Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AUDIT KECURANGAN (FRAUD AUDIT)

Disusun Oleh :
Sindy Putri Wulandari (17.1.9044)
Ari Hardiyanto (19.1.9162)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS
SEMARANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga makalah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih
dalam makalah ini adalah Audit Kecurangan (Fraud Audit). Pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah
ilmu penulis dan para pembaca. Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik dari para pembaca.

Semarang, 02 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Audit Kecurangan........................................................... 3
B. Jenis – Jenis Kecurangan ............................................................. 3
C. Kondisi Yang Menyebabkan Terjadinya Kecurangan.................. 5
D. Mengukur Risiko Kecurangan ..................................................... 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 9
B. Saran............................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kasus kecurangan menjadi perhatian auditor karena dewasa ini menjadi
perhatian semua orang akibat terjadinya kasus Enron dan WorldCom di
Amerika Serikat yang memaksa dibubarkannya salah satu kantor akuntan
besar di sana, di samping menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi para
investor kedua perusahaan tersebut.
Laporan dari Badan Pemeriksa Keuangan Amerika Serikat serta dari
Asosiasi Peng-uji Kecurangan (Certified Fraud Examiner) juga
mengemukakan hal serupa tentang banyaknya kasus kecurangan yang terjadi
dan besarnya kerugian yang dialami, baik pada perusahaan yang tertutup
maupun perusahaan yang sahamnya diperjual-belikan di pasar bursa, serta
baik pada perusahaan yang bermotifkan laba maupun organisasi nirlaba.
Kasus kecurangan klasik yang terjadi menggambarkan bahwa
kecurangan laporan keuangan bukanlah hal baru. Dengan munculnya skandal
tersebut, profesi auditor merespons dengan menerapkan standar formal
pertama untuk prosedur pengauditan. Standar-standar tersebut mengharuskan
adanya konfirmasi atas piutang dan pengamatan fisik persediaan, prosedur
yang sekarang ini sudah menjadi standar, ditambah dengan panduan
mengenai tanggung jawa auditor untuk mendeteksi kecurangan.
Oleh karena itu, sangat penting mengetahui kecurangan audit maka disini
kami akan membahas mengenai tanggung jawab auditor dalam melakukan
penilaian risiko kecurangan dan mendeteksi salah saji material yang
disebabkan oleh kecurangan, dan bagian-bagian utama risiko audit, serta
pengendalian-pengendalian yang dilakukan untuk mencegah kecurangan dan
prosedur audit untuk mendeteksi kecurangan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi audit kecurangan ?
2. Apa saja jenis-jenis audit kecurangan ?
3. Bagaimana kondisi yang menyebabkan terjadinya audit kecurangan ?
4. Bagaimana tanggung jawab auditor dalam melakukan pengukuran
terhadap risiko kecurangan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi audit kecurangan
2. Untuk mengetahui jenis-jenis audit kecurangan
3. Untuk mengetahui kondisi yang menyebabkan terjadinya audit
kecurangan.
4. Untuk mengetahui tanggung jawab auditor dalam melakukan pengukuran
terhadap risiko kecurangan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Audit Kecurangan


Kecurangan Audit adalah upaya untuk mendeteksi dan mencegah
kecurangan dalam transaksi-transaksi komersial. Untuk dapat melakukan
audit kecurangan terhadap pembukuan dan transaksi komersial memerlukan
dua gabungan keterampilan yaitu sebagai auditor terlatih dan criminal
investigator.

B. Jenis-Jenis Kecurangan
Sebagai suatu konsep hukum yang luas, kecurangan merupakan setiap
ketidakjujuran yang tidak disengaja untuk merampas hak atau kepemilikan
orang atau pihak lain. Dalam konteks audit atas laporan keuangan,
kekurangan didevenisikan sabagi salah saji dalam laporan keuangan yang
dilakukan dengan sengaja. Dua kategori utama kecurangan adalah
kecurangan  dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan aset.
1. Kecurangan Dalam Laporan Keuangan
Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau
penghapusan terhadap jumlah ataupun pengungkapan yang sering
dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui para pengguna sebagian besar
kasus melibatkan salah saji terhadap jumlah yang dilaporkan
dibandingkan terhadap pengungkapan. Sebagai contoh, WorldCom yang
dilporkan telah mengapitalisasi jutaan dollar pengeluaran sebgaai aset
tetap, yang semestinya harus dibebankan, penghapusan terhadap jumlah
yang dilaporkan merupakan kasus yang kurang umum ditemukan,namun
sebuah perusahaan dapat melebih sajikan pendapatan dengan menghapus
untang utang dagang dan liabilitas lainnya.
Sementara dalam sebagian besar kasus kecurangan dalam laporan
keuangan melibatkan suatu usaha untuk melebisajikan pendapatan
apakah dengan cara melebih sajikan aset dan pendapatan ataupun dengan

3
menghapus liabilitas dengan menghapus liabilitas dan beban-beban,
perusahaan-perusahaan dengan mudah sengaja mengurang sajikan laba
pada perusahan-perusahaan-perusahan non publik, hal tersebut mungkin
dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi pajak penghasilan.
Manajemen laba  (management earning) melibatkan tindakan-tindakan
manajemen yang sengaja dilkukan unntuk memenuhi target laba.
Perataan laba (income smooting) merupakan salah satu bentuk
manajemen laba dimana pendapatan-pendapatandan beban-beban
dipindahkan diantara beberapa periode untuk mengurangi fluktasi laba.
Meskipun jarang ditemukan, beberapa kasus penting terkait
kecurangan dalam lapoarn keuangan melibatkan pengungkapan yang
tidak memadai.sebagai contoh dalam masalah dalam kasus Enron apakah
perusahaan telah mengakui kewajiban terhadap perusahaan afiliasi yang
dikenal dengan entitas bertujuan khusus (Special purpose entities) secara
memadai.

2. Penyalahgunaan Aset
Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan
kecurian atau aset milik entita. Dalam banyak kasus, namun tidak
semuanya, jumlah minimal yang terlibat tidak material terhadap laporan
keuangan. Namun demikian, pencurian aset perusahaan sering kali
menjadi perhatian penting manajemen, tampa melihat tingkat
materialitasnya, karena penurian-pencurian kecil dapat dengan mudah
menigkat ukuran setiap saat.
Istilah penyalahgunaan aset sering kali digunakan untuk mengacu
pada pencurian yang dlakukan dengan pegawai dan pihak-pihak internal
lainnya didalam ssuatu organisasi. Menurut perkiraan Association of
Certified fraud examiners rata-rata perusahaan merugi 6 persen dari
pendapatannya disebabkan oleh kecurangan, meskipun sebagian besar
dari pencurian tersebut melibakan pihak-pihan eksternal, seperti

4
pengutilan yang dilakukan oleh pelanggan dan penipuaan yang dilakukan
oleh pemasok. 
Biasanya pelaku penyalahgunaan aset berada ditingkat hierarki
organisasi yang lebih rendah. Namun demikian dalam beberapa kasus
penting, manajemen puncak terkadang terlibat dalam pencurian aset
perusahaan, karena otoritas manajemen yang lebih besar serta kendali
tehadap aset-aset perusahaan, penggalapan yang melibatkan manajemen
puncak dapat melibatkan jumlah yang signifikan

C. Kondisi Yang Menyebabkan Terjadinya Kecurangan


Terdap tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam
laporan keuangan dan penyalahguanaan aset sebagaimana dijelaskan dalam
PSA 70 (SA 316)
1. Insentif/Tekanan → Manajemen atau pegawai lainnya memiliki insentif
atau tekanan untuk melakukan kecurangan.
2. Kesempatan → situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen
atau pegawai untuk melakukan kecurangan.
3. Sikap/Rasionalasi → adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-
nilai etika yang memungkan manajemen atau pegawai untuk melakukan
tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam suatu lingkungan
yang memberikan mereka tekanan yang cukup besar sehingga
menyebabkan mereka membenarkan melakukan perilaku yang tidak jujur
tersebut.

D. Mengukur Risiko Kecurangan


Auditor memiliki tanggung jawab untuk menghadapi risiko kecurangan
dengan merencanakan dan menjalankan audit untuk mendapatkan keyakinan
yang memadai bahwa salah saji material, baik disebabkan oleh kesalahan
maupun kecurangan, dapat terdeteksi.
1. Skeptisme Profesional. Dalam praktiknya menjaga skeptisme
professional dapat menjadi sulit, karena meskipun terdapat beberapa

5
contoh kasus kecurangan dalam laporan keuangan tingkat tinggi,
kecurangan material jarang terjadi dibandingkan dengan jumlah audit
atas laporan keuangan yang dilakukan setiap tahun.
2. Berpikir Kritis. Selama merencanakan audit dalam setiap pengauditan,
tim kerja harus membahas kebutuhan untuk menjaga pikiran kritis
disepanjang pengauditan untuk mengidentifikasi risiko-risiko kecurangan
dan secara kritis mengevaluasi bukti-bukti audit.
3. Evaluasi Kritis atas Bukti Audit. Auditor harus berhati-hati untuk tidak
membenarkan atau mengasumsikan suatu salah saji merupakan suatu
insiden yang terpisah. Sebagai contoh, katakanlah seorang auditor
menemukan adanya penjualan ditahun berjalan yang seharusnya secara
tepat diakui sebagai penjualan pada tahun berikutnya. Auditor haruss
mengevaluasi alas an salah saji tersebut, menentukan apakah hal tersebut
disengaja atau tidak, dan mempertimbangkan apakah salah saji lainnya
mungkin juga telah terjadi.

