program serta pengendalian antikecurangan, yang
didasarkan pada nilai-nilai inti yang dianut perusahaan. Nilai-nilai itu menciptakan
lingkungan yang mendukung perilaku dan ekspektasi yang dapat diterima bahwa pegawai
dapat menggunakan nilai itu untuk mengarahkan tindakan mereka, dan membantu

9
menciptakan budaya jujur dan etika yang menjadi dasar bagi tanggung jawab pekerjaan para
karyawan.

Penciptaan budaya jujur dan etika yang tinggi meliputi enam unsur:

1. Menetapkan Tone at the Top


Manajemen dan dewan direksi bertanggung jawab untuk menetapkan “tone at the top”
terhadap perilaku etis dalam perusahaan. Kejujuran dan integritas manajemen akan
memperkuat kejujuran serta integritas karyawan di seluruh organisasi. “Tone at the
Top” yang dilandasi kejujuran dan integritas akan menjadi dasar bagi kode perilaku
yang lebih rinci, yang dapat dikembangkan untuk memberikan pedoman yang lebih
khusus mengenai perilaku yang diperbolehkan dan dilarang.

2. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Positif


Tempat kerja yang positif dapat mendongkrak semangat karyawan, yang dapat
mengurangi kemungkinan karyawan melakukan kecurangan terhadap perusahaan.
Karyawan juga harus bisa memperoleh nasihat dari dalam sebelum mengambil
keputusan yang akan berimplikasi legal atau etis. Banyak organisasi, yang meliputi
semua perusahaan publik di A.S., menerapkan proses “whistleblowing” (membuka
rahasia) bagi karyawan untuk melaporkan pelanggaran aktual atau yang dicurigai atau
pelanggaran yang potensial atas kode perilaku atau kebijakan etika.

3. Mempekerjakan dan Mempromosikan Pegawai yang Tepat


Agar berhasil mencegah kecurangan, perusahaan yang dikelola dengan baik
mengimplementasikan kebijakan penyaringan yang efektif untuk mengurangi
kemungkinan mempekerjakan dan mempromosikan orang-orang yang tingkat
kejujurannya rendah, terutama yang akan menduduki jabatan penting. Kebijakan
semacam itu mungkin mencakup pengecekan latar belakang yakni, memverifikasi
pendidikan, riwayat pekerjaan, serta referensi pribadi calon karyawan, termasuk
referensi tentang karakter dan integritas.

4. Pelatihan
Semua pegawai baru harus dilatih tentang ekspektasi perusahaan menyangkut
perilaku etis pegawai. Pegawai harus diberi tahu tentang tugasnya untuk
menyampaikan kecurangan aktual atau yang dicurigai serta cara yang tepat untuk

10
menyampaikannya. Selain itu, pelatihan kewaspadaan terhadap kecurangan juga harus
disesuaikan dengan tanggung jawab pekerjaan khusus pegawai itu.

5. Konfirmasi
Sebagian besar perusahaan mengharuskan pegawainya untuk secara periodik
mengonfirmasikan tanggung jawabnya mematuhi kode perilaku. Pegawai diminta
untuk menyatakan bahwa mereka memahami ekspektasi perusahaan serta sudah
mematuhi kode perilaku, dan mereka tidak mengetahui adanya pelanggaran.
Konfirmasi tersebut akan membantu mengokohkan kebijakan kode perilaku dan juga
membantu menghalangi pegawai melakukan kecurangan atau pelanggaran etika
lainnya.

6. Disiplin
Pegawai harus mengetahui bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban jika
tidak mengikuti kode perilaku perusahaan. Penyelidikan menyeluruh atas semua
pelanggaran dan respons yang tepat serta konsisten dapat secara efektif menghalangi
kecurangan.

Tanggung Jawab Manajemen untuk Mengevaluasi Risiko Kecurangan

Kecurangan tidak mungkin terjadi tanpa adanya kesempatan untuk melakukannya dan
menyembunyikan perbuatan itu. Manajemen bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan
mengukur risiko kecurangan, mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko yang
teridentifikasi, serta memantau pengendalian internal yang mencegah dan mendeteksi
kecurangan.

