Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Audit Plan, Audit Program, Prosedur Audit, Audit Teknik, Risiko Audit
dan Materialitas”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Auditing II
Dosen Pengampuh: Puspita Hardianti Anwar,SE.,Ak.,CA.,M.Si,CP

Disusun Oleh Kelompok 5 :

EMI SARMILA (90400119074)

NURGINA (90400119089)

SYUCHAIRA ASSAUQI (90400119086)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya-NYA
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ―Audit ‖ ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Auditing II. Selain itu, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 10 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
A. Audit Plan (Perencanaan Pemeriksaan) ............................................................................... 3
B. Audit Program ..................................................................................................................... 6
C. Audit Prosedur dan Audit Teknik ........................................................................................ 6
D. Risiko Audit Dan Materialitas ............................................................................................. 7
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Auditing merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secar kritis dan


sistematis, oleh pihak yang indeoenden terhadap laporan keuangan yang telah
disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukunnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapatan mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut.
Dalam melakukan pemeriksaannya, akuntanpublik berpedoman pada
standar professional akuntan public ( di USA: Generally Accepted Auditing
Standards ), menaati kode etik IAI dan aturan etika profesi akuntan public serta
mematuhi standar pengendalian mutu.
Agar pemeriksaan dapat dilakukan secara sistematis, akuntan publik harus
merencanakan pemeriksaannya sebelum proses pemeriksaan dimulai, dengan
membuat apa yang disebut rencana pemeriksaan ( audit plan ). Dalam audit plan
antara lain dicantumkan kapan pemeriksaan dimulai, berapa lama jangka waktu
pemeriksaan diperkirakan, kapan laporan harus selesai, berapa orang audit staf
yang ditugaskan, masalah-maslah yang diperkirakan akan dihadapi di bidang
auditing, akuntansi (accounting), perpajakan dan lain-lain. Selain itu dalam audit
plan , akuntan public harus menetapkan batas materialitas dan memperhitungkan
resiko audit.
Selain audit plan, terdapat jenis audit lain seperti audit program, audit
Prosedur dan audit teknik, serta resiko audit dan materialitas. Audit program
membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten mengenai
pekerjaan yang harus dilaksanakan. Dan audit Prosedur dilakukan dalam rangka
mendapatkan bahan-bahan bukti ( audit avidence ) yang cukup untuk mendukung
pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan, serta risiko audit dan

1
materialitas dalam PSA No. 25 diberikan pedoman bagi auditor dalam
mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan dan pelaksaan
audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan ikatan
akuntan Indonesia.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu audit plan?
2. Apa yang dimaksud Audit Program?
3. Apa itu audit Prosedur dan audit teknik?
4. Apa risiko audit dan materialitas?

C. Tujuan
5. Untuk mengetahui apa itu audit plan, audit program, audit Prosedur dan
audit teknik
6. Untuk mengetahui resiko audit dan materialitas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Audit Plan (Perencanaan Pemeriksaan)

Audit Plan adalah pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup


audit yang diharapkan disusun segera setelah MANAGEMENT LETTER (surat
perikatan) disetujui klien. Tujuan Audit Plan adalah untuk mencapai keyakinan
yang memadai guna mendeteksi salah saji yang diyakni jumlahnya besar baik
secara individual maupun secara keseluruhan yang secara kuantitatif berdampak
material terhadap laporan keuangan.
Dalam merencanakan audit :
1. Risiko audit dapat dibatasi pada tingkat yang rendah, sesuai dengan
pertimbangan professional.
2. Menetapkan pertimbangan awal mengenai tingkat matealitas.
Untuk audit plan auditor dapat mempertimbangkan materialitas
a) Sebelum laporan keuangan yang akan diaudit selesai di susun.
b) Setelah laporan keuangan yang akan diaudit selesai diaudit namun perlu
dimodifikasi.
3 Jenis risiko audit terdiri dari, yaitu :
1. Resiko Inheren
2. Resiko Pengendalian
3. Resiko Pendeteksian
Isi dari audit plan mencakup :
a. Hal-hal mengenai klien
b. Hal-hal yang mempengaruhi klien
c. Rencana kerja auditor
Standar Audit 300 Perencanaan suatu audit laporan keuangan (IAPI,2013) yang
berlaku efektif mulai 1 Januari 2013 (untuk emiten) dan 1 Januari 2014 (untuk
entitas selain emitmen) merupakan pedoman dalam penyusunan perencanaan
pemeriksaan.
Perencanan suatu audit melibatkan penetapan strategi audit secara keseluruhan
untuk perikatan tersebut dan pengembangan rencana audit.Perencanaan audit yang
baik mempunyai beberapa manfaat, antara lain membantu auditor untuk

3
memberikan perhatian yang tepat antara area penting dan mengidentifikasi serta
menyelesaikan masalah yang potensial secara tepat waktu.
Standar pekerjaan lapangan pertama (IAPI,2011:310.1) berbunyi sebagai
berikut :
“pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya”.
Begitu juga menurut AICPA auditing standards (Arens,2017:261) :
Auditor harus merencanakan pekerjaan auditnya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan sebaik-baiknya.