Sumber-Sumber Informasi untuk Mengukur Risiko Kecurangan


1. Komunikasi Antara Sesama Tim Audit. PSA 70 mengharuskan tim
audit untuk melakukan diskusi untuk berbagi pemahaman dari anggota
tim audit yang lebih berpengalaman dan untuk “urun rembug” ide-ide
yang menyangkut hal berikut:
a. Bagaimana dan kapan mereka yakin bahwa laporan keuangan entitas
tidak dicurigai terdapat salah saji yang disebabkan oleh kecurangan.
b. Bagaimana manajemen dapat melakukan dan menutupi kecurangan
dalam laporan keuangan.
c. Bagaimana setiap orang dapat menyalahsajikan asset entitas tersebut.
d. Bagaimana auditor dapat menghadapi kemungkinan adanya salah saji
dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh kecurangan
2. Tanya Jawab dengan Manajemen. Tanya jawab dengan manajemen
dan pihak lainnya dalam perusahaan memberikan kesempatan bagi para
pegawai untuk memberitahukan informasi yang mungkin tidak dapat

6
dikomunikasikan dengan pihak lain. Selain itu, jawaban mereka terhadap
pertanyaan-pertanyaan auditor seringkali membuka informasi atas
kemungkinan adanya kecurangan.
3. Faktor-Faktor Risiko. PSA 70 mengharuskan auditor untuk
mengevaluasi apakah factor-faktor risiko kecurangan mengindikasikan
adanya insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan, kesempatan
untuk melakukan kecurangan atau sikap atau rasionalisai digunakan
untuk membenarkan tindakan kecurangan. Keberadaan factor-faktor
risiko tidak berarti telah terjadi kecurangan, melainkan bahwa
kemungkinan terjadinya kecurangan lebih tinggi. Auditor harus
mempertimbangkan faktor-faktor tersebut beserta informasi lainnya yang
digunakan untuk mengukur risiko kecurangan.
4. Prosedur analitis. Karena terjadinya kecurangan dalam laporan
keuangan sering kali melibatkan manipulasi pendapatan, PSA 70
mengharuskan auditor untuk melakukan prosedur analitis pada akun-
akun pendapatan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi hubungan-
hubungan yang tidak biasa atau tidak sesuai dengan ekspetasi dalam
akun-akun pendapatan yang mengindikasikan terjadinya kecurangan
dalam laporan keuangan.
5. Informasi Lainnya. Auditor harus mempertimbangkan semua informasi
yang telah mereka dapatkan dalam setiap fase atau bagian pengauditan
ketika mereka mengukur risiko kecurangan.
6. Mendokumentasikan Hasil Pengujian Kecurangan. PSA 70
mengaruskan auditor mendokumentasikan hal-hal berikut yang terkait
dengan pertimbangan auditor terhadap salah saji material yang
disebabkan oleh kecurangan.
a. Diskusi dengan sesame personel tim kerja dalam perencanaan audit
mengenai kecurigaan terhadap  adanya salah saji material dalam
mengenai laporan keuangan entitas yang disebabkan oleh
kecurangan.

7
b. Prosedur yang dilakukan unruk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan untuk mengidentifikasi dan mengukur risiko kecurangan
material.
c. Risiko spesifik dalam kecurangan material yang telah diidentifikasi
dan deskripsi respons auditor terhadap  risiko–risiko tersebut.
d. Alasan-alasan yang mendukung suatu kesimpulan bahwa hal tersebut
bukan merupakan risiko yang signifikan pengakuan pendapatan
material yang tidak tepat.
e. Hasil dari prosedur yang dijalankan untuk mengatasi risiko dominasi
pengendalian oleh manajemen.
f. Kondisi-kondisi lain serta hubungan analitis yang mengindikasikan
bahwa prosedur audit tambahan atau penanganan lainnya diperlukan,
dan tindakan-tindakan tersebut telah dijalankan oleh auditor.
g. Sifat komunikasi mengenai kecurangan yang dilakukan dengan
manajemen, komite audit atau lainnya.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kecurangan didefinisikan sebagai salah saji dalam laporan keuangan
yang dilakukan dengan sengaja. Dua kategori utama kecurangan adalah
kecurangan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan asset. Kecurangan
dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau penghapusan terhadap
jumlah ataupun pengungkapan yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk
mengelabui para penggunanya. Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan
yang melibatkan pencurian atas aset milik suatu entitas.
Insentif/Tekanan. Manajemen atau pegawai lainnya memiliki insentif
atau tekanan untuk melakukan kecurangan.
Kesempatan. Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau
pegawai untuk melakukan kecurangan.
Sikap/Rasionalisasi. Adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-
nilai etika yang memungkinkan manajemen atau pegawai untuk melakukan
tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam suatu lingkungan yang
memberikan mereka tekanan yang cukup besar sehingga menyebabkan
mereka membenarkan melakukan perilaku yang tidak jujur tersebut.

B. Saran
Dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan agar dapat
menambah pengetahuan berkaitan dengan Audit Kecurangan. Tak lupa, kami
meminta saran dan kritik atas tulisan kami demi melengkapi dan menjadi
bahan pertimbangan pada penulisan-penulisan berikutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Elder.landar J, Beasly. Mark S, Arens. Alfin A, Jusuf. Amir abadi. 2011. Jasa


audit dan assurance.Jakarta: Salemba Empat

http://stdln.blogspot.com/2011/02/kecurangan-dalam-audit.html

http://blogkuliahan.blogspot.com/2012/06/audit-kecurangan.html

http://budww.blogspot.com/2011/05/audit-kecurangan.html

10

Anda mungkin juga menyukai