“AUDITING“ KECURANGAN
Kelompok 11 :
Kelas : Akuntansi B
FAKULTAS EKONOMI
PENDAHLUAN 3
PEMBAHASAN 4
JENIS-JENIS KECURANGAN 4
KONDISI KONDISI PENYEBAB TERJADINYA KECURANGAN 5
MENILAI RISIKO KECURANGAN 6
MENGAWASI TATA KELOLA KORPORASI UNTUK MENGURANGI RISIKO
KECURANGAN 9
MERESPONS RISIKO KECURANGAN 13
BIDANG-BIDANG RISIKO KECURANGAN YANG SPESIFIK 14
TANGGUNG JAWAB BILA DICURUGAI ADA KECURANGAN 19
KESIMPULAN 24
DAFTAR PUSTAKA 25
2
PENDAHULUAN
Kasus kecurangan menjadi perhatian auditor karena dewasa ini menjadi perhatian
semua orang akibat terjadinya kasus Enron dan WorldCom di Amerika Serikat yang
memaksa dibubarkannya salah satu kantor akuntan besar di sana, di samping menimbulkan
kerugian yang sangat besar bagi para investor kedua perusahaan tersebut.
Laporan dari Badan Pemeriksa Keuangan Amerika Serikat serta dari Asosiasi Peng-
uji Kecurangan (Certified Fraud Examiner) juga mengemukakan hal serupa tentang
banyaknya kasus kecurangan yang terjadi dan besarnya kerugian yang dialami, baik pada
perusahaan yang tertutup maupun perusahaan yang sahamnya diperjual-belikan di pasar
bursa, serta baik pada perusahaan yang bermotifkan laba maupun organisasi nirlaba.
Kasus kecurangan klasik yang terjadi menggambarkan bahwa kecurangan laporan
keuangan bukanlah hal baru. Dengan munculnya skandal tersebut, profesi auditor merespons
dengan menerapkan standar formal pertama untuk prosedur pengauditan. Standar-standar
tersebut mengharuskan adanya konfirmasi atas piutang dan pengamatan fisik persediaan,
prosedur yang sekarang ini sudah menjadi standar, ditambah dengan panduan mengenai
tanggung jawa auditor untuk mendeteksi kecurangan.
Oleh karena itu, sangat penting mengetahui kecurangan audit maka disini kami akan
membahas mengenai tanggung jawab auditor dalam melakukan penilaian risiko kecurangan
dan mendeteksi salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan, dan bagian-bagian
utama risiko audit, serta pengendalian-pengendalian yang dilakukan untuk mencegah
kecurangan dan prosedur audit untuk mendeteksi kecurangan.
3
PEMBAHASAN
JENIS-JENIS KECURANGAN
Penyalahgunaan aset
Penyalahgunaan aset biasanya dilakukan pada tingkat hierarki organisasi yang lebih
rendah. Namun, dalam beberapa kasus yang heboh, manajemen puncak terlibat dalam
pencurian aktiva perusahaan. Karena manajemen memiliki kewenangan dan kendali yang
lebih besar atas aktiva organisasi, penyelewengan yang melibatkan manajemen puncak dapat
menyangkut jumlah yang signifikan.
4
KONDISI KONDISI PENYEBAB TERJADINYA KECURANGAN
Tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya pelaporan keuangan yang curang dan
penyalahgunaan aset disebut dengan segitiga kecurangan (fraud triangle) sebagaimana
dijelaskan dalamSAS 99 (AU 316)
Segitiga Kecurangan
Insentif / Tekanan
1. Insentif / Tekanan
Manajemen ataupun pegawai lain merasakan insentif atau tekanan untuk melakukan
kecurangan.
2. Kesempatan
Situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan
kecurangan.
3. Sikap / Rasionalisasi
Ada sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan manajemen
atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau merekaberada dalam
lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan
yang tidak jujur.
Dalam segitiga kecurangan, pelaporan keuangan yang curang dan penyalahgunaan aset
terbagi tiga kondisi yang sama, tetapi faktor-faktor risikonya berbeda.
5
Faktor Risiko untuk Pelaporan Keuangan yang Curang
Insentif/Tekanan
Insentif yang umum bagi perusahaan untuk memanipulasi laporan keuangan adalah
menurunnya prospek keuangan perusahaan.
