Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

AUDIT PLAN, AUDIT PROGRAM, AUDIT PROSEDURE,


AUDIT TEKNIK, RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Audit


Dosen Pengampu : Siska Dewi, S.E., M.Ak

Disusun Oleh :

1. Uun Noviani (3419045)

2. Syifa’ul Fuadah (3419003)

3. Nur Khasanah (3419026)

SEMESTER V PROGRAM STUDI AKUNTANSI POLITEKNIK PUSMANU


PEKALONGAN TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya. penulis dapat menyelesaikan makalah materi mata kuliah
AUDIT yang berjudul “AUDIT PLAN, AUDIT PROGRAM, AUDIT PROSEDUR,
AUDIT TEKNIK, RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS” tepat pada waktunya.
Makalah ini berisi uraian mengenai mulai dari Pengertian sampai pembahasan
mengenai Kertas Kerja Pemeriksaan, tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada
Ibu dosen, Ibu Siska Dewi, S.E., M.Ak. selaku Dosen kami dalam pembelajaran mata
kuliah AUDIT, dan juga kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan kepada
kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Harapan terdalam kami, semoga penyusunan makalah ini bisa bermanfaat bagi
kita semua serta menjadi tambahan informasi mengenai “ AUDIT PLAN, AUDIT
PROGRAM, AUDIT PROSEDUR, AUDIT TEKNIK, RISIKO AUDIT DAN
MATERIALITAS” bagi para pembaca.
Kami menyadari jika dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, dengan hati yang terbuka kritik serta saran yang konstruktif
guna kesempurnaan tugas makalah ini. Demikian makalah ini kami susun, apabila ada
kata-kata yang kurang berkenan dan banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Semoga bermanfaat. Termakasih.

Pekalongan, 03 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2

C. Tujuan .............................................................................................................................. 2

BAB II ........................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2

A. Audit Plan .......................................................................................................................... 3

B. Audit Program.................................................................................................................. 6

C. Audit Procedure dan Audit Teknik .................................................................................. 7

D. Resiko Audit dan Materialitas ......................................................................................... 7

BAB III ..................................................................................................................................... 14

PENUTUP ................................................................................................................................ 14

A. Kesimpulan .................................................................................................................... 14

B. Saran .............................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Auditing merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secar kritis dan


sistematis, oleh pihak yang indeoenden terhadap laporan keuangan yang telah
disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukunnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapatan mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut.

Dalam melakukan pemeriksaannya, akuntanpublik berpedoman pada


standar professional akuntan public ( di USA: Generally Accepted Auditing
Standards ), menaati kode etik IAI dan aturan etika profesi akuntan public serta
mematuhi standar pengendalian mutu.

Agar pemeriksaan dapat dilakukan secara sistematis, akuntan publik


harus merencanakan pemeriksaannya sebelum proses pemeriksaan dimulai,
dengan membuat apa yang disebut rencana pemeriksaan ( audit plan ). Dalam
audit plan antara lain dicantumkan kapan pemeriksaan dimulai, berapa lama
jangka waktu pemeriksaan diperkirakan, kapan laporan harus selesai, berapa
orang audit staf yang ditugaskan, masalah-maslah yang diperkirakan akan
dihadapi di bidang auditing, akuntansi (accounting), perpajakan dan lain-lain.
Selain itu dalam audit plan , akuntan public harus menetapkan batas materialitas
dan memperhitungkan resiko audit.

Selain audit plan, terdapat jenis audit lain seperti audit program, audit
procedures dan audit teknik, serta resiko audit dan materialitas. Audit program
membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten mengenai
pekerjaan yang harus dilaksanakan. Dan audit procedures dilakukan dalam
rangka mendapatkan bahan-bahan bukti ( audit avidence ) yang cukup untuk

1
mendukung pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan, serta risiko
audit dan materialitas dalam PSA No. 25 diberikan pedoman bagi auditor dalam
mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan dan
pelaksaan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan ikatan akuntan Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud audit plan?

2. Apa yang dimaksud Audit Program?

3. Apa yang dimaksud audit procedures dan audit teknik?

4. Apa risiko audit dan materialitas?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu audit plan, audit program, audit procedure dan
audit teknik
2. Untuk mengetahui resiko audit dan materialitas

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Audit Plan (Perencanaan Pemeriksaan)

Standar Audit 300 Perencanaan suatu audit laporan keuangan


(IAPI,2013) yang berlaku efektif mulai 1 Januari 2013 (untuk emiten)
dan 1 Januari 2014 (untuk entitas selain emiten) merupakan pedoman
dalam penyusunan perencanaan pemeriksaan.

Perencaan suatu audit melibatkan penetapan strategi audit secara


keseluruhan untuk perikatan tersebut dan pengembangan rencana audit.

Perencanaan audit yang baik mempunyai beberapa manfaat, antara lain


membantu auditor untuk memberikan perhatian yang tepat antara area
penting dan mengidentifikasi serta menyelesaikan masalah yang potensial
secara tepat waktu.

Standar pekerjaan lapangan pertama (IAPI,2011:310.1) berbunyi


sebagai berikut :

“pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan


asisten harus disupervisi dengan semestinya”.
Begitu juga menurut AICPA auditing standards (Arens,2017:261) :

Auditor harus merencanakan pekerjaan auditnya dan jika digunakan


asisten harus disupervisi dengan sebaik-baiknya.

Prosedur yang dapat dipertimbangkan auditor dalam perencanaan dan


supervisi biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan

3
dengan satuan usaha dan diskusi dengan staf lain dikantor akuntan dan
pegawai satuan usaha tersebut. Contoh prosedurnya meliputi :

1. Mereview arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanen, LK dan


laporan audit tahun lalu.
2. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit.

3. Mengajukan pertanyaan yang berkaitan tentang perkembangan bisnis.

4. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan.

5. Membicarakan tipe, luas, dan waktu audit dengan managemen, dewan


komisaris atau komite audit.
6. Mempertimbangkan dampak diterapkannya pernyataan standar akuntansi
dan standar auditing yang ditetapkan IAI, terutama yang baru.
7. Mengkoordinasikan bantuan dari pegawai satuan usaha dalam penyiapan
data.
8. Menentukan luasnya keterlibatan, jika ada konsultan, spesialis, dan
auditor intern.
9. Membuat jadwal pekerjaan audit.

10. Menentukan dan mengkoordinasikan kebutuhan staf audit.

11. Melaksanakan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk memperoleh


tambahan informasi tentang tujuan audit yang akan dilaksanakan
sehingga auditor dapat mengantisipasi dna memberikan perhatian
terhadap hal-hal yang berkaitan yang dipandang perlu.
Auditor harus menyusun Audit Plan, segera setelah Engagement
Letter disetujui oleh klien.

Isi dari Audit Plan mencakup :

1. Hal-hal mengenai klien.

2. Hal-hal yang mempengaruhi klien.

3. Rencana kerja auditor.

4
1. Hal-hal mengenai klien

a. Bidang Usaha Klien, Alamat, No Telepon dll.

b. Status Hukum Perusahaan.

c. Accounting Policy (Kebijakan Akuntansi).

1. Buku-buku yang digunakan (Buku Penjualan, Pembelian,

Kas dll)

2. Metode Pembukuan (Manual, Komputer / Mesin Pembukuan)


3. Komentar mengenai pembukuan secara umum.

d. Laporan Posisi Keuangan komparatif dan perbandingan


penjualan, L/R tahun lalu dan sekarang. Perbandingan antara
Laporan Posisi Keuangan tahun lalu dan Laporan Posisi
Keuangan tahun sekarang/bulan terakhir tahun sekarang agar
diperoleh gambaran mengenai ukuran besar kecilnya perusahaan.
e. Client Contact

Nama dari orang yang sering dihubungi auditor.

f. Accounting, Auditor & Tax Problem.

1. Accounting Problem, misalnya :

Perubahan metode pencatatan, revaluasi dan metode


penyusutan.

2. Auditing Problem, misalnya :

Hasil konfirmasi tahun lalu tidak memuaskan, perubahan


accounting policy.

3. Tax Problem, misalnya :

Masalah restitusi, adanya 2 pembukuan dalam perusahaan.

5
2. Hal-hal yang mempengaruhi klien

Bisa didapat dari majalah—majalah ekonomi/ surat kabar.

3. Rencana kerja auditor, hal-hal penting antara lain


a. Staffing
b. Waktu Pemeriksaan

c. Jenis jasa yang diberikan


d. Bantuan-bantuan yang dapat diberikan klien

e. Time Schedule

B. Audit Program

Setelah audit plan disusun, tetapi sebelum pemeriksaan lapangan dimulai,


auditor harus menyusun audit program yang merupakan kumpulan dari prosedur
audit yang akan dijalankan dan dibuat secara tertulis.

