Anda di halaman 1dari 24

AUDIT SALDO KAS DAN INVESTASI

Oleh :
Kelompok 5
1. Tanjung Veka Saputra (C0C017056)
2. Dede Kurniawan (C0C018001)
3. Imelza Tiara Chaerani (C0C018005)
4. Naufalliani Hasna. A (C0C018019)
5. Vilia Laela Isnaeni (C0C018023)
6. Aditiya (C0C018025)
7. Lyn Montazza (C0C018033)
8. Fitria Luthfiani (C0C018042)
9. Aulia Nabilah Hidayah (C0C018047)
10. Ghevis Haykal. R (C0C018056)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM DIPLOMA III AKUNTANSI

PURWOKERTO

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Audit saldo kas dan Investasi”.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca. Penyusun menyadari bahwa makalah ini banyak
kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik yang membangun dari semua pihak
sangat kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini. Kami berharap Makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Purwokerto, 1 Desember 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................2

A. DEFINISI AUDIT INVESTASI...............................................................................2

B. PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS INVESTASI...................................................2

C. SALDO KAS.............................................................................................................5

D. PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO KAS................................................6

E. PERTIMBANGAN LAINNYA...............................................................................14

F. JASA BERNILAI TAMBAH YANG BERKAITAN DENGAN

SEKURITAS YANG MUDAH DIPASARKAN DAN SALDO KAS.......................15

G. KASUS....................................................................................................................16

BAB III PENUTUP..................................................................................................................18

A. Kesimpulan..............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kas merupakan hal yang penting bagi auditor terutama karena
besarnya potensi kecurangan, tetapi klien juga dapat melakukan kesalahan
yang tidak disengaja. Hal itu terjadi karena banyaknya transaksi yang berkaitan
dengan penerimaan dan pengeluaran kas. Selain itu, kas menjadi objek potensi
kecurangan dan pencurian dibandingkan dengan jenis aset lainnya karena
kebanyakan aset harus dikonversikan terlebih dahulu ke kas agar dapat diuangkan.
Oleh karena itu sangatlah perlu dilakukan audit terhadap saldo kas. Tujuan utama
audit saldo kas adalah untuk memastikan saldo kas telah diidentifikasi dan
diklasifikasikan dengan tepat dalam neraca, sehingga kas tersebut dapat memenuhi
kebutuhan entitas. Dengan audit atas saldo kas maka akan memudahkan perusahaan
dalam mengembangkan anggaran kas. Dengan pengelolaan anggaran kas yang baik
perusahaan dapat mempr oyeksikan peramalan yang baik atas penerimaan dan
pengeluaran kas. Dengan teknik peramalan kas, manajemen dapat merencanakan
untuk menginvestasikan kelebihan kas, dan bila terdapat kebutuhan akan kas
mendapatkan pinjaman dengan tingkat bunga yang menguntungkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pertimbangan dalam perencaan audit?
2. Bagaimana pengujian substantive pada saldo kas?
3. Bagaimana pengujian substantive pada investasi?
4. Prosedur apa saja yang digunakan dalam merancang pengujian substantive?

iii
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI AUDIT INVESTASI


Aktivitas investasi sebuah entitas merupakan aktivitas yag berkaitan dengan
kepemilikan sekuritas yang diterbitkan oleh entitas lainnya. Sekuritas ini mencakup
sertifikat deposito/CD, saham preferen dan saham biasa, serta obligasi korporasi dan
pemerintah. Investasi dalam sekuritas yang mudah dipasarkan berkaitan dengan
siklus lainnya. Deviden dan bunga yang diterima dari investasi itu merupakan
transaksi penerimaan kas, transaksi-transaksi ini harus mendapat pengendalian yang
sama seperti pada transaksi penerimaan dan pengeluaran lainnya.

 Tujuan Audit
Meliputi beberapa hal, yaitu :
a. Keberadaan atau keterjadian
b. Kelengkapan
c. Hak dan kewajiban
d. Penilaian atau alokasi
e. Penyajian dan pengungkapan

 Pertimbangan Perencanaan Audit


a. Materialitas
Sekuritas yang ditahan sebagai investasi jangka pendek dapat bersifat material
bagi solvensi jangka pendek suatu entitas, tetapi laba dari sekuritas semacam itu
jarang bersifat signifikan bagi hasil operasi entitas di luar sektor jasa keuangan.
Sekuritas yang ditahan sebagai investasi jangka penjang dapat bersifat material
baik bagi neraca maupun laporan laba rugi, tergantung entitas.
b. Risiko Inheren
Risiko inheren pada asersi siklus investasi dipengaruhi oleh banyak faktor dan
volume transaksi investasi umumnya cukup rendah. Akan tetapi sekuritas
merupakan aktiva yang mudah untuk dicuri, dan akuntansi untuk investasi
tersebut dapat menjadi rumit. Di samping itu, risiko inheren tertentu juga lebih
menantang untuk dikendalikan, dan memberi manajemen peluang untuk
memanipulasi pelaporan investasi. Secara spesifik, klasifikasi yang tepat atas
suatu investasi bisa mengundang kontroversi, yang selanjutnya akan
mempengaruhi metode penilaian, upaya mendapatkan laba, dan persyaratan
pengungkapan yang berlaku untuk investasi itu. Dengan menyajikan secara salah
klasifikasi yang tepat dari suatu investasi, manajemen dapat menunda atau

iii
mempercepat pengakuan keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi dalam
laba.
c. Risiko Prosedur Analitis

Prosedur analitis dapat membandingkan saldo tahun berjalan dengan tahun


sebelumnya, atau dapat membandingkan hasil-hasil aktual atas jumlah investasi
dan laba investasi dengan yang dianggarkan atau dokumentasi lain dari rencana
manajemen. Perbedaan yang tidak diharapkan, dapat menunjukkan salah saji
berkenaan dengan asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, penilaian
atau alokasi, dan penyajian serta pengungkapan.
d. Risiko Pengendalian
Pemahaman atas beberapa faktor lingkungan pengendalian adalah relevan bagi
audit atas siklus transaksi.

B. PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS INVESTASI


Merupakan hal yang biasa dalam melakukan pengujian substantif atas siklus
investasi untuk menguji saldo investasi di neraca dan laporan laba rugi pada saat
yang sama. Tahapannya yaitu :

a. Menentukan Risiko Deteksi


Dalam menerapkan model risiko audit untuk menentukan risiko deteksi bagi
asersi siklus investasi, auditor perlu menggabungkan penilaian risiko inheren
dan pengendaliannya atas transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dengan
pertimbangan tambahan yang unik bagi transaksi investasi. Apabila entitas
menghasilkan arus kas bebas yang mencukupi untuk mempunyai volume
aktifitas investasi yang signifika, auditor akan perlu mempertimbangkan
pengendalian spesifik atas aktifitas-aktifitas itu. Karena penilaian risiko inheren
dan pengendalian yang relevan dapat sangat bervariasi disebabkan oleh berbagai
jenis investasi serta situasi yang ada di antara entitas maka, tingkat risiko deteksi
yang dapat diterima juga akan bervariasi secara signifikan di antara entitas dan
di antara kategori asersi bagi entitas yang sama. Kesulitan dalam merancang
pengendalian untuk menilai risiko secara memadai berkaitan dengan (1)
Penggunaan nilai wajar, bila diperlukan, dan (2) Klarifikasi yang tepat atas
investasi yang seringkali berarti bahwa tingkat risiko deteksi yang rendah yang
dapat diterima untuk pengujian rincian biasanya ditetapkan untuk asersi
penilaian atau alokasi serta penyajian dan pengungkapan. Bagi banyak entitas
dimana volume transaksi investasi rendah, auditor akan mengikuti pendekatan
substantive yang terutama menekankan pada pengujian rincian.
b. Merancang Pengujian Substantif
Kategori pengujian rincian saldo memuat jumlah kemungkinan pengujian
yang terbesar, dan bahwa berbagai pengujian dapat mempermudah pencapaian
tingkat risiko deteksi yang rendah akan dapat diterima yang mungkin diperlukan
untuk asersi penilaian atau alokasi dan penyajian serta pengungkapan. Masing-
masing pengujian ini akan dijelaskan dalam bagian berikut.
iii
1. Prosedur Awal
Serangkaian prosedur tersebut sebagai berikut :
(1). Auditor mendapatkan pemahaman atas bisnis dan industry klien.
Merupakan hal yang penting bagi auditor untuk memahami pendorong
ekonomi yang memungkinkan suatu entitas melakukan aktivitas investasi,
seperti kebijakan entitas untuk menginvestasikan kelebihan kas, aktivitas
pembiayaannya dan kemampuannya untuk menghasilkan arus kas bebas.
(2). Kecocokan antara saldo investasi awal dengan jumlah yang di audit
dalam kertas kerja tahun sebelumnya diverifikasi.
(3). Aktifitas yang melibatkan akun-akun yang berkaitan dengan investasi
ditelaah untuk menentukan setiap ayat jurnal yang tidak biasa dari segi sifat
atau jumlah yang harus diselidiki.
(4). Skedul semua investasi yang disiapkan klien, atau penambahan dan
pelapasan yang terjadi selama periode berjalan, dicek ketetapan matematis
dan kesesuaiannya dengan catatan akuntansi yang mendasari.
(5). Penentuan bahwa skedul dan buku tambahan investasi telah sesuai
dengan saldo akun pengendali buku besar yang berkaitan. Skedul tersebut
dapat berfungsi sebagai dasar untuk melakukan pengujian substantive
tambahan.
2. Prosedur Analitis
Mencakup keterkaitan di antara akun-akun spesifik selama periode berjalan
dan perbandingannya dengan data tahun sebelumnya, jumlah yang di
anggarkan, dan ekspektasi lainnya. Sebagai contoh, persentase saldo investasi
jangka pendek dan jangka panjang terhadap masing-masing aktiva lancer dan
total aktiva, serta tingkat pengembalian atas berbagai kelas investasi dapat
dibandingkan dengan ekspektasi atau pengharapan. Ketika melaksanakan
prosedur analitis atas laba investasi adalah penting untuk memahami
kebijakan investasi entitas berkenaan dengan proporsi investasi dalam
sekuritas pemerintah, obligasi korposi dan sekuritas ekuitas. Auditor harus
mengevaluasi kelayakan laba investasi atas masing-masing kelas investasi
secara terpisah, berdasarkan kinerja pasar terakhir. Efektivitas dari prosedur
analitis yang telah dibahas sebelumnya dalam mengurangi jumlah bukti yang
diperlukan dari pengujian substantive lainnya.
3. Pengujian Rincian Transaksi
Pengujian substantive ini terdiri dari vouching ke masing-masing ayat
debet dan kredit dalam berbagai akun investasi.
4. Pengujian Rincian Saldo
(1) Memeriksa dan menghitung sekuritas yang ada di tangan. Pengujian ini
biasanya dilaksanakan secara serentak dengan perhitungan auditor atas kas
dan instrument lainnya yang dapat dinegosiasi. Dalam melaksanakan
pengujian ini petugas yang menyimpan sekuritas harus hadir sepanjang
perhitungan. Suatu tanda terima harus diperoleh dari petugas tersebut
ketika sekuritas dikembalikan, dan semua sekuritas harus berada di bawah
kendali auditor sampai perhitungan selesai. Dalam memeriksa sekuritas,