Kesempatan
Meskipun laporan keuangan semua perusahaan mungkin sajamenjadi sasaran manipulasi,
risiko bagi perusahaan yang bergerak dalam industri yang melibatkan pertimbangan dan
estimasi yang signifikan jauh lebih besar.
Sikap/Rasionalisasi
Sikap manajemen puncak terhadappelaporan keuangan merupakan faktor risiko yang
sangat penting dalam menilai kemungkinan laporan keuangan yang curang. Karakter
manajemen atauserangkaian nilai-nilai etis juga mungkin mempermudah analis
merasionalisasi tindakan yang curang.
Insentif/Tekanan
Tekanan keuangan adalah dorongan atau insentif yang umum bagi pegawai yang
menyalahgunakan aset.
Kesempatan
Kesempatan untuk mencuri ada di semua perusahaan. Pengendalian internal yang
lemahakan menciptakan kesempatan terjadinya tindakan pencurian.
Sikap/Rasionalisasi
Sikap manajemen terhadap pengendalian dan perilaku etis dapat menyebabkan pegawai
serta manajer merasionalisasi pencurian aset.
Standar auditing memberikan pedoman bagi auditor dalam menilai risiko kecurangan.
Auditor harus mempertahankan tingkat skeptisisme profesional ketika mempertimbangkan
serangkaian informasi yang luas, termasuk faktor-faktor risiko kecurangan, untuk
mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan.
6
Skeptisisme Profesional
Ketika mengungkapkan informasi atau kondisi lain yang mengindikasikan bahwa mungkin
telah terjadi salah saji yang material akibat kecurangan, auditor harus
menyelidikipermasalahannya secara mendalam, memperoleh bukti tambahan sebagaimana
yang diperlukan, dan berkonsultasi dengan anggota tim lainnya.
Terdapat lima sumber informasi yang digunakan untuk menilai risiko kecurangan yaitu:
7
pegawai lainnya membuka kesempatan bagi auditor untuk mempelajari berbagai
risiko kecurangan.
3. Faktor-Faktor Risiko
Standar auditing mengharuskan auditor mengevaluasi apakah faktor-faktor risiko
kecurangan mengindikasikan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan tindakan
kecurangan, kesempatan untuk melakukan tindakan kecurangan, atau sikap atau
rasionalisasi yang digunakan untuk membenarkan tindakan yang curang.
4. Prosedur Analitis
Auditor harus melaksanakan prosedur analitis selama tahap perencanaan dan
penyelesaian audit untuk membantu mengidentifikasikan transaksi atau peristiwa
tidak biasa yang mungkinmengindikasikan adanya salah saji yang material dalam
laporan keuangan.
5. Informasi Lainnya
Auditor harus mempertimbangkan semua informasi yang sudah diperoleh dalam
setiap tahap atau bagian audit ketika menilai risiko kecurangan. Kebanyakan prosedur
penilaian risiko yang dilakukan auditor untuk menilai risiko salah saji yang material
selama tahap perencanaan dapat mengindikasikan risiko kecurangan yang lebih tinggi.
Diskusi antara personil tim penugasan selama tahap perencanaan audit tentang kerentanan
laporan keuangan entitas terhadap kecurangan yang material.
Prosedur yang ditempuh untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko kecurangan yang material.
Risiko khusus tentang kecurangan yang material yang sudah teridentifikasi, serta uraian
tentang respons auditor terhadap risiko tersebut.
8
Alasan yang mendukung kesimpulan bahwa tidak ada risiko yang signifikan atas
pengakuan pendapatan yang tidak tepat secara material.
Hasil dari prosedur yang ditempuh untuk menghadapi risiko pengabaian pengendalian
oleh manajemen.
Kondisi dan hubungan analitis lainnya yang menunjukkan bahwa diperlukan prosedur
auditing tambahan atau respons lainnya, serta tindakan yang diambil oleh auditor.
Sifat komunikasi tentang kecurangan yang disampaikan kepada manajemen, komite audit,
atau pihak lainnya.
