Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PROSES AUDIT TAHAP 1:

STRATEGI AUDIT MENYELURUH, MENENTUKAN DAN MENGGUNAKAN


MATERIALITAS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Auditing 1 Kelas B

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7:

 Vera Cartica (C1C017134)


 Ani Ega Kartika (C1C017001)
 Ibnu Hamzah Harahap (C1C017097)
 Anggiat Parlindungan (C1C017140)
Dosen Pengampu : Dr. NURNA AZIZA, SE., M.Si, Ak, CA

JURUSAN S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NEGERI BENGKULU

2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT. yang patut terucap dengan selesainya makalah
Pengauditan yang berjudul “Strategi Audit Menyeluruh dan Menentukan serta Menggunakan
Materialitas”. Atas izin Allah SWT pemilik dan pengatur seluruh alam-begitu banyak nikmat yang
telah diberikan kepada penulis sehingga makalah ini terselesaikan.
Tujuan dari penulisan makalah ini merupakan untuk memenuhi tugas Pengauditan dan
menambah wawasan pengetahuan tentang bagaimana strategi dari audit menyeluruh dan
menentukan materialitas .
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen pengampu mata kuliah
“Pengauditan 1” yaitu Ibuk Dr. Nurna Aziza, SE. M. Si. Akt. Karena berkat bimbingannya kami
dapat menyusun makalah ini dengan baik. Walaupun masih terdapat banyak kesalahan.
Insya Allah makalah ini bisa memberikan manfaat untuk meningkatkan pemahaman serta
inspirasi pembaca mengenai strategi audit menyeluruh dan menentukan materialitas.

Bengkulu, 23 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR……..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI……………….........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah………………………..………………………………………................2
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………....2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Strategi Audit Menyeluruh………………………………………………………………….3
2.1.1 Perencanaan Audit…………………………………………………………………….3
2.1.2 Menyusun Strategi Audit Menyeluruh……………………………………………….4
2.1.3 Mengomunikasikan Rencana Audit………………….……………………………….7
2.1.4 Dokumentasi…………………………………………………………………………..8
2.2 Menentukan dan Menggunakan Materialitas………………………………………………..8
2.2.1 Selayang Pandang……………………………………………………………………8
2.2.2 Menentukan Materialitas……………………………………………………………..10
2.2.3 Materialitas dalam Perencanaan dan Penilaian Risiko……………………………….15
2.2.4 Materialitas dalam Pelaksanaan Prosedur Audit………………………………………17
2.2.5 Materialitas dalam Pelaporan…………………………………………………………18
2.2.6 Hal-Hal Lain…………………………………………………………………………..19

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………22
3.2 Saran……………………………………………………………………………………….22
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………21

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perkembangannya, jasa profesi auditor semakin dibutuhkan seiring dengan semakin
banyaknya pihak-pihak yang menggunakan informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan.Pihak-pihak tersebut
menuntut penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan standar yang berlaku dan dapat juga
dipercaya.Sebagai pihak yang dipercaya untuk memberikan penilaian secara independen
terhadap sebuah laporan keuangan perusahaan, auditor dituntut melakukan pekerjaannya se-
profesional mungkin dengan menghindari terjadinya kesalahan dalam penilaian.Untuk
meminimalisir tingkat kesalahan ,auditor diharuskan melakukan perencanaan terlebih
dahulu.Hal ini dilakuakn untuk memahami secra detail perusahaan yang akan diperiksa laporan
keuangannya, sehingga penilaian yang dihasilkan tepat guna dan terhindar dari kesalahan-
kesalahan yang dapat merugikan pihak-pihak terkait di kemudian hari.Strategi audit
menyeluruh memegang perananan penting dalam hal perencanaan.Perencanaan dilakukan
dalam dua tingkat yaitu,tingkat pertama strategi audit menyeluruh dan tingkat kedua rencana
audit terperinci.Dalam menyusun strategi audit menyeluruh ini mendokumentasikan keputusan
kunci yang dianggap penting dalam merencanakan audit dan mengkomunikasikan hal-hal
penting kepada anggota tim dengan baik.Menentukan materialitas juga merupakan dasar
persepsi auditor mengenai kebutuhan informasi keuangan secara umum dalam laporan
keuangan berbagai pemakai sebagai satu kelompok.Oleh karena itu, dampak salah saji untuk
seorang pemakai tertentu yang kebutuhannya bisa berbeda, tidak menjadi pertimbangan
auditor dalam menetapkan materialitas secara menyeluruh.

1
1.2 Rumusan Masalah

1.Bagaimana Menyusun Strategi Audit Menyeluruh?


2.Bagaimana Menentukan dan Menggunakan Materialitas?