iii
auditor harus mengamati hal-hal seperti nomor sertifikat pada dokumen,
nama pemilik ( yang harus nama klien, baik secara langsung maupun
melalui endorsemen), uraian tentang sekuritas itu, jumlah saham (atau
(2) obligasi), dan nama penerbitnya. Data ini harus dicatat sebagai bagian dari
analisis auditor atas akun investasi.
(3) Mengkonfirmasi sekuritas yang disimpan oleh pihak lain. Konfirmasi ini
harus diminta pada tanggal sekuritas yang ditahan oleh klien itu sedang
dihitung. Proses konfirmasi sekuritas ini sama dengan lengkah-langkah
yang diperlukan dalam mengkonfirmasi piutang. Jadi, auditor harus
mengendalikan pengiriman melalui pos dan menerima langsung jawaban
dari petugas penyimpanan sekuritas. Data yang di konfirmasikan sama
dengan data yang harus dicatat apabila auditor mampu memeriksa
sekuritas tersebut.
(4) Menghitung kembali Pendapatan Investasi yang dihasilkan. Laba dari
investasi dapat di verifikasi dengan bukti documenter dan dihitung ulang.
Dividen atas semua saham yang terdaftar pada bursa saham dan banyak
lainnya termasuk dalam buku catatan deviden yang diterbitkan oleh jasa
investasi. Auditor dapat secara independen memverifikasi pendapatan
deviden yang merujuk pada tanggal pengumuman, jumlah, dan tanggal
pembayaran yang diperlihatkan dalam buku catatan itu.verifikasi
pendapatan dividen biasanya digabungkan dalam buku skedul investasi.
Bunga yang dihasilkan dan bunga yang dipungut atas investasi dalam
obligasi dapat di verifikasi dengan menelaah surat berharga dan tanggal
pembayaran yang di tunjukan pada sertifikat obligasi. Di samping itu
auditor juga menelaah skedul-skedul amortisasi klien untuk premi dan
diskonto obligasi serta mebhitung kembali jumlah yang di amortisasi, jika
ada.
5. Pengujian Rincian Saldo ; Estimasi Akuntansi
Ketika mengaudit investasi, auditor harus menerapkan pertimbangan audit
yang signifikan berkenaan dengan evaluasi atas (1) klarifikasi investasi
yang tepat, dan (2) nilai wajar investasi. Pedoman professional yang
diberikan oleh SAS No. 81 (AU 332), Auditing Investments, tentang
bagaimana audit harus menghadapi tantangan itu.
6. Perbandingan Penyajian Laporan dengan GAAP
Pengujian substantive yang dilakukan terdahulu harus memberikan
banyak bukti yang diperlukan auditor untuk menentukan apakah saldo
investasi telah diidentifikasi dan diklarifikasikan dengan tepat dalam
laporan keuangan. Namun, berkaitan dengan klarifikasi lancer dan tidak
lancer, atau perdagangan lawan tersedia untuk dijual, auditor juga harus
mengadakan Tanya-jawab dengan manajemen manyangkut maksudnya
dalam hal periode penahanan, dan sebagainya. Dalam kasus sekuritas
hutang diklarifikasikan sebagai ditahan sampai sampai jatuh tempo,
auditor juga harus menilai kemampuan manajemen untuk menahan
investasi sampai jatuh tempo. Sebagian besar auditor menggunakan daftar

iii
periksa sebagai alat bantu dalam menentukan bahwa semua
pengungkapan yang siisyaratkan telah dilakukan berkenaan dengan dasar
penilaian investasi, berbagai komponen dari keuntungan dan kerugian
yang direalisasi serta belum direalisasi, investasi dengan pihak yang
memilik hubungan istimewa, dan sekuritas yang telah digadaikan sebagai
agunan.

C. SALDO KAS
Saldo kas meliputi penerimaan ditangan yang belum disetor, kas di bank,
pada rekening giro umum dan rekening tabungan, serta akun impres seperti kas kecil
dan rekening di bank untuk gaji. Ini merupakan kas yang diperlukan untuk melunasi
kewajiban serta membayar gaji, dan kebanyakan entitas akan memindahkan
kelebihan kas ke beberapa bentuk investasi yang menghasilkan bunga. Saldo-saldo
tertentu, seperti sertifikat deposito, dana pelunasan obligasi, saldo mata uang luar
negeri tertentu, dan akun-akun lain yang mempunyai pembatasan dalam
penggunaannya yang lazimnya harus diklasifikasikan sebagai investasi.
 Hubungan saldo kas dengan siklus Transaksi
Lima siklus transaksi berkaitan langsung dengan saldo kas umum, kelima siklus
tersebut adalah siklus pendapatan, pengeluaran, pembiayaan, investasi dan jasa
personalia. Siklus produksi tidak mempunyai transaksi yang berkaitan langsung
dengan kas. Perhatikan bahwa siklus pembiayaan dan siklus investasi keduanya
dapat menaikan dan menurunkan kas, sementara siklus pendapatan akan menaikan
kas dan siklus pengeluaran serta jasa personalia akan menurunkan kas. Bagi banyak
entitas volume transaksi siklus pendapatan dan pengeluaran dapat berjumlah besar,
demikian juga dengan siklus jasa personalia. Volume serta ukuran masing-masing
transaksi kas dalam siklus pembiayaan dan investasi sangat bervariasi dari satu
entitas ke yang lainnya dan dapat juga sangat berbeda dari tahun ke tahun untuk satu
entitas.

 Tujuan Audit

Kategori Asersi Tujuan Audit saldo akun


Keberadaan atau keterjadian Saldo kas yang dicatat ada pada tanggal neraca.
Kelengkapan Saldo yang dicatat mencakup pengaruh dari semua
transaksi kas yang telah terjadi;
Transfer kas akhir tahun diantara bank telah dicatat
pada periode yang tepat.
Hak dan Kewajiban Entitas mempunyai hak legal atas semua saldo kas
yang diperlihatkan pada tanggal neraca.

iii
Penilaian atau Alokasi Saldo kas yang dicatat telah direalisasi pada jumlah
yang dinyatakan di neraca dan sesuai dengan skedul
pendukung.
Penyajian dan Pengungkapan Saldo kas telah diidentifikasi dan diklasifikasikan
dengan tepat dalam neraca;
Lini kredit, jaminan pinjaman, perjanjian saldo
kompensasi, dan pembatasan lain padanya atas kas
telah diungkapkan dengan tepat.

 Pertimbangan Perencanaan Audit


a. Materialitas
Jika dikaitkan dengan transaksi dalam lima siklus transaksi yang
mempengaruhi kas, jumlah kas yang mengalir melalui akun-akun dalam satu periode
waktu benar-benar dapat sangan material.
b. Risiko inheren
Volume transaksi yang tinggi dapat menimbulkan  tingkat risiko inheren yang
signifikan untuk asersi saldo kas tertentu, terutama keberadaan dan keterjadian serta
kelengkapan.
c. Risiko prosedur analitis
Prosedur analitis yang efektif mencakup pembandingan saldo kas dengan
peramalan atau anggaran, atau dengan kebijakan perusahaan mengenai saldo kas
minimum dan investasi atas kelebihan kas.
d. Risiko pengendalian
Karena rawannya saldo kas terhadap pencurian, maka banyak auditor akan
mengevaluasi secara cermat pengendalian internal atas kas, dan memastikan bahwa
setiap kondisi yang dapat dilaporkan telah dikomunikasikan dengan jelas kepada
manajemen.

D. PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO KAS


Istilah saldo kas hanya mengacu pada kas yang ditahan dan di bank, bukan
termasuk kas kecil dan dana imprest lainnya. Tahapannya yaitu :
a. Menentukan Risiko Deteksi
Beberapa pemilik perusahaan kecil menginginkan agar auditor secara cermat
mengaudit kas guna memberikannya kepastian tentang keabsahan saldo kas.
Akibatnya, auditor akan melakukan pendekatan substantive yang terutama
menekankan pada pengujian rincian, sekalipun model resiko audit dapat menyatakan
bahwa pendekatan semacam itu tidak diperlukan karena prosedur analitis atau
pengendalian internal sudah efektif.
b. Merancang Pengujian Substantif

iii
Merancang dan melaksanakan program audit untuk mencapai tujuan audit
atas saldo kas akan di jelaskan pada Prosedur awal berikut.
1. Prosedur awal
Sebelum membahas pengujian yang terinci atas saldo kas, auditor harus memastikan
bahwa telah memperoleh pemahaman tentang bisnis.

(a). Prosedur awal


 Mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan industry serta menentukan
signifikansi dari saldo & transaksi kas bagi entitas serta kebijakan entitas
dalam meramalkan saldo kas dan menginvestasikan kelebihan saldo kas.
 Melaksanakan prosedur awal atas saldo dan catatan kas yang akan mendapat
pengujian lebih lanjut. Dengan cara menelusuri saldo awal kas di tangan dan
di bank ke kertas kerja tahun sebelumnya, menelaah aktifitas dalam akun
buku besar kas dan menyelidiki ayat jurnal yang tampak tidak biasa dari segi
jumlah atau sumbernya, mendapatkan ikhtisar kas di tangan dan di bank yang
disiapkan klien, memverifikasi ketetapan matematis dan menentukan
kesesuaiannya dengan buku besar.
(b). Prosedur analitis
 Melaksanakan prosedur analitis dengan cara mengembangkan saldo kas
dengan jumlah yang di anggarkan, saldo tahun sebelumnya, atau jumlah yang
di harapkan lainnya dan Menghitung kas sebagai persentase dari aktiva lancer
dan membandingkannya dengan pengharapan.
(c). Pengujian rincian transaksi
 Melaksanakan pengujian pisah-batas kas (catatan pengujian ini mungkin telah
dilaksanakan sebagai bagian dari program audit atas piutang usaha dan
hutang usaha : Mengamati bahwa semua kas yang diterima menjelang
penutupan usaha pada hari terakhir tahun fiscal termasuk dalam kas yang ada
ditangan atau setoran dalam perjalanan dan tidak ada penerimaan dari periode
berikutnya yang telah dimasukan, atau mereview dokumentasi seperti ikhtisar
kas harian, slip deposito duplikat dan laporan bank yang mencakup beberapa
hari sebelum dan sesudah tanggal akhir tahun untuk menentukan pisah-batas
yang tepat, atau Mengamati cek terakhir yang diterbitkan dan dikirimkan
pada hari bisnis terakhir dari tahun fiscal dan menelusuri ke catatan akuntansi
untuk menentukan ketepatan pisah-batas pengeluaran kas, atau
Membandingkan tanggal-tanggal pada cek yang diterbitkan beberapa hari
sebelum dan sesudah akhir tahun ke tanggal pencatatan cek untuk
menentukan pisah-batas yang tepat.
 Menelusuri transfer bank selama beberapa hari sebelum dan sesudah tanggal
akhir tahun untuk menentukan bahwa setiap transfer telah dicatat dengan
benar sebagai pengeluaran serta penerimaan dalam periode akuntansi yang
sama dan secara tepat dicerminkan dalam rekonsiliasi bank apabila dapat
dilakukan.

iii
 Menyiapkan bukti atau proof kas untuk setiap akun bank dimana entitas itu
tidak mampu merekonsiliasi atau memikul risiko yang tinggi bahwa transaksi
yang tidak jujur telah terjadi.
(d). Pengujian rincian saldo
 Menghitung kas ditangan yang belum disetorkan dan menentukan bahwa
jumlah tersebut telah dimasukkan dalam saldo kas.

 Mengkonfirmasikan saldo setoran dan pinjaman bank dengan bank.


 Mengkonfirmasikan perjanjian lain dengan bank seperti lini kredit, perjanjian
saldo kompensasi dan jaminan pinjaman atau pihak lainnya.
 Menscan, menelaah atau menyiapkan rekonsiliasi bank sebagaimana
mestinya.
 Mendapatkan dan menggunakan laporan pisah-batas bank untuk
memverifikasi pos-pos rekonsiliasi bank, mendeteksi semua cek yang belum
dicatat yang telah dikliring oleh bank dan mencari bukti tentang window
dreasing.
(e). Membandingkan penyajian laopran dengan GAAP
 Menentukan apakah saldo kas telah diidentifikasi dan diklarifikasikan dengan
tepat, menentukan bahwa overdraft bank telah direklasifikasi sebagai
kewajiban lancer, melakukan Tanya-jawab dengan manajemen, menelaah
korespondensi dengan bank dan menelaah notulen rapat dewan direksi untuk
menentukan hal-hal yang memerlukan pengungkapan seperti lini kredit,
jaminan pinjaman, perjanjian saldo kompensasi atau pembatasan lainnya atas
saldo kas.
2. Prosedur Analitis
Seperti telah dibahas sebelumnya, efektifitas prosedur analitis secara
signifikan bervariasi dari satu klien lainnya. Efektifitas prosedur analitis yang
telah dibahas sebelumnya dalam bab ini dapat mengurangi jumlah bukti yang
diperlukan dari pengujian substantif lainnya yang dibandingkan dengan yang
dibutuhkan apabila datanya tidak sesuai dengan pengharapan yang
dikembangkan dari anggaran atau peramalan kas, atau kebijakan perusahaan
mengenai investasi kelebihan kas.
3. Pengujian Rincian Transaksi
Beberapa pengujian substantif atas rincian transaksi melibatkan
penelusuran dan vouching transaksi penerimaan kas serta pengeluaran kas
yang biasanya dilakukan bersamaan dengan pengujian pengendalian sebagai
pengujian bertujuan ganda. Bukti yang diperoleh dari pengujian tersebut
harus digabungkan dengan bukti dari prosedur yang telah dibahas di sini
dalam menarik kesimpulan mengenai kewajaran penyajian saldo kas. Dalam
dua sub bagian berikut, pertimbagan akan diberikan pada dua pengujian atas
transaksi yang umumnya dilaksanakan mendekati tanggal neraca.
(a). Melaksanakan Pengujian Pisah-Batas Kas

iii
Pisah-batas yang tepat atas penerimaan dan pengeluaran kas pada akhir
tahun sangat penting bagi kelayakan laporan kas pada tanggal neraca. Dua
pengujian pisah-batas kas (cash cuttof tests) telah dilaksanakan :

 Pengujian pisah-batas penerimaan kas, yang telah dijelaskan dalam Bab


14,dan

 Pengujian pisah-batas pengeluaran kas, seperti yang telah dijelaskan pada


bab 15. Penggunaan laporan pisah-batas bank, yang diuraikan berikut ini,
juga berguna dalam menentukan apakah pisah-batas kas yang tepat telah
dilakukan.

Pengujian pisah-batas kas terutama ditujukan pada asersi laporan


keuangan, yaitu eksistensi atau kejadian dan kelengkapan.

(b). Menelusuri Transfer Bank

Para penggelap uang biasanya menutupi pencurian kas dengan praktik yang
dikenal sebagai kiting: mentransfer uang dari satu bank ke bank lainnya dan
mencatat transaksi tersebut dengan tidak benar. Sebuah peusahaan yang
memiliki banyak akun bank dapat melakukan transfer uang yang diotorisasi di
antara akun-akun bank itu. Sebagai contoh, uang dapat ditransfer dari akun bank
umum ke akun bank untuk penggajian atas cek gaji yang akan dibagikan pada
hari pembayaran. Apabila terjadi transfer bank, maka beberapa hari (dikenal
dengan periode mengambang) umumnya akan berlalu sebelum cek itu dikliring
di bank pada waktu ditarik. Jadi setoran kas per catatan bank akan lebih saji
selama periode ini, karena cek itu akan termasuk dalam saldo bank yang
menerima setoran dan belum akan dikurangkan dari bank yang ceknya ditarik.
Transfer bank juga dapat menimbulkan salah saji saldo bank per pembukuan jika
pengeluaran dan penerimaan tidak dicatat pada periode akuntansi yang sama.

Secara sengaja mencatat transfer bank sebagai setoran di bank


penerima dan tidak menunjukan pengurangan dari akun bank tempat transfer cek
ditarik merupakan suatu penyimpangan yang dikenal sebagai kiting. Kiting juga
dapat digunakan untuk menyembunyikan kekurangan kas atau kelebihan kas di
bank pada tanggal laporan.

4.  Pengujian Rincian Saldo


Ada lima pengujian substantif yang biasa digunakan untuk saldo kas dalam
kategori ini. Setiap pengujian ini akan diuraikan dalam bagian berikut.
 Menghitung kas di tangan
Penerimaan kas yang belum disetor dan uang kembalian biasanya dipandang
sebagai kas di tangan. Untuk melaksanakan perhitungan kas secara tepat, auditor
harus Mengendalikan semua instrumen kas dan yang dapat dinegosiasikan yang
ditahan oleh klien sampai semua uang telah dihitung, Meminta agar petugas kas
hadir sepanjang perhitungan itu, Mendapatkan tanda terima yang ditandatangani

iii
dari petugas pada waktu mengembalikan uang kepada klien, dan Memastikan
bahwa semua cek yang belum disetor dapat dibayarkan kepada klien baik secara
langsung atau melalui endorsemen.
Pengendalian atas semua dana uang dirancang untuk mencegah transfer uang
yang telah dihitung ke uang yang belum dihitung oleh klien. Penyegelan uang dan
penggunaan staf auditor tambahan seringkali diperlukan apabila kas disimpan

pada banyak lokasi. Pengamanan yang menyangkut pengawasan kas


dilakukan untuk meminimalkan kemungkinan, dalam hal terjadinya kekurangan,
klien mengklaim bahwa semua kas adalah utuh pada saat diserahkan kepada
auditor untuk dihitung. Pengujian ini memberikan bukti tentang masing-masing
asersi laporan keuangan kecuali penyajian dan pengungkapan. Di sini perlu
diperhatikan bahwa bukti tentang hak bersifat lemah karena pengawas dana,
seperti dana kas kecil, mungkin telah menambah uang dari kantung sendiri untuk
menutup kekurangan.

 Mengkofirmasi Saldo Kas dan Pinjaman di Bank

Merupakan hal yang biasa bagi auditor untuk mendapatkan konfirmasi bank
mengenai saldo kas dan pinjaman di bank pada tanggal neraca.Mengilustrasikan
Formulir Standar dari Konfirmasi Informasi saldo akun dengan Lembaga
Keuangan.Formulir ini dikembangkan dan disetujui bersama oleh American
Bankers Association, AICPA, dan Bank Administration Institute. Perhatikan
bahwa formulir itu meminta informasi tentang tiga hal berikut :

(1). Slado setoran


(2). Saldo pinjaman
(3). Akun (rekening) setoran atau pinjaman lainnya yang mungkin menarik
perhatian pejabat bank yang berwenang.
Permintaan konfirmasi disiapkan rangkap duan dan ditandatangani
oleh penandatangan cek yang berwenang dari klien. Kedua salinan itu lalu
dikirim ke bank, dan aslinya dikembalikan ke auditor. Untuk memastikan
kompetensi bukti dari prosedur ini, auditor secara pribadi harus mengirimkan
permintaan ini dalam amplop dengan alamat pengembalian sendiri dan
jawabanya harus dikembalikan langsung ke auditor oleh bank. Permintaan
konfirmasi bank harus dikirimkan ke semua bank dimana klien mempunyai
suatu akun, termasuk yang saldonya nol pada akhir tahun.
Konfirmasi setoran kas terutama memberikan bukti mengenai dua
asersi berikut berkenaan dengan kas di bank :
(1). Keberadaan atau keterjadian karena ada pemberitahuan tertulis bahwa
saldo itu ada, serta
(2). Hak dan kewajiban karena saldo itu adalah atas nama klien. Jawaban dari
bank juga memberikan sejumlah bukti untuk untuk dua asersi lainnya.
Jawaban ini menyumbang pada asersi penilaian atau alokasi untuk kas di
bank dimana saldo yang dikonfirmasi digunakan untuk memperoleh saldo kas

iii
yang benar pada tanggal neraca. Lebih lanjut, hal itu juga menyumbang pada
asersi kelengkapan, tetapi secara keseluruhan tidak dapat diandalkan karena
para responden tidak diharuskan untuk mencari catatan bank mengenai saldo
setoran dan pinjaman yang tidak tercantum dalam formulir permintaan
konfirmasi.

Konfirmasi saldo pinjaman terutama memberikan bukti untuk tiga asersi


berikut :
(1). Keberadaan atau keterjadian karena ada pemberitahuan tertulis bahwa
terdapat saldo pinjaman
(2). Hak dan kewajiban karena pinjaman merupakan hutang bagi klien, dan
(3). Penilaian atau alokasi karena jawabannya menunjukkan jumlah saldo
pinjaman. Pengujian ini menyumbang pada asersi kelengkapan dengan cara
yang sama seperti pada konfirmasi saldo setoran.

