Anda di halaman 1dari 10

NAMA: DEBY NOFRIZALDI

NIM: 18043083
Audit Kecurangan
A.    Jenis – jenis Kecurangan
Dalam konteks audit atas laporan keuangan,kecurangan didefinisikan sebagai salah saji dalam
laporan keuangan yang dilakukan dengan sengaja. Dua kategori utama kecurangan adalah kecurangan
dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan asset.
Kecurangan dalam Laporan Keuangan
Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau penghapusan terhadap jumlah
ataupun pengungkapan yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui para penggunanya.
Sebagian besar kasus ,melibatkan salah saji terhadap jumlah yang dilaporkan dibandingkan terhadap
pengungkapan.
Pada perusahaan-perusahaan nonpublik, hal tersebut mungkin dilakukan dengan tujuan untuk
mengurangi pajak penghasilan. Perusahaan-perusahaan juga dapat dengan sengaja mengurangsajikan
pendapatan ketika labanya tinggi untuk menciptakan cadangan laba atau sebagai ”celengan”, yang
dapat digunakan untuk menaikkan laba di kemudian hari. Prkatik semacam itu dikanal dengan
”peralatan laba” dan manajemen laba. Manajemen laba (earning manajemen) melibatkan tindakan-
tindakan manajemen yang sengaja dilakukan untuk memenuhi target laba. Perataan laba (income
smoothing) merupakan salah satu bentuk manajemen laba di mana pendapatan-pendapatan dan
beban-beban dipindahkan di antara beberapa periode untuk mengurangi fluktuasi laba. Salah satu
teknik untuk memuluskan laba adalah dengan mengurangi nilai persediaan dan aset lainnya yang
diperoleh perusahaan pada saat akuisisinya, yang mengakibatkan laba yang lebih tinggi ketika aset
tersebut dijual di kemudian hari. Perusahaan-perusahaan juga dapat dengan sengaja melebihsajikan
cadangan keusangan persediaan dan penyisihan piutang tak tertagih untuk mengurangi laba yang lebih
tinggi.
Penyalahgunaan Aset
Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan pencurian atas aset milik suatu
entitas. Dalam banyak kasus, namun tidak senuanya, jumlah nominal yang terlibat tidak material
terhadap laporan keuangan. Namun demikian, pencurian aset perusahaan sering kali menjadi perhatian
penting manajemen, tanpa melihat tingkat meterialitasnya, karena pencurian-pencurian kecil dapat
dengan mudah meningkat ukurannya setiap saat. Istilah penyalahgunaan aset sering kali digunakan
untuk mengacu pada pencurian yang dilakukan oleh pegawai dan pihak-pihak internal lainnya di dalam
suatu organisasi.
Biasanya pelaku penyalahgunaan aset berada di tingkat hierarki organisasi yang lebih rendah.
Namun demikian, dalam beberapa kasus penting, manajemen puncak terkadang terlibat dalam
pencurian aset perusahaan. Karena otoritas manajemen yang lebih besar serta kendali terhadap aset-
aset perusahaan, penggelapan yang melibatkan manajemen puncak dapat melibatkan jumlah yang
signifikan.

B.     Kondisi yang Menyebabkan Kecurangan


Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan dan
penyalahgunaan aset sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA 316) dinamakan dengan sgitiga
kecurangan (fraud triangle):
1.    Insentif/Tekanan. Manajemen atau pegawai lainnya memiliki insentif atau tekanan untuk melakukan
kecurangan.
2.    Kesempatan. Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan
kecurangan.
3.    Sikap/Rasionalisasi. Adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai etika yang
memungkinkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau mereka
berada dalam suatu lingkungan yang memberikan mereka tekanan yang cukup besar sehingga
menyebabkan mereka membenarkan melakukan perilaku yang tidak jujur tersebut.
Faktor-faktor Risiko untuk Kecurangan dalam Laporan Keuangan
Sebuah pertimbangan penting bagi auditor dalam membongkar kecurangan adalah
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko kecurangan. Dalam segitiga kecurangan,
kecurangan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan aset memiliki tiga kondisi yang sama namun
faktor risikonya berbeda. Pertama kita akan membahas faktor-faktor risiko untuk penyalahguanaan aset.
Insentif/Tekanan Sebuah insentif yang umum bagi perusahaan untuk memanipulasi laporan
keuangannya adalah adanya penurunan dalam prospek keuangan perusahaan. Dalam beberapa kasus,
manajemen dapat memanipulasi laba hanya untuk menjaga reputasi mereka.
Kesempatan Meskipun laporan keuangan dari semua perusahaan potensial dapat terjadi
manipulasi, risikonya menjadi lebih besar untuk perusahaan yang bergerak dalam industri yang
melibatkan penilaian subjektif dan estimasi yang signifikan. Risiko salah saji persediaan lebih meningkat
jika terjadi kemungkinan keusangan persediaan.
Sikap/Rasionalisasi Sikap manajemen puncak terhadap laporan keuangan merupakan faktor
risiko penting dalam menilai kemungkinan adanya kecurangan dalam laporan keuangan. Jika CEO atau
manajer puncak lainnya menunjukkan dominasi terhadap proses penyusunan laporan keuangan, seperti
terus menerus mengeluarkan proyeksi laba para analis pasar, kemungkinan terjadinya kecurangan
dalam laporan keuangan menjadi lebih besar.
Faktor-Faktor Risiko untuk Penyalahgunaan Aset
Tiga kondisi yang sama juga berlaku untuk penyalahgunaan aset. Namun demikian, dalam
melakukan penilaian risiko, penekanan yang lebih besar diberikan insentif dan kesempatan pribadi
untuk melakukan pencurian.
Insentif/Tekanan Tekanan keuangan merupakan insentif umum bagi pegawai yang
menyalahgunakan aset. Dalam kasus lain, pegawai yang tidak puas dapat melakukan pencurian hanya
utnuk menunjukkan kehebatan mereka atau untuk menyerang perusahaan.
Kesempatan Kesempatan untuk melakukan pencurian ada pada semua perusahaan. Namun,
kesempatan tersebut lebih besar pada perusahaan yang akses terhadap kasnya sangat mudah, atau
pada perusahaan yang memiliki persediaan atau aset berharga lainnya, khususnya jika ukuran aset
tersebut kecil dan mudah dipindah-pindahkan. Kelemahan dalam pengendalian internal menciptakan
kesempatan terjadinya pencurian. Pemisah tugas yang tidak memadai hampir dipastikan menjadi lisensi
bagi para pegawai untuk melakukan pencurian. Kecurangan menjadi lebih besar di perusahaan yan lebih
kecil dan organisasi nirlaba karena lebih sulit bagi entitas tersebut untuk melakukan pemisahan tugas.
Sikap/Rasionalisasi Sikap manajemen terhadap pengendalian dan kode etik dapat
menyebabkan para karyawan dan manajer membenarkan pencurian terhadap aset. Jika manajemen
mencurangi para pelanggannya dengan menetapkan harga yang sangat tinggi untuk barang-barang atau
terlibat dalam taktik penjualan bertekanan tinggi, para pegawai dapat merasa bahwa mereka juga
dibenarkan untuk berbuat yang serupa dengan memalsukan pengeluaran atau memalsukan waktu kerja.