1. Mengidentifikasi dan Mengukur Risiko Kecurangan


Pengawasan yang efektif atas kecurangan dimulai dengan pengakuan manajemen
bahwa kecurangan mungkin terjadi, dan hampir semua pegawai sanggup melakukan
perbuatan tidak jujur bila situasinya memungkinkan. Pengakuan ini meningkatkan
kemungkinan bahwa program dan pengendalian yang efektif untuk mencegah,
menghalangi, serta mendeteksi kecurangan akan diterapkan.

2. Mengurangi Risiko Kecurangan


Manajemen bertanggung jawab merancang dan mengimplementasikan program serta
pengendalian untuk mengurangi risiko kecurangan, dan dapat mengubah aktivitas

11
serta proses bisnis yang rentan terhadap kecurangan demi mengurangi insentif dan
kesempatan untuk melakukan kecurangan.

3. Memantau Program dan Pengendalian Pencegahan Kecurangan


Untuk bidang-bidang yang risiko kecurangannya tinggi, manajemen harus
mengevaluasi secara periodik apakah program dan pengendalian antikecurangan yang
tepat telah diimplementasikan serta berjalan efektif.

Audit internal memainkan peran yang penting dalam memantau aktivitas


untuk memastikan bahwa program dan pengendalian antikecurangan telah berjalan
efektif. Audit internal akan membantu menghalangi kecurangan dengan memeriksa
dan mengevaluasi pengendalian internal yang mengurangi risiko kecurangan. Mereka
akan membantu mendeteksi kecurangan dengan melaksanakan prosedur audit yang
dapat mengungkapkan pelaporan keuangan yang curang serta penyalahgunaan aset.

Pengawasan Oleh Komite Audit

Komite audit mengemban tanggung jawab utama mengawasi pelaporan keuangan serta
proses pengendalian internal organisasi. Dalam memenuhi tanggung jawab ini, komite audit
memperhitungkan potensi diabaikannya pengendalian internal oleh manajemen serta
mengawasi proses penilaian risiko kecurangan oleh manajemen, dan program serta
pengendalian antikecurangan. Komite audit juga membantu menciptakan “tone at the top”
yang efektif tentang pentingnya kejujuran dan perilaku etis dengan mendukung toleransi nol
manajemen terhadap kecurangan.

Pengawasan oleh komite audit juga berfungsi sebagai penghalang dilakukannya


kecurangan oleh manajemen senior. Pengawasan harus mencakup:

 Pelaporan langsung temuan-temuan penting oleh audit internal kepada komite


audit.
 Laporan periodik oleh pejabat etika tentang whistleblowing.
 Laporan lain tentang tidak adanya perilaku etis atau kecurangan yang dicurigai.

Karena komite audit memiliki peran penting dalam menetapkan “tone at the top” yang
tepat dan mengawasi tindakan manajemennya, PCAOB Standard 5 mengharuskan auditor
perusahaan publik mengevaluasi efektivitas komite audit sebagai bagian dari evaluasi auditor
mengenai keefektifan pelaksanaan pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Sebagai

12
bagian dari evaluasi ini, auditor mungkin mempertimbangkan independensi komite audit dari
manajemen serta tingkat pemahaman antar manajemen. Auditor eksternal dapat
mengumpulkan informasi dengan mengamati interaksi antara tim audit, komite audit, dan
audit internal mengenai tingkat komitmen komite audit dalam mengawasi proses pelaporan
keuangan. PCAOB Standard 5 menyatakan bahwa pengawasan yang tidak efektif oleh komite
audit dapat menjadi indikator yang kuat bahwa ada kelemahan yang material dalam
pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

MERESPONS RISIKO KECURANGAN

Respon auditor terhadap risiko kecurangan meliputi hal-hal berikut :

1. Mengubah pelaksanaan prosedur audit secalah keseluruhan.


2. Merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk merancang risiko kecurangan
3. Merancang dan melaksanakan prosedur untuk menangani pengabaian pengendalian
oleh manajemen

Mengubah Pelaksanaan Audit Secara Keseluruhan

Auditor dapat memilih di antara beberapa respon secara keseluruhan bila risiko kecurangan
meningkat. Jika risiko salah saji akibat kecurangan meningkat, personil yang lebih
berpengalaman dapat ditugasakan dalam audit itu.Pelaku kecurangan sering kali sudah
mengetahui prosedur sudut yang akan dilaksankan. Karena alasan ini, standar audting
mengharuskan auditor memasukan unsur ketidak terdugaan dalam rencana audit.