 Mengkonfirmasi Perjanjian Lainnya dengan Bank


Perjanjian lainnya dengan bank meliputi hal-hal seperti lini kredit,
saldo kompensasi, dan kewajiban kontinjen. Perjanjian untuk menetapkan lini
kredit dengan bank mungkin mengharuskan peminjam mempertahankan
saldo kas di bank. Jumlahnya dapat berupa persentase-yang-disetujui dari
jumlah yang dipinjam, atau dapat berupa jumlah dolar yang ditetapkan.
Jumlah minimum yang disyaratkan dikenal sebagai saldo kompensasi
(kompensating balance). Suatu kewajiban kontinjen mungkin ada apabila
klien menjadi penjamin atas pinjaman yang diberikan oleh bank kepada pihak
ketiga.
Jika, sesudah menilai resiko inheren dan pengendalian, auditor merasa
yakin bahwa perjanjian tersebut ada, maka ia harus mengirimkan surat
konfirmasi kepada bank. Surat itu secara spesifik harus mengidentifikasi
informasi yang diminta dan ditandatangani oleh klien. AICPA telah
mengembangkan surat konfirmasi standar untuk tiga perjanjian yang
diidentifikasikan di atas. Lebih lanjut, surat itu harus dikirim ke pejabat bank
yang bertanggung jawab atas hubungan klien dengan bank. Mengirimkan
surat itu ke orang yang tepat akan mempercepat proses konfirmasi dan
mempertinggi kualitas bukti yang diperoleh auditor. Permintaan auditor akan
informasi tentang lini kredit dan kewajiban kontijen tidak mengharuskan
responden untuk melakukan pencarian yang terinci atas catatan bank.
Konfirmasi atas perjanjian lainnya dengan bank khususnya berguna dalam
memenuhi asersi penyajian dan pengungkapan. Hal itu juga memberikan
bukti untuk setiap asersi lainnya. Akan tetapi, bukti untuk asersi kelengkapan
terbatas pada informasi yang diketahui oleh responden.

 Melakukan scan, Mereview atau Menyiapkan Rekonsiliasi Bank.

iii
Apabila tingkat risiko deteksi yang dapat diterima tinggi, auditor
dapat menscan rekonsiliasi bank yang disiapkan klien dan memverifikasi
ketepatan matematis dari rekonsiliasi itu. Jika risiko detksi sedang, maka
auditor dapat menelaah rekonsiliasi bank klien. Penelaahan itu lazimnya akan
mencakup:
 Membandingkan saldo akhir bank dengan saldo yang dikonfirmasi pada
formulir knfirmasi bank.

 Memverifikasi keabsahan setoran dalam perjalanan dan cek-cek yang


beredar
 Menetapkan ketetapan matematis dari rekonsiliasi itu
 Memvouching pos-pos yang direkonsiliasi seperti beban, kredit dan
kesalahan bank ke dokumentasi pendukung
 Menyelidiki pos-pos lama seperti cek yang beredar untuk periode waktu
yang lama dan pos-pos tidak biasa.
Kertas kerja untuk penelaahan auditor atas rekonsiliasi bank yang
disiapkan klien diilustrasikan 18-9.
Jika risiko deteksi rendah, maka auditor dapat menyiapkan
rekonsiliasi bank dengan menggunakan data bank di tempat klien. Jika
risiko deteksi sangat rendah atau auditor mencurigai kemungkinan adanya
salah saji yang material, maka auditor dapat memperoleh laporan bank
akhir tahun langsung dari bank dan menyiapkan rekonsiliasi bank. Untuk
melakukan hal itu, auditor harus meminta klien untuk memberitahu bank
agar mengirimkan laporan bank dan dat yang menyertainya (cek yang
dibayar, memo debet, dan lain-lain) langsung ke auditor. Prosedur ini akan
mencegah klien melakukan perubahan data untuk menutupi setiap salah
saji yang ada.
Bukti yang diberikan oleh rekonsiliasi bank umumnya belum
mencukupi untuk memverifikasi saldo kas di bank karena adanya
ketidakpastian berkenaan dengan dua pos rekonsiliasi yang paling penting:
(1). Setoran dalam perjalanan dan
(2). Cek yang beredar.
Bukti tersebut hanya dapat diperoleh dengan menelusuri pos-pos ini
ke laporan bank dalam periode akuntansi berikutnya. Prosedur untuk
mendapatkan laporan pisah-batas bank dirancang, sebagian, untuk tujuan
ini. Apabila laporan pisah-batas mengesahkan pos-pos ini dan pos
rekonsiliasi lainnya, maka rekonsiliasii bank yang diandalkan auditor
dapat dipertinggi secara signifikan.
Scanning, pengujian atau penyiapan rekonsiliasi bank menetapkan
saldo kas di bank yang benar pada tanggal neraca. Jadi, hal itu merupakan
sumber bukti utama untuk asersi penilaian atau alokasi. Pengujian ini juga
memberikan bukti untuk asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan,
dan hak serta kewajiban.

iii
 Mendapatkan dan Menggunakan Laporan Pisah-Batas Bank
Laporan pisah-batas bank (bank cutoff statement) adalah suatu
laporanbank pada tanggal sesudah tanggal neraca. Tanggal ini harus berada
pada titik waktu yang akan memungkinkan sebagian besar cek yang beredar
pada akhir tahun sudah dikliring di bank. Biasanya, tanggal ini adalah tujuh
sampai sepuluh hari bisnis sesudah akhir tahun fiskal klien.

Klien harus meminta laporan pisah-batas dari bank dan


memberitahukan agar hal itu dikirim langsung kepada auditor. Setelah
menerima laporan pisah-batas, beserta cek-cek yang dibatalkan dan memo
bank terlampir, auditor harus :
(1). Menelusuri semua cek tertanggal tahun lalu ke cek-cek yang beredar
yang tercantum pada rekonsiliasi bank.
(2). Menelusuri setoran dalam perjalanan pada rekonsiliasi bank ke setoran
pada laporan pisah-batas.
(3). Melakukan scan atas laporan pisah-batas dan data terlampir untuk hal-hal
yang tidak biasa.
(4). Mendapatkan dan menggunakan Laporan pisah-batas Bank

5. Perbandingan Penyajian Laporan dengan GAAP


Kas harus diidentifikasi dan diklasifikasikan dengan benar di neraca.
Misalnya, kas yang disetor merupakan suatu aktiva lancar. Akan tetapi, kas
dana pelunasan obligasi dianggap sebagai investasi jangka panjang. Selain
itu, harus ada pengungkapan yang tepat mengenai perjanjian dengan bank
seperti lini kredit, saldo kompensasi, dan kewajiban kontinjen. Suatu
overdraft bank (cerukan) biasanya dilaporkan sebagai kewajiban lancar.
Auditor menentukan kelayakan penyajian laporan dari penelaahan atas
naskah laporan klien dan bukti yang diperoleh dari pengujian substantif sebelumnya.
Disamping itu, auditor juga harus menelaah notulen rapat dewan direksi dan
melakukan tanya jawab dengan manajemen menyangkut bukti pembatasan terhadap
penggunaan saldo kas.

E. PERTIMBANGAN LAINNYA
 Pengujian untuk Mendeteksi Lapping
Lapping adalah penyimpangan yang disebabkan oleh misapropriasi secara
sengaja atas penerimaan kas. Lapping dapat melibatkan penggelapan penerimaan
kas secara sementara atatu permanen untuk kepentingan pribadi dari seseorang
yang melakukan tindakan yang bukan wewenangnya. Lapping biasanya tidak
hanya bersangkutan dengan penagihan dari pelanggan, tetapi juga dapat
melibatkan jenis penerimaan kas lainnya. Kondisi-kondisi yang kondusif untuk
lapping tersedia apabila seseorang yang menangani penerimaan kas juga
memegang buku beasar piutang usaha. Auditor harus menilai kemungkinan

iii
lapping guna mendapatkan pemahaman tentang pembagian tugas seperti
penerimaan dan pencatatan penagihan dari pelanggan. Lapping adalah suatu
penyimpangan yang disebabkan oleh misapropiasi secara sengaja atas
penerimaan kas. Lapping dapat melibatkan penggelapan penerimaan kas secara
sementara atau permanen untuk kepentingan pribadi dari seseorang yang
melakukan tindakan yang bukan wewenangnya. Lapping biasanya tidak hanya
bersangkutan dengan penagihan dari pelanggan, tetapi juga dapat melibatkan
jenis penerimaan kas lainnya. Kondisi-kondisi yang kondusif untuk lapping
tersedia apabila seseorang yang menangani penerimaan kas juga memegang buku
besar piutang usaha. Auditor harus menilai kemungkinan lapping guna
mendapatkan pemahaman tentang pembagian tugas seperti penerimaan dan
pencatatan penagihan dari pelanggan.

 Prosedur Auditing
Pengujian untuk mendeteksi lapping hanya dapat dilaksanakan apabila risiko
pengendalian untuk transaksi penerimaan kas adalah sedang atau tinggi. Ada tiga
prosedur yang dapat mendeteksi lapping.
 Mengkonfirmasi Piutang Usaha. Pengujian ini akan menjadi lebih efektif jika
dilaksanakan secara mendadak pada tanggal interim. Melakukan konfirmasi pada
saat ini akan mencegah orang yang terlibat dalam lapping membuat akun yang di
“lapped” menjadi mutakhir. Konfirmasi yang pada tanggal neraca mungkin tidak
efektif karena pelaku lapping dapat mengantisipasi prosedur ini dan menyesuaikan
akun yang di “lapped” dengan saldo yang benar pada tanggal bersangkutan.
 Melakukan Perhitungan Kas Secara Mendadak. Perhitungan kas akan mencakup
uang logam atau koin, uang kertas, dan cek pelanggan yang ada di tangan. Auditor
harus mengawasi setoran dari dana-dana tersebut. Berikutnya, rincian setoran
yang ditunjukkan pada slip setoran duplikat harus dibandingkan dengan ayat
jurnal penerimaan kas dan posting ke akun pelanggan.

Membandingkan Rincian Ayat Jurnal Penerimaan Kas dengan


Rincian Slip Setoran Harian yang Berkaitan. Prosedur ini akan
mengungkapkan perbedaan rincian seperti yang ditunjukkan dalam dua
contoh di atas.Apabila pembagian tugas yang tepat dalam penanganan
penerimaan pos sudah ditetapkan, beberapa auditor lebih memilih untuk
menggunakan daftar pendahuluan dari prosedur ini. Dalam kasus tersebut,
tanggal penagihan aktual dibandingkan dengan tanggal posting penagihan itu
ke buku besar piutang usaha.

F. JASA BERNILAI TAMBAH YANG BERKAITAN DENGAN


SEKURITAS YANG MUDAH DIPASARKAN DAN SALDO KAS
Tidak semua perusahaan mengikuti praktik yang diterapkan oleh
kebanyakan perusahaan yang dikelola dengan baik dalam meramalkan saldo
kas dan mengembangkan kebijakan investasi kelebihan kas. Akuntan publik

iii
memahami peluang yang tersedia bagi perusahaan untuk mengivestasikan
kelebihan kas selama periode waktu yang pendek apabila tidak diperlukan
untuk membayar kewajiban lancar, yang adakalanya dilakukan atas dasar
tiba-tiba atau semalam. Selanjutnya, lembar kerja elektronik akan
mempermudah akuntan publik untuk mengembangkan model-model
peramalan saldo kas atas dasar bulanan. Berikut ini adalah beberapa peluang
bernilai tambah yang penting, yang dapat diberikan akuntan publik dengan
menggunakan pengetahuan yang diperoleh selama audit atas sekuritas yang
mudah dipasarkan dan saldo kas.
 Menentukan asumsi-asumsipenting berkenaan dengan penerimaan kas dan
pembayaran beban operasi yang mempengaruhi peramalan saldo kas.

 Membantu manajemen dalam mengembangkan model-model peramalan


saldo kas, pinjaman yang diperlukan, atau potensi kelebihan saldo kas yang
tersedia untuk investasi..
 Mengidentifikasi peluang untuk mengubah praktik bisnis, seperti perubahan
kebijakan kredit atau perubahan manajemen persediaan, yang akan
meningkatkan arus kas.
 Membantu manajemen dalam mengembangkan kebijakan untuk investasi
jangka pendek kelebihan kas.
 Mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan tingkat pengembalian atas
investasi jangka pendek atas kelebihan kas.