C.    Mengukur Risiko Kecurangan


Auditor memiliki tanggung jawab untuk menghadapi risiko kecurangan dengan merencanakan
dan menjalankan audit untuk mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa salah saji material, baik
disebabkan oleh kesalahan maupun kecurangan, dapat terdeteksi.
Skeptisme Profesional
Dalam praktiknya menjaga skeptisme professional dapat menjadi sulit, karena meskipun
terdapat beberapa contoh kasus kecurangan dalam laporan keuangan tingkat tinggi, kecurangan
material jarang terjadi dibandingkan dengan jumlah audit atas laporan keuangan yang dilakukan setiap
tahun.
Berpikir Kritis. Selama merencanakan audit dalam setiap pengauditan, tim kerja harus membahas
kebutuhan untuk menjaga pikiran kritis disepangjang pengauditan untuk mengidentifikasi risiko-risiko
kecurangan dan secara kritis mengevaluasi bukti-bukti audit.
Evaluasi Kritis atas Bukti Audit. Auditor harus berhati-hati untuk tidak membenarkan atau
mengasumsikan suatu salah saji merupakan suatu insiden yang terpisah. Auditor haruss mengevaluasi
alasan salah saji tersebut, menentukan apakah hal tersebut disengaja atau tidak, dan
mempertimbangkan apakah salah saji lainnya mungkin juga telah terjadi.
Sumber-Sumber Informasi untuk Mengukur Risiko Kecurangan
Komunikasi Antara Sesama Tim Audit. PSA 70 mengharuskan tim audit untuk melakukan diskusi untuk
berbagi pemahaman dari anggota tim audit yang lebih berpengalaman dan untuk “urun rembug” ide-ide
yang menyangkut hal berikut.
1.      Bagaimana dan kapan mereka yakin bahwa laporan keuangan entitas tidak dicurigai terdapat salah
saji yang disebabkan oleh kecurangan.
2.      Bagaimana manajemen dapat melakukan dan menutupi kecurangan dalam laporan keuangan.
3.      Bagaimana setiap orang dapat menyalahsajikan asset entitas tersebut.
4.      Bagaimana auditor dapat menghadapi kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan
yang disebabkan oleh kecurangan
Tanya Jawab dengan Manajemen. Tanya jawab dengan manajemen dan pihak lainnya dalam
perusahaan memberikan kesempatan bagi para pegawai untuk memberitahukan informasi yang
mungkin tidak dapat dikomunikasikan dengan pihak lain.
Faktor-Faktor Risiko. PSA 70 mengharuskan auditor untuk mengevaluasi apakah factor-faktor risiko
kecurangan mengindikasikan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan, kesempatan
untuk melakukan kecurangan atau sikap atau rasionalisai digunakan untuk membenarkan tindakan
kecurangan. Auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut beserta informasi lainnya yang
digunakan untuk mengukur risiko kecurangan.
Prosedur analitis. Karena terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan sering kali melibatkan
manipulasi pendapatan, PSA 70 mengharuskan auditor untuk melakukan prosedur analitis pada akun-
akun pendapatan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi hubungan-hubungan yang tidak biasa atau
tidak sesuai dengan ekspetasi dalam akun-akun pendapatan yang mengindikasikan terjadinya
kecurangan dalam laporan keuangan.
Informasi Lainnya. Auditor harus mempertimbangkan semua informasi yang telah mereka dapatkan
dalam setiap fase atau bagian pengauditan ketika mereka mengukur risiko kecurangan.
Mendokumentasikan Hasil Pengujuian Kecurangan
PSA 70 mengaruskan auditor mendokumentasikan hal-hal berikut yang terkait dengan
pertimbangan auditor terhadap salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan.
 Diskusi dengan sesame personel tim kerja dalam perencanaan audit mengenai kecurigaan terhadap 
adanya salah saji material dalam mengenai laporan keuangan entitas yang disebabkan oleh
kecurangan.
 Prosedur yang dilakukan unruk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi dan
mengukur risiko kecurangan material.
 Risiko spesifik dalam kecurangan material yang telah diidentifikasi dan deskripsi respons auditor
terhadap  risiko–risiko tersebut.
 Alasan-alasan yang mendukung suatu kesimpulan bahwa hal tersebut bukan merupakan risiko yang
signifikan pengakuan pendapatan material yang tidak tepat.
 Hasil dari prosedur yang dijalankan untuk mengatasi risiko dominasi pengendalian oleh manajemen.
 Kondisi-kondisi lain serta hubungan analitis yang mengindikasikan bahwa prosedur audit tambahan
atau penanganan lainnya diperlukan, dan tindakan-tindakan tersebut telah dijalankan oleh auditor.
 Sifat komunikasi mengenai kecurangan yang dilakukan dengan manajemen, komite audit atau
lainnya.

D.    Pengawasan Tata Kelola Perusahaan Untuk Mengurangi Risiko Kecurangan


Dengan menerapkan program-program dan pengendalian antikecuragan, manajemen dapat
mencegah kecurangan dengan mengurangi kesempatan yang memungkinkan terjadinya kecurangan.
Untuk membantu manajemen dan dewan direksi dalam menjalankan usaha antikecurangan, AICPA,
bekerja sama dengan beberapa organisasi profesi terkait, menerbitkan Program dan Pengendalian
Antikecurangan bagi Manajemen: Panduan untuk Membantu Mencegah, Mengantisipasi, dan
Mendeteksi Kecurangan. Panduan tersebut mengidentifikasi adanya 3 elemen untuk
mencegah,mengantisipasi dan mendeteksi kecurangan, yaitu Budaya kejujuran dan etika yang bernilai
tinggi, Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi resiko-resiko kecurangan dan pengawasan dari
komite Audit.
1.      Budaya Kejujuran dan Etika yang Bernilai Tinggi
Cara yang paling efektif untuk mencegah kecurangan dan mengantisipasinya yaitu dengan menerapkan
program-program dan pengendalian antikecurangan yang berdasarkan pada nilai-nilai utama yang
dianut oleh perusahaan. Dengan adanya nilai-nilai tersebut dapat membantu menciptakan suatu budaya
kejujuran dan etika yang dapat menjadi dasar bagi tanggung jawab para pegawai. Terdapat 6 elemen
untuk menciptakan budaya kejujuran dan etika yang bernilai tinggi, yaitu :