Audit program membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten


mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan

Audit program harus menggariskan dengan rinci, prosedur audit yang


menurut keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit Audit program
yang baik harus mencantumkan:

a. Tujuan pemeriksaan

b. Prosedur audit yang akan dijalankan

c. Kesimpulan pemeriksaan

Sebagian KAP menggunakan audit program yang sudah distandarisasi dan


digunakan di setiap kliennya, sebagian lagi menggunakan audit program yang
disusun sesuai kondisi dan situasi di perusahaan, akan lebih baik jika audit program
dibuat terpisah untuk compliance test dan substantive test.

6
C. Audit Procedure dan Audit Teknik

Audit Procedures adalah langkah-langkah yang harus dijalankan oleh auditor


dalam melaksanakan pemeriksaannya dan sangat di perlukan oleh asisten agar tidak
melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secar efisien dan efektif.

Audit procedures dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti


(audit avidence) yang cukup untuk mendukung pendapat auditor atas kewajaran
laporan keuangan

Untuk itu di perlukan audit teknik, yaitu cara-cara untuk memperoleh audit
evidence seperti : konfirmasi, observasi, inspeksi, Tanya jawab (inquiry) dan lain-
lain.

Teknik audit adalah cara-cara yang ditempuh auditor untuk


memperoleh pembuktian dalam membandingkan keadaan yang sebenarnya
dengan keadaan yang seharusnya.

Teknik audit erat hubungannya dengan prosedur audit, dimana teknik-


teknik audit digunakan dalam suatu prosedur audit untuk mencapai
tujuan audit.

D. Risiko Audit Dan Materialitas

Risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari
tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material (SA Seksi 312).

Dalam PSA No.25,diberikan pedoman bagi auditor dalam


mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan dan
pelaksanaan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia :

7
1. Risiko audit dan materialitas memengaruhi penerapan standar auditing,khususnya
standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan,serta tercemin dalam laporan
audit bentuk baku.Risiko audit dan materilitas,bersama dengan hal-hal lain,perlu
dipertimbangkan dalam menentukan sifat,saat dan luas prosedur audit serta dalam
mengevaluasi hasil prosedur tersebut.
2. Adanya risiko audit diakui dengan pernyataan dalam penjelasaan tentang tanggung
jawab dan fungsi auditor independen yang berbunyi sebagai berikut: “Karena sifat
bukti audit dan karakteristik kecurangan,auditor dapat memperoleh keyakinan
memadai,bukti mutlak,bahwa salah saji material terdeteksi.Risiko audit adalah
risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasikan
pendapatnya sebagaimana mestinya,atas suatu laporan keuangan yang mengandung
salah saji material.
3. Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal,baik secara individual atau
keseluruhan,adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku diindonesia,sedangkan beberapa hal lainnya
adalah tidak penting.Frasa “menyajikan secara wajar,dalam semua hal yang
material,sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di indonesia”
menunjukan keyakinan auditor bahwa laporan keuangan secara keseluruhan tidak
mengandung salah saji material.
4. Laporan keuangan mengandung salah saji yang dampaknya,secara individual atau
keseluruhan,cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan
tidak disajikan secara wajar,dalam semua hal yang material,sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.Salah saji dapat terjadi sebagai akibat
dari kekeliruan atau kecurangan.
5. Dalam perencanaan audit,auditor berkepentingan dengan masalah-masalah yang
mungkin material terhadap laporan keuangan,auditor tidak bertanggung jawab
untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan
memadai bahwaa salah saji,yang disebabkan karena kekeliruan atau
kecurangan,tidak material terhadap laporan keuangan.