Pedoman yang dikembangkan oleh AICPA mengidentifikasi tiga unsur untuk mencegah,
menghalangi, dan mendeteksi kecurangan, yakni:
Hasil riset menunjukkan bahwa cara yang paling efektif untuk mencegah dan menghalangi
kecurangan adalah mengimplementasikan program serta pengendalian antikecurangan, yang
didasarkan pada nilai-nilai inti yang dianut perusahaan. Nilai-nilai itu menciptakan
lingkungan yang mendukung perilaku dan ekspektasi yang dapat diterima bahwa pegawai
dapat menggunakan nilai itu untuk mengarahkan tindakan mereka, dan membantu
9
menciptakan budaya jujur dan etika yang menjadi dasar bagi tanggung jawab pekerjaan para
karyawan.
Penciptaan budaya jujur dan etika yang tinggi meliputi enam unsur:
4. Pelatihan
Semua pegawai baru harus dilatih tentang ekspektasi perusahaan menyangkut
perilaku etis pegawai. Pegawai harus diberi tahu tentang tugasnya untuk
menyampaikan kecurangan aktual atau yang dicurigai serta cara yang tepat untuk
10
menyampaikannya. Selain itu, pelatihan kewaspadaan terhadap kecurangan juga harus
disesuaikan dengan tanggung jawab pekerjaan khusus pegawai itu.
5. Konfirmasi
Sebagian besar perusahaan mengharuskan pegawainya untuk secara periodik
mengonfirmasikan tanggung jawabnya mematuhi kode perilaku. Pegawai diminta
untuk menyatakan bahwa mereka memahami ekspektasi perusahaan serta sudah
mematuhi kode perilaku, dan mereka tidak mengetahui adanya pelanggaran.
Konfirmasi tersebut akan membantu mengokohkan kebijakan kode perilaku dan juga
membantu menghalangi pegawai melakukan kecurangan atau pelanggaran etika
lainnya.
6. Disiplin
Pegawai harus mengetahui bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban jika
tidak mengikuti kode perilaku perusahaan. Penyelidikan menyeluruh atas semua
pelanggaran dan respons yang tepat serta konsisten dapat secara efektif menghalangi
kecurangan.
Kecurangan tidak mungkin terjadi tanpa adanya kesempatan untuk melakukannya dan
menyembunyikan perbuatan itu. Manajemen bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan
mengukur risiko kecurangan, mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko yang
teridentifikasi, serta memantau pengendalian internal yang mencegah dan mendeteksi
kecurangan.
11
serta proses bisnis yang rentan terhadap kecurangan demi mengurangi insentif dan
kesempatan untuk melakukan kecurangan.
Komite audit mengemban tanggung jawab utama mengawasi pelaporan keuangan serta
proses pengendalian internal organisasi. Dalam memenuhi tanggung jawab ini, komite audit
memperhitungkan potensi diabaikannya pengendalian internal oleh manajemen serta
mengawasi proses penilaian risiko kecurangan oleh manajemen, dan program serta
pengendalian antikecurangan. Komite audit juga membantu menciptakan “tone at the top”
yang efektif tentang pentingnya kejujuran dan perilaku etis dengan mendukung toleransi nol
manajemen terhadap kecurangan.
Karena komite audit memiliki peran penting dalam menetapkan “tone at the top” yang
tepat dan mengawasi tindakan manajemennya, PCAOB Standard 5 mengharuskan auditor
perusahaan publik mengevaluasi efektivitas komite audit sebagai bagian dari evaluasi auditor
mengenai keefektifan pelaksanaan pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Sebagai
12
bagian dari evaluasi ini, auditor mungkin mempertimbangkan independensi komite audit dari
manajemen serta tingkat pemahaman antar manajemen. Auditor eksternal dapat
mengumpulkan informasi dengan mengamati interaksi antara tim audit, komite audit, dan
audit internal mengenai tingkat komitmen komite audit dalam mengawasi proses pelaporan
keuangan. PCAOB Standard 5 menyatakan bahwa pengawasan yang tidak efektif oleh komite
audit dapat menjadi indikator yang kuat bahwa ada kelemahan yang material dalam
pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
Auditor dapat memilih di antara beberapa respon secara keseluruhan bila risiko kecurangan
meningkat. Jika risiko salah saji akibat kecurangan meningkat, personil yang lebih
berpengalaman dapat ditugasakan dalam audit itu.Pelaku kecurangan sering kali sudah
mengetahui prosedur sudut yang akan dilaksankan. Karena alasan ini, standar audting
mengharuskan auditor memasukan unsur ketidak terdugaan dalam rencana audit.