- Teladan Dari Pimpinan


- Menciptakan Lingkungan Kerja yang Positif
- Mempekerjakan dan Mempromosikan Pegawai yang Tepat
- Pelatihan
- Konfirmasi
- Disiplin
2.      Tanggung Jawab Manajemen untuk Mengevaluasi resiko-resiko kecurangan
Kecurangan tidak dapat terjadi tanpa adanya kesempatan yang terbuka untuk melakukan dan menutupi
tindakan tersebut. Manajemen bertanggung jawab untuk melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
- Mengidentifikasi dan mengukur resiko kecurangan
Dimulai dari kesadaran manajemen bahwa  kecurangan mungkin terjadi dan hamper setiap pegawai
mampu melakukan tindakan yang tidak jujur pada kondisi lingkungan yang normal serta
mengidentifikasi factor-faktor yang dapat menimbulkan kecurangan dalam perusahaann.
- Menangani Resiko Kecurangan
Manajemen bertanggung jawab untuk mrancang dan menerapkan program-program dan pengendalian
untuk menangani resiko kecurangan.
- Pengawasan dalam program-program dan pengendalian pencegahan kecurangan
Manajemen secara berkala harus mengevaluasi apakah program-program pengendalian antikecurangan
telah diterapkan dan berjalan secara efektif, tentunya melalui pengendalian internalnya.
3.      Pengawasan dari Komite Audit
Komite Audit memiliki tanggung jawab utama untuk mengawasi proses penyusunan laporan keuangan
dan pengendalian internal organisasi. Komite audit juga membantu menciptakan suatu teladan yang
efektif mengenai kejujuran dan etika dalam perusahaan dengan tidak memberikan toleransi sama sekali
terhadap setiap tindakan kecurangan. Pengawasan yang dilakukan komite audit juga bertindak sebahgai
pencegah kecurangan oleh manajemen senior.
E.     Menghadapi Risiko Kecurangan
Manajemen tentunya memliki program-program yang dirancang untuk mencegah,
mengantisipasi dan mendeeteksi kecurangan. Namun perlu juga dilakukan  pertimbangan oleh auditor
apakah program-program antikecuranagn tersebut dapat mengatasi risiko yang ada atau apakah
kelemahan dalam pengendalian telah meningkatkan resiko kecurangan. Dari hal tersebut maka timbulah
respon auditor yang mencakup hal-hal sebagai berikut :

1.      Mengubah Keseluruhan Pelaksanaan Audit


2.      Merancang dan Melakukan Prosedur Audit untuk Menghadapi Resiko Kecurangan
3.   Merancang dan Melakukan Prosedur-Prosedur untuk mengatasi Dominasi Manajemen Terhadap
Pengendalian.
Karena seringkali posisi manajemen dijadikan posisi yang paling efektif untuk melakukan kecurangan
melalui manipulasi pengendalian internal. Oleh sebab itu auditor harus menjalankan prosedur-prosedur
dalam setiap pengauditan untuk mengatasi resiko dominasi oleh manajemen. Berikut prosedur-
prosedur yang harus dijalankan :
- Memeriksa Ayat-Ayat Junal dan Penyesuaian-Penyesuaian Lainnya sebagai bukti adannya
Kemungkinan Salah Saji yang Disebabkan Oleh Kecurangan.
Seringkali kecurangan disebabkan oleh penyesuaian-penyesuaian yang tidak tepat dalam laporan
keuangan sehingga auditor pertama kali harus mendapatkan pemahaman atas proses pelapran
keuangan entitas beserta pengendalian-pengendaliannya.
- Menelaah Estimasi Akuntansi Untuk Setiap Hal yang Tidak Wajar
PSA 70 mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan potensi ketidakwajaran manajemen ketika
menelaah estimasi-estimasi tahun berjalan. Jadi Auditor diharuskan unutk mereview kembali estimasi-
estimasi signifikan pada periode sebelukmnya untuk mengidentifikasi setiap perubahan dalam proses
perusahaan.
- Mengevaluasi Rasionalitas Bisnis untuk Transaksi-Transaksi yang Tidak Biasa
PSA 70 menempatkan focus yang lebih besar untuk pemahaman atas dasar rasionalitas bisnis untuk
transaksi-transaksi tidak biasa yang signifikan yang mungkin di luar kebiasaan bisnis perusahaan. Jadi
disini auditor harus mendapatkan pemahaman atas tujuan-tujuan dari setiap transaksi yang signifkan
untuk menilai apakah transaksi tersebut terkait dengan kecurangan dalam laporan keuangan.
4.      Memutakhirkan Proses Penilaian Resiko
Penilaian auditor terhadap resiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan harus terus
berjalan di sepanjang pengauditan dan dikoordinasikan dengan prosedur penilaian resiko lainnya
dengan mewaspadai kondisi-kondisi sebagai berikut :
- Ketidakkonsistenan dalam pencataan akuntansi
- Bukti audit yang bermasalah atau hilang
- Hubungan yang problematic atau tidak biasa antara auditor dengan manajemen.
- Hasil dari pengujian substantive atau penelaahan akhir dari prosedur analitis yang
mengindikasikan adanya kecurangan yang sebelumnya tidak diketahui.
- Jawaban terhadap pertanyan yang diajukan di sepanjang pengauditan yang tidak jelas atau tidak
masuk akal atau yang menghasilkan bukti yang tidak konsisten dengan bukti lainnya.

