DIBUAT OLEH
KELOMPOK 3
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunia dan nikmat bagi
umat-Nya. Alhamdulilaah Makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
AUDITING I dengan Judul “TANGGUNG JAWAB DAN TUJUAN AUDIT”,
karena terbatasnya ilmu yang dimiliki oleh penulis maka Makalah ini jauh dari
sempurna untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Tidak lupa penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada
semua pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan Makalah ini. Semoga
bantuan dan bimbingan yang telh diberikan kepada kami mendapat balasan yang
setimpal dari Allah SWT. Amin
Kelompok III
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................ 2
C. Tujuan ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Tujuan Melakukan Audit Atas Laporan Keuangan ............................ 3
B. Tanggung Jawab Manajemen ............................................................. 3
C. Tanggung Jawab Audit........................................................................ 4
D. Siklus Laporan Keungan .................................................................... 7
E. Menetapkan Tujuan Audit................................................................ 9
F. Tujuan Audit Terkait Transaksi........................................................... 11
G. Tujuan Audit Berkaitan dengan Saldo................................................. 12
H. Bagaimana Tujuan Audit dapat dipenuhi............................................ 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas,
maka rumusan masalah yang diajukan adalah :
1. Apakah tujuan melakukan audit atas laporan keuangan?
2. Bagaimanakah tanggung Jawab Manajemen?
3. Bagaimanakah tanggung Jawab Audit?
4. Bagaimanakah siklus Laporan Keungan?
5. Bagaimanakah menetapkan Tujuan Audit?
6. Bagaimanakah Tujuan Audit Terkait Transaksi?
7. Bagaimanakah Tujuan Audit Berkaitan dengan Saldo?
8. Bagaimanakah cara agar Tujuan Audit dapat dipenuhi?
C. TUJUAN
1. Untuk memahami tujuan melakukan audit atas laporan keuangan.
2. Untuk memahami tanggung Jawab Manajemen.
3. Untuk memahami tanggung Jawab Audit.
4. Untuk memahami siklus Laporan Keungan.
5. Untuk memahami dalam menetapkan Tujuan Audit.
6. Untuk memahami Tujuan Audit Terkait Transaksi.
7. Untuk memahami Tujuan Audit Berkaitan dengan Saldo.
8. Untuk memahami cara agar Tujuan Audit dapat dipenuhi.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Tanggung jawab manajemen atas kewajaran penyajian (asersi) laporan
keuangan berkaitan dengan privilege untuk menentukan penyajian dan
pengungkapan apa yang dianggap penting dan perlu. Meskipun
manajemen bertanggung jawabmempersiapkan laporan keuangan serta
catatan atas laporan keuangan, adalah hal yang diizinkan bagi seorang
auditor menyiapkan draft laporan keungan bagi kliennya atau untuk
menawarkan berbagai usulan klarifikasi. Jika manajemen bersikeras
dengan pengungkapan laporan keuangan yang menurut auditor tidak dapat
diterima, auditor dapat memilih untuk menerbitkan pendapat tidak wajar
atau wajar dengan pengecualian atau mengundurkan diri dari penugasan
tersebut.
Sarbanes-Okley Act mengharuskan CEO dan CFO perusahaan publik
untuk harus menyertifikasi setiap laporan yang berisi laporan keuangan
perusahaan dan menyatakan bahwa laporan keuangan telah sesuai dengan
persyaratan Security Exchange Act tahun 1934 dan informasi yang
terkandung dalam laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam semua
hal yang material serta menandatangani laporan keuangan.
C. TANGGUNG JAWAB AUDITOR
Berdasarkan SAS 1 (AU 110), “Auditor bertanggung jawab untuk
merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh kepastian yang
layak tentang apakah laporan keuangan talah bebas dari salah saji yang
material, apakah itu disebabkan oleh kekeliruan ataupun kecurangan.
Karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat
memperoleh kepastian yang layak, tetapi tidak absolut, bahwa salah saji
yang material dapat dideteksi. Auditor tidak bertanggung jawab untuk
merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh kepastian yang
layak bahwa salah saji, apakah yang disebabkan oleh nkekeliruan ataupun
kecurangan, yang tidak material bagi laporan keuangan dapat dideteksi.”
Paragraf dalam AU 110 ini membahas tanggung jawab auditor untuk
mendeteksi salah saji yang material dalam laporan keuangan, melaporkan
tentang keefektifan pengendalian internal, dan mengidentifikasi kelemahan
yang material dalam pengendalian internal atas laporan keuangan.
7
Dibawah ini adalah pembahasan yang terkait dengan standar-standar
tentang tanggung jawab auditor untuk mendeteksi salah saji yang material
mencakup beberapa istilah dan frasa penting.
Kesalahan penyajian yang Material versus Nonmaterial Salah saji
dianggap material jika gabungan dari kekeliruan dan kecurangan yang
belum dikoreksi, auditor bertanggung jawab untuk memperoleh kepastian
yang layak bahwa ambang batas materialitas telah dipenuhi. Namun
auditor bertanggung jawab untuk memperoleh kepastian yang layak bahwa
ambang batas materialitas telah dipenuhi.
Kepastian yang Layak SAS 104 menyatakan bahwa kepastian yang layak
adalah tingkat kepastian yang tinggi, tetapi tidak absolut, bahwa laporan
keuangan telah bebas dari salah saji yang material. Hal ini
mengindikasikan bahwa auditor bukanlah pemberi garansi atas kebenaran
laporan keuangan. Pembelaan terbaik yang dapat dilakukan auditor apabila
salah saji yang material tidak terungkap adalah melaksanakan audit sesuai
dengan standar auditing.
Tingkat keyakinan yang memadai keyakinan merupakan ukuran
tingkat kepastian yang diperoleh auditor pada akhir audit. Tingkat
keyakinan yang memadai (reasonable assurance) tidak di definisikan
literature tertentu, tetapi diasumsikan memiliki tingkatan yang lebih
rendah daripada kepastian atau keyakinan mutlak serta memiliki tingkatan
yang lebih tinggi daripada tingkatan yang lebih rendah. Terdapat sejumlah
alasan mengapa auditor bertanggung jawab atas tingkat keyakinan yang
memadai tetapi tidak mutlak. Sebagai akibatnya, auditor harus
menyadarkan diri pada bukti audit yang persuasive, tapi tidak meyakinkan.
Jika auditor bertanggung jawab dalam keyakinan bahwa seluruh asersi
dalam laporan keuangan tersebut benar adanya, maka berbagai persyaratan
bukti-bukti serta audit biaya yang diakibatkan dari dilaksanakannya fungsi
audit ini dapat meningkat hingga suatau batas tertentu. Pembalaan terbaik
yang dapat diberikan seorang auditor ketika terdapat suatu kesalahan
penyajian material yang terungkapkan dalm suatu proses audit adalah
8
bahawa audit tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan standar
professional akuntan public.
Kekeliruan versus Kecurangan, SAS 82 (AU 316) membuat
perbedaan antar dua jenis kesalahan penyajian yaitu : Kekeliruan (error)
adalah salah saji yang tidak disengaja, sementara kecurangan (fraud)
adalah salah saji yang disengaja dan dibedakan lagi menjadi misapropiasi
aktiva (misappropriation of assets), yang sering disebut penyalahgunaan
atau kecurangan karyawan, serta pelaporan keuangan yang curang
(fraudulent financial reporting) yang disebut kecurangan manajemen.
Skeptisme Profesional adalah sikap yang penuh dengan
keingintahuan serta penilaian kritis atas bukti audit. Auditor tidak boleh
mengasumsikan bahwa manajemen bersikap tidak jujur tapi juga tidak
boleh mengasumsikan bahwa menajemen tidak diragukan lagi
kejujurannya. Auditor bertanggung jawab untuk mendeteksi kekeliruan
dan kecurangan yang material. Menurut SAS 1 (AU 230) mewajibkan
bahwa audit harus dirancang sedemikian rupa agar dapat memberikan
tingkat keyakinan yang memadai untuk medeteksi baik kekeliruan maupun
kecurangan yang material yang terkandung dalam laporan keuangan.
Kecurangan yang Berasal dari Pelaporan Keuangan yang versus
Misapropriasi Aktiva Pelaporan keuangan yang curang merugikan
karena menyediakan informasi laporan keuangan yang tidak benar untuk
membuat keputusan, sedangkan misapropriasi aktiva merugikan pemagang
saham, kreditor, serta pihak lainnya karana aktiva tersebut tidak lagi
menjadi milik pemilik yang sah. Tiga situasi yang melibatkan pencurian
aktiva :
1. Aktiva dicuri serta pencurian tersebut ditutupi dengan mencatatkan
nilai aktiva yang lebih tinggi.
2. Aktiva di curi serta pencurian tersebut ditutupi dengan menurunkan
nilai pendapatan yang sebenarnya diperoleh atau dengan
meningkatkan nilai pengeluaran dari yang sebenarnya dikeluarkan.
3. Aktiva dicuri, tetapi penggelapan tersebut berhasil di temukan.
9
Dalam ketiga situasi tersebut, terjadi peristiwa penggelapan aktiva, tetapi
kesalahan penyajian dalam laporan keuangan hanya terjadi pada situasi
satu dan dua.
Tindakan Ilegal (tindakan yang melawan hukum) Merupakan
pelanggaran terhadap hukum atau peraturan pemerintah selain kecurangan.
Auditor bertanggung jawab untuk menemukan tindakan ilegal. Tindakan
illegal ini terbagi atas tindakan ilegal yang berdampak langsung dan
tindakan ilegal yang berdampak tidak langsung.
Auditor mempunyai tiga tingkat tanggung jawab untuk menemukan
dan melaporkan tindakan illegal :
1. Pengumpulan Bukti Jika Tidak Ada Alasan untuk Percaya Bahwa Ada
Tindakan Ilegal yang Tidak Berpengaruh Langsung
2. Pengumpulan Bukti dan Tindakan Lainnya Apabila Ada Alasan Ubtuk
Mempercayai BahwaTindakan Ilegal yang Berdampak Langsung atau
Tidak Langsung Telah Terjadi
3. Berbagai Tindakan yang Dilakukan Apabila Auditor Mengetahui Suatu
Tindakan Ilegal
10
Hubungan Antara Berbagai Siklus
KAS UMUM
SIKLUS
AKUISISI
MODAL DAN
PEMBAYARAN
SIKLUS PERSEDIAN
DAN PERGUNAAN
11
(siklus penggajian dan personalia). Hasil gabungan dari kedua siklus ini
adalah persediaan (siklus pesediaan dan pergudangan). Berikutnya,
persediaan dijual dan menghasilkan penagihan serta perolehan kas (siklus
penjualan dan penagihan). Kas yang dihasilkan lalu digunakan untuk
membayar deviden dan bunga atau membiayai perluasan modal serta
memulai kembali siklus-siklus tersebut.
12
related audit objectives). Sebagai contoh: ada tujuan audit khusus
yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan untuk piutang
usaha serta wesel bayar.
1. Asersi Manajemen
Asersi manajemen (manajement assertions) adalah representasi
pernyataan yang tersirat atau diekspresikan oleh manajemen tentang kelas
transaksi dan akun serta pengungkapan yang terkait dalam laporan
keuangan.
Asersi manajemen berkaitan langsung dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum (GAAP/PSAK), karena asersi ini
merupakan bagian dari kriteria yang digunakan manajemen untuk
mencatat dan mengungkapkan informasi akuntansi dalam laporan
keuangan.
SAS 31 (AU 326) mengklasifikasikan asersi ke dalam lima kategori :
1. Keberadaan atau keterjadian ( existence or occurrence)
2. Kelengkapan ( completeness )
3. Penilaian atau alokasi ( valuation or aliocation )
4. Hak dan kewajiban ( rights and obligations )
5. Penyajian dan pengungkapan ( presentation and disclosure )
Berbagai asersi tentang keberadaan atau keterjadian berbagai
asersi tentang keberadaan dengan apakah aktiva, kewajiban, serta modal
yang dicantum dalam neraca memang benar adanya pada tanggal neraca.
Berbagai asersi tentang keperlengkapan asersi manajemen ini
menyatakan bahwa seluruh transaksi dan akun yang seharusnya disajikan
dalam laporan keuangan telah disajikan seluruhnya.
Berbagai aseri tentang penilaian atau alokasi asersi ini berkaitan
dengan apakah nilai nilai yang disajikan pada akun aktiva, kewajiban,
modal, pendapatan, dan beban dalam laporan keuangan merupakan nilai
yang tepat.
13
Berbagai asersi tentang hak dan kewajiban manajemen ini
membahas tentang apakah pada waktu tertentu aktiva merupakan hak
perusahaan dan pasiva merupakan kewajiban perusahaan.
Berbagai asersi tentang penyajian dan pengungkapan asersi ini
membahas tentang apakan berbagai komponen dalam laporan keuangan
telah digabungkan atau dipisahkan.
F. TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN TRANSAKSI
Tujuan audit berkaitan dengan transaksi yang mengikuti dan
berhubungan erat dengan asersi manajemen, dan yang berkaitan dengan
transaksi untuk memberikan kerangka kerja guna membantu auditor
mengumpulkan bukti audit yang cukup kompeten yang diisyaratkan oleh
standard pekerjaan lapangan ketiga dan memutuskan bukti audit yang
tepat yang harus dikumpulkan bagi kelas transaksi sesuai dengan situasi
penugasan audit. Tujuan audit ini tetap sama antara satu audit ke audit
lainnya, tetapi bukti-buktinya bervariasi, tergantung situasinya.
Ada perbedaan antara tujuan audit umum yang berkaitan dengan
transaksi dan tujuan audit khusus yang berkaitan dengan transaksi bagi
setiap kelas transaksi. Dapat dikembangkan menjadi enam tujuan audit
umum yang berkaitan dengan transaksi bagi setiap kelas transaksi yang
akan diaudit. Berikut ini enam tujuan audit umum yang terkait dengan
transaksi:
Keberadaan- berbagai transaksi yang tercatat memang terjadi
tujuan ini membahas tentang apa kah berbagai transaksi yang tercatat
benar telah terjadi mencantukan transaksi penjualan tertentu kedalam buku
jurnal penjualan juka sebenarnya tidak terjadi transaksi penjualan
merukapan pelanggaran terhadap tujuan keberadaan. Tujun ini merupakan
jawaban auditor atas asesi mnajemen tentang keberaddan dan keterjadian.
Kelengkapan berbagai transaksi yang dicatat tujuan ini membahas
tentang apakah seleruh transaksi yang harus dicatat dalam berbagai jurnal
telah dicatatkan seluruhnya kegagalan dalam mencatat transaksi kedalam
jurnal penjualan kedalam buku besar jika transaksi penjualan telah terjadi
14
akan mjerupakan pelanggaran tujuan pelengkapan. Tujuan ini merupakan
imbangan bagi asersi manajemen tentang kelengkapan
Akurasi – berbagai transaksi yang tercatat telah dinyatakan
dalam nilai yang benar. Tujuan ini membahas tentang akurasi informasi
berbagai transaksi akuntansi untuk berbagai transaksi penjualan,
dimungkinkan terjadi pelanggaran terhadap tujuan akurasi jika jumlah
barang yang dikirimkan ternyata berbeda dengan jumlah barang yang
tercantum dalam kwitasi penagihan, pencantuman harga jual yang keliru
dlam kwitansi penagihan, terjadi kesalahan penjumlahan atau perkalian
dalam kwitansi penagihan, atau jumlah yang kliru telah dicantumkan
dalam buku jurnal penjualan. Akurasi merupakan bagian dari asersi utang
penilain dan alokasi
Sklasifikasi – berbagai transaksi yang tercatat dalam jurnal-
jiranal klien telah di klasifikasikan secara tepat, contoh kesalahan
klasifikasi penjualan adalah mencantumkan penjualan tunai sebagai
penjualan kredit, mencatat penjualan atas aktiva tetap untuk oprasional
perusahaan. Slasifikasipun merupakan bagian dari asersi penilaian dan
alokasi
Pemilihan waktu yang tepat (timing) – berbagai transaksi dicatat
pada tanggal yang benar kesalahan memilih waktu yang tetap terjadi jika
berbagai transaksi tidak dicatat pada tanggal-tanggal transaksi itu terjadi.
Timing pun merupakan bagian dari asersi penilaian dan alokasi
Pemindahbukuan ( posting) dan pengikhtisaran- berbagai
transaksi tercatat dengan tepat dicantumkan oppada masterfile serta
telah diikhtisarkan dengan benar. Tujuan ini berkaitan dengan
keakurantan dalam mentransfer informasi dari berbagai transaksi yang
telah tercatat pada berbagai jurnal kedalam buku besar pembantu serta
buku besar.pemindah bukuan dan pengikhtisaranpun merupakan bagian
dari asersi penilian dan alokasi.
15
G. TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN SALDO
Tujuan audit berkaitan dengan saldo serupa dengan tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi yang baru saja dibahas, tujuan tersebut
mengikuti asersi manajemen dan memberikan kerangka kerja guna
membantu auditor mengumpulkan bukti yang tepat yang mencukupi
berkaitan dengan saldo akun. Juga ada tujuan audit umum dan audit
khusus yang berkaitan dengan saldo.
Ada dua perbedaan antara tujuan audit yang berkaitan dengan saldo
dengan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi:
1. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo diterapkan pada saldo akun
seperti piutang usaha, persediaan, bukan kel;as transaksi seperti
transaksi penjualan dan pembelian persediaan.
2. Ada sembilan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dibandingkan
dengan enam tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.
Tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo:
a. keberadaan-nilai yang tercantum memang terjadi, Tujuan ini
bersangkutan dengan apakah jumlah yang tercatat dalam laporan
keuangan memang harus dicantumkan.
b. Kelengkapan –nilai yang mempengaruhi saldo akun yang telah
dicantumkan , Tujuan ini bersangkutan dengan apakah semua
jumlah yang harus tercatat pada suatu akun benar-benar telah
dicatat.
c. Keakuratan-nilai-nilai yang tercantum telah dinyatakan dengan
benar, Tujuan ini mengacu pada jumlah yang tercantum secara
aritmetika sudah benar.
d. Klasifikasi-nilai-nilai yang tercantum dalam daftar klien telah
diklasifikasikan dengan tepat, Klasifikasi ini melibatkan
penentuan apakah item-item yang ada dalam daftar klien telah
dicantumkan dalam akun-akun buku besar yang tepat.
e. Cutoff- berbagai transaksi yang terjadi disekitar tanggal neraca
telah dicatatkan pada periode yang tepat, Transaksi yang
mendekati tanggal neraca telah dicatat pada periode yang tepat.
16
Tujuan auditor disini adalah menentukan apakah transaksi-
transaksi telah dicatat dalam saldo akun pada periode yang tepat.
f. Hubungan yang rinci (detail tie-in) – rincian saldo akun sesuai
dengan jumlah pada file induk yang berkaitan, sesuai dengan total
saldo akun, dan sesuai dengan total buku besar, Tujuan yang rinci
ini memastikan rincian dalam daftar telah disiapkan secara akurat,
ditambahkan dengan benar, dan sesuai dengan buku besar.
g. Nilai yang dapat direalisasi – aktiva yang telah dicantumkan
dalam jumlah yang diperkirakan akan direalisasi, Tujuan ini
terkait dengan apakah saldo akun telah dikurangi untuk
memperhitungkan penurunan biaya historis ke nilai realisasi
bersih.
h. Hak dan kewajiban , Hak selalu berkaitan dengan aktiva dan
kewajiban dengan utang. Tujuan ini hanya diterapkan pada akun
aktiva serta merupakan bagian dari asersi manajemen tentang hak
dan kewajiban untuk saldo akun.
17
FASE I
Merencanakan dan merancang
pendekatan audit
FASE II
Melaksanakan pengujian
pengendalian dan pengujian
FASE III
Melaksanakan prosedur analitas
dan pengujian rincian saldo
FASE IV
Menyelesaikan audit dan
menerbitkan laporan audit.
18
sepanjang suatu proses audit, maka suatu pemahaman akan srategi bisnis
dan proses klien amatlah esensial. Saat auditor telah memilihi pemahaman
akan industry dan strategi bisnis klien, ia akan menilai resiko salah saji
dalam laporan keuangan.
2. memahami intern dan melai resiko peengendalian , resiko kesalahan saji
dalam laporan keuangan berkurang bila klien meiliki konrol efektif atas
operasional computer dan pemprosesan transaksi. Saat auditor menemikan
control internal dan mengefaluasi efektifitasnya, proses itu disebut dengan
menilai resiko control. Jika klien memiliki satu pengendalian interen yang
sangat baik, maka jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan dapat
dikurangi secara signifikan dari pada jika pengendalian intern nya tidak
memadai.
Fase II – Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi
Terdapat dua kategori umum dari berbagai produser pada fase tiga
ini: produser analitis dan uji rinci saldo. Produser analitis ( analytlcal
19
proceduser ) mengunakan perbandingan-perbandungan serta berbagai
hubungan untuk menilai apakah saldo akun akun atau tampilan data data
lainnya tampak wajar. Uji rincian saldo ( tests of detalls of balances)
merupakan berbagai prosedur spesifik yang ditujukan untuk menguji salah saji
secara moneter pada akun akun dalam laporan keungan.
20
BAB III
A. KESIMPULAN
Makalah ini telah membahas tanggung jawab manajemen
atas laporan keuangan dan pengendalian internal serta tanggung
jawab auditor untuk mengaudit laporan keuangan dan
keefektifan pengendalian internal atas laporan keuangan,
makalah ini juga membahas asersi manajemen dan tujuan yang
berkaitan dengan audit, serta cara auditor memilih audit untuk
menghasilkan suatu tujuan audit khusus. Kemudian
mengumplkan bukti untuk memperoleh kepastian bahwa setiap
tujuan dari audit telah di penuhi.
B. SARAN
Tanpa memahami tujuan audit secara keseluruhan,
perencanaan dan pengumpulan bukti bukti audit selama
berlangsungnya proses tidak akan memiliki relevansi. Jadi, Para
auditor diharuskan lebih memahami tanggung jawabnya dalam
melaksanakan proses audit dan tujuan audit secara keseluruhan,
serta tujuan khusus yang coba di penuhi auditor.
21
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A., Elder, dan Beasley, 2008. Auditing dan Jasa Assurance
Pendekatan Terintegrasi Jilid 1, Edisi 12, Erlangga, Jakarta.
Susanti, Lina. (2015). Audit Responsibilities and Objective (Tanggung Jawab dan
Tujuan Audit) [Online]. Tersedia:
https://www.kompasiana.com/linasusan/563a58643dafbdae0b47897f/a
udit-responsibilities-and-objective-tanggung-jawab-dan-tujuan-audit?
page=2
22