Merancang dan Melaksanakan Prosedur Audit untuk Menangani Risiko Kecurangan

Prosedur audit yang tepat yang digunakan untuk menangani risiko kecurangan tertentu
tergantung pada akun yang diaudit dan jenis risiko kecurangan yang diidentifikasikan.

Selain itu, Auditor juga harus mempertimbangkan prinsip akuntansi yang dipilih
manajemen yang melibatkan pengukuran yang subjektif atau transaksi yang kompleks

Merancang dan Melaksanakan Prosedur untuk Menangani Pengabaian Pengendalian


oleh Manajemen

Risiko pengabaian pengendalian oleh manajemen selalu ada dalam hampir semua audit.
Karena manajemen memiliki posisi yang untuk melakukan kecurangan dengan mengabaikan

13
pengendalian yang sebenarnya berjalan efektif, dalam setiap audit auditor harus
melaksanakan prosedur untuk menangani risiko pengabaian oleh manajemen. Adapun 3
prosedur yang harus dilaksakan dalam setiap audit antara lain:

 Memeriksa Ayat Jurnal dan Penyesuaian Lainnya untuk Mencari untuk Mencari Bukti
Salah Saji yang Mungkin Akibat Kecurangan
 Mereview Estimasi Akuntansi untuk Mengetahui Adanya Biasa
 Mengetahui Dasar Pemikiran Bisnis untuk Transaksi Tidak Biasa yang Signifikan

Memutakhirkan Proses Penilaian Risiko

Penilaian risiko salah saji yang material akibat kecurangan harus terus dilakukan auditor
sepanjang audit dan dikoordinasikan dengan prosedur penilaian risiko lainnya. Adapun
beberapa hal yang harus diwaspadai oleh auditor dalam melakukan proses audit antara lain:

 Perbedaan dalam catatan akuntansi


 Bukti audit yang bertentangan atau hilang
 Hubungan yang serba salah atau tidak biasa antara auditor dan manajemen
 Hasil dari prosedur substantif atau prosedur analitis pada tahap review akhir yang
mengindikasikan risiko kecurangan yang sebelumnya tidak diketahui
 Jawaban yang tidak jelas atau tidak masuk akal atas pertanyaan yang diajukan selama
audit atau yang menghasilkan bukti yang tidak konsisten dengan informasi lainnya

BIDANG-BIDANG RISIKO KECURANGAN YANG SPESIFIK

 Risiko Kecurangan dalam Pendapatan dan Piutang Usaha


Dua akun dalam suatu entitas yang rentan terhadap manipulasi dan pencurian adalah
akun piutang dan pendapatan. Hal ini dibuktikan oleh studi yang dilakukan oleh
COSO yang menemukan bahwa lebih dari sebagian kecurangan yang terjadi dalam
laporan keuangan itu melibatkan piutang usaha dan pendapatan. Demikian pula, sebab
penjulan itu sering sekali dilakukan secara tunai atau cepat dikonversi menjadi kas,
dan kas ini juga sangatlah rentan terhadap adanya pencurian ini

Risiko Pelaporan Keuangan Yang Curang Atas Pendapatan

Ada beberapa alasan yang membuat pendapatan rentan terhadap manipulasi. Alasan
yang terpenting adalah bahwa pendapatan hampir selalu merupakan akun terbesar

14
dalam laporan laba-rugi, sehingga satu salah saji yang hanya merupakan persentase
yang kecil dari pendapatan masih bisa berdampak besar terhadap laba.

Alasan lainnya mengapa pendapatan rentan terhadap manipulasi adalah sulitnya


menentukan wakut yang tepat untuk mengakui pendapatan dalam waktu yang tepat
untuk mengakui pendapatan dalam banyak situasi.