Prosedur audit yang tepat yang digunakan untuk menangani risiko kecurangan tertentu
tergantung pada akun yang diaudit dan jenis risiko kecurangan yang diidentifikasikan.
Selain itu, Auditor juga harus mempertimbangkan prinsip akuntansi yang dipilih
manajemen yang melibatkan pengukuran yang subjektif atau transaksi yang kompleks
Risiko pengabaian pengendalian oleh manajemen selalu ada dalam hampir semua audit.
Karena manajemen memiliki posisi yang untuk melakukan kecurangan dengan mengabaikan
13
pengendalian yang sebenarnya berjalan efektif, dalam setiap audit auditor harus
melaksanakan prosedur untuk menangani risiko pengabaian oleh manajemen. Adapun 3
prosedur yang harus dilaksakan dalam setiap audit antara lain:
Memeriksa Ayat Jurnal dan Penyesuaian Lainnya untuk Mencari untuk Mencari Bukti
Salah Saji yang Mungkin Akibat Kecurangan
Mereview Estimasi Akuntansi untuk Mengetahui Adanya Biasa
Mengetahui Dasar Pemikiran Bisnis untuk Transaksi Tidak Biasa yang Signifikan
Penilaian risiko salah saji yang material akibat kecurangan harus terus dilakukan auditor
sepanjang audit dan dikoordinasikan dengan prosedur penilaian risiko lainnya. Adapun
beberapa hal yang harus diwaspadai oleh auditor dalam melakukan proses audit antara lain:
Ada beberapa alasan yang membuat pendapatan rentan terhadap manipulasi. Alasan
yang terpenting adalah bahwa pendapatan hampir selalu merupakan akun terbesar
14
dalam laporan laba-rugi, sehingga satu salah saji yang hanya merupakan persentase
yang kecil dari pendapatan masih bisa berdampak besar terhadap laba.
Dalam manipulasi pendapatan, ada tiga jenis utama manipulasi pendapatan yaitu :
1. Pendapatan fiktif
2. Pengakuan pendapatan prematur
3. Manipulasi atas penyesuaian pedapatan
1. Pendapatan Fiktif
Biasanya pelaku berusaha keras untuk menciptakan pendapatan fiktif, dengan
cara menciptakan kebijakanfiktif, serta melibatkan puluhan jumlah karyawan.
2. Pengakuan Pendapatan Prematur
Seringnya, sebuah perusahaan mempercepatwaktu untuk melakukan
pengakuan pendapatan untuk memperoleh target pandapatan serta penjualan.
Misalnya saja perusahaan mengakui pendapatan periode berikutnya pada
periode ini
3. Manipulasi atas Penyesuaian Pendapatan
Penyesuaian yang umumnya digunakan untuk pendapatan adalah menyangkut
retur penjualan serta alokasi dari penjualan. Biasanya perusahaan
menyembunyikan retur dari auditor. Adapun maksud dari tindakan ini adalah
agar penjualan dan pendapatan menjadi lebih besar. Selain itu, perusahaan
juga biasanya mengecilkan beban tagihan macet, dengan cara mengecilkan
alokasi dari piutang ragu-ragu. Hal ini dilakukan sebab alokasi tersebut
berkaitan dengan umurpiutang, perusahaan mengubah umur piutang sehingga
menjadi tampak lebih muda.
Ada banyak tanda peringatan atau gejala yang mengindikasikan kecurang pendapatan.
Dua di antara yang paling bermanfaat adalah prosedur analitis dan perbedaan
dokumenter.
15
1. Prosedur Analitis
Pada prosedur ini sering kali memberikan isyarat bahwa terdapat kecurangan.
Adapun prosedur analitis yang sering digunakan untuk menemukan terjadinya
kecurangan yakni “persentase laba kotor” serta “perputaran piutang”.
2. Perbedaan Dokumenter
Pada transaksi fiktif jarang sekali memiliki tingkat bukti dokumenter yang
sama seperti dalam transaksi yang sah atau legal. Sebagai contoh ketidak-
detilan dari transaksi fiktif yang tidak bisa menyamai transaksi legal dari segi
detail bukti dokumenter.