8
6. Istilah kekeliruan berarti salah saji atau penghilangan yang tidak disengaja jumlah
atau pengungkapan dalam laporan keuangan.Kekeliruan mencakup:
a. Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjaddi sumber
penyusun laporan keuangan.
b. Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari kecerobohan atau
salah tafsir fakta.
c. Kekeliruan dalam penerapan standar akuntansi yang berkaitan dengan jumlah
klasifikasi,cara penyajian atau pengungkapan.
7. Meskipun kecurangan merupakan pengertian yang luas dari segi
hukum,kepentingan auditor secara khusus berkaitan dengan tindakan curang yang
menyebabkan salah saji material dalam laporan keuangan.Dua tipe salah saji yang
relevan dengan pertimbangan auditor dalam audit laporan keuangan salah saji yang
timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan dan salah saji yang timbul dari
perlakuan tidak semestinya terhadap asset.Dua tipe salah saji ini dijelaskan lebih
lanjut dalam SA Seksi 316 (PSA No.32 dan PSA No.70).Pertimbangan atas
kecurangan dalam audit laporan keuangan.Faktor utama yang membedakan
kecurangan dengan kekeliruan adalah apakah tindakan yang mendasarinya yang
berakibat pada salah saji dalam laporan keuangan merupakan tindakan yang
disengaja atau tidak disengaja.
8. Pada waktu mempertimbangkan tanggung jawab auditor memperoleh keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan bebas salah saji material,tidak ada perbedaan
penting antara kekeliruan dan kecurangan.Namun,terdapat perbedaan,dalam hal
tanggapan auditor terhadap salah saji yang terdeteksi.Umumnya kekeliruan yang
terisolasi,tidak material dalam pengolahan data akuntansi atau penerapan standar
akuntansi tidak signifikan terhadap audit.
Sebaliknya,bila kecurangan dideteksi,auditor harus mempertimbangkan implikasi
integritas manajemen atau karyawan dan kemungkinan dampaknya terhadap aspek
audit.
9. Pada waktu menyimpulkan apakah dampak salah saji,secara individual atau secara
gabungan,material,auditor biasanya harus mempertimbangkan sifat dan jumlah

9
dalam kaitannya dengan sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan disuatu
entitas mungkin tidak material bagi laporan keuangan entitas lain dengan ukuran
atau sifat yang berbeda begitu juga,apa yang material bagi laporan keuangan entitas
tertentu kemungkinan berubah dari satu periode ke periode yang lain.
10. Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan professional
dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki
pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan
keuangan.Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan oleh auditor
dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kuantitatif
maupun kualitatif.
Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan
atau salah saji dilihat dari keadaan yang melingkupinya,mungkin dapat mengubah
atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas
informasi tersebut.Definisi tersebut mengakui pertimbangan materialitas dilakukan
dengan menghitungkan keadaan yang melingkupi dan perlu melibatkan baik
pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.
11. Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas baik dalam:

a. Merencanakan audit dan merancang prosedur audit.

b. Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara


wajar,dalam semua hal yang material,sesuai dengan stndar akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
12. Auditor harus merencanakan auditnya sedemikian rupa,sehingga risiko audit dapat
dibatasi pada tingkat yang rendah,yang menurut pertimbangan
profesionalnya,memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.Risiko
audit dapat ditentukan dalam ukuran kuantitatif atau kualitatif.
13. Dalam merencanakan audit,auditor harus menggunakan pertimbangan dalam
menentukan tingkat risiko audit yang cukup rendah dan pertimbangan awal
mengenai tingkat materialitas dengan suatu cara yang diharapkan,dalam
keterbatasan bawaan dalam proses audit,dapat memberikan bukti audit yang cukup

10
untuk mencapai keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material.Tingkat materialitas mencakup tingkat yang menyeluruh untuk masing-
masing laporan keuangan pokok,namun,karena laporan keuangan saling
berhubungan,dan sebagaian besar prosedur audit berhubungan dengan lebih dari
satu jenis laporan keuangan,agar efisien,untuk tujuan
14. Auditor merencanakan audit untuk mencapai keyakinan memadai guna mendeteksi
salah saji yang diyakini jumlahnya cukup besar, secara individual atau keseluruhan
yang secara kuantitatif berdampak material terhadap laporan keuangan. Walaupun
auditor harus waspada terhadap salah saji yang mungkin material secara kuantitatif,
pada umumnya adalah tidak praktis untuk merancang prosedur pendeteksiannya.
SA Seksi 326 (PSA No. 07) , Bukti audit paragraph 20 menyatakan bahwa, “ auditor
pada hakikatnya bekerja dalam batas-batas ekonomi, agar mempunyai manfaat
ekonomi, pendapat auditor harus dirumuskan dalam jangka waktu dan biaya yang
wajar”.
15. Dalam situasi tertentu, untuk perencanaan audit, auditor mempertimbangkan
materialitas sebelum laporan keuangan yang akan di auditnya selesai di susun.
Dalam situasi lain, namun ia mungkin menyadari bahwa laporan tersebut masih
memerlukan modifikasi yang signifikan. Dalam kedua keadaan tersebut,
pertimbangan awal auditor tentang materialitas mungkin didasarkan atas laporan
keuangan interim entitas tersebut yang disatukan atau laporan keuangan tahunan
satu priode atau lebih sebelumnya, asalkan ia pengaruh perubahan besar dalam
entitas tersebut (contoh merger) dan perubahan lain yang relevan dalam
perekonomian secara keseluruhan atau industry yang merupakan tempat entitas
tersebut berusaha.
16. Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, resiko audit terdiri atas
(a) resiko yang meliputi resiko bawaan (inherent risk) dan resiko pengendalian
(control risk) bahwa saldo akun atau golongan transaksi mengandung salah saji (
disebabkan oleh kekliruan atau kecurangan ) yang dapat menjadi material terhadap
laporan keuangan apabila digabungakan dengan salah saji pada saldo akun atau
golongan transaksi lainnya,