Dalam manipulasi pendapatan, ada tiga jenis utama manipulasi pendapatan yaitu :

1. Pendapatan fiktif
2. Pengakuan pendapatan prematur
3. Manipulasi atas penyesuaian pedapatan

1. Pendapatan Fiktif
Biasanya pelaku berusaha keras untuk menciptakan pendapatan fiktif, dengan
cara menciptakan kebijakanfiktif, serta melibatkan puluhan jumlah karyawan.
2. Pengakuan Pendapatan Prematur
Seringnya, sebuah perusahaan mempercepatwaktu untuk melakukan
pengakuan pendapatan untuk memperoleh target pandapatan serta penjualan.
Misalnya saja perusahaan mengakui pendapatan periode berikutnya pada
periode ini
3. Manipulasi atas Penyesuaian Pendapatan
Penyesuaian yang umumnya digunakan untuk pendapatan adalah menyangkut
retur penjualan serta alokasi dari penjualan. Biasanya perusahaan
menyembunyikan retur dari auditor. Adapun maksud dari tindakan ini adalah
agar penjualan dan pendapatan menjadi lebih besar. Selain itu, perusahaan
juga biasanya mengecilkan beban tagihan macet, dengan cara mengecilkan
alokasi dari piutang ragu-ragu. Hal ini dilakukan sebab alokasi tersebut
berkaitan dengan umurpiutang, perusahaan mengubah umur piutang sehingga
menjadi tampak lebih muda.

Tanda-Tanda Peringatan Kecurangan Pendapatan.

Ada banyak tanda peringatan atau gejala yang mengindikasikan kecurang pendapatan.
Dua di antara yang paling bermanfaat adalah prosedur analitis dan perbedaan
dokumenter.

15
1. Prosedur Analitis
Pada prosedur ini sering kali memberikan isyarat bahwa terdapat kecurangan.
Adapun prosedur analitis yang sering digunakan untuk menemukan terjadinya
kecurangan yakni “persentase laba kotor” serta “perputaran piutang”.

2. Perbedaan Dokumenter
Pada transaksi fiktif jarang sekali memiliki tingkat bukti dokumenter yang
sama seperti dalam transaksi yang sah atau legal. Sebagai contoh ketidak-
detilan dari transaksi fiktif yang tidak bisa menyamai transaksi legal dari segi
detail bukti dokumenter.

Penyalahgunaan Penerimaan yang Melibatkan Kas

Meskipun penyalahgunaan penerimaan kas jarang sematerial pelapor pendapatan yang


curang. Kecurangan semacam ini dapat berdampak buruk terhadap organisasi karena
aktiva langsung hilang.

Penyalahgunaan kas yang tipikal menyangkut tidak dicatatnya penjualan yang


kemudian diikuti oleh penyesuaian terhadap piutang usaha pelanggan untuk
menyembunyikan pencurian itu

1. Kelalaian Pencatat Penjualan


Merupakan salah satu bentuk kecurangan yang paling susah dideteksi adalah
ketika penjualan itu tidak dicatat dan kemudian kas dari penjualan tersebut
dicuri. Kecurangan ini mudah untuk dideteksi apabila barang yang dikirim
kepada customer secara kredit.

2. Pencurian Penerimaan Kas Setelah Penjualan Dicatat


Jauh lebih sulit menyembunyikan pencurian penerimaan kas setelah penjualan
sudah dicatat. Jika pembayaran dari seseorang dicuri, penagihan berkala atas
rekening yang belum dibayar akan dengan cepat membongkar kecurangan itu.
Akibatnya untuk menyembunyikan pencurian, si pelaku harus mengurangi
rekening pelanggan dengan salah satu dari tiga cara :

a. Mencatat suatu retur penjualan atau pengiurangan harga


b. Menghapus rekening pelanggan

16
c. Mencatat pembayaran dari pelanggan lain dalam rekening pelanggan
itu, yang dikenal sebagai lapping.

Tanda-tanda Peringatan dan Penyalahagunaan Pendapatan dan Penerimaan


Kas

Pencurian dan penerimaan kas terkait yang nilai nya relatif kecil dapat dicegah dan
dideteksi dengan baik oleh pengendalian internal yang dirancang untuk
meminimalkan kesempatan melakukan kecurangan. Untuk melakukan kecurangan
yang lebih besar, prosedur analitis dan perbandingan lainnya mungkin bisa
membantu.

 Risiko Kecurangan Persediaan


Persediaan kerap kali merupakan akun terbesar dalam neraca banyak perusahaan, dan
auditor sering merasa sulit memverifikasi eksistensi dan penilaian persediaan.
Akibatnya, persediaan rentan terhadap manipulasi oleh manajer yang ingin mencapai
tujuan pelaporan keuangan tertentu.

Risiko Pelaporan Keuangan yang Curang Untuk Persediaan

Persediaan fiktif telah menjadi pusat dari beberapa kasus besar pelaporan keuangan
yang curang. Banyak perusaahaan besar memiliki persediaan yang sangat beragam
dan berjumlah besar dibanyak lokasi , sehingga relatif mudah bagi perusahaan untuk
menambah persediaan fiktif pada catatan akuntansi.

Dalam beberapa kasus yang melibatkan persediaan fiktif, auditor sudah lebih dulu
memberi tahu klien lokasi persediaan mana yang akan diuji. Akibatnya, relatif mudah
bagi klien untuk memindahkan persediaan ke lokasi-lokasi yang diuji.

Tanda-tanda Peringatan Kecurangan Pesediaan.

Serupa dengan penipuan yang melibatkan piutang usaha, banyak tanda peringatan
atau gejala yang berpotensi menunjukan kecurangan persediaan. Prosedur analitis
sangat efektif untuk mendeteksi kecurangan persediaan.

17
Prosedur analitis
Prosedur analitis, terutama persentasi marjin kotor dan perputaran persediaan, sering
kali membantu membongkar kecurangan persediaan. Persediaan fiktif akan
mengurangsajikan harga pokok penjualan dan melebihsajikan marjin kotor.
Persediaan fiktif juga memperkecil perputaran persediaan.

 Risiko Kecurangan dalam Pembelian dan Utang Usaha


Kasus pelaporan keuangan yang curang yang melibatkan utang usaha relatif umum
ditemui meskipun lebih jarang bila dibandingkan dengan kecurangan yang melibatkan
persediaan atau piutang usaha. Kurang saji yang disengaja atas utang usaha biasanya
menghasilkan kurang saji pembelian dan harga pokok penjualan serta lebih saji laba
bersih. Penyalahgunaan yang signifikan yang melibatkan pembelian juga dapat terjadi
dalam bentuk pembayaran kepada vendor fiktif, serta suap dan perjanjian ilegal
lainnya dengan pemasok.

Risiko Laporan Keuangan yang Curang untuk Utang Usaha

Perusahaan mungkin melakukan upaya yang sengaja untuk mengurangsajikan utang


usaha dan melebih sajikan laba. Hal ini dapat dicapai dengan tidak mencatat utang
usaha sampai periode berikutnya, atau dengan mencatat penurunan fiktif utang usaha.

Penyalahgunaan dalam siklus Akuisisi dan Pembayaran

Kecurangan yang paling umum dalam siklus akuisisi adalah si pelaku melakukan
pembayaran kepada vendor fiktif dan menyimpan uang itu dalam rekening fiktif.
Kecurangan ini dapat dicegah dengan menetapkan bahwa pembayaran hanya akan
dilakuakan kepada vendor yang sudah disetujui dan dengan meneliti secara cermat
dokumentasi yang mendukung akuisisi itu oleh personil yang berwenang sebelum
pembayaran dilakukan.

 Bidang-bidang risiko kecurangan lainnya


Meskipun beberapa akun lebih rentang dibandingkan yang lain, hampir semua akun
dapat dimanipulasi. Berikut beberapa akun lain yang risiko pelaporan keuangan yang
curang atau menyalahgunakan yang spesifik :

18
Aset Tetap

Aset tetap, yang merupakan akun neraca yang besar bagi banyak perusahaan,
seringkali didasarkan pada penilaian yang ditetapkan secara subjektif. Akibatnya, aset
dapat menjadi sasaran manipulasi, terutama bagi perusahaan yang tidak memiliki
piutang atau persediaan yang material.

Beban Penggajian

Perusahaan mungkin saja melebihsajikan persediaan dan laba bersih dengan mencatat
biaya tenaga kerja berlebihan dalam persediaan. Namun demikian, sebenarnya
kecurangan dalam penggajian yang melibatkan penyalahgunaan aktiva itu cukup
umum terjadi walaupun nilai yang terlibat di dalamnya seringkali bersifat tidak
material.

Ada dua kecurangan yang umumnya terjadi yaitu :

1. Penciptaan pegawai fiktif


Kecurangan ini bisa dicegah dengan melakukan pemisahan sumber daya
manusia dengan fungsi penggajian.
2. Lebih saji jumlah jam kerja karyawan
Kecurangan ini bisa dicegah dengan menggunakan mesin time lock yang
merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mencetak jam datang serta jam
pulang dari para pegawai atau dengan persetujuan jam kerja.

TANGGUNG JAWAB BILA DICURUGAI ADA KECURANGAN

Kecurangan seringkali terdeteksi melaui penerimaan tip anonim, oleh review manajemen,
audit internal, atau secara kebetulan. Auditor eksternal mendeteksi persentase kecurangan
yang relative kecil, tetapi kemungkinan besar akan mendeteksinya apabila kecurangan itu
memiliki dampak yang material terhadap laporan keuangan.

Merespons Salah Saji yang Mungkin Ditimbulkan oleh Kecurangan

Apabila dicurigai ada kecurangan, auditor akan mengumpulkan informasi tambahan untuk
menentukan apakah kecurangan itu memang ada. Sering kali, auditor memulai dengan
mengajukan pertanyaan tambahan kepada manajemen dan pihak lainnya.

19
Penggunaan Pengajuan Pertanyaan

Pengajuan pertanyaan dapat menjadi teknik pengumpulan bukti audit yang efektif.
Wawancara akan memungkinkan auditor menjernihkan masalah yang tidak teramati dan
mengamati respons lisan serta nonlisan responden serta dapat membantu mengidentifikasi
masalah-masalah yang tidak tercantum dalam dokumentasi atau konfirmasi. Pengajuan
pertanyaan sebagai teknik pengumpulan bukti audit harus disesuaikan dengan tujuan
penggunannya.

Kategori Pengajuan Pertanyaan

Auditor dapat menggunakan salah satu atau lebih dari 3 kategori pengajuan pertanyaan
berdasarkan tujuan auditor, yaitu:

1. Pengajuan pertanyaan informasional (informational inquiry)


Auditor dapat menggunakan pengajuan pertanyaan informasional untuk memperoleh
informasi tentang fakta dan detail yang belum dimiliki auditor, biasanya mengenai
peristiwa atau proses di masa lalu atau yang sedang berjalan saat ini. Auditor sering
kali menggunakan pengajuan pertanyaan informasional ketika mengumpulkan bukti
tindak lanjut mengenai program dan pengendalian atau bukti lain menyangkut salah
saji atau kecurigaan kecurangan yang terungkap selama audit dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan terbuka yang memungkinkan responden memberikan detail
peristiwa, proses, atau situasi.
2. Pengajuan pertanyaan penilaian (assessment inquiry)
Auditor dapat menggunakan pengajuan pertanyaan penilaian untuk menguatkan atau
menyangkal informasi sebelumnya.Auditor sering kali memulai pengajuan pertanyaan
penilaian dengan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya umum dan terbuka yang
memungkinkan si terwawacara memberikan respons yang terinci, yang nantinya dapat
ditindaklanjuti dengan pertanyaan yangb lebih khusus.Salah satu kegunaan pengajuan
pertanyaan ini yang biasa dilakukan adalah untuk memperkuat jawaban manajemen
atas pengajuan pertanyaan sebelumnya dengan mengajukan pertanyaan kepada
pegawai lainnya.
3. Pengajuan pertanyaan interogatif (interrogative inquiry)
Pengajuan pertanyaan interrogative sering digunakan untuk memastikan apakah setiap
individu berbohong atau sengaja tidak mengungkapkan pengetahuan penting tentang
fakta, peristiwa, atau situasi penting.Sering kali, pengajuan pertanyaan interogatif

20
bersifat konfrontasional, karena orang-orang yang ditanya mungkin bersikap defensif
ketika menutup-nutupi bahwa mereka mengetahui fakta, peristiwa, atau situasi
tertentu.Pada saat menggunakan pengajuan pertanyaan interogatif, sering kali auditor
mengajukan pertanyaan khusus dan terarah dengan meminta jawaban “ya” atau
“tidak”. Wawancara interogatif harus dilakukan oleh anggota senior tim audit yang
sudah berpengalaman dan sangat mengenal urusan klien.

Mengevaluasi Respons atas Pengajuan Pertanyaan

Agarpengajuan pertanyaan efektif, auditor harus terampil menyimak dan mengevaluasi


respons atas pertanyaan yang diajukan.Pertanyaan tindak lanjut yang efektif sering kali
menghasilkan informasi yang lebih baik untuk menilai apakah memang ada kecurangan.
Teknik menyimak yang baik serta pengamatan atas petunjuk perilaku akan mempertajam
teknik pengajuan pertanyaan auditor.

Teknik Menyimak

Sangat penting bagi auditor untuk memanfaatkan keterampilan menyimak yang efektif
selama proses pengajuan pertanyaan. Auditor harus terus memperhatikan dengan
mempertahankan kontak mata, mengangguk sebagai tanda setuju, atau memperlihatkan
tanda-tanda pemahaman lain. Auditor juga harus berusaha untuk tidak membentuk terlebih
dahulu ide-ide tentang informasi yang diberikan.

Mengamati Petunjuk Perilaku

Auditor yang mahir dalam menggunakan pengajuan pertanyaan akan mengevaluasi petunjuk
lisan dan nonlisan ketika mendengarkan pihak yang diwawancarai. Petunjuk-petunjuk lisan,,
dapat mengindikasikan kegugupan, ketidaktahuan, atau bahkan kebohongan responden.
Penggunaan pengajuan pertanyaan juga memungkinkan auditor mengamati perilaku nonlisan.
Investigator yang berpengalaman akan memperhatikan bahwa subjek yang tidak nyaman
memberikan jawaban atas pertanyaan yang sering kali mempertontonkan banyak perilaku
nonlisan. Auditor yang belum berpengalaman harus berhati-hati ketika mereka mulai melihat
sikap yang tidak biasa, dan mereka harus mendiskusikan kekhawatirannya dengan anggota
senior tim audit sebelum melakukan apa pun untuk merespons perilaku itu.

21
Tanggung Jawab Lain Apabila Dicurigai Ada Kecurangan

Apabila auditor curiga bahwa mungkin ada kecurangan, standar auditing mengharuskan
auditor memperoleh bukti tambahan untuk menetukan apakah kecurangan yang material
sudah terjadi.

Analisis Perangkat Lunak Audit

Auditor sering kali menggunakan perangkat lunak audit seperti ACL atau IDEA untuk
menentukan apakah mungkin ada kecurangan.Auditor menggunakan perangkat lunak audit,
termasuk alat bantuspreadsheet dasar seperti Excel, untuk memilah transaksi atau saldo akun
ke dalam beberapa subkategori guna diuji lebih lanjut.Auditor juga memakai alat
bantuspreadsheet dasar, seperti Excel, untuk melaksanakan prosedur analitis pada tingkat
disagregat.Tren yang tidak biasa, yang tidak teramati pada tingkat agregat, mungkin
terdeteksi bila data dianalisis secara lebih terinci.

Pengujian Substantif yang Diperluas

Auditor juga dapat memperluas prosedur substantive lainnya untuk menanggapi risiko
kecurangan yang lebih tinggi.Dalam beberapa contoh, auditor mungkin mengkonfirmasi
setiap transaksi, dan bukan keseluruhan saldo akun, terutama untuk transaksi bernilai besar
yang dicatat menjelang akhir tahun.

Sering kali risiko kecurangan ini tinggi untuk akun-akun yang didasarkan pada
estimasi subjektif manajemen.Untuk menanggapi risiko yang lebih tinggi bahwa manajemen
menggunakan asumsi yang tidak tepat dalam mengestimasi saldo akun, seperti penyisihan
untuk keusangan persediaan, auditor dapat memanfaatkan spesialis guna membantu
mengevaluasi keakuratan dan kelayakan asumsi-asumsi kunci.

Implikasi Audit Lainnya

Standar auditing mengharuskan auditor memperhitungkan implikasi bagi aspek audit lainnya.
Sebagai contoh, kecurangan yang melibatkan penyalahgunaan kas dari dana kas kecil yang
berjumlah sedikit biasanya dianggap tidak signifikan oleh auditor, kecuali masalah itu
melibatkan manajemen dari tingkat yang lebih tinggi, yang mungkin mengindikasikan
persoalan yang lebih luas menyangkut integritas manajemen. Hal ini mungkin menunjukkan
kepada auditor akan perlunya mengevaluasi kembali penilaian risiko kecurangan serta
dampaknya terhadap sifat, waktu, dan luas bukti audit.