G. KASUS
Seorang auditor memerlukan bukti tentang keabsahan transfer bank atau,
sebaliknya, dapat terjadi salh saji. Bukti ini diperoleh dengan menyiapkan skedul
transfer bank (bank transfer schedule) data yang akan dicantumkan pada skedul
itu diperoleh dari analisis atas ayat jurnal kas per pembukuan dan laporan bank
serta pisah-batas bank yang berlaku. Skedul itu mencantumkan semua transfer
cek yang diterbitkan pada atau mendekati akhir tahun fiskal klien, dan
menunjukan tanggal cek itu dicatat oleh klien serta bank, seperti yang
diilustrasikan dalam gambar 18-7
Jika kita mengasumsikan bahwa semua cek tertanggal dan diterbitkan
pada tanggal 31 desember, maka cek no. 4100 pada gambar 18-7 telah ditangani
dengan benar karena kedua ayat jurnal pembukuan perusahaan telah dibuat pada
bulan desember dan kedua ayat jurnal pembukuan bank terjadi dalam bulan
januari. Cek ini akan tercantum sebagai cek yang beredar ketika merekonsiliasi
akun bank umum per 31 desember dan sebagai setoran dalam perjalanan ketika
merekonsiliasi akun bank gaji. Cek no. 4275 menggambarkan transfer cek dalam
perjalanan pada tanggal penutupan. Kas per pembukuan kurang saji sebesar

$10.000 kare cek itu telah dikurangkan dari saldo per pembukuan oleh
penerbitnya pada bulan desember, tetapi belum ditambahkan ke akun cabang #1
per pembukuan oleh penyetor sampai bulan januari. Jadi, suatu ayat jurnal

iii
penyesuaian akan diperlukan pada tanggal 31 desember untuk menaikkan saldo
cabang per pembukuan.
Cek no. 4280 dan B403menggambarkan kemungkinan kiting karena
cek-cek bulan desember ini belum dicatat sebagai pengeluaran per pembukuan
sampai bulan januari, sekalipun telah disetorkan ke bank penerima pada bulan
desember. Cek no. 4280 menimbulkan lebih saji kas di bank sebesar $20.000
karena penerimaan per pembukuan terjadi dalam bulan desember, dan
pengurangan yang sepadan belum dilakukan sampai bulan januari. Cek no. B403
dapat menggambarkan suatu upaya untuk menyembunyikan kekurangan kas
karena setoran bank yang terjadi pada bulan desember dianggap memungkinkan
untuk merekonsiliasi saldo bank serta pembukuan, sementarasemua ayat jurnal
lainnya dibuat pada bulan januari.
Kiting bisa terjadi apabila kelemahan dalam pengendalian internal
memungkinkan seseorang untuk menerbitkan dan mencatat cek-cek (misalnya
pemisahan tugas yang kurang tepat), atau ada kolusi di antara orang-orang yang
bertanggung jawab atas kedua fungsi itu,selain menelusuri transfer bank, kiting
juga dapat dideteksi dengan
a) Mendapatkan dan menggunakan laporan pisah-batas bank (seperti yang
dibahas pada bagian terakhir) karena cek yang dikiting dan dikliring pada
bulan januari akan tidak tampak pada daftar cek yang beredar untuk bulan
desember dan
b) Melaksanakan pengujian pisah-batas kas karena cek terakhir yang diterbitkan
pada bulan desember tidak akan dicatat dalam register cek.
Penelusuran transfer bank akan memberikan bukti yang dapat
diandalkan mengenai asersi eksistensi atau kejadian dan kelengkapan.

iii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Investasi dan saldo kas bervariasi secara signifikan dari satu klien ke
klien lain, sekalipun bergerak dalam industry yang sama. Kemanapun suatu
entitas untuk menginvestasikan kelebihan kas tergantung pada praktik
manajemen kasnya dan kemampuannya untuk menganggarkan serta
meramalkan kebutuhan kas. Apabila suatu entitas mempunyai volume
aktivitas investasi yang relative rendah, maka sangatlah efisien untuk
mengikuti pendekatan substantive yang terutama menekankan pada pengujian
rincian untuk transaksi dan saldo investasi. Jika saldo kas dianggap tidak
material, maka volume kas yang mengalir melalui akuntansi selama periode
audit akan menjadi sangat material. Di samping itu, kas rentan terhadap
penyalahgunaan serta terlibat dalam banyak tindakan kecurangan termasuk
kiting dan lapping. Jadi, beberapa jenis pengujian substantive atas saldo kas
telah dilaksanakan pada kebanyakan audit, termasuk di antara yang lain,
pengujian pisah-batas kas, penelusuran transfer bank, perhitungan kas
ditangan, konfirmasi saldo tertentu dan perjanjian lainnya dengan bank,
scaning, penelaahan atau penyiapan rekonsiliasi bank, mendapatkan dan
menggunakan laporan pisah-batas bank, dan menentukan kelayakan dari
penyajian dan pengungkapan manajemen berkenaan dengan saldo kas.

iii
iii
DAFTAR PUSTAKA

AICPA Professional Standards:

SAS 1 (AU332), Long-Terrm Investments

IAU 8 (AU8008B), Additional Guidance on Long-Trem Investments and


segment Information

Braid, Michael. “Counting the cash,” The CPA Journal (September 1979), hal. 82-
84.

Carleton, Camryn O, and Compton, John C. “Bank Confirmations: A New Look,”

The CPA Journal Of Accountancy (Januari 1988), hal. 93-96.

Carmichael, Douglas R. “ Audit Reporting Considerations for the New Statement

of Cash Flows, “The CPA Journal (Juni 1988), hal. 72-73.

Compton, John C, and Van Son, W. Peter. “Check Trunction: The Auditor’s
Dilemma.

” Journal of Accountancy (Januari 1983), hal. 36-38.

Doppelt, Andrew B. “The Telltale Signs of Money Laundering,” Journal of


Accountancy

(Maret 1990), hal. 31-33.

Lamb, David. “ Auditing Investments Accounted for by the Equity Method,” The
CPA Journal

(Maret 1987), hal. 70-71.

Morris, David M., and Fisher, Donna J. “Investement vs. Trading-A Misnomer,”

The CPA Jourbal (Mei 1990), hal. 28-37.

Sauld, Walter S. “Developing a Kite-Detection System,” The Internal Auditor

(Desember 1984), hal. 39-42.

19
Stewart, John E, and Nuehousen, Benjamin S. “Financial Instruments and
Transactions:

0The CPA’s Newest Challenge,” Journal of Accountancy (Agustus 1986),


hal. 102-112.

29

Anda mungkin juga menyukai