Anda di halaman 1dari 12

SIKLUS KERJA DAN PERENCANAAN INTERNAL AUDIT

DISUSUN

OLEH;

FITRAH R HARUN (9214160

ULTRI U POLINGALA (921416014)

MEGAWATI (921416018)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Siklus Kerja
Dan Perencanaan Internal Audit”

Dalam penulisan makalah ini penulis masih banyak kekurangan – kekurangan


baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
oleh penulis. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan oleh
penulis demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam


makalah ini, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.

Gorontalo, Februari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................

A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................

A. Siklus Audit Internal...................................................................................


B. Pemetaan Risiko dan Pengendalian...........................................................
C. Strategi Audit...............................................................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................

A. Kesimpulan...................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Audit merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi
dengan tujuan untuk menetapkan tingkat keseuaian antara pernyataan-pernyataan
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta menyampaikan hasilnya kepada
pemakai kepentingan yang berlaku. Audit harus di rencanakan untuk memperoleh bahan
bukti kompeten yang cukup dalam situasi saat itu, membantu menekan biaya audit, dan
menghindari salah pengertian dengan klien. Perencanaan audit memiliki beberapa
langkah penting, yakni memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri klien,
melaksanakan prosedur analitis, membuat pertimbangan awal tentang tingkat
materialistas, mempertimbangkan resiko audit, mengembangkan strategi audit awal
untuk asersi signifikan, dan memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal.
Risiko audit merupakan risiko yang melekat pada kegiatan audit yang merupakan
ketidakpastian yang di alami oleh auditor berupa inherent risk, control risk dan detected
risk. Perencaan audit dan penilaian atas resiko merupakan hal yang sangat penting dalam
proses audit untuk menunjang kesuksesan audit untuk mengurangi risiko dan mencapai
efektivitas dan efisiensi kegiatan audit. Pendahuluan Perencanaan audit adalah suatu
tahapan yang terperinci, yang menyangkut prosedur dan rencana auditor yang akan
digunakan dalam pelaksanaan suatu audit.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Siklus Audit Internal ?
2. Bagaimana Pemetaan Risiko dan Pengendalian ?
3. Bagaimana Strategi Audit ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Siklus Audit Internal
2. Mengetahui Pemetaan Risiko dan Pengendalian
3. Mengetahui Strategi Audit
BAB II

PEMBAHASAN

A. SIKLUS AUDIT INTERNAL

Sebagai pemilik proses, proses Internal Audit dapat menjadi cara terbaik untuk
mendapatkan pandangan dari orang luar, yang dapat secara langsung melihat proses
Anda dan membantu mengidentifikasi area mana saja yang diperlukan perbaikan, atau
membantu Anda merampingkan proses untuk berjalan lebih baik, lebih cepat atau lebih
efisien. Berikut adalah lima langkah utama dalam proses Audit Internal dan bagaimana
langkah-langkah tersebut dapat digunakan oleh pemilik proses internal dalam
meningkatkan proses mereka.

1) Perencanaan Jadwal Audit.

Bagian terpenting dari suatu proses Audit yang baik adalah memiliki Jadwal
Audit yang tersedia untuk membiarkan semua orang tahu kapan setiap proses akan
diaudit selama siklus yang akan datang (biasanya jadwal tahunan). Jika Anda tidak
memiliki rencana audit dan melakukan audit secara mendadak, hal itu seperti
memberikan kesan bahwa manajemen “sudah tidak percaya lagi dengan
karyawannya.” Dengan menerbitkan jadwal audit, kesan yang disampaikan adalah
bahwa auditor datang untuk membantu pemilik proses untuk melakukan perbaikan.
Hal ini dapat memungkinkan pemilik proses untuk menyelesaikan perbaikannya
sebelum audit dilakukan, sehingga mereka mendapat informasi berharga tentang hasil
pelaksanaan perbaikan yang telah mereka lakukan, atau meminta auditor untuk fokus
membantu  mengumpulkan informasi untuk melakukan perencanaan improvement di
area lainnya.

2) Perencanaan Proses Audit.