11
(b) resiko deteksi (detection risk) bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji
tersebut. Penjelasan berikut menjelaskan resiko audit dalam konteks tiga komponen
resiko di atas. Cara yang digunakan auditor untuk mempertimbangkan komponen
tersebut dan kombinasinya melibatkan pertimbangan professional auditor
tergantung pada pendekatan audit yang dilakukannya.
17. Resiko bawaan dan resiko pengendalian berbeda dengan resiko deteksi. Kedua
resiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas
laporan keuangan, sedangkan resiko deteksi berhunbungan dengan prosedur audit
dan dapat di ubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Resiko deteksi mempunyai
hubungan yang terbalik dengan resiko bawaan dan resiko pengendalian. Semakin
kecil resiko bawaan dan resiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin
besar resiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya resiko
bawaan dan resiko pengendalian yang diyakini auditor, semakin kecil tingkat resiko
deteksi yang diterima. Komponen resiko audit ini ditentukan secara kuantitatif,
seperti dalam bentuk persentase atau secara non kuantitatif yang berkisar. Misalnya,
dari minimum sampai maksimun.
AR=IR×CR×DR atau DR= AR/IR×CR Dimana
:

AR = overall audit risk

IR = inherent risk

CR = control risk

DR = detection risk

12
18. Resiko deteksi yang dapat diterima oleh auditor dalam merangsang prosedur audit
tergantung pada tingkat yang diinginkan untuk membatasi risiko audit suatu saldo
akun atau golongan transaksi dan tergantung atas penetapan auditor terhadap resiko
bawaan dan resiko pengendalian. Apabila penetapan auditor terhadap resiko
bawaan dan resiko pengedalian menurun, resiko deteksi yang dapat di terimanya
akan meningkat. Namun, auditor tidak boleh sepenuhnya mengandalkan resiko
bawaan dan resiko pengendalian dengan tidak melakukan pengujian substantive
terhadap saldo akun atau golongan transaksi, yang di dalamnya mungkin
terkandung salah saji yang mungkin material jika digabungkan dengan salah saji
yang ada pada saldo akun atau golongan transaksi lain.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan


dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, luas, dan saat perencanaan bervariasi
dengan ukuran dan kompleksitas suatu usaha, pengalaman mengenai satuan
usaha, dan pengetahuan tentang bisnis satuan usaha. Setelah audit plan disusun,
tetapi sebelum pemeriksaan lapangan dimulai, auditor harus menyusun audit
program yang merupakan kumpulan dari prosedur audit yang akan dijalankan
dan dibuat secara tertulis. Audit procedures adalah langkah – langkah yang
harus djalankan auditor dalam melaksanakan pemeriksaannya dan sangat
diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja
secara efesien dan efektif. Untuk itu diperlukan audit teknik yaitu cara – cara
untuk memperoleh audit evidence seperti : konfirmasi, observasi, inspeksi,
Tanya jawab (inquiry), dan lain – lain. Dalam PSA No. 25, diberikan pedoman
bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat
perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar
auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.

B. Saran

Adapun saran yang ingin kami sampaikan adalah keinginan kami para pembaca, agar
sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang sehat dan bersifat membangun demi
kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa penulis adalah manusia yang
pastinya memiliki kesalahan.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://aceqmedia.blogspot.com/2018/05/makalah-audit-plan-audit-
program-audit.html http://misriana12.blogspot.com/2015/11/makalah-
auditing-1-audit-plan-audit.html
https://www.academia.edu/36273149/AUDIT_PLAN

15

Anda mungkin juga menyukai