“Audit Plan, Audit Program, Prosedur Audit, Audit Teknik, Risiko Audit
dan Materialitas”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Auditing II
Dosen Pengampuh: Puspita Hardianti Anwar,SE.,Ak.,CA.,M.Si,CP
NURGINA (90400119089)
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya-NYA
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ―Audit ‖ ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Auditing II. Selain itu, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
materialitas dalam PSA No. 25 diberikan pedoman bagi auditor dalam
mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan dan pelaksaan
audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan ikatan
akuntan Indonesia.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu audit plan?
2. Apa yang dimaksud Audit Program?
3. Apa itu audit Prosedur dan audit teknik?
4. Apa risiko audit dan materialitas?
C. Tujuan
5. Untuk mengetahui apa itu audit plan, audit program, audit Prosedur dan
audit teknik
6. Untuk mengetahui resiko audit dan materialitas.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
memberikan perhatian yang tepat antara area penting dan mengidentifikasi serta
menyelesaikan masalah yang potensial secara tepat waktu.
Standar pekerjaan lapangan pertama (IAPI,2011:310.1) berbunyi sebagai
berikut :
“pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya”.
Begitu juga menurut AICPA auditing standards (Arens,2017:261) :
Auditor harus merencanakan pekerjaan auditnya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan sebaik-baiknya.
4
disetujui oleh klien.Isi dari Audit Plan mencakup :
5
B. Audit Program
a. Tujuan pemeriksaan
b. Prosedur audit yang akan dijalankan
c. Kesimpulan pemeriksaan
Sebagian KAP menggunakan audit program yang sudah distandarisasi dan
digunakan di setiap kliennya, sebagian lagi menggunakan audit program yang
disusun sesuai kondisi dan situasi di perusahaan (tailor made). Akan lebih baik jika
audit program dibuat terpisah untuk Compliance test dan substantive test.
1) Penyelidikan
2) Konfirmasi
3) pemeriksaan catatan atau dokumen
4) pemeriksaan aset berwujud
6
5) pengamatan
6) penghitungan ulang
7) kinerja ulang
8) prosedur analitis
Materilitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi,yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya,dapat mengakibatkan
perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan
kepercayaan terhadap informasi tersebut,karena adanya penghilangan atau salah saji
itu.Materilitas dibagi menjadi 2 golongan :
1. Materilitas pada tingkat laporan keuangan
2. Materilitas pada tingkat saldo akun.
Sedangkan resiko audit adalah risiko yang terjadi dala hal auditor,tanpa
disadari,tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya,atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material.Resiko audit digolongkan menjadi
2,yaitu :
1. Resiko audit keseluruhan
2. Resiko audit individual.
Terdapat 3 unsur risiko audit :
1. Resiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji material,dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan
dan prosedur pengendalian intern yang terkait.
2. Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu
asersi yang tidak dapat dicegah atau pengendalian intern entitas.
3. Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah
saji material yang terdapat dalam suatu asersi.
Dalam PSA No.25,diberikan pedoman bagi auditor dalam mempertimbangkan
risiko dan materialitas pada saat perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan
keuangan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia :
1. Risiko audit dan materialitas memengaruhi penerapan standar
auditing,khususnya standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan,serta
tercemin dalam laporan audit bentuk baku.Risiko audit dan materilitas,bersama
7
dengan hal-hal lain,perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat,saat dan luas
prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut.
2. Adanya risiko audit diakui dengan pernyataan dalam penjelasaan tentang
tanggung jawab dan fungsi auditor independen yang berbunyi sebagai berikut:
―Karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan,auditor dapat memperoleh
keyakinan memadai,bukti mutlak,bahwa salah saji material terdeteksi.Risiko
audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak
memodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya,atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material.
3. Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal,baik secara individual atau
keseluruhan,adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku diindonesia,sedangkan beberapa hal
lainnya adalah tidak penting.Frasa ―menyajikan secara wajar,dalam semua hal
yang material,sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di indonesia‖
menunjukan keyakinan auditor bahwa laporan keuangan secara keseluruhan
tidak mengandung salah saji material.
4. Laporan keuangan mengandung salah saji yang dampaknya,secara individual
atau keseluruhan,cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan
keuangan tidak disajikan secara wajar,dalam semua hal yang material,sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.Salah saji dapat terjadi
sebagai akibat dari kekeliruan atau kecurangan.Dalam perencanaan audit,auditor
berkepentingan dengan masalah-masalah yang mungkin material terhadap
laporan keuangan,auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai bahwaa salah
saji,yang disebabkan karena kekeliruan atau kecurangan,tidak material terhadap
laporan keuangan.
5. Istilah kekeliruan berarti salah saji atau penghilangan yang tidak disengaja
jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan.Kekeliruan mencakup:
a. Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjaddi
sumberpenyusun laporan keuangan.
b. Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari kecerobohan
atausalah tafsir fakta.
c. Kekeliruan dalam penerapan standar akuntansi yang berkaitan dengan jumlah
klasifikasi,cara penyajian atau pengungkapan.
8
6. Meskipun kecurangan merupakan pengertian yang luas dari segi
hukum,kepentingan auditor secara khusus berkaitan dengan tindakan curang
yang menyebabkan salah saji material dalam laporan keuangan.Dua tipe salah
saji yang relevan dengan pertimbangan auditor dalam audit laporan keuangan
salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan dan salah saji
yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap asset.Dua tipe salah saji ini
dijelaskan lebih lanjut dalam SA Seksi 316 (PSA No.32 dan PSA
No.70).Pertimbangan atas kecurangan dalam audit laporan keuangan.Faktor
utama yang membedakan kecurangan dengan kekeliruan adalah apakah tindakan
yang mendasarinya yang berakibat pada salah saji dalam laporan keuangan
merupakan tindakan yang disengaja atau tidak disengaja.
7. Pada waktu mempertimbangkan tanggung jawab auditor memperoleh keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan bebas salah saji material,tidak ada perbedaan
penting antara kekeliruan dan kecurangan.Namun,terdapat perbedaan,dalam hal
tanggapan auditor terhadap salah saji yang terdeteksi.Umumnya kekeliruan yang
terisolasi,tidak material dalam pengolahan data akuntansi atau penerapan
standar akuntansi tidak signifikan terhadap audit.Sebaliknya,bila kecurangan
dideteksi,auditor harus mempertimbangkan implikasi integritas manajemen atau
karyawan dan kemungkinan dampaknya terhadap aspek audit.
8. Pada waktu menyimpulkan apakah dampak salah saji,secara individual atau
secara gabungan,material,auditor biasanya harus mempertimbangkan sifat dan
jumlah dalam kaitannya dengan sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan
disuatu entitas mungkin tidak material bagi laporan keuangan entitas lain dengan
ukuran atau sifat yang berbeda.Begitu juga,apa yang material bagi laporan
keuangan entitas tertentu kemungkinan berubah dari satu periode ke periode yang
lain.
9. Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan
professional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang
memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan
terhadap laporan keuangan.Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan
oleh auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup
pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.Materialitas adalah besarnya
informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji dilihat dari
keadaan yang melingkupinya,mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi
9
pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi
tersebut.Definisi tersebut mengakui pertimbangan materialitas dilakukan dengan
menghitungkan keadaan yang melingkupi dan perlu melibatkan baik
pertimbangan kuantitatif maupunkualitatif.
10. Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas baik dalam:
15. Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, resiko audit terdiri ats (a)
resiko yang meliputi resiko bawaan (inherent risk) dan resiko pengendalian
(control risk) bahwa saldo akun atau golongan transaksi mengandung salah saji
( disebabkan oleh kekliruan atau kecurangan ) yang dapat menjadi material
terhadap laporan keuangan apabila digabungakan dengan salah saji pada saldo
akun atau golongan transaksi lainnya, dan (b) resiko deteksi (detection risk)
bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji tersebut. Penjelasan berikut
menjelaskan resiko audit dalam konteks tiga komponen resiko di atas. Cara
yang digunakan auditor untuk mempertimbangkan komponen tersebut dan
kombinasinya melibatkan pertimbangan professional auditor tergantung pada
pendekatan audit yang dilakukannya.
16. Resiko bawaan dan resiko pengendalian berbeda dengan resiko deteksi. Kedua
resiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit
atas laporan keuangan, sedangkan resiko deteksi berhunbungan dengan
prosedur audit dan dapat di ubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Resiko
deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan resiko bawaan dan resiko
pengendalian. Semakin kecil resiko bawaan dan resiko pengendalian yang
diyakini oleh auditor, semakin besar resiko deteksi yang dapat diterima.
Sebaliknya, semakin besar adanya resiko bawaan dan resiko pengendalian yang
diyakini auditor, semakin kecil tingkat resiko deteksi yang diterima. Komponen
11
resiko audit ini ditentukan secara kuantitatif, seperti dalam bentuk persentase
atau secara non kuantitatif yang berkisar. Misalnya, dari minimum sampai
maksimun.
AR=IR×CR×DR atau DR= AR/IR×CR
Dimana :
AR = overall audit risk
IR = inherent risk
CR = control risk
DR = detection risk
17. Resiko deteksi yang dapat diterima oleh auditor dalam merangsang prosedur
audit tergantung pada tingkat yang diinginkan untuk membatasi risiko audit
suatu saldo akun atau golongan transaksi dan tergantung atas penetapan auditor
terhadap resiko bawaan dan resiko pengendalian. Apabila penetapan auditor
terhadap resiko bawaan dan resiko pengedalian menurun, resiko deteksi yang
dapat di terimanya akan meningkat. Namun, auditor tidak boleh sepenuhnya
mengandalkan resiko bawaan dan resiko pengendalian dengan tidak melakukan
pengujian substantive terhadap saldo akun atau golongan transaksi, yang di dalamnya
mungkin terkandung salah saji yang mungkin material jika digabungkan dengan
salah saji yang ada pada saldo akun atau golongan transaksi lain.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
http://aceqmedia.blogspot.com/2018/05/makalah-audit-plan-audit-program-audit.html
http://misriana12.blogspot.com/2015/11/makalah-auditing-1-audit-plan-audit.html
https://www.academia.edu/36273149/AUDIT_PLAN
https://hukumline.com/contoh-prosedur-audit/
13