22
Apabila auditor menetapkan bahwa kecurangan mungkin saja terjadi, standar auditing
mengharuskan auditor membahas masalah itu serta pendekatan audit untuk investigasi lebih
lanjut dengan tingkat manajemen yang tepat, sekalipun masalah itu mungkin dianggap tidak
penting. Tingkat manajemen yang tepat paling tidak harus satu tingkat di atas orang-orang
yang terlibat, serta manajemen senior dan komite audit. Jika auditor yakin bahwa manajemen
senior mungkin terlibat dalam kecurangan itu, auditor harus membahas masalahnya langsung
dengan komite audit.

Penemuan bahwa ada kecurangan juga berimplikasi bagi laporan auditor perusahaan
publik mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan.PCAOB Standard 5
menyataka bahwa kecurangan sebesar berapa pun oleh setidaknya manajemen senior harus
dianggap sebagai defisiensi yang signifikan, dan mungkin merupakan kelemahan yang
material dalam pengendalian internal atas pelaporan keuangan.Hal ini mencakup kecurangan
oleh manajemen senior yang menimbulkan salah saji yang tidak material sekalipun. Jika
auditor memutuskan bahwa kecurangan oleh manajemen senior merupakan kelemahan yang
material, laporan auditor mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan akan
memuat pendapat tidak wajar.

23
KESIMPULAN
Kecurangan Audit adalah upaya untuk mendeteksi dan mencegah kecurangan dalam
transaksi-transaksi komersial. Sebagaimana juga diakui oleh IAI, kesengajaan sering sulit
ditentukan, padahal faktor kesengajaan merupakan kata kunci yang digunakan oleh IAI untuk
menentukan apakah suatu kesalahan dianggap sebagai kekeliruan (error) atau kecurangan
Dua kategori utama kecurangan adalah kecurangan dalam laporan keuangan dan
penyalahgunaan aset. Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau
penghapusan terhadap jumlah atau pun pengungkapan yang sering dilakukan dengan tujuan
untuk mengelabui para pengguna. Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang
melibatkan kecurian atau aset milik entita.Dalam banyak kasus, namun tidak semuanya,
jumlah minimal yang terlibat tidak material terhadap laporan keuangan.
Terdap tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam laporan
keuangan dan penyalahguanaan aset sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA 316)
yaituInsentif/Tekanan, Kesempatan, dan Sikap/Rasionalasi.
Skeptisme ProfesionalPSA 04 (SA230) menyatakan bahwa, dalam melaksanakan
skeptisme professional, seorang auditor” tidak menganggap bahwamanajemen tidak jujur
maupun tidak menganggap kejujuran manajemen dipertanyakan”.
Berfikir kritis PSA 07 menekankan pertimbangan atas kecurangan klien untuk
melakukan kecurangan, tampa mempertimbangkan keyakinan auditor mengenai
kemungkinan terjadinya kecurangan serta kejujuran dan integrasi manajemen.
Manajemen bertanggung jawab untuk menerapkan tata kelola perusahaan dan
prosedur pengendalian untuk meminimalisasikan risiko kecurangan, yang dapat dikurangi
melalui kombinasi antara tindakan pencegahan, yang dapat dikurangi melalui kombinasi
antara tindakan pencegahan, antisipasi dan pendeteksiaan. Karena kolusi dan dokumentasi
palsu menjadikan deteksi kecurangan menjadi lebih sulit sehinggasering kali lebih efektif dan
lebih efesien bagi perusahaan untuk memfokuskan bagi pencegahan dan pengantisipasian
kecurangan.

24
DAFTAR PUSTAKA
Arens. Alfin A, Elder.Randal J, Beasley. Mark S. Edisi Kelimabelas Jilid 1. Jasa Audit &
Assuransce.Jakarta:Erlangga .
http://stdln.blogspot.com/2011/02/kecurangan-dalam-audit.html

http://blogkuliahan.blogspot.com/2012/06/audit-kecurangan.html
http://budww.blogspot.com/2011/05/audit-kecurangan.html

25

Anda mungkin juga menyukai