Prosedur yang dapat dipertimbangkan auditor dalam perencanaan dan supervisi


biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan dengan satuan
usaha dan diskusi dengan staf lain dikantor akuntan dan pegawai satuan usaha
tersebut. Contoh prosedurnya meliputi :
1. Mereview arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanen, LK dan
laporan audit tahun lalu.

2. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit.

3. Mengajukan pertanyaan yang berkaitan tentang perkembangan bisnis.

4. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan.

5. Membicarakan tipe, luas, dan waktu audit dengan managemen, dewan


komisaris atau komite audit.

6. Mempertimbangkan dampak diterapkannya pernyataan standar akuntansi


dan standar auditing yang ditetapkan IAI, terutama yang baru.

7. Mengkoordinasikan bantuan dari pegawai satuan usaha dalam penyiapan


data.

8. Menentukan luasnya keterlibatan, jika ada konsultan, spesialis, dan auditor


intern.

9. Membuat jadwal pekerjaan audit.

10. Menentukan dan mengkoordinasikan kebutuhan staf audit.

11. Melaksanakan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk memperoleh


tambahan informasi tentang tujuan audit yang akan dilaksanakan sehingga
auditor dapat mengantisipasi dna memberikan perhatian terhadap hal-hal
yang berkaitan yang dipandang perlu.
Auditor harus menyusun Audit Plan, segera setelah Engagement Letter

4
disetujui oleh klien.Isi dari Audit Plan mencakup :

1. Hal-hal mengenai klien


a. Bidang Usaha Klien, Alamat, No Telepon dll.
b. Status Hukum Perusahaan.
c. Accounting Policy (Kebijakan Akuntansi).
1) Buku-buku yang digunakan (Buku Penjualan, Pembelian,Kas dll)

2) Metode Pembukuan (Manual, Komputer / Mesin Pembukuan)

3) Komentar mengenai pembukuan secara umum.

d. Laporan Posisi Keuangan komparatif dan perbandingan penjualan,


L/R tahun lalu dan sekarang. Perbandingan antara Laporan Posisi
Keuangan tahun lalu dan Laporan Posisi Keuangan tahun
sekarang/bulan terakhir tahun sekarang agar diperoleh gambaran
mengenai ukuran besar kecilnya perusahaan.

e. Client Contact.Nama dari orang yang sering dihubungi auditor.

f. Accounting, Auditor & Tax Problem.

1. Accounting Problem, misalnya : Perubahan metode pencatatan,


revaluasi dan metode penyusutan.
2. Auditing Problem, misalnya : Hasil konfirmasi tahun lalu tidak
memuaskan, perubahanaccounting policy.
3. Tax Problem, misalnya : Masalah restitusi, adanya 2 pembukuan dalam
perusahaan.

2. Hal-hal yang mempengaruhi klien


Bisa didapat dari majalah—majalah ekonomi/ surat kabar.
3. Rencana kerja auditor
Hal-hal penting antara lain :
a. Staffing
b. Waktu Pemeriksaan
c. Jenis Jasa yang DiberikanHal-hal tambahan :
1. Bantuan-bantuan yang Dapat Diberikan Klien
2. Time Schedule

5
B. Audit Program

Setelah audit plan disusun, tetapi sebelum pemeriksaan lapangan dimulai,


auditor harus menyusun audit program yang merupakan kumpulan dari prosedur
audit yang akan dijalankan dan dibuat secara tertulis.
Audit program membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten
mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan.Audit program harus menggariskan
dengan rinci, prosedur audit yang menurut keyakinan auditor diperlukan untuk
mencapai tujuan audit
Audit program yang baik harus mencantumkan:

a. Tujuan pemeriksaan
b. Prosedur audit yang akan dijalankan
c. Kesimpulan pemeriksaan
Sebagian KAP menggunakan audit program yang sudah distandarisasi dan
digunakan di setiap kliennya, sebagian lagi menggunakan audit program yang
disusun sesuai kondisi dan situasi di perusahaan (tailor made). Akan lebih baik jika
audit program dibuat terpisah untuk Compliance test dan substantive test.

C. Audit Prosedur dan Audit Teknik

Audit Prosedur adalah langkah-langkah yang harus dijalankan oleh auditor


dalam melaksanakan pemeriksaannya dan sangat di perlukan oleh asisten agar tidak
melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secar efisien dan efektif.
Audit Prosedur dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti(audit
avidence) yang cukup untuk mendukung pendapat auditor atas kewajaran laporan
keuangan.Untuk itu di perlukan audit teknik, yaitu cara-cara untuk memperoleh
auditevidence seperti : konfirmasi, observasi, inspeksi, Tanya jawab(inquiry) dan
lain- lain.
Adapun jenis-jenis prosedur audit ini adalah sebagai berikut:

1) Penyelidikan
2) Konfirmasi
3) pemeriksaan catatan atau dokumen
4) pemeriksaan aset berwujud
6
5) pengamatan
6) penghitungan ulang
7) kinerja ulang
8) prosedur analitis

D. Risiko Audit Dan Materialitas

Materilitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi,yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya,dapat mengakibatkan
perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan
kepercayaan terhadap informasi tersebut,karena adanya penghilangan atau salah saji
itu.Materilitas dibagi menjadi 2 golongan :
1. Materilitas pada tingkat laporan keuangan
2. Materilitas pada tingkat saldo akun.
Sedangkan resiko audit adalah risiko yang terjadi dala hal auditor,tanpa
disadari,tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya,atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material.Resiko audit digolongkan menjadi
2,yaitu :
1. Resiko audit keseluruhan
2. Resiko audit individual.
Terdapat 3 unsur risiko audit :
1. Resiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji material,dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan
dan prosedur pengendalian intern yang terkait.
2. Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu
asersi yang tidak dapat dicegah atau pengendalian intern entitas.
3. Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah
saji material yang terdapat dalam suatu asersi.
Dalam PSA No.25,diberikan pedoman bagi auditor dalam mempertimbangkan
risiko dan materialitas pada saat perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan
keuangan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia :
1. Risiko audit dan materialitas memengaruhi penerapan standar
auditing,khususnya standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan,serta
tercemin dalam laporan audit bentuk baku.Risiko audit dan materilitas,bersama
7
dengan hal-hal lain,perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat,saat dan luas
prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut.
2. Adanya risiko audit diakui dengan pernyataan dalam penjelasaan tentang
tanggung jawab dan fungsi auditor independen yang berbunyi sebagai berikut:
―Karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan,auditor dapat memperoleh
keyakinan memadai,bukti mutlak,bahwa salah saji material terdeteksi.Risiko
audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak
memodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya,atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material.
3. Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal,baik secara individual atau
keseluruhan,adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku diindonesia,sedangkan beberapa hal
lainnya adalah tidak penting.Frasa ―menyajikan secara wajar,dalam semua hal
yang material,sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di indonesia‖
menunjukan keyakinan auditor bahwa laporan keuangan secara keseluruhan
tidak mengandung salah saji material.
4. Laporan keuangan mengandung salah saji yang dampaknya,secara individual
atau keseluruhan,cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan
keuangan tidak disajikan secara wajar,dalam semua hal yang material,sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.Salah saji dapat terjadi
sebagai akibat dari kekeliruan atau kecurangan.Dalam perencanaan audit,auditor
berkepentingan dengan masalah-masalah yang mungkin material terhadap
laporan keuangan,auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai bahwaa salah
saji,yang disebabkan karena kekeliruan atau kecurangan,tidak material terhadap
laporan keuangan.
5. Istilah kekeliruan berarti salah saji atau penghilangan yang tidak disengaja
jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan.Kekeliruan mencakup:
a. Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjaddi
sumberpenyusun laporan keuangan.
b. Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari kecerobohan
atausalah tafsir fakta.
c. Kekeliruan dalam penerapan standar akuntansi yang berkaitan dengan jumlah
klasifikasi,cara penyajian atau pengungkapan.
8
6. Meskipun kecurangan merupakan pengertian yang luas dari segi
hukum,kepentingan auditor secara khusus berkaitan dengan tindakan curang
yang menyebabkan salah saji material dalam laporan keuangan.Dua tipe salah
saji yang relevan dengan pertimbangan auditor dalam audit laporan keuangan
salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan dan salah saji
yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap asset.Dua tipe salah saji ini
dijelaskan lebih lanjut dalam SA Seksi 316 (PSA No.32 dan PSA
No.70).Pertimbangan atas kecurangan dalam audit laporan keuangan.Faktor
utama yang membedakan kecurangan dengan kekeliruan adalah apakah tindakan
yang mendasarinya yang berakibat pada salah saji dalam laporan keuangan
merupakan tindakan yang disengaja atau tidak disengaja.
7. Pada waktu mempertimbangkan tanggung jawab auditor memperoleh keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan bebas salah saji material,tidak ada perbedaan
penting antara kekeliruan dan kecurangan.Namun,terdapat perbedaan,dalam hal
tanggapan auditor terhadap salah saji yang terdeteksi.Umumnya kekeliruan yang
terisolasi,tidak material dalam pengolahan data akuntansi atau penerapan
standar akuntansi tidak signifikan terhadap audit.Sebaliknya,bila kecurangan
dideteksi,auditor harus mempertimbangkan implikasi integritas manajemen atau
karyawan dan kemungkinan dampaknya terhadap aspek audit.
8. Pada waktu menyimpulkan apakah dampak salah saji,secara individual atau
secara gabungan,material,auditor biasanya harus mempertimbangkan sifat dan
jumlah dalam kaitannya dengan sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan
disuatu entitas mungkin tidak material bagi laporan keuangan entitas lain dengan
ukuran atau sifat yang berbeda.Begitu juga,apa yang material bagi laporan
keuangan entitas tertentu kemungkinan berubah dari satu periode ke periode yang
lain.
9. Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan
professional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang
memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan
terhadap laporan keuangan.Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan
oleh auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup
pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.Materialitas adalah besarnya
informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji dilihat dari
keadaan yang melingkupinya,mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi
9
pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi
tersebut.Definisi tersebut mengakui pertimbangan materialitas dilakukan dengan
menghitungkan keadaan yang melingkupi dan perlu melibatkan baik
pertimbangan kuantitatif maupunkualitatif.
10. Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas baik dalam:

a. Merencanakan audit dan merancang prosedur audit,dan


b. Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara
wajar,dalam semua hal yang material,sesuai dengan stndar akuntansi yang
berlakuumum di Indonesia.
Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas untuk hal yang
disebutkan pada butir (a) untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup
dan sebagai dasar memadai untuk mengevaluasi laporan keuangan untuk butir
(b).

11. Auditor harus merencanakan auditnya sedemikian rupa,sehingga risiko audit


dapat dibatasi pada tingkat yang rendah,yang menurut pertimbangan
profesionalnya,memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.Risiko
audit dapat ditentukan dalam ukuran kuantitatif atau kualitatif.

12. Dalam merencanakan audit,auditor harus menggunakan pertimbangan dalam


menentukan tingkat risiko audit yang cukup rendah dan pertimbangan awal
mengenai tingkat materialitas dengan suatu cara yang diharapkan,dalam
keterbatasan bawaan dalam proses audit,dapat memberikan bukti audit yang
cukup untuk mencapai keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari
salah saji material.Tingkat materialitas mencakup tingkat yang menyeluruh
untuk masing-masing laporan keuangan pokok,namun,karena laporan keuangan
saling berhubungan,dan sebagaian besar prosedur audit berhubungan dengan
lebih dari satu jenis laporan keuangan,agar efisien,untuk tujuan.

13. Auditor merencanakan audit untuk mencapai keyakinan memadai guna


mendeteksi salah saji yang diyakini jumlahnya cukup besar, secara individual
atau keseluruhan yang secara kuantitatif berdampak material terhadap laporan
keuangan. Walaupun auditor harus waspada terhadap salah saji yang mungkin
material secara kuantitatif, pada umumnya adalah tidak praktis untuk
merancang prosedur pendeteksiannya. SA Seksi 326 (PSA No. 07) , Bukti audit
paragraph 20 menyatakan bahwa, ― auditor pada hakikatnya bekerja dalam
10
batas-batas ekonomi,agar mempunyai manfaat ekonomi, pendapat auditor harus
dirumuskan dalam jangka waktu dan biaya yang wajar‖.

14. Dalam situasi tertentu, untuk perencanaan audit, auditor mempertimbangkan


materialitas sebelum laporan keuangan yang akan di auditnya selesai di susun.
Dalam situasi lain, namun ia mungkin menyadari bahwa laporan tersebut masih
memerlukan modifikasi yang signifikan. Dalam kedua keadaan tersebut,
pertimbangan awal auditor tentang materialitas mungkin didasarkan atas
laporan keuangan interim entitas tersebut yang disatukan atau laporan
keuangan tahunan satu priode atau lebih sebelumnya, asalkan ia pengaruh
perubahan besar dalam entitas tersebut (contoh merger) dan perubahan lain
yang relevan dalam perekonomian secara keseluruhan atau industry yang
merupakan tempat entitas tersebut berusaha.

15. Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, resiko audit terdiri ats (a)
resiko yang meliputi resiko bawaan (inherent risk) dan resiko pengendalian
(control risk) bahwa saldo akun atau golongan transaksi mengandung salah saji
( disebabkan oleh kekliruan atau kecurangan ) yang dapat menjadi material
terhadap laporan keuangan apabila digabungakan dengan salah saji pada saldo
akun atau golongan transaksi lainnya, dan (b) resiko deteksi (detection risk)
bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji tersebut. Penjelasan berikut
menjelaskan resiko audit dalam konteks tiga komponen resiko di atas. Cara
yang digunakan auditor untuk mempertimbangkan komponen tersebut dan
kombinasinya melibatkan pertimbangan professional auditor tergantung pada
pendekatan audit yang dilakukannya.

16. Resiko bawaan dan resiko pengendalian berbeda dengan resiko deteksi. Kedua
resiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit
atas laporan keuangan, sedangkan resiko deteksi berhunbungan dengan
prosedur audit dan dapat di ubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Resiko
deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan resiko bawaan dan resiko
pengendalian. Semakin kecil resiko bawaan dan resiko pengendalian yang
diyakini oleh auditor, semakin besar resiko deteksi yang dapat diterima.
Sebaliknya, semakin besar adanya resiko bawaan dan resiko pengendalian yang
diyakini auditor, semakin kecil tingkat resiko deteksi yang diterima. Komponen

11
resiko audit ini ditentukan secara kuantitatif, seperti dalam bentuk persentase
atau secara non kuantitatif yang berkisar. Misalnya, dari minimum sampai
maksimun.
AR=IR×CR×DR atau DR= AR/IR×CR
Dimana :
AR = overall audit risk
IR = inherent risk
CR = control risk
DR = detection risk

17. Resiko deteksi yang dapat diterima oleh auditor dalam merangsang prosedur
audit tergantung pada tingkat yang diinginkan untuk membatasi risiko audit
suatu saldo akun atau golongan transaksi dan tergantung atas penetapan auditor
terhadap resiko bawaan dan resiko pengendalian. Apabila penetapan auditor
terhadap resiko bawaan dan resiko pengedalian menurun, resiko deteksi yang
dapat di terimanya akan meningkat. Namun, auditor tidak boleh sepenuhnya
mengandalkan resiko bawaan dan resiko pengendalian dengan tidak melakukan
pengujian substantive terhadap saldo akun atau golongan transaksi, yang di dalamnya
mungkin terkandung salah saji yang mungkin material jika digabungkan dengan
salah saji yang ada pada saldo akun atau golongan transaksi lain.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh


pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, luas, dan saat perencanaan
bervareasi dengan ukuran dan kompleksitas suatu usaha, pengalaman mengenai
satuan usaha, dan pengetahuan tentang bisnis satuan usaha. Setelah audit plan
disusun, tetapi sebelum pemeriksaan lapangan dimulai, auditor harus menyusun
audit program yang merupakan kumpulan dari prosedur audit yang akan
dijalankan dan dibuat secara tertulis. Audit Prosedur adalah langkah – langkah
yang harus djalankan auditor dalam melaksanakan pemeriksaannya dan sangat
diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja
secara efesien dan efektif. Untuk itu diperlukan audit teknik yaitu cara – cara
untuk memperoleh audit evidence seperti : konfirmasi, observasi, inspeksi, Tanya
jawab (inquiry), dan lain – lain. Dalam PSA No. 25, diberikan pedoman bagi
auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan
dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

http://aceqmedia.blogspot.com/2018/05/makalah-audit-plan-audit-program-audit.html

http://misriana12.blogspot.com/2015/11/makalah-auditing-1-audit-plan-audit.html
https://www.academia.edu/36273149/AUDIT_PLAN
https://hukumline.com/contoh-prosedur-audit/
13

Anda mungkin juga menyukai