Langkah pertama dalam perencanaan audit adalah mengkonfirmasi dengan


pemilik proses kapan audit akan dilakukan. Rencana diatas lebih kepada pedoman
seberapa sering proses akan diaudit dan kapan kira-kira akan dilakukan, tetapi dengan
mengkonfirmasi memungkinkan auditor dan pemilik proses untuk berkolaborasi
dalam menentukan waktu terbaik dan secara bersama-sama meninjau proses yang ada.
Auditor dapat meninjau hasil audit sebelumnya dan melihat apakah ada tindak lanjut
yang diperlukan pada komentar atau masalah yang sebelumnya ditemukan, dan ketika
pemilik proses dapat mengidentifikasi daerah yang perlu perbaikan maka auditor
dapat melihat dan membantu pemilik proses untuk mengidentifikasi informasi yang
diperlukan. Sebuah rencana audit yang baik dapat memastikan bahwa pemilik proses
akan mendapatkan nilai tambah dari proses audit yang dilakukan.

3) Melakukan Audit.

Audit dimulai dengan pertemuan auditor dan pemilik proses untuk


memastikan bahwa rencana audit selesai dan siap. Maka ada banyak jalan bagi auditor
untuk mengumpulkan informasi selama audit: meninjau catatan, berbicara dengan
karyawan, menganalisis data dari proses kunci atau bahkan mengamati proses secara
langsung. Fokus dari kegiatan ini adalah untuk mengumpulkan bukti bahwa proses ini
berfungsi seperti yang direncanakan dalam SMM, dan efektif dalam menghasilkan
output yang dibutuhkan. Salah satu hal yang paling berharga yang auditor dapat
lakukan untuk pemilik proses, tidak hanya untuk mengidentifikasi area-area yang
tidak berfungsi dengan baik, tetapi juga untuk menunjukkan proses mana saja yang
dapat berfungsi lebih baik jika dilakukan perubahan.

4) Pelaporan Audit.

Pertemuan penutupan dengan pemilik proses adalah suatu keharusan untuk


memastikan bahwa aliran informasi tidak tertunda. Pemilik proses ingin tahu apakah
ada kelemahan yang perlu ditangani, dan juga untuk mengetahui jika ada proses yang
bisa di Improve. Ini harus diikuti dengan catatan tertulis sesegera mungkin untuk
memberikan informasi dalam format yang lebih permanen untuk membuat tindak
lanjut dari informasi tersebut. Dengan mengidentifikasi tidak hanya area-area yang
tidak sesuai dengan proses, tetapi juga area positif dan area yang memiliki potensi
untuk improvement, pemilik proses akan mendapatkan nilai tambah yang lebih baik
dari Internal Audit yang dilakukan, dengan melakukan perbaikan proses dari
informasi tersebut.

5) Tindak lanjut atas Masalah atau Perbaikan yang ditemukan.


Seperti banyak standar manajemen mutu, tindak lanjut merupakan salah satu
langkah penting. Jika masalah telah ditemukan dan tindakan lanjut perbaikan telah
dilakukan, lalu memastikan bahwa temuan tersebut telah diperbaiki dan itumerupakan
kunci dari perbaikan. Jika improvement telah selesai dilakukan, kemudian proses
berikutnya adalah melihat berapa banyak proses telah meningkat dari sebelumnya.

Fokus pada perbaikan proses untuk mendapatkan hasil maksimal dari Internal Audit

Dengan menggunakan proses Internal Audit untuk fokus pada membantu untuk
meningkatkan proses, dan bukan hanya untuk menjaga kepatuhan, perusahaan dapat melihat
nilai lebih dari audit. perbaikan proses adalah salah satu elemen kunci dari sebuah Sistem
Manajemen Mutu ISO9001, dan harus menjadi salah satu motivator utama dari perusahaan
yang ingin menerapkan dan memelihara SMM yang baik. Proses perbaikan tidak hanya
membantu dengan efisiensi, tetapi menghemat waktu suatu

B. PEMETAAN RISIKO DAN PENGENDALIAN


Standar auditing yang berlaku umum pertama untuk pekerjaan lapangan
mengharuskan perencanaan yang memadai. Tiga alasan utama mengapa auditor harus
merencanakan penugasan dengan tepat yaitu:
(a) untuk memungkinkan auditor mendapatkan bukti yang tepat yang
mencukupi pada situasi yang dihadapi
(b) untuk membantu menjaga biaya audit tetap wajar, dan
(c) untuk menghindarkan kesalahpahaman dengan klien.
Standar audit yang dapat diterima adalah ukuran seberapa besar auditor bersedia menerima
bahwa laporan keuangan akan salah saji secara material setelah audit diselesaikandan
pendapat wajar tanpa pengecualiantelah dikeluarkan.

Auditor internal harus memanfaatkan output dari hasil penilaian resiko dalam perancangan
program audit. Oleh karena itu, auditor perlu memahami proses berikut alat yang
digunakan dalam penilaian resiko tersebut.

Penilaian resiko penting untuk dilakukan karena kondisi perekonomian, industri, regulasi,
dan operasional organisasi terus berubah, perubahan tersebut meliputi:

1. Adanya regulasi yang baru pada bidang perpajakan, ketenaga-kerjaan, ekspor-import,


2. Masuknya kompetitor baru ke industri dimana perusahaan berada,
3. Kompetitor mengenalkan produk baru, dan
4. Penggunaan teknologi baru.

Umumnya resiko tersebut sulit diukur, sehingga perlu ketelitian dan kehati-hatian. Resiko
audit terdiri atas:

1. Resiko Inheren

Resiko inheren berkenaan dengan  kemungkinan adanya kekeliruan dalam segmen


audit yang melampaui batas toleransi sebelum memperhitungkan faktor efektivitas
pengendalian internal. Resiko inheren adalah faktor kerentanan laporan keuangan
terhadap kekeliruan yang material dengan asumsi tidak adanya pengendalian internal.
Oleh karena itu bila risiko inheren tinggi, maka auditor harus mengumpulkan bukti audit
yang lebih banyak.

2. Resiko Pengendalian

Risiko pengendalian berkenaan dengan kemungkinan adanya kekeliruan dalam


segmen audit yang melampaui batas toleransi yang tidak terdeteksi atau tidak dapat
dicegah oleh pengendalian internal. Resiko pengendalian dipengaruhi oleh faktor
efektivitas pengendalian internal, dan keandalan penetapan risiko yang direncanakan
(penetapan di bawah 100%), oleh karena itu bila resiko pengendalian ditetapkan tinggi,
maka auditor harus mengumpulkan bukti audit yang lebih banyak.

3. Resiko Pendeteksian

Resiko pendeteksian berkenaan dengan kemungkinan terjadinya kekeliruan dalam


segmen audit yang melampaui batas toleransi yang tidak terdeteksi karena pengujian
menggunakan uji petik, prosedur audit yang tidak tepat/ salah aplikasi, kekeliruan
interpretasi atas hasil implementasi prosedur audit. Guna meminimalkan risiko
pendeteksian, auditor harus mengembangkan perencanaan audit secara tepat, dan
melakukan supervisi atas pelaksanaan audit.

C. STRATEGI AUDIT
Strategi audit adalah aktivitas yang pertama kali dilakukan dari seluruh rangkaian
kegiatan audit. Strategi audit dapat didefinisikan sebagai proses penyusunan arahan atau
petunjuk audit dan penyelarasan antara pemahaman auditor atas kegiatan auditan dengan
fokus audit yang akan dilakukan. Auditor harus mempertimbangkan kegiatan utama
(main activity) auditan dan indikator kinerja untuk industri atau perusahaan sejenis yang
dapat berpengaruh terhadap proses audit. Auditor perlu juga mengidentifikasi faktor-
faktor penting bagi keberhasilan pelaksanaan audit, baik dalam menyusun program audit
untuk merumuskan opini audit maupun dalam menyediakan jasa pelayanan profesional
bermutu lainnya yang diharapkan auditan.
Auditor bertanggung jawab dalam mengembangkan strategi audit dan
mengkomunikasikannya kepada anggota tim audit lainnya. Auditor dapat pula
mendelegasikan beberapa elemen dalam menyusun strategi audit dan mencari masukan
dari pihak lain yang lebih kompeten. Untuk auditan yang memiliki lebih dari satu divisi
atau bagian dengan usaha atau kegiatan yang berbeda dapat dipertimbangkan untuk
menyusun strategi audit yang berbeda untuk masing-masing divisi atau bagian.
Auditor menggunakan bermacam teknik untuk menentukan seberapa besar
ketergantungan relatif untuk menempatkan dalam pengendalian dan tes substantif pada
penemuan bukti. Auditor mengidentifikasikan kontrol kemudian membuat keputusan
bagaimana pengendalian terkait mempengaruhi tes substantif.