16
c. Mencatat pembayaran dari pelanggan lain dalam rekening pelanggan
itu, yang dikenal sebagai lapping.
Pencurian dan penerimaan kas terkait yang nilai nya relatif kecil dapat dicegah dan
dideteksi dengan baik oleh pengendalian internal yang dirancang untuk
meminimalkan kesempatan melakukan kecurangan. Untuk melakukan kecurangan
yang lebih besar, prosedur analitis dan perbandingan lainnya mungkin bisa
membantu.
Persediaan fiktif telah menjadi pusat dari beberapa kasus besar pelaporan keuangan
yang curang. Banyak perusaahaan besar memiliki persediaan yang sangat beragam
dan berjumlah besar dibanyak lokasi , sehingga relatif mudah bagi perusahaan untuk
menambah persediaan fiktif pada catatan akuntansi.
Dalam beberapa kasus yang melibatkan persediaan fiktif, auditor sudah lebih dulu
memberi tahu klien lokasi persediaan mana yang akan diuji. Akibatnya, relatif mudah
bagi klien untuk memindahkan persediaan ke lokasi-lokasi yang diuji.
Serupa dengan penipuan yang melibatkan piutang usaha, banyak tanda peringatan
atau gejala yang berpotensi menunjukan kecurangan persediaan. Prosedur analitis
sangat efektif untuk mendeteksi kecurangan persediaan.
17
Prosedur analitis
Prosedur analitis, terutama persentasi marjin kotor dan perputaran persediaan, sering
kali membantu membongkar kecurangan persediaan. Persediaan fiktif akan
mengurangsajikan harga pokok penjualan dan melebihsajikan marjin kotor.
Persediaan fiktif juga memperkecil perputaran persediaan.
Kecurangan yang paling umum dalam siklus akuisisi adalah si pelaku melakukan
pembayaran kepada vendor fiktif dan menyimpan uang itu dalam rekening fiktif.
Kecurangan ini dapat dicegah dengan menetapkan bahwa pembayaran hanya akan
dilakuakan kepada vendor yang sudah disetujui dan dengan meneliti secara cermat
dokumentasi yang mendukung akuisisi itu oleh personil yang berwenang sebelum
pembayaran dilakukan.
18
Aset Tetap
Aset tetap, yang merupakan akun neraca yang besar bagi banyak perusahaan,
seringkali didasarkan pada penilaian yang ditetapkan secara subjektif. Akibatnya, aset
dapat menjadi sasaran manipulasi, terutama bagi perusahaan yang tidak memiliki
piutang atau persediaan yang material.
Beban Penggajian
Perusahaan mungkin saja melebihsajikan persediaan dan laba bersih dengan mencatat
biaya tenaga kerja berlebihan dalam persediaan. Namun demikian, sebenarnya
kecurangan dalam penggajian yang melibatkan penyalahgunaan aktiva itu cukup
umum terjadi walaupun nilai yang terlibat di dalamnya seringkali bersifat tidak
material.
Kecurangan seringkali terdeteksi melaui penerimaan tip anonim, oleh review manajemen,
audit internal, atau secara kebetulan. Auditor eksternal mendeteksi persentase kecurangan
yang relative kecil, tetapi kemungkinan besar akan mendeteksinya apabila kecurangan itu
memiliki dampak yang material terhadap laporan keuangan.
Apabila dicurigai ada kecurangan, auditor akan mengumpulkan informasi tambahan untuk
menentukan apakah kecurangan itu memang ada. Sering kali, auditor memulai dengan
mengajukan pertanyaan tambahan kepada manajemen dan pihak lainnya.
19
Penggunaan Pengajuan Pertanyaan
Pengajuan pertanyaan dapat menjadi teknik pengumpulan bukti audit yang efektif.
Wawancara akan memungkinkan auditor menjernihkan masalah yang tidak teramati dan
mengamati respons lisan serta nonlisan responden serta dapat membantu mengidentifikasi
masalah-masalah yang tidak tercantum dalam dokumentasi atau konfirmasi. Pengajuan
pertanyaan sebagai teknik pengumpulan bukti audit harus disesuaikan dengan tujuan
penggunannya.
Auditor dapat menggunakan salah satu atau lebih dari 3 kategori pengajuan pertanyaan
berdasarkan tujuan auditor, yaitu:
20
bersifat konfrontasional, karena orang-orang yang ditanya mungkin bersikap defensif
ketika menutup-nutupi bahwa mereka mengetahui fakta, peristiwa, atau situasi
tertentu.Pada saat menggunakan pengajuan pertanyaan interogatif, sering kali auditor
mengajukan pertanyaan khusus dan terarah dengan meminta jawaban “ya” atau
“tidak”. Wawancara interogatif harus dilakukan oleh anggota senior tim audit yang
sudah berpengalaman dan sangat mengenal urusan klien.
Teknik Menyimak
Sangat penting bagi auditor untuk memanfaatkan keterampilan menyimak yang efektif
selama proses pengajuan pertanyaan. Auditor harus terus memperhatikan dengan
mempertahankan kontak mata, mengangguk sebagai tanda setuju, atau memperlihatkan
tanda-tanda pemahaman lain. Auditor juga harus berusaha untuk tidak membentuk terlebih
dahulu ide-ide tentang informasi yang diberikan.
Auditor yang mahir dalam menggunakan pengajuan pertanyaan akan mengevaluasi petunjuk
lisan dan nonlisan ketika mendengarkan pihak yang diwawancarai. Petunjuk-petunjuk lisan,,
dapat mengindikasikan kegugupan, ketidaktahuan, atau bahkan kebohongan responden.
Penggunaan pengajuan pertanyaan juga memungkinkan auditor mengamati perilaku nonlisan.
Investigator yang berpengalaman akan memperhatikan bahwa subjek yang tidak nyaman
memberikan jawaban atas pertanyaan yang sering kali mempertontonkan banyak perilaku
nonlisan. Auditor yang belum berpengalaman harus berhati-hati ketika mereka mulai melihat
sikap yang tidak biasa, dan mereka harus mendiskusikan kekhawatirannya dengan anggota
senior tim audit sebelum melakukan apa pun untuk merespons perilaku itu.
21
Tanggung Jawab Lain Apabila Dicurigai Ada Kecurangan
Apabila auditor curiga bahwa mungkin ada kecurangan, standar auditing mengharuskan
auditor memperoleh bukti tambahan untuk menetukan apakah kecurangan yang material
sudah terjadi.
Auditor sering kali menggunakan perangkat lunak audit seperti ACL atau IDEA untuk
menentukan apakah mungkin ada kecurangan.Auditor menggunakan perangkat lunak audit,
termasuk alat bantuspreadsheet dasar seperti Excel, untuk memilah transaksi atau saldo akun
ke dalam beberapa subkategori guna diuji lebih lanjut.Auditor juga memakai alat
bantuspreadsheet dasar, seperti Excel, untuk melaksanakan prosedur analitis pada tingkat
disagregat.Tren yang tidak biasa, yang tidak teramati pada tingkat agregat, mungkin
terdeteksi bila data dianalisis secara lebih terinci.
Auditor juga dapat memperluas prosedur substantive lainnya untuk menanggapi risiko
kecurangan yang lebih tinggi.Dalam beberapa contoh, auditor mungkin mengkonfirmasi
setiap transaksi, dan bukan keseluruhan saldo akun, terutama untuk transaksi bernilai besar
yang dicatat menjelang akhir tahun.
Sering kali risiko kecurangan ini tinggi untuk akun-akun yang didasarkan pada
estimasi subjektif manajemen.Untuk menanggapi risiko yang lebih tinggi bahwa manajemen
menggunakan asumsi yang tidak tepat dalam mengestimasi saldo akun, seperti penyisihan
untuk keusangan persediaan, auditor dapat memanfaatkan spesialis guna membantu
mengevaluasi keakuratan dan kelayakan asumsi-asumsi kunci.
Standar auditing mengharuskan auditor memperhitungkan implikasi bagi aspek audit lainnya.
Sebagai contoh, kecurangan yang melibatkan penyalahgunaan kas dari dana kas kecil yang
berjumlah sedikit biasanya dianggap tidak signifikan oleh auditor, kecuali masalah itu
melibatkan manajemen dari tingkat yang lebih tinggi, yang mungkin mengindikasikan
persoalan yang lebih luas menyangkut integritas manajemen. Hal ini mungkin menunjukkan
kepada auditor akan perlunya mengevaluasi kembali penilaian risiko kecurangan serta
dampaknya terhadap sifat, waktu, dan luas bukti audit.
22
Apabila auditor menetapkan bahwa kecurangan mungkin saja terjadi, standar auditing
mengharuskan auditor membahas masalah itu serta pendekatan audit untuk investigasi lebih
lanjut dengan tingkat manajemen yang tepat, sekalipun masalah itu mungkin dianggap tidak
penting. Tingkat manajemen yang tepat paling tidak harus satu tingkat di atas orang-orang
yang terlibat, serta manajemen senior dan komite audit. Jika auditor yakin bahwa manajemen
senior mungkin terlibat dalam kecurangan itu, auditor harus membahas masalahnya langsung
dengan komite audit.
Penemuan bahwa ada kecurangan juga berimplikasi bagi laporan auditor perusahaan
publik mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan.PCAOB Standard 5
menyataka bahwa kecurangan sebesar berapa pun oleh setidaknya manajemen senior harus
dianggap sebagai defisiensi yang signifikan, dan mungkin merupakan kelemahan yang
material dalam pengendalian internal atas pelaporan keuangan.Hal ini mencakup kecurangan
oleh manajemen senior yang menimbulkan salah saji yang tidak material sekalipun. Jika
auditor memutuskan bahwa kecurangan oleh manajemen senior merupakan kelemahan yang
material, laporan auditor mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan akan
memuat pendapat tidak wajar.
23
KESIMPULAN
Kecurangan Audit adalah upaya untuk mendeteksi dan mencegah kecurangan dalam
transaksi-transaksi komersial. Sebagaimana juga diakui oleh IAI, kesengajaan sering sulit
ditentukan, padahal faktor kesengajaan merupakan kata kunci yang digunakan oleh IAI untuk
menentukan apakah suatu kesalahan dianggap sebagai kekeliruan (error) atau kecurangan
Dua kategori utama kecurangan adalah kecurangan dalam laporan keuangan dan
penyalahgunaan aset. Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau
penghapusan terhadap jumlah atau pun pengungkapan yang sering dilakukan dengan tujuan
untuk mengelabui para pengguna. Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang
melibatkan kecurian atau aset milik entita.Dalam banyak kasus, namun tidak semuanya,
jumlah minimal yang terlibat tidak material terhadap laporan keuangan.
Terdap tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam laporan
keuangan dan penyalahguanaan aset sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA 316)
yaituInsentif/Tekanan, Kesempatan, dan Sikap/Rasionalasi.
Skeptisme ProfesionalPSA 04 (SA230) menyatakan bahwa, dalam melaksanakan
skeptisme professional, seorang auditor” tidak menganggap bahwamanajemen tidak jujur
maupun tidak menganggap kejujuran manajemen dipertanyakan”.
Berfikir kritis PSA 07 menekankan pertimbangan atas kecurangan klien untuk
melakukan kecurangan, tampa mempertimbangkan keyakinan auditor mengenai
kemungkinan terjadinya kecurangan serta kejujuran dan integrasi manajemen.
Manajemen bertanggung jawab untuk menerapkan tata kelola perusahaan dan
prosedur pengendalian untuk meminimalisasikan risiko kecurangan, yang dapat dikurangi
melalui kombinasi antara tindakan pencegahan, yang dapat dikurangi melalui kombinasi
antara tindakan pencegahan, antisipasi dan pendeteksiaan. Karena kolusi dan dokumentasi
palsu menjadikan deteksi kecurangan menjadi lebih sulit sehinggasering kali lebih efektif dan
lebih efesien bagi perusahaan untuk memfokuskan bagi pencegahan dan pengantisipasian
kecurangan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Arens. Alfin A, Elder.Randal J, Beasley. Mark S. Edisi Kelimabelas Jilid 1. Jasa Audit &
Assuransce.Jakarta:Erlangga .
http://stdln.blogspot.com/2011/02/kecurangan-dalam-audit.html
http://blogkuliahan.blogspot.com/2012/06/audit-kecurangan.html
http://budww.blogspot.com/2011/05/audit-kecurangan.html
25