1.2 Tujuan
1.Untuk mengetahui bagaimana cara menyusun strategi audit menyeluruh
2.Untik mengetahui bagaimana cara menentukan dan menggunakan materialitas

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Strategi Audit Menyeluruh

2.1.1 Perencanaan Audit

Perencanaan dilakukan pada 2 tingkat:

1. Strategi Audit Secara Menyeluruh

Penyususnan strategi audit secara menyeluruh dimulai pada awal penugasan, kemudian
diselesaikan dan dimutakhirkan sesuai informasi yang diperoleh dari:

 Pengalaman di masa lalu dengan entitas tersebut


 Penugasan lain yang dilakukan untuk klien tersebut dalam periode itu
 Pertemuan dan pembahasan dengan tim audit
 Sumber eksternal lain seperti artikel koran, majalah, dan internet
 Informasi baru, prosedur audit yang gagal, atau situasi baru yang dihadapi selama audit
yang akan mengubah srategi yang direncanakan sebelumnya

Waktu yang diperlukan untuk menyusun strategi audit menyeluruh bervariasi antara satu audit
dengan audit lainnya, tergantung dari:

 Ukuran dan kompleksitas entitas


 Komposisi dan ukuran tim audit, audit kecil akan memiliki tim yang kecil, dengan
perencanaan, koordinasi, dan komunikasi yang lebih mudah
 Pengalaman di masa lalu dengan entitas itu
 Situasi yang dihadapi dalam melaksanakan audit

2. Rencana Audit Terinci

Rencana audit terinci dimulai sedikit lebih belakangan, ketika penilaian risiko spesifik
direncanakan dan ketika ada cukup informasi mengenai risiko yang dinilai untuk memberikan
tanggapan audit yang tepat.Audit pada entitas kecil lazimnya dilaksanakan oleh tim audit yang
sangat kecil. Hal ini menyebabkan koordinasi dan komunikasi antar anggota tim audit menjadi

3
sangat mudah dan pembuatan strategi audit secara menyeluruh sangat sederhana.
Dokumentasinya dapat dilakukan dengan memo singkat yang berisi:

 Sifat dan penetapan waktu penugasan


 Masalah dalam audit terdahulu
 Perubahan keadaan dalam tahun berjalan
 Revisi dalam strategi audit menyeluruh atau rencana terinci
 Tanggung jawab yang spesifik dari anggota tim audit

2.1.2 Menyusun Strategi Audit Menyeluruh

Dalam menyusun Strategi audit menyeluruh mendokumentasikan keputusan kunci yang dianggap
penting dalam merencanakan audit dan mengkomunikasikan hal-hal penting kepada anggota tim
dengan baik.

Strategi audit menyeluruh mendokumentasikan keputusan yang berasal dari langkah-langkah


perencanaan dibawah ini.

Langkah-Langkah Dasar

1.Cara memulainya

 Lakukan dengan pra-penugasan


 Kumpulkan informasi yang relevan tentang entitas
 Tunjuk staf, pengendali mutu, dan ahli yang diperlukan
 Jadwalkan pertemuan tim audit dan partner penugasannya untuk membahas kemungkinan
salah saji yang material dalam laporan keuangan
 Tentukan tanggal-tanggal dimana hal penting dari pekerjaan audit harus dilakukan

2.Menilai risiko dan memberikan tanggapan

 Tentukan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan & performance


materiality
 Tentukan sifat dan luasnya prosedur penilaian risiko yang harus dilakukan dan siapa yang
akan melaksanakannya

4
 Sesudah risiko dinilai pada tingkat laporan keuangan, buat tanggapan secara keseluruhan
yang tepat
 Komunikasikan garis besar lingkup dan waktu yang direncanakan untuk audit itu kepada
TCWG
 Mutakhirkan dan ubah strategi dan rencana audit jika ada perubahan situasi

Sementara pekerjaan audit berjalan, perubahan keadaan atau informasi baru didapat menyebabkan
strategi audit menyeluruh dan rencana audit terinci harus diubah.Perubahan audit ini harus
didokumentasikan dengan alasannya.Dokumentasi mengenai strategi audit menyeluruh memuat
hal-hal penting yang disajikan dibawah ini.

Dokumen

1.Ciri-ciri penugasan

 FRF yang akan digunakan


 Laporan tambahan yang diminta seperti laporan yang disyaratkan oleh regulator
 Bukti yang diperlukan dari organisasi penyedia jasa di luar entitas
 Penggunaan bukti yang diperoleh dalam audit yang lalu
 Tersedianya pegawai dan data klien

2.Tujuan pelaporan

 Jadwal pelaporan yang harus diikuti oleh entitas


 Jadwal pertemuan dengan manajemen & TCWG untuk membahas:

a.Sifat, waktu dan luasnya pekerjaan audit

b.Status pekerjaan audit selama penugasan

c.Laporan auditor dan komunikasi lainnya

 Jadwal pertemuan/komunikasi antar anggota tim audit untuk membahas:

a.Faktor risiko

b.Sifat, waktu dan luasnya pekerjaan audit

c.Reviu atas pekerjaan yang sudah dilaksanakan

5
d.Komunikasi lain dengan pihak ketiga

3.Faktor-faktor penting

 Materialitas
 Penilaian awal pada tingkat laporan keuangan secara keseluruhan dan dampaknya
terhadap audit
 Identifikasi awal mengenai:

a.Jenis transaksi, saldo akun, dan pengugkapan yang penting dan material

b.Area dimana ada risiko salah saji yang material yang lebih besar

 Bagaimana mengingatkan anggota tim untuk senantiasa melaksanakan skeptisisme


profesional dalam mengumpulkan dan megevaluasi bukti audit
 Hasil audit lalu yang relevan termasuk kelemahan dalam pengendalian intern dan
tanggapan atau tindak lanjut manajemen
 Pembahasan dengan staf/partner KAP yang memberikan jasa lainnya kepada entitas
 Bukti mengenai sikap manajemen terhadap pengendalian intern, dan tekanan mengenai
pentingnya pengendalian intern dalam entitas itu
 Volume transaksi, yang mungkin akan menentukan apakah lebih efisien bagi auditor
untuk percaya pada pengendalian intern

4.Perubahan & perkembangan penting

 Perkembangan bisnis yang penting yang mempengaruhi entitas, termasuk perubahan


 IT, perubahan dalam manajemen kunci, dan merger, akuisisi, dan divestasi
 Perkembangan industri yang penting
 Perubahan penting dalam FRF
 Perkembangan penting yang lain seperti perubahan dalam lingkungan hukum, dll

5.Sifat, waktu, dan luasnya sumber daya yang diperlukan

 Tim audit

6
 Pembagian tugas di antara staf, termasuk pertimbangan pengalaman dan keahlian jika
dinilai ada risiko salah saji yang lebih tinggi
 Anggaran untuk penugasan, termasuk anggaran waktu yang cukup untuk area yang
berisiko salah saji yang lebih tinggi

2.1.3 Mengkomunikasikan Rencana Audit


ISA 260 alinea 15 menegaskan kewajiban auditor untuk mengkomunikasikan rencana audit
dengan TCWG.Komunikasi mengenai lingkup dan penjadwalan waktu audit yang
direncanakan membantu manajemen dan TCWG :
 Memahami konsekuensi pekerjaan auditor
 Membahas masalah risiko dan konsep materialitas dengan auditor
 Mengidentifikasi area dimana manajemen/TCWG meminta auditor melakukan
prosedur tambahan

Hal-hal yang dapat dipertimbangkan auditor untuk dikomunikasikan adalah:


1. Bagaimana saran auditor dalam menghadapi salah saji yang material, karena
kecurangan atau kesalahan
2. Pendekatan auditor terhadap pengendalian internal, dan bagaimana ia memanfaatkan
pengendalian yang relevan dalam prosedur auditnya
3. Penerapan materialitas dalam konteks audit
Hal-hal mengenai perencanaan yang juga tepat untuk dibahas adalah:
1.Apa dan bagaimana pandangan TCWG tentang:

 Pembagian tanggung jawab dan wewenang antara TCWG & manajemen


 Tujuan dan strategi entitas
 Hal-hal yang menurut TCWG perlu mendapat perhatian khusus dari auditor
 Komunikasi mengenai hal-hal penting dalam regulator
 Hal-hal lain yang meurut TCWG dapat mempengaruhi audit atas laporan keuangan

2.Sikap, kesadaran, dan tindakan TCWG tentang :

 Pengendalian intern dan pentingnya dalam dan bagi entitas

7
 Terdeteksinya atau kemungkinan adanya kecurangan

3. Tindakan TCWG sebagai tanggapan terhadap perkembangan dalam standar akuntansi


4. Tanggapan TCWG terhadap komunikasi yang lalu dengan auditor

2.1.4 Dokumentasi
Auditor wajib memasukkan dalam dokumentasi auditnya:
 Strategi audit menyeluruh
 Rencana audit
 Setiap perubahan yang signifikan dibuat selama penugasan audit, terhadap strategi
audit atau rencana audit, dan alasan untuk melakukan perubahan tersebut.
Strategi audit menyeluruh dan rencana audit terinci, termasuk rincian perubahan selama
penugasan audit, harus didokumentasikan. Auditor dapat menggunakan memo, program audit
baku, atau daftar penguji dalam penyelesaian audit, yang sesuai dan tepat untuk situasi dalam
penugasan tersebut.

2.2 Menentukan dan Menggunakan Materialitas


2.2.1 Selayang Pandang
 Pengertian Materialitas
Materialitas adalah dasar untuk penilaian risiko (risk assessments) dan penentu luasnya
proseedur audit.Menentukan materialitas merupakan latihan dalam kearifan
profesionalan.Materialitas didasarkan pada persepsi auditor mengenai kebutuahan iinformasi
keuangan secara menyeluruh dari pemakaian laporan keuangan sebagai satu kelompok.
Istilah materialitas secara menyeluruh (overall materiality) digunakan dalam buku ( Audit
Berbasis ISA) ini merujuk pada materialitas yang diterapkan dalam laporan keuangan secara
keseluruhan. Jika salah saji dalam laporan keuangan melebihi jumlah yang secara umum
diperkirakan wajar dan dapat memengaruhi keputusan ekonomis pemakai laporan , maka
jumlah tersebut (secara menyeluruh) adalah material.
 Overall Materiality dan Specific Materiality
Materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan didasarkan pada kearifan
professional auditor mengenai jumlah terbesar salah saji dalam laporan keuangan tanpa

8
memengaruhi keputusan ekonois pemakai laporan keuangan.Jika umlah salah saji yang tidak
dikoreksi, terpisah atau dibungkam, lebih besar dari overall materiality yang ditetapkan untuk
penugasan tersebut maka laporan keuangan disalahsajikan secara material.
overall materialitydidasarkan pada persepsi auditor mengenai kebutuhan informasi keuangan
secara umum dari pemakai laporan keuangan berbagai pemakai sebagai satu kelompok. Oleh
karena itu, dampak salah saji untuk seorang pemakai tertenti (specific individual users), yang
kebutuhannya bias berbeda, tidak menjadi pertimbangan auditor dalam menetapkan
materialitas secara keseluruhan (overall materiality).

 Sifat Salah Saji


Situasi yang terkait ddenga salah saji, dapat menybabkan auditor mengevaluasi salah saji
itu sebagai material sekalipun besarnya (atau angka salah saji) di bawah materialitas. Contoh,,
kasus perbuatan melawan hukum, ketidakpatuhan terhadap ketentuan dalam perjanjian kredit
atau perikatan lainnya, dan ketidak patuhan terhadap ketentuan statute dan pelaporan yang
ditetapkan regulator. Namun, memang tidak praktis merancang prosedur audit untuk
mendeteksi salah saji semata-mata atas dasar sifat atau nature dari salah saji tersebut.
 Performance Materiality
Performancemateriality(materialitas yang digunakan dalam pelaksanaan audit, atau
disingkat, “materialitas pelaksanaan”) digunakan auditor untuk menekan risiko sampai ke
titik rendah yang dapat diterima. Yang ditekan adalah risiko besarnya salah saji melampaui
angka materialitas.Dalam hal ini salah saji yang dimaksid adalah akumulasi ssalah saji yang
tidak dikoreksi entitas dan salah saji yang tidak teridentifikasi oleh auditor.
Performancematerialitysengaja diterapkan pada angka atau jumlah yang lebih rendah dari
overall atau specific materiality. Tujuannya adalah melaksanakan lebih banyak pekerjaan
audit untuk:
1.Memastikan salah saji yang lebih kecil dari overall materiality atau specific materiality
dapat dideteksi; dan
2.Menyediakan suatu margin atau penyangga (buffer) untuk salah saji yang tidak terdeteksi.
Penyangga ini adalah selisih antara gabungan seluruh salah saji yang terdeteksi tetapi tidak
dikoreksi dan overall materiality atau specific materiality.

9
2.2.2 Bagaimana Menetukan Materialitas

Pembahasan barikut ini menjelaskan bagaimana menentukan besarnya overall materiality


dan specific materiality, dan cara menggunakannya.
 Overall Materiality

Overall materialitydidasarkan atas persepsi auditor mengenai kebutuhan pemakai laporan


keuangan. Auditor dapat mengasumsikan hal-hal berikut mengenai pemakai laporan keuangan:

a.Mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bisnis, kegiatan ekonomis, dan akuntansi.
b.Mempunyai keinginan untuk mempelajari informasi dalam laporan kuangan dengan cukup
cermat.
c.Memahami bahwa laporan keuangan dibuat dan diaudit pada tingkat materialitas (dan
mengabaikan yang tidak material).
d.Menerima ketidakpastian yang inheren dalam penggunaan estimasi, judgement, dan
pertimbangan mengenai peristiwa di kemudian hari.
e.Membuat keputusan ekonomis yang wajar atas dasar informasi dalam laporan keuangan.

 Pertimbangan dalam Memilih Acuan yang Tepat


1.Pemakai
Tentukan siapa yang kemungkinan besar pemakai laporan keuangan.ini dapat terdiri atas
pemilik entitas (bersama pemegang saham lainnya). TCWG, lembaga keuangan, pemilik
waralaba, penyandang dana utama, pegawai, pelanggan, kreditur, dan lembaga Negara.
2.Ekspektasi pemakai tertentu: tentukan ekspektasi pemakai tertentu, seperti:
 Pengukuran atau diclousure untuk hal hal seperti related-party transactions, renumerasi
manajemen, dan ketaatan terhadap ketentuan perundang-undangan yang sensitive.
 Pengungkapan yang khas untuk industry tertentu (industry-spesific disclousures) seperti
beban eksplorasi dalam bidang pertambangan, dan beban penelitian danpengembangan
sdalam perusahaan informasi teknologi atau farmasi.
 Peristiwa penting (seperti merger, akuisisi, restrukturasasi, tuntutan hukum terhadap
perusahaan, dan lain-lain) atau contingencies.
 Adanya pelanggaran terhadap perjanjian, kontrak, dan perikatan hukum lainnya, jika
kesalahan yang kecil tidak dikoreksi bermakna adanyya pelanggaran semacam itu, dampak

10
terhadap laporan keuangan bias signifikan dan (yang terburuk) dapat berdampak pada
ketidak tepatan penggunaan going concern assumption dalam penyusunan laporan
keuangan.
3.Unsur laporan keuangan yang relevan:
apa unsur laporan keuangan yang terpenting atau yang penting-penting dalam laporan
keuangan, yang menjadi perhatian atau minat pemakai laporan keuangan (asset, kewajiban,
ekuitas, laba, dan beban)?
4.Sifat entitas:
pertimbangan sifat entitas, misalnya dalam tahap life cyrcle, di mana entitas ini berbeda
(bertumbuh “senja” atau mature, atau menurun, atau “sekarat”). Bagaimana keadaan
industrinya di mana entitas ini berada. Bagaimana lingkungan ekonomi dimana entitas ini
beroperasi?
5.Apakah perlu adjustments?:
apakah adjustmentsdiperlukan untuk “menormalkan” acuan atau benchmarkbase? Misalnya,
laba dari kegiatan yang masih berlanjut (income from continuing operations) dapat di adjust
untuk:
 Pendapatan atau beban luar biasa atau yang tidak berulang (non-recurring); dan
 Bonus kepada manajemen, yang didasarkan atas laba sebelum bons atau yang
dibayarkan sekadar untuk menurunkan laba yang ditahan perusahaan.
6. Fokus utama para pemakai: apa informasi dalam laporan keuangan yang menarik perhatian
utama pemakai? Contoh pemakai menaruh minat pada:
 Mengevaluasi kinerja keuangan, maka focus mereka adalah pada laba, pendapatan,
atau asset neto; dan
 Sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, maka focus mereka
adalah pada sifat dan luasnya/dalamnya pendapatan dan beban.
 Pembelanjaan entitas: bagaimana entitas dibelanjai? Jika sekadar dari utang (dan
bukan modal ekuitas), pemakai akan menekankan pada asset yang dijadikan agunan
dan klaim kreditur terhadp laba entitas.
8.Udah merubah-ubah (volatile):
seberapa mudah berubahnya/tidak stabilnya acuan yang diusulkan? Contoh, acuan
berdasarkan angka lapa umumnya merupakan acuan yang tepat. Namun, jika entitas beropesai

11
mendekati break-even atau hasil usaha berfluktuasi dangan hebat, angka laba mungkin bukan
acuan yang tepat untuk menentukan materialitas.
9.Acuan alternatif:
apakah ada alternatif untuk acuan yang diusulkan? Apakah alternatif ini tepat untuk situasi
yang dihadapi? Acuan alternative bias berupa current assets, net working capital, total assets,
total revenues, gross profit, total equity, dan cash flow from operations.

2.Performance Materiality

Overall materiality dan specific materiality diterapkan dalam hubungan dengan kebutuhan
pemakai laporan keuangan.Performance materiality ditetapkan dalam jumlah yang lebih rendah.
Akibatnya, auditor melaksanakan lebih banyak pekerjaan audit (salah saji yang lebih kecil akan
teridentifikasi) dan risiko audit ditekan ke tingkat rendah yang dapat diterima. Jika audit
direncanakan hanya untuk mendeteksi salah saji material, yang atau berdiri sendiri, tidak akan
adda pelung membuat kesalahan (no margin of error). Padahal peluang ini diperlukan untuk
mengidentifikasi dan memperhitungkan salah saji yang immaterial yang mungkin ada.Dan jika
dijumlahkan, salah saji yang masing-masingnya immaterial secara tergabung dapat menyebabkan
laporan keuangan laporan keuangan disalahsajikan secara material.Performance
materialitydirancang untuk:

a.Memastikan salah saji yang lebih kecil dari overall materiality atau specific materialitydapat
dideteksi; dan
b.Menyediakan suatu margin atau penyangga (buffer) untuk salah saji yang tidak terdeteksi.
Penyangga ini adalah selisih antara gabungan seluruh salah saji yang terdeteksi tetapi tidak
dikoreksi dan overall materiality atauspecific materiality.

Penentuan performance materiality tidaklah merupakan hitungan mekanis yang sederhana seperti
“sekedar menyatakan” 80% dari overall materiality.Penyederhanaan seperti ini mengabaikan
factor risiko yang spesifik, yang bias relevan bagi entitas itu. Sebagai contoh,jika ada risiko yang
tinggi untuk membuat kesalahan dalam menghitung harga persediaan,
performancematerialitydapat diturunkan agar pekerjaan audit lebih banyak untuk menemukan
salah saji. Sebaliknya, jika risiko salah saji dalam piutang dagang itu kecil, performance

12
materiality dapat dinaikkan, dengan akibat pekerjaan audit substantive dapat
dikurangi.Performance materiality memerlukakn kearifan professional auditor.

Performance
Overall Materiality Specific Materiality
Materiality
Tujuan Sebagai ambang batas untuk Sebagai ambang batas
menentukan bahwa laporan (lebih rendah dari overall
keuangan bebas dari salah saji materiality) yang
yang material, baik diteraokan pada jenis
karena error atau fraud. transaksi, saldo akun,
atau disclosures tertentu
dimana salah saji yang
lebih kecil dari overall
materialiy dapat
memengaruhi keputusan
ekonomis pemakai
laporan.
Dasar Salah saji yang dapat diterima Tingkat salah saji terkait Berapa banyak
perhitungan (tolerable oleh pemakai dengan jenis transaksi, pekerjaan audit
laporan,,karena tidakk saldo akun, agar:
memengaruhi keputusan atau disclousure tertentu,
a. Salah saji di
ekonomisnya. yang secara wajarnya bawah over-
dapat memengaruhi all atau specific
keputusan ekonomis materiality)
pemakai. dapat
ditemukan; da
nada margin
pengaman untuk
salah saji yang
tidak terdeteksi

13
Ancer- Meterialitas berurusan dengan Tentukan angka yang SA yang
ancer kearifan profrsional dan bukan lebih rendah, memberikan
sebagai titik sekadar hitungan mekanis. Oleh berdasarkan kearifan petunjuk yang
awal karena itu, ISA tidak professional, untuk area spesifik.
memberikan petunjuk yang atau unsur laporan Persentase
sepsifik. Dalam perktiknya, keuangan yang sensitive bervariasi dari
laba darioperasi perusahaan atau spesifik. 60%(
yang berjalan normal (3sampai dari overall atau
7%) seriign digunakan sebagai Ispesific
acuan yang paling Signifinkan materiality),
bagi pemakai laporan. Jika laba dimana risiko
bukan acuan yang tepat salah saji yang
(misalnya untuk entitas nirlaba) material yang
atau bukan merupakan stable lebih besar,
base,, acuan lain yang dapat sampai 85%
digunakan: dimana risiko
a. Revenues atau expenditure: 1 salah saji yang
sampai 3%; material lebih
b. asset 1 sampai 3%; atau kecil.
c. equity3 sampai 5%.
Penggunaan Menentukan apakah salah saji Menentukan apakah
a. Menilai
dalam audit yang tidak dikoreksi, terpisah salah saji yang tidak risiko salah saji
atau tergabung, dikoreksi, terpisah atau yang material.
melampaui overall materiality. tergabung, b. Rancang
melampaui specific prosedur audit
materialiy. selanjutnya
sebagai
tanggapan
atas assessed
risks.

14
Revisi a. perubahan situasi selama audit Perubahan dalam situasi
a. Perubahan
selama seperti penjualan sebagian khusus dalam assessed
audit bisnis. risks.
b. Informasi baru.
berlangsung b. Sifat dan
c. Perubahan dalam perubahan luasnya salah
auditor mengenai entitas dan saji ditemukan
usahanya, sesudah melakukan sewaktu
prosedur audit selanjutnya melaksanakan
(misalnya, laba sebenarnya prosedur audit
sangat berbeda dari ekspektasi). selanjutnya.
c. [erubahan
dalam
pemahaman
auditor
mengenai
entitas.

2.2.3 Materialitas dalam Perencanaan dan Penilaian Risiko


Menentukan berbagai tingkat materialitas merupakan unsur kunci dalam proses
perencanaan. Penentuan tingkat materialitas bukanlah suatu tahap yang berdiri sendiri atau
terpisah dari tahap-tahap lain, melainkan proses yang berkesinambungan dari satu htahap ke
tahap selanjutnya sampai akhir audit. Istilah bahasa inggrisnya, “it is not a discrete phase of
an audit, but rather a continual an iteritatve process’.
Istilah “iterative process” bermakna, suatu prosedur menghasilkan temuan, dan temuan ini
memicu suatu tanggapan dalam prosedur audit selanjutnya. Proses yang interatif ini
ditunjukkan dalam perencanaan auditnya. Penggunaan materialitas dalam perencanaan dan
penilaian risiko (risk assessment) ditunjukkan dalam table berikut:

Penggunaan Materialitas dalam:


Perencanaan (Strategi Menyeluruh dan Rencana Audit)

15
Digunakan materialitas untuk:
1. Menentukan items ddalam laporan keuangan yang harus diaudit;
2. Menetapkan konteks dan rujukan untuk strategi audit menyeluruh (overall audit strategy);
3. Merencanakan sifat (nature), waktu pelaksanaan (inning), dan luasnya (extent) prosedur
audit tertentu;
4. Menemukan specific materiality untuk jenis transaksi (classes of transaction), saldo akun
(account balance), atau disclosures tertentu dimana angka salah saji yang lebih rendah dari
overall materiality atau performance materiality (secara layak) diperkirakan dapat
mempengaruhi keputusan ekonomis pemakai laporan keuangan;
5. Menemukan performance materiality untuk setiap tingkat specific materiality, sesuai dengan
kebutuhan audit, untuk jenis transaksi, saldo akun, atau disclosures tertentu, tergantung tingkat
risiko yang dikehendaki untuk masing-masing item tersebut;
6. Menevaluasi bukti terakhir untuk menentukan perlu/tidaknya adjustments atau revisi
terhadap tingkat-tingkat materialitas.jika diperlukan, auditor akan merevisi sifat, waktu
pelaksanaan dan luas prosedur sesuai keadaan.
Prosedur penilaian risiko
1. Mengidentifikasi prosedur penilaian risiko (risk assessment procedure)apa saja yang
diperlukan.
2. Menetapkan konteks atau rujukan ketika auditor mengevaluasi informasi yang diperoleh.
3. Menilai besar dan dampak dari risiko yang di/teridentifikasi
4. Menilai hasil dari prosedur penilaian risiko.
Pertemuan tim penugasan
1. Memastikan bahwa anggota tim memahami pemakai laporan keuangan diidentifikasi dan apa
yang layaknya menjadi ekspektasi mereka ddalam membuat keputusan ekonomis. Hal ini
berguna dalam hal adanya informasi yang diketahui anggota tim, yang memerlukan perubahan
angka materialitas dari apa yang ditetapkan pada awalnya. Contoh dari hal-hal yang
memerlukan perubahan angka materialitas:
a. Keputusan melepas bagian yang besar dari bisnis entitas
b. Informasi baru atau factor risiko(yang baru di ketahui) yang seharusnya berdampak
dalam penentuan materialitas awal.

16
c. Perubahan dalam pemahaman auditor mengenai entitas dan kegiatan usahanya, sebagai
hasil dari pelaksanaan prosedur audit selanjutnya, misalkan ketika angka laba sebenarnya
berbeda dari angka yang diantisipasi.
2. Menyusun strategi audit menyeluruh (overall audit strategy)
3. Menentukan luasnya pengujian sehubungan dengan:
a. Performance materiality;
b. Specific performance materiality.
4. Mengidentifikasi masalah audit yang gawat (critical audit issues ) dan area yang
memerlukan perhatian atau penekanan audit.

2.2.4 Materialitas dalam Pelaksanaan Prosedur Audit

Auditor harus menggunakan materialitas ketika menentukan sifat, waktu pelaksanaan, dan luasnya
prosedur audit. Gunakan materialitas untuk:
 Mengidentifikasi prosedur audit selanjutnya (futher audit procedures)
 .Menetukan item mana yang harus dipilih untuk sampling atau testing, dan apakh harus
menggunakan teknik sampling
 Membantu menentukan banyaknya sampel
 Mengevaluasi representative sampling errors (RSE) untuk menentukan salah saji yang
mungkin ada. RSE adalah salah sampling yang mewakili seluruh populasi
 Mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan (agregat of totall errors) pada tingkat akun
sampai ke tingkat laporan keuangan.
 Mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan, termasuk dampak neto dari salah saji yang
tidak dikoreksi (uncorrected misstatements) yang ada dalam saldo awal retained
earniings
 Menilai hasil prosedur audit.

17
2.2.5 Matrealitas dalam Pelaporan

Berikut ini terjemahan alinea 11 dan 12 dari ISA 450. ISA 450. 11
Auditor wajib menetukan apakah salah saji yang tidak dikoreksi adalah material, sendiri-sendiri
atau jika digabungkan. Dalam menentukan hal ini auditor wajib mempertimbangkan:
 Besar dan sifat salah saji, dalam hubungannya dengan jenis transaksi, saldo akun, atau
pengungkapan tertentu, maupun dalam hubungan dengan laporan keuangan secara
keseluruhan, serta situasi di mana salah saji itu terjadi, dan (liaht alinea A13-A17, A19-A20)
 Dampak salah saji yang tidak dikoreksi dalam hubungannya dengan jenis transaksi, saldo akun,
atau pengungkapan terkait, serta laporan keuangan secara keseluruhan tahun lalu. (lihat alinea
A18).
ISA 450. 12
Auditor wajib mengomunikasikan dengan TCWG mengenai salah saji yang tidak dikoresi dan
dampaknya, sendiri-sendiri atau jika digabungkan, terhadap pendapat auditor kecuali jika dilarang
oleh ketentuan perundang-undangan. Komunikasi auditor wajib mengidentifikasi masing-masing
salah saji material yang tidak dikoreksi. Auditor wajib meminta salah saji yang belum dikoreksi,
agar dikoreksi.
Sebelum menerbitkan opini auditor harus:
 Menegaskan kembali materialitas yang ditetapkan untuk laporan keuangan secara keseluruhan;
 Mengevaluasi sifat dan jumlah agregat salah saji yang tidak dikoreksi yang ditemukan auditor;
dan
Membuat penilaian menyeluruh mengenai apakah laporan keuangan disalah sajikan secara material.
Auditor menggunakan materialitas untuk:
 Mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan pada tingkat akun sampai ke tingkat laopran
keuangan;
 Mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan, termasuk dampak neto dari salah saji yang tidak
dikoreksi yang ada dalam saldo awal retained earnings;
 Menetukan apakah prosedur audit tambahan harus dilaksanakan ketika gabungan salah saji
mendekati overall materiality atau specific materiality;
 Meminta manajemen mengoreksi semua slaah saji yang ditemukan;
 Mempertimbangkan untuk ,memeriksa kembali area dengan salah saji terbanyak;

18
 Memberikan pandangan mengenai sifat dan sesifitas salah saji yang ditemukan, dan juga
besarannya;
 Menentukan apakah laporan audoitor harus dimodifikasi (artinya apakah auditor harus
memberi opini ayang bukan WTP) karena salah saji yang tidak dikoreksidi mana jumlah atau
sifatnya material.
Salah saji gabungan atau agregat (aggregate of misstatements) terdiri atas :
 Salah saji yang secara spesifik ditemukan auditor, yang merupakan hasil dari prosedur
pengujiannya; dan
 Taksiran saji lainnya yang ditaksir atau diperkirakan.

2.2.6 Hal-Hal Lain

Dalam bagian ini ada tiga hal yang akan dibahas, yaitu:

 Komunikasi dengan manajemen dan TCWG


 Pemutakhiran materialitas; dan
 Penurunan tingkat materialitas dari periode atau tahun yang lalu.

1.Komunikasi Dengan Manajemen Dan TCWG

Ketika auditor menemukan salah sjai dalam atau selama auditnya, langkah pertama yang harus
dilakuaknya ialah meminta kepada manajemen untuk memperbaiki semua uncorrected
misstatements (salah saji yang belum dikoreksi) jika manajemen memutuskan untuk tidak
mengoreksi beberapa atau seluruh salah saji tersebut, auditor wajib berkomunikasi dengan TCWG
mengenai:

 Rincian dari uncorrected misstatements dan dampaknya, terpisah atau secara agregat,
terhadap opini dalam laporan auditor;
 Salah saji yang tidak dikoreksi dan berjumlah material, satu demi satu; dan
 Dampak salah saji yang tidak dikoreksi terhadap jenis transaksi, saldo akun, atau
pengungkapan periode lalu, dan laporan keuangan secara keseluruhan.

2.Pemuktahiran Materialitas

19
Penilaian awal mengenai overall materiality dan specific materiality dapat berubah dari
perencanaaan audit pada awal mulanya, sampai saat mengevaluasi hasil dari prosedur audit. Hal
ini dapat terjadi karena perubahan situasi atau perubahan mengenai apa yang diketahui auditor
setelah melaksanakan prosedur audit.

3.Penurunan Tingkat Materialitas Dari Periode Yang Lalu.

Ketika situasi berubah dari suatu periode ke periode berikutnya, auditor perlu mempertimbangkan
dampak salah saji pada ekuitas awal periode.

4.Pendokumentasian

Dokumentasikan penentuan mengenai hal-hal berikut dan pertimbangkan mengenai faktor-faktor


yang dipergunakan dalam penentuan tersebut, antara lain:

 overall materiality
 tingkat spesific materiality untuk jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan tertentu;
 performance materiality; dan
 setiap revisi atau perubahan terhadap faktor-faktor di atas selama audit berlangsung

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjalasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa menyusun rencana audit
dan strategi audit secara menyeluruh adalah bagian dari tahap pertama dalam proses
audit, yakni tahap penilaian risiko serta merencanakan audit dengan tujuan
menghasilkan startegi audit dan rencana audit secara menyeluruh, yang diikuti dengan
dokumentasi.Perencanaan dilakukan pada dua tingkat yaitu tingkat pertama adalah
strategi audit secara menyeluruh dan tingkat kedua rencana audit
terperinci.Penyusunan audit secra menyeluruh dimulai pada awal penugasan,kemudian
diselesaikan dan dimutakhirkan sesuai informasi yang diperoleh dari pengalaman di
masa lalu dengan entitas,kegiatan-kegiatan pendahuluan dan dalam tahap pra-
penugasan.Sedangkan langkah awal untuk menentukan angka materialitas, auditor
biasanya menggunakan suatu acuan ,ambang batas,threshold atau benchmark.Sifat dari
acuan ini besarnya presentase didasarkan padakearifan professional.Menentukan
materialitas merupakan unsur kunci dalam proses perencanaan.penentuan tingkat
materialitas bukanlah suatu tahap yang berdiri sendiri atau terpisah dari tahap-tahap
lain, melainkan proses yang berkesinmbungan dari satu tahap ke tahap berikutnya
sampai akhir audit.

3.2 Saran
Kami berharap semoga di penelitian berikutnya bisa lebih membahas dan memnggali
lagi mengenai strategi audit menyeluruh, dan menentukan dan menggunakan
materialitas karena menyusun strategi audit menyeluruh ini adalah bagian tahap petama
dalam proses audit dan ini sangat penting bagi seorang auditor serta kami berharap
semoga makalah ini memberikan manfaat bagi pembaca, kami memiliki banyak
keterbatasan.Oleh Karena itu kami menyarankan agar para calon auditor dapat lebih
mengetahui masalah strategi audit menyeluruh,menentukan dan menggunakan
materialitas.

21
DAFTAR PUSTAKA

Tuankotta, Theodorus M.2015.Audit Kontemporer.Jakarta:Salemba Empat

22
23

Anda mungkin juga menyukai