F.     Bagian – bagian Risiko Kecurangan Spesifik


1.      Resiko Kecurangan dalam Pendapatan dan Piutang Dagang
Risiko kecurangan dalam laporan keuangan untuk akun pendapatan. Ada banyak alasan mengapa
pendapatan rentan terhadap manipulasi. Yang paling penting pendapatan hampir selalu merupakan
akun terbesar dalam laporan laba rugi, sehingga suatu salah saji yang hanya berupa presentasi
penjualan yang kecil tetap dapat berpengaruh besar terhadap laba.
2.      Risiko Kecurangan dalam Persediaan
Persediaan sering kali merupakan akun terbesar pada neraca sebagian besar perusahaan dan auditor
sering kali kesulitan untuk memverifikasi keberadaan dan penilaian persediaan.
Risiko kecurangan laporan keungan untuk persediaan. Persdiaan fiktif telah menjadi inti masalah dari
beberapa kasus kecurangan laporan keuangan penting.
3.      Risiko Kecurangan pada Akun Pembelian
Kasus-kasus kecurangan dalam laporan keuangan yang melibatkan utang dagan relative umum
meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan dengan kecurangan yang melibatkan persediaan atau
piutang dagang. Pengurangansajian utang dagang yang disengaja umumnya mengakibatkan kurang saji
dalam pembelian dan beban pokok penjualan serta lebih saji dalam laba bersih.
4.      Bagian-bagian risiko kecurangan lainnya.
- Asset tetap. Asset tetap, sebuah akun neraca yang besar bagi banyak perusahaan, sering kali
berdasarkan pada penilaian yang ditentukan secara subjektif. Akibatnya, asset tetap dapat menjadi
target manipulasi, khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki persediaan atau piutang
yang material.
- Beban gaji. Gaji biasanya bagian dari risiko yang signifikan pada kecurangan dalamlaporan keuangan.
Meski demikian, perusahaan dapat mengurangsajikan persediaan dan laba bersih dengan mencatat
biaya upah karyawan yang berlebihan dalam persediaan. Biaya tenaga kerja yang berlebihan dapat
dikapitalisasi sebagai asset tetap dalam kondisi tersebut. Tunjangan tambahan yang material, seperti
tunjangan pension, juga dapat dimanipulasi.

G.    Tanggung Jawab Ketika Kecurangan Dicurigai Telah Terjadi


Sebagaimana telah diperkirakan sebelumnya, lebihbanyak kecurangan yang terdeteksi oleh
pengendalian internal atau fungsi internal audit dibandingkan oleh auditor eksternal.
1.       Merenspons salah saji yang mungkin disebabkan oleh kecurangan
Sepanjang pengauditan, auditor terus-menerus mengevaluasi apakah bukti-bukti yang didapatkan dan
pengamatan-pengamatan lainnya mengindikasikan adanya salah saji material yang disebabkan oleh
kecurangan. Semua salah saji yang ditemukan auditor selama melakukan audit harus diidentifikasi ada
tidaknya indikasi kecurangan .
Jenis teknik-teknik wawancara Wawancara dapat membantu mengidentifikasi masalah –masalah yang
dihilangkan dari dokumentasi atau konfirmasi. Auditor juga dapat memodifikasi pertanyaan-pertanyaan
selama melakukan wawancara berdasarkan respons dari orang yang diwawancara.
Tanya jawab informal  auditor melakukan Tanya jawab informal untuk mendapatkan informasi
mengenai fakta-fakta dan rincian yang tidak didapatkan auditor. Biasanya auditor menginginkan
informasi dari orang yang diwawancarai mengenai kejadian atau proses pada periode sebelumnya.
Tanya jawab evaluasi seorang auditor juga menggunakan Tanya jawab  untuk mengevaluasi apakah
informasi yang telah ia dapatkan sudah tepat, akurat atau benar. Auditor menggunakan tanya jawab
evaluasi untuk mendukung atau tidak mendukung informasi sebelumnya.
Tanya jawab interogatif Tanya jawab interogatif seringkali digunakan untuk menentukan apakah
individu tersebut tidak jujur atau dengan sengaja meghapus fakta-fakta pengetahuan kunci, kejadian
atau kondisi yang penting , khususnya ketika auditor mencurigai orang yang diwawancarai tidak jujur
atau mentutup-nutupi informasi yang sebenarnya
Mengevaluasi respons tanya jawab agar tanya jawab menjadi efektif , seorang auditor harus memiliki
keterampilan dalam mendegarkan dan mengevaluasi jawaban dari pertanyaan-peretanyaan
Teknik mendegarkan auditor harus terus-menerus memperhatikan dengan menjaga kontak mata ,
anggukan persetujuan , atau menunjukkan tanda-tanda kepamahaman lainnya. Auditor juga harus
mencoba untuk menghindari pemikiran-pemikiran yang kaku terhadap informasi yang sedang diberikan.
Mengamati tanda-tanda perilaku seorang auditor yang terampil dalam menggunakan tanya jawab, akan
mengevaluasi respon verbal dan nonverbal dari orang yang ia wawancarai. Selain mengamati tanda-
tanda verbal penggunaan wawancara juga memungkinkan auditor untuk mengamati perilaku nonverbal.
Penyelidik andal mencatat bahwa subjek yang tidak nyaman dalam memberikan jawaban terhadap
suatu pertanyaan seringkali menunjukkan banyak perilaku nonverbal.
Tanggung jawab lainnya ketika dicurigai ketika auditor mencurigai bahwa kecurangan mungkin telah
terjadi, PSA 70 mengharuskan auditor untuk mendapatkan bukti tambahan untuk menentukan apakah
kecurangan yangsignifikan telah terjadi. Auditor seringkali menggunakan wawancara, sebagai bagian
dari proses untuk mendapatkan informasi. Auditor sering kali menggunakan perangkat lunak audit
seperti ACL atau IDEA untuk menentukan apakah kecuranagan telah terjadi. Perangkat lunak tersebut
memberikan pencarian efektif untuk semua pelanggaran dalam dokumen-dokumen berikutnya, yang
dapat mengindikasikan adanya salah saji terkait dengan tujuan kelengkapan akun-akun liabilitas dan
beban.
Auditor juga menggunakan program kertas kerja dasar seperti excel untuk melakukan prosedur
analitis pada beberapa tingkatan. Untuk merespon tingginya risiko yang digunakan dalam asumsi
manajemen yang tidak tepat untuk mengestimasi saldo akun, seperti penyisihan untuk keusangan
persediaan, auditor dapat menggunakan jasa ahli untuk membantunya dalam mengevaluasi keakuratan
dan keandalan asumsi-asumsi kunci yang digunakan manajemen.
Terkadang, auditor mengidentifikasi risiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan
yang memiliki implikasi terhadap pengendalian internal. Dalam beberapa kasus , pertimbangan auditor
terhadap program dan pengendalian anti kecurangan yang dibuat oleh manajemen dapat
mengidentifikasi kekurangan-kekurangan yang menyebabkan gagalnya penanganan terhadap resiko
kecurangan tersebut. Hasil dari prosedur-prosedur yang dijalankan oleh auditor dapat mengindikasikan
adanya salah saji yang material yang disebabkan oleh kecurangan sehingga auditor harus
mempertimbangkan kemungkinan untuk mengundurkan diri dari perikatan.

Anda mungkin juga menyukai