Jenis – Jenis Strategi Audit


Dua alternatif strategi audit mungkin dikembangkan untuk asersi terkait saldo akun
yang signifikan atau penggolongan transaksi.
1. Primarily substantive approach ( Pendekatan Terutama Substantif )
Auditor mengumpulkan hampir semua bukti audit, dan hampir atau sama sekali tidak
mempercayai Internal Control. Pada dasarnya ada tiga alasan auditor menggunakan
pendekatan ini :
a. Hanya ada sedikit (jika ada) kebijakan dan prosedur pengendalian internal yang
relevan dengan perikatan audit atas Laporan Keuangan.
b. Kebijakan dan prosedur pengendalian internal yang berkaitan dengan asersi untuk
akun dan golongan transaksi signifikan tidak efektif.
c. Peletakan kepercayaan besar terhadap pengujian substantif lebih efisien untuk
asersi tertentu.
2. Lower control risk approach.
Auditor meletakkan kepercayaan moderat atau tingkat kepercayaan penuh terhadap
pengendalian internal, akibatnya audit hanya sedikit melaksanakan pengujian substantif.
            Perbandingan dua strategi audit dapat dilihat dibawah ini :
Comparasion Primarily Substantive Lower Control Risk
Approach Approach
1.      Asersi dari risiko
a.       Tingkat menengah a.      
– Tingkat moderat –
kontrol maksimum rendah
2.      Keluasan prosedur
b.      Sedikit b.      Lebih luas
untuk memperoleh
c.       Sedikit c.       Luas
pemahaman b.      - Luas b.      - Terbatas
pengendalian internal
3.      Pengujian dari kontrol
4.      Pengujian substantive

Dalam memilih alternatif strategi audit tersebut, auditor mempertimbangkan faktor-


faktor sebagai berikut:

a) Planned assessed level of control risk


b) Luas pemahaman auditor terhadap struktur pengendalian interaln yang dihimpun
c) Test of control yang dilaksanakan dalam menentukan risiko pengendalian
d) Planned assessed level of substantive test yang dilaksanakan auditor untuk
mengurangi risiko audit pada tingkat serendah mungkin.

Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan (Planned assessed level of control


risk) yang tinggi, berarti auditor mengangap bahwa struktur pengendalian internal klien
adalah sangat efektif dan dapat mengurangi kemungkinan salah saji. Oleh karena itu,
auditor harus menguji kebenaran anggapannya tersebut. Auditor lebih banyak melakukan
pengujian pengendalian. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan (Planned
assessed level of control risk) yang rendah, berarti auditor menganggap bahwa struktur
pengendalian intern klien sangt tidak efektif dan tidak akan dapat mencegah terjadinya
salah saji. Oleh karena itu, auditor kemudian menguji apakah salah saji yang tak
terdeteksi oleh struktur pengendalian intern klien tersebut, dapat dideteksi oleh prosedur
audit. Oleh karena itu, auditor melakukan pengujian substantif.
Luas pemahaman auditor terhadap struktur pengendalian internal juga mempengaruhi
pemilihan strategi audit. Apabila auditor sangat memahami struktur pengendalian
internal klien, maka auditor dapat memilih strategi audit Primarily substantive approach.
Apabila auditor kurang memahami struktur pengendalian internal klien, maka auditor
dapat memilih strategi audit Lower assessed level of control risk approach.
Pentingnya Strategi Audit
Strategi audit adalah elemen fundamental dalam pelaksanaan audit. Proses
penyusunan strategi memungkinkan auditor untuk:
a. dapat diungkapkan dengan cara-cara yang relevan bagi manajemen auditan.
b. Memahami kegiatan auditan, dalam sektor atau industri apa auditan bergerak dan
tujuan kegiatan auditan.
c. Memahami keefektifan pengendalian internal dan merancang pendekatan audit.
d. Mendapatkan bukti audit yang efektif.
e. Memperlancar komunikasi dengan manajemen auditan dan antar anggota tim audit itu
sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk
melakukan perencanaan audit awal sampai pada pengembangan rencana audit dan
program audit menyeluruh. Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan
oleh kualitas perencanaan audit yang dibuat oleh auditor. Pendahuluan Perencanaan audit
adalah suatu tahapan yang terperinci, yang menyangkut prosedur dan rencana auditor
yang akan digunakan dalam pelaksanaan suatu audit. Risiko audit merupakan risiko yang
melekat pada kegiatan audit yang merupakan ketidakpastian yang di alami oleh auditor
berupa inherent risk, control risk dan detected risk. Perencaan audit dan penilaian atas
resiko merupakan hal yang sangat penting dalam proses audit untuk menunjang
kesuksesan audit untuk mengurangi risiko dan mencapai efektivitas dan efisiensi
kegiatan auditw

Anda mungkin juga menyukai