“Audit Plan, Audit Program, Audit Procedures, Audit Tehnik, Risiko Audit
dan Materialitas”
DOSEN PENGAMPU :
RISMAWADI (19A1809SA)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehinggapenulis diberikan kekuatan dan kemudahan
dalam menyelesaikan makalah dengan judul “Audit Plan, Audit Program, Audit
Procedures, Audit Tehnik, Risiko Audit dan Materialitas”.
Pertama-tama, penyusun ingin menghaturkan rasa terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah turut andil dalam memberikan sumbangsih berupa
dorongan moral maupun materil dalam penyelesaian makalah ini.
Meskipun makalah ini telah diselesaikan, namun kemungkinan besar masih
terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan didalamnya, sehingga jauh dari suatu
kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari
teman-teman sekalian atau siapapun yang nantinya membaca makalah ini, kiranya
dapat memberikan masukan-masukan agar tugas kami berikutnya menjadi lebih
baik lagi.
Namun, penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, khususnya bagi pembaca dan dapat pula dijadikan sebagai salah satu objek
pembelajaran. Sekian dan terima kasih.
Mataram, 27 September 2020
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
1.1......................................................................................................................... L
atar belakang...................................................................................................
1.2......................................................................................................................... R
umusan masalah..............................................................................................
1.3......................................................................................................................... T
ujuan...............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................
2.2.Audit program................................................................................................
3.1. Kesimpulan....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
materialitas dalam PSA No. 25 diberikan pedoman bagi auditor dalam
mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan dan pelaksaan
audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan ikatan
akuntan Indonesia.
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu audit plan, audit program, audit procedures dan
audit teknik
2. Untuk mengetahui resiko audit dan materialitas.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit.
3. Mengajukan pertanyaan yang berkaitan tentang perkembangan bisnis.
4. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan.
5. Membicarakan tipe, luas, dan waktu audit dengan managemen, dewan
komisaris atau komite audit.
6. Mempertimbangkan dampak diterapkannya pernyataan standar
akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan IAI, terutama yang
baru.
7. Mengkoordinasikan bantuan dari pegawai satuan usaha dalam
penyiapan data.
8. Menentukan luasnya keterlibatan, jika ada konsultan, spesialis, dan
auditor intern.
9. Membuat jadwal pekerjaan audit.
10. Menentukan dan mengkoordinasikan kebutuhan staf audit.
11. Melaksanakan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk memperoleh
tambahan informasi tentang tujuan audit yang akan dilaksanakan
sehingga auditor dapat mengantisipasi dna memberikan perhatian
terhadap hal-hal yang berkaitan yang dipandang perlu.
Auditor harus menyusun Audit Plan, segera setelah Engagement
Letter disetujui oleh klien.
Isi dari Audit Plan mencakup :
1. Hal-hal mengenai klien.
2. Hal-hal yang mempengaruhi klien.
3. Rencana kerja auditor.
7
2. Metode Pembukuan (Manual, Komputer / Mesin
Pembukuan)
3. Komentar mengenai pembukuan secara umum.
d. Laporan Posisi Keuangan komparatif dan perbandingan
penjualan, L/R tahun lalu dan sekarang. Perbandingan antara
Laporan Posisi Keuangan tahun lalu dan Laporan Posisi
Keuangan tahun sekarang/bulan terakhir tahun sekarang agar
diperoleh gambaran mengenai ukuran besar kecilnya
perusahaan.
e. Client Contact
Nama dari orang yang sering dihubungi auditor.
f. Accounting, Auditor & Tax Problem.
1. Accounting Problem, misalnya :
Perubahan metode pencatatan, revaluasi dan metode
penyusutan.
2. Auditing Problem, misalnya :
Hasil konfirmasi tahun lalu tidak memuaskan, perubahan
accounting policy.
3. Tax Problem, misalnya :
Masalah restitusi, adanya 2 pembukuan dalam perusahaan.
8
2.2. Audit Program
9
2.4 Risiko Audit Dan Materialitas
10
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.Salah saji dapat terjadi sebagai akibat
dari kekeliruan atau kecurangan.
5. Dalam perencanaan audit,auditor berkepentingan dengan masalah-masalah yang
mungkin material terhadap laporan keuangan,auditor tidak bertanggung jawab
untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan
memadai bahwaa salah saji,yang disebabkan karena kekeliruan atau
kecurangan,tidak material terhadap laporan keuangan.
6. Istilah kekeliruan berarti salah saji atau penghilangan yang tidak disengaja jumlah
atau pengungkapan dalam laporan keuangan.Kekeliruan mencakup:
a. Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjaddi sumber
penyusun laporan keuangan.
b. Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari kecerobohan atau
salah tafsir fakta.
c. Kekeliruan dalam penerapan standar akuntansi yang berkaitan dengan jumlah
klasifikasi,cara penyajian atau pengungkapan.
7. Meskipun kecurangan merupakan pengertian yang luas dari segi
hukum,kepentingan auditor secara khusus berkaitan dengan tindakan curang yang
menyebabkan salah saji material dalam laporan keuangan.Dua tipe salah saji yang
relevan dengan pertimbangan auditor dalam audit laporan keuangan salah saji
yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan dan salah saji yang
timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap asset.Dua tipe salah saji ini
dijelaskan lebih lanjut dalam SA Seksi 316 (PSA No.32 dan PSA
No.70).Pertimbangan atas kecurangan dalam audit laporan keuangan.Faktor
utama yang membedakan kecurangan dengan kekeliruan adalah apakah tindakan
yang mendasarinya yang berakibat pada salah saji dalam laporan keuangan
merupakan tindakan yang disengaja atau tidak disengaja.
8. Pada waktu mempertimbangkan tanggung jawab auditor memperoleh keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan bebas salah saji material,tidak ada perbedaan
penting antara kekeliruan dan kecurangan.Namun,terdapat perbedaan,dalam hal
tanggapan auditor terhadap salah saji yang terdeteksi.Umumnya kekeliruan yang
terisolasi,tidak material dalam pengolahan data akuntansi atau penerapan standar
11
akuntansi tidak signifikan terhadap audit.Sebaliknya,bila kecurangan
dideteksi,auditor harus mempertimbangkan implikasi integritas manajemen atau
karyawan dan kemungkinan dampaknya terhadap aspek audit.
9. Pada waktu menyimpulkan apakah dampak salah saji,secara individual atau secara
gabungan,material,auditor biasanya harus mempertimbangkan sifat dan jumlah
dalam kaitannya dengan sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan disuatu
entitas mungkin tidak material bagi laporan keuangan entitas lain dengan ukuran
atau sifat yang berbeda.Begitu juga,apa yang material bagi laporan keuangan
entitas tertentu kemungkinan berubah dari satu periode ke periode yang lain.
10. Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan
professional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang
memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap
laporan keuangan.Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan oleh
auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan
kuantitatif maupun kualitatif.Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi
yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji dilihat dari keadaan yang
melingkupinya,mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan
orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut.Definisi tersebut
mengakui pertimbangan materialitas dilakukan dengan menghitungkan keadaan
yang melingkupi dan perlu melibatkan baik pertimbangan kuantitatif maupun
kualitatif.
11. Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas baik dalam:
a. Merencanakan audit dan merancang prosedur audit,dan
b. Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara
wajar,dalam semua hal yang material,sesuai dengan stndar akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas untuk hal yang
disebutkan pada butir (a) untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup
dan sebagai dasar memadai untuk mengevaluasi laporan keuangan untuk butir (b).
12. Auditor harus merencanakan auditnya sedemikian rupa,sehingga risiko audit dapat
dibatasi pada tingkat yang rendah,yang menurut pertimbangan
12
profesionalnya,memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan.Risