Dosen Pengampu:
Dr. Nurna Aziza, SE. M.Si. Akt
PRODI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
KATA PENGANTAR
Puji
syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Pengauditan 1, dengan judul “Perencanaan Audit Dan
Prosedur Analistis”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
terutama Ibu Dr. Nurna Aziza, SE. M.Si. Akt selaku dosen Pengauditan 1, kepada orang tua
serta kepada teman-teman kelas 5E Pengauditan 1.
Kami menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca.
ii
Bengkulu, 15 Oktober 2022
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. Memahami Tahapan – Tahapan Audit............................................................................2
B. Memahami Bagaimana Cara Menerima Klien dan Melakukan Perencanaan Awal.......2
C. Memahami Bidang Usaha dan Industri yang Dimiliki Klien..........................................3
D. Memahami Bagaimana Memperoleh Informasi..............................................................6
E. Memahami dan Menilai Risiko Bisnis Klien..................................................................7
F. Memahami Bagaimana Pelaksanaan Prosedur Analistis................................................8
G. Memahami Definisi Prosedur Analistis, Tujuan hingga Waktu.....................................9
H. Memahami Lima Prosedur Analitis..............................................................................10
I. Memahami dan Mampu Melakukan Hitungan Risiko Keuangan Umum.....................12
BAB III PENUTUP..................................................................................................................15
Kesimpulan...........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perencanaan audit adalah tahap awal dari proses auditing yang sangat menentukan dalam
kesuksesan penugasan audit. Rencana audit dimaksudkan supaya menjamin bahwa
tujuan dari audit tercapai serta berkualitas, ekonomis, efektif dan efisien. Oleh karena itu
tahapan perencanaan audit merupakan tahap yang harus menjadi perhatian yang serius
dari auditor. Perencanaan audit bukan merupakan satu bagian audit yang terpisah dari
bagian audit lainnya, namun lebih merupakan suatu tahapan yang berkesinambungan dan
berulang yang sering dimulai setelah penyelesaian audit periode sebelumnya dan
berlanjut sampai penyelesaian audit dalam periode ini (Hasanah, 2013).
Perencanaan audit mencakup pengembangan rencana menyeluruh untuk merencanakan
penerapan audit, serta tahap ini sangat dipengaruhi oleh informasi awal yang diperoleh
pada saat pertimbangan penugasan audit. Ada 6 (enam) langkah yang harus dilakukan
dalam merencanakan audit, yaitu meliputi: Penghimpunan Pemahaman Bisnis Klient dan
Industri klient, Melaksanakan Prosedur Analitis, Melaksanakan Penilaian Awal Terhadap
Materialitas, Mengukur Risiko Audit, Memajukan Strategi Audit Pendahuluan untuk
Asersi yang Signifikan, Mempersatukan Pemahaman Struktur Pengendalian Intern
Klient. Pada Standar Audit mengenai “Aktivitas Perencanaan” bahwa auditor perlu
menetapkan rencana audit secara keseluruhan yang menetapkan ruang lingkup, waktu,
dan aspek audit, juga memberikan panduan untuk pengembangan perencanaan audit.
Rencana audit yang dilakukan secara efektif dan pastinya akan menghasilkan laporan
audit yang lebih baik serta memadai, karena tahap perencanaan audit merupakan dasar
utama untuk menerima klient hingga proses audit. Dalam merencanakan audit juga harus
mengerti risiko bisnis klient dan hal- hal penting yang mencakup tahap perencanaan
audit supaya terlaksana dengan efisien dan efektif.
Kebutuhan informasi keuangan yang relevan dan handal bagi para pengambil
keputusan, seperti manajemen, kreditor, investor, dan pemerintah ini menciptakan
permintaan terhadap jasa audit yang disediakan oleh akuntan publik. Pelaksanaannya
harus direncanakan sebaik mungkin, sehingga dapat mengurangi risiko audit baik hukum
maupun penurunan bahkan kehilangan reputasi. Risiko adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan situasi dimana terjadi kejadian- kejadian terburuk, yang
menciptakan kerugian financial dan non financial, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Audit dirancang untuk memberikan keyakinan memadai atas pendeteksian
salah saji dalam laporan keuangan, lalu audit harus direncanakan dan dilaksanakan
dengan sikap skeptisme profesional dalam semua penugasannya.
Dalam pelaksanaannya, auditor akan menanggung risiko kesalahan atau rekayasa
laporan keuangan yang dikenal dengan istilah manipulasi earnings. Manipulasi earnings
merupakan upaya manajemen untuk mengubah laporan keuangan.
v
BAB II
PEMBAHASAN
Walaupun memperoleh dan mempertahankan klien bukan hal yang mudah dalam professi
yang kompetitif seperti Akutansi publik, kantor akuntan publik (KAP) harus berhati hati
dalam memutuskan klien mana yang dapat diterima. tunggu jam hukum dan profesional
kap adalah sedemikian rupa, sehingga Klayan yang kurang memiliki integrasi atau selalu
memper dapat tentang pelaksanaan audit dapat menimbulkan banyak masalah ketimbang
manfaat yang diterima.
vi
Sebagai contoh banyak kantor akuntan publik sangat berhati hati dalam menerima klien
baru dari bisnis yang baru terbentuk dan berkembang cepat.
Untuk jalan klien yang sebelumnya telah Diaudit oleh kantor akuntan publik,
Auditore yang baru atau Auditore penerus diharuskan oleh standar auditing untuk
berkomunikasi dengan Audi Tor pendahulu. Tujuan persyaratan ini adalah untuk kubantu
Audi tour penerus Mang evaluasi apakah ia akan menerima penugasan tersebut.
Contohnya komunikasi ini dapat menginformasikan kepada auditor penerus bahwa Klien
kurang memiliki integrasi atau ada perselisihan tentang prinsip prinsip Akutansi, prosedur
audit, atau Fee.
Sifat bisnis dan industri klien mempengaruhi risiko bisnis klien serta risiko salah saji
yang material dalam laporan keuangan. (Risiko bisnis klien adalah risiko bahwa klien
akan gagal memenuhi tujuannya. Hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam bab ini). Dalam
tahun-tahun terakhir ini, beberapa faktor telah meningkatkan. arti penting dari
pemahaman atas bisnis dan industri klien:
vii
Penurunan yang signifikan pada kondisi ekonomi baru-baru ini di seluruh dunia
mungkin akan meningkatkan secara signifikan risiko bisnis klien. Auditor harus
memahami sifat bisnis klien untuk mengetahui dampak dari kemerosotan ekonomi
yang parah terhadap laporan keuangan klien dan kemampuan untuk terus going
concern.
Teknologi informasi yang menghubungkan perusahaan klien dengan pelanggan dan
pemasok utama. Akibatnya, auditor memerlukan pengetahuan yang lebih mendalam
tentang pelanggan dan pemasok utama itu serta risiko yang berkaitan.
Klien telah memperluas operasinya secara global, yang sering kali melalui joint
venture atau aliansi strategis.
Teknologi informasi mempengaruhi proses internal klien, yang meningkatkan mutu
dan ketepatan waktu informasi akuntansi.
Semakin pentingnya modal manusia dan aset tidak berwujud lainnya telah
meningkatkan kerumitan akuntansi serta pentingnya penilaian dan estimasi
manajemen.
Banyak klien yang mungkin telah berinvestasi dalam instrumen keuangan yang
kompleks, seperti obligasi utang yang dijadikan jaminan atau sekuritas dengan
jaminan hipotek, yang mungkin telah menurun nilainya, memerlukan perlakuan
akuntansi yang rumit, dan sering kali melibatkan pihak tak-dikenal yang dapat
menimbulkan risiko keuangan yang tidak diharapkan oleh klien.
Banyak klien yang mungkin telah berinvestasi dalam instrumen keuangan yang
kompleks, seperti obligasi utang yang dijadikan jaminan atau sekuritas dengan jaminan
hipotek, yang mungkin telah menurun nilainya, memerlukan perlakuan akuntansi yang
rumit, dan sering kali melibatkan pihak tak-dikenal yang dapat menimbulkan risiko
keuangan yang tidak diharapkan oleh klien.
Tiga alasan utama untuk mendapatkan pemahaman yang baik tentang industry klien dan
lingkungan eksternal adalah:
1. Risiko yang berkaitan dengan industri tertentu dapat mempengaruhi penilaian auditor
atas risiko bisnis klien dan risiko audit yang dapat diterima-dan bahkan dapat
mempengaruhi auditor dalam menerima penugasan pada industri yang lebih berisiko,
seperti industri simpan-pinjam dan asuransi kesehatan.
2. Risiko inheren tertentu sudah umum bagi semua klien dalam industri tertentu.
Familiaritas dengan risiko-risiko tersebut akan membantu auditor dalam menilai
relevansinya bagi klien bersangkutan. Contohnya meliputi kemungkinan keusangan
persediaan dalam industri pakaian jadi, risiko inheren atas penagihan piutang usaha
dalam industri pinjaman konsumen, serta cadangan untuk risiko inheren kerugian
dalam industri asuransi kecelakaan.
3. Banyak industri memiliki persyaratan akuntansi yang unik yang harus dipahami
auditor untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan klien telah sesuai dengan
standar akuntansi. Sebagai contoh, jika auditor melakukan audit atas sebuah
pemerintahan kota, auditor harus memahami akuntansi pemerintahan dan persyaratan
auditnya. Juga ada persyaratan akuntansi yang unik bagi perusahaan konstruksi,
kereta api, organisasi nirlaba, lembaga keuangan, dan banyak organisasi lainnya.
viii
Kunjungan ke fasilitas klien dapat membantu auditor memperoleh pemahaman yang
lebih baik atas kegiatan bisnis klien, karena kunjungan tersebut akan memberikan
kesempatan untuk mengamati kegiatan perusahaan secara langsung dan bertemu dengan
karyawan kunci.
Kode Etik
Perusahaan sering mengomunikasikan standar nilai dan etika perusahaan melalui
pernyataan kebijakan serta kode perilaku. Sebagai respons atas persyaratan dalam
Sarbanes-Oxley Act, SEC mewajibkan setiap perusahaan publik untuk mengungkapkan
apakah telah menggunakan kode etik yang berlaku bagi manajemen senior, termasuk
CEO, CFO, dan pejabat akuntansi utama atau kontroler.
ix
Notulen Rapat Notulen rapat perusahaan (corporate minutes)
Catatan resmi tentang pertemuan dewan direksi dan para pemegang saham. Notulen
ini mencakup otorisasi dan ikhtisar kunci mengenai topik-topik penting yang dibahas
pada pertemuan tersebut dan keputusan yang diambil oleh para direktur serta pemegang
saham.
Auditor harus membaca notulen rapat tersebut untuk memperoleh otorisasi dan
informasi lainnya yang relevan dengan pelaksanaan audit. Informasi ini harus
dicantumkan dalam file audit dengan membuat rangkuman dari notulen rapat tersebut,
atau dengan memperoleh salinan notulen rapat serta menggarisbawahi bagian yang
penting. Sebelum audit diselesaikan, auditor harus menindaklanjuti informasi ini untuk
memastikan bahwa manajemen telah mengikuti tindakan yang diminta oleh para
pemegang saham dan dewan direksi.
Strategi adalah pendekatan yang diikuti oleh entitas untuk mencapai tujuan organisasi.
Auditor harus memahami tujuan klien yang berkaitan dengan:
1. Reliabilitas pelaporan keuangan
2. Efektivitas dan efisiensi operasi
3. Ketaatan pada hukum dan peraturan
Meskipun manajemen telah berusaha keras, timbulnya risiko bisnis dapat mengancam
kemampuan manajemen untuk mencapai tujuannya. Akibatnya, pengetahuan tentang
tujuan dan strategi klien akan membantu auditor menilai risiko bisnis dan risiko inheren
klien dalam laporan keuangan.
Sistem pengukuran kinerja klien meliputi indikator kinerja utama yang digunakan
manajemen untuk mengukur kemajuan pencapaian tujuan. Indikator ini melampaui angka
laporan keuangan, seperti penjualan dan laba bersih, yang mencakup ukuran yang
disesuikan dengan klien dan tujuannya. Indikator kinerja utama tersebut dapat meliputi
pangsa pasar, penjualan per karyawan, pertumbuhan unit penjualan, pengunjung ke
sebuah Website yang unik, penjualan same-store, dan penjualan per kaki persegi untuk
pengecer.
Risiko inheren untuk salah saji laporan keuangan bisa meningkat jika klien telah
menetapkan tujuan yang tidak wajar, atau jika sistem pengukuran kinerja mendorong
akuntansi yang agresif. Sebagai contoh, perusahaan mungkin menetapkan tujuan untuk
menjadi pemimpin pangsa pasar dari penjualan industri.
Pengukuran kinerja meliputi analisis rasio dan tolok ukur atau benchmarking terhadap
pesaing utama. Sebagai bagian dari pemahaman atas bisnis klien, auditor harus
melakukan analisis rasio atau mereview perhitungan klien atas rasio kinerja yang penting.
x
modal saham yangdisahkan unutk ditempatkan dan jenis kegiatan usaha yang boleh
dilakukan olehperseroan.
2. Anggaran dasar mencakup peraturan dan prosedur yang ditetapkan olehpara
pemegang saham perseroan. Di dalamnya diuraikan hal-hal seperti tahun
fiscalperseroan, frekuensi rapat pemegang saham, metode pemilihan para direktur,
dankewajiban serta wewenang dari pada pengurus perusahaan. Auditor
harusmemahami persyaratan akte pendirian dan anggaran dasar perusahaan agar
dapatmenetapkan apakah laporan keuangan disajikan secara pantas.
3. Notulen rapat adalah catatan resmi rapat dewan direksi dan pemegangsaham.
Termasuk di dalamnya adalah ikhtisar masalah terpenting yang didiskusikandalam
rapat dan keputusan yang dibuat oleh direksi dan pemegang saham. Jika auditor tidak
memeriksa notulen, dia tidak akan menyadari adanya informasi yangpenting unutk
menetapkan apakah laporan keuangan telah dibuat dengan benar. Informasi-informasi
yang tercakup dalam notulen rapat:
Pengumuman dividen
Otorisasi penggajian untuk pejabat
Persetujuan kontrak dan kesepakatan
Otorisasi atas perolehan aktiva
Persetujuan merger
Otorisasi pinjaman jangka penjang
Persetujuan untuk menggadaikan efek-efek
Otorisasi pegawai yang berhak menandatangani cek
xi
F. Memahami Bagaimana Pelaksanaan Prosedur Analistis
xii
Tujuan pelaksanaan prosedur analitis pendahuluan:
Memahami bidang usaha klien
Penetapan kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
Indikasi adanya kemungkikan salah saji dalam laporan keuangan
Mengurangi pengujian audit yang terinci
xiii
Waktu Prosedur Analitis
Prosedur analitis dapat dilaksanakan pada salah satu waktu dari ketiga waktu penugasan:
1. Prosedur analitis diwajibkan dalam tahap perencanaan untuk membantu menentukan
sifat, luas dan penetapan waktu prosedur audit. Hal ini dapat membantu auditor
mengidentifikasi hal-hal signifikan yang memerlukan perhatian khusus dalam
penugasan. Sebagai contoh : perhitungan persediaan sebelum pengujian harga
persediaan dilakukan dapat menunjukkan kebutuhan akan perhatian khusus selama
pengujian tersebut. Prosedur analitis yang dilakukan dalam tahap perencanaan
biasanya menggunakan data agregat pada tingkat tinggi, dan kecanggihan, luas ,serta
penetapan waktu prosedur bervariasi di antara klien.
2. Prosedur analitis sering kali dilakukan selama tahap pengujian audit sebagai
pengujian substantif untuk mendukung saldo akun. Pengujian ini serin kali dilakukan
dalam hubungannya dengan prosedur audit lainnya. Sebagai contoh, bagian setiap
polis asuransi dibayar di muka dapat dibandingkan dengan polis yang sama untuk
tahun sebelumnya sebagai bagian dari pengujian atas asuransi dibayar di muka.
Kepastian yang diberikan oleh prosedur analitis tergantung pada prediktabilitas
hubungan, serta ketepatan ekspektasi dan reliabilitas data yang digunakan untuk
mengembangkan ekspektasi itu. Apabila prosedur analitis digunakan selama tahap
pengujian audit, standar auditing mengharuskan auditor untuk mendokumentasikan
dalam kertas kerja ekspektasi dan faktor-faktor yang dipertimbangan selama
pengembangannya. Auditor juga diharuskan untuk mengevaluasi reliabilitas data
yang digunakan dalam mengembangkan ekspetasi termasuk sumber data dan
pengendalian terhadap penyiapan data.
3. Prosedur analitis juga diwajibkan selama tahap penyelesaian audit. Semacam itu
berfungsi sebagai review akhir atas salah saji yang material atau masalah keuangan.,
dan membantu auditor mengambil “pandangan objektif” akhir pada laporan keuangan
yang telah diaudit. Biasanya partner senior, yang memiliki pengetahuan yang luas atas
bisnis klien, melakukakan prosedur analitis selama review akhir terhadap file audit
dan laporan keuangan untuk mengidentifikasi kemungkinan ketidaktelitian dalam
audit.
xiv
pinjamannya. Namun, kelemahan utama penggunaan rasio industri dalam auditing
adalah perbedaan antara sifat informasi keuangan klien dan perusahaan yang
membentuk total industri. Karena data industri adalah rata-rata yang lebih luas,
perbandingannya mungkin tidak berarti. Sebagai contoh, jika sebagian besar
perusahaan dalam industri menggunakan penilaian persediaan FIFO serta penyusutan
garis-lurus, dan klien audit menggunakan LIFO serta penyusutan saldo-menurun-
berganda, perbandingannya mungkin tidak berarti. Ini bukan berarti bahwa
perbandingan industri harus diabaikan. Sebaliknya, ini dipandang sebagai indikasi
dari perlunya kecermatan dalam menginterpretasikan hasilnya. Salah satu pendekatan
untuk mengatasi keterbatasan rata-rata industri adalah membandingkan klien dengan
satu atau lebih perusahaan yang menjadi tolok ukur dalam industri.
2. Data periode sebelumnya yang serupa
Berbagai prosedur analitis akan memungkinkan auditor untuk membandingkan data
klien dengan data serupa dari satu lebih periode sebelumnya. Berikut ini adalah
beberapa contoh yang umum: Membandingkan Saldo Tahun Berjalan dengan Tahun
Sebelumnya Salah satu cara termudah untuk melaksanakan pengujian ini adalah
mencantumkan hasil neraca saldo tahun lalu yang telah disesuaikan ke dalam kolom
terpisah dari spreadsheet neraca saldo tahun berjalan Membandingkan Rincian Total
Saldo dengan Rincian yang Serupa untuk Tahun Sebelumnya Dengan
membandingkan secara singkat rincian periode berjalan dengan rincian periode
sebelumnya yang serupa, auditor sering kali mengisolasi informasi yang memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut. Perbandingan rincian dapat berbentuk rincian selama
beberapa waktu, misalnya membandingkan total penjualan bulanan, perbaikan, dan
akun lainnya untuk tahun berjalan dengan tahun sebelumnya, atau rincian pada suatu
waktu tertentu, misalnya membandingkan rincian utang pada akhir tahun berjalan
dengan akhir tahun sebelumnya. Menghitung Rasio dan Hubungan Persentase untuk
Dibandingkan dengan Tahun Sebelumnya Membandingkan total atau rincian tahun
berjalan dengan tahun sebelumnya memiliki dua kelemahan. Pertama, hal itu tidak
mempertimbangkan pertumbuhan atau penurunan aktivitas bisnis. Kedua, hubungan
data yang satu dengan yang lainnya, seperti penjualan dengan harga pokok penjualan,
diabaikan. Rasio dan hubungan persentase dapat mengatasi kedua kelemahan itu.
Contoh, marjin kotor adalah hubungan persentase umum yang digunakan oleh auditor.
xv
persentase dari total beban manufaktur masing beban total
Apabila data klien dibandingkan dengan anggaran, ada dua kepentingan khusus. Pertama,
auditor harus mengevaluasi apakah anggaran itu merupakan rencana yang realistis. Dalam
beberapa organisasi, anggaran disiapkan secara asal-asalan sehingga bukan merupakan
ekspektasi yang realistis. Informasi semacam itu memiliki nilai yang rendah sebagai bukti
audit. Pembahasan tentang prosedur anggaran dengan personil klien digunakan untuk
memenuhi tujuan ini. Kepentingan kedua adalah kemungkinan bahwa informasi
keuangan saat ini telah diubah oleh personil klien agar sesuai dengan anggaran. Jika hal
ini terjadi, auditor tidak akan menemukan.
3. Hasil yang diharapkan yang ditentukan klien
Apabila data klien dibandingkan dengan anggaran, ada dua kepentingan khusus. Pertama,
auditor harus mengevaluasi apakah anggaran itu merupakan rencana yang realistis.
Pembahasan tentang prosedur anggaran dengan personil klien digunakan untuk
memenuhi tujuan ini. Kepentingan kedua adalah kemungkinan bahwa informasi keuangan
saat ini telah diubah oleh personil klien agar sesuai dengan anggaran. Jika hal ini terjadi,
auditor tidak akan menemukan perbedaan ketika membandingkan data aktual dengan data
yang dianggarkan, meskipun ada salah saji dalam laporan keuangan.
4. Hasil yang diharapkan yang ditentukan auditor
Perbandingan umum lainnya antara data klien dengan hasil yang diharapkan terjadi ketika
auditor menghitung saldo yang diharapkan untuk dibandingkan dengan saldo aktual. Pada
jenis prosedur analitis ini, auditor membuat estimasi tentang saldo akun apa yang
seharusnya dengan menghubungkannya ke beberapa akun neraca atau akun laporan laba-
rugi lainnya, atau membuat proyeksi berdasarkan beberapa tren historis.
5. Hasil yang diharapkan dengan menggunakan data nonkeuangan
Kepentingan utama dalam menggunakan data nonkeuangan terletak pada keakuratan data.
Pada contoh hotel, Anda tidak boleh menggunakan per hitungan yang diestimasi atas
pendapatan hotel sebagai bukti audit kecuali Anda yakin dengan kelayakan perhitungan
jumlah kamar, tarif kamar rata-rata, dan tingkat hunian rata-rata. Jadi, jelas bahwa
ketepatan tingkat hunian lebih sulit dievaluasi ketimbang dua item lainnya.
xvi
industri atau perusahaan serupa untuk tahun yang sama. Biasanya rasio dan prosedur
analitis lainnya dihitung dengan menggunakan spreadsheet dan jenis perangkat lunak
audit lainnya, di mana data klien dan industry selama beberapa tahun dapat dipertahankan
untuk tujuan komparatif. Rasio dapat dikaitkan dengan neraca saldo sehingga
perhitungannya dapat diperbaharui secara otomatis ketika ayat jurnal penyesuaian dibuat
pada laporan klien. Sebagai contoh, besar rasio, termasuk perputaran persediaan, rasio
lancar, marjin kotor, dan ukuran penyesuaian atas persediaan dan harga pokok penjualan
mempengaruhi sejumlah profitabilitas lainnya.
Perusahaan membutuhkan tingkat likuiditas yang wajar untuk membayar utangnya ketika
jatuh tempo, dan ketiga rasio tersebut mengukur likuiditas. Jadi dengan menelaah ketiga
rasio itu akan terlihat bahwa rasio kas mungkin berguna untuk mengevaluasi kemampuan
membayar utang dengan segera, sedangkan rasio lancar (current ratio) memerlukan
konversi aset seperti persediaan dan piutang usaha menjadi kas sebelum utang dapat
dibayar. Perbedaan yang paling penting antara rasio cepat (quick ratio) dan rasio lancar
adalah pencantuman persediaan dalam aset lancar untuk rasio lancar.
Rasio aktivitas untuk piutang usaha dan persediaan terutama berguna bagi auditor, yang
sering kali menggunakan tren dalam rasio perputaran piutang usaha untuk menilai
kelayakan penyisihan piutang tak tertagih. Auditor menggunakan tren dalam rasio
perputaran persediaan untuk mengidentifikasi keusangan persediaan yang potensial.
Kedua rasio ini merupakan ukuran kunci yang digunakan oleh para kreditor dan investor
untuk menilai kemampuan perusahaan membayar utang-utangnya.
xvii
Rasio utang terhadap ekuitas menunjukkan tingkat penggunaan utang dalam membiayai
aktivitas perusahaan. Jika rasio utang terhadap ekuitas terlalu tinggi, ini dapat
menunjukkan bahwa perusahaan telah menggunakan seluruh kapasitasnya untuk
meminjam dan tidak memiliki jaminan atas utang tambahan. Jika terlalu rendah, ini dapat
berarti bahwa leverage yang tersedia tidak digunakan untuk kepentingan pemilik. Rasio
berapa kali bunga dihasilkan (time interest earned ratio) menunjukkan apakah perusahaan
dengan leluasa melakukan pembayaran bunga, dengan asumsi bahwa tren laba stabil.
Rasio profitabilitas yang paling umum digunakan adalah laba per saham. Auditor
menghitung rasio tambahan untuk memberikan pandangan lebih jauh tentang operasi
perusahaan. Auditor menyadari rasio ini terutama berguna untuk menilai salah saji
penjualan, harga pokok penjualan, piutang usaha, dan persediaan. Marjin laba serupa
dengan marjin laba kotor tetapi setelah dikurangi dengan harga pokok penjualan dan
beban operasi. Rasio ini memungkinkan auditor untuk menilai kemungkinan salah saji
beban operasi dan akun neraca yang terkait.
Profitabilitas
Pengembalian atas aset dan pengembalian atas ekuitas saham biasa adalah ukuran
profitabilitas perusahaan secara keseluruhan. Rasio-rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba bagi setiap dolar aset dan ekuitas.
xviii
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tujuan utama perencanaan audit adalaah untuk mendapatkan pemahaman atas bisnis dan
industri klien, yang digunakan untuk menilai resiko audit yang dapat diterima, resiko
bisnis klien dan resiko salah saji material dalam laporan Keuangan.
Prosedur analitis digunakan dalam perrencanaan untuk memahami bisnis dan industri
klien, yang digunakan sepanjang pengauditan untuk mengidentifiaksi kemungkinan
asalah saji, mengurangi pengujian terperinci dan untuk menilai masalah-masalah terkait
dengan keberlangsungan usaha klien. Penggunaan prosedur analitis makin meningkat
karena efektivitasnya dalam mengidentifikasikan kemungkinan salah saji dengan biaya
yang rendah, serta dibutuhkan dalam tahap perencanaan dalam penyelesaian audit.
xix
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A, Randal K. Elder, Mark S. Beasley, dan Amir Abadi jusuf. Auditing and
Assurance Services An Integrated Approach: An Indonesian Adaptation Salemba Empat,
Jakarta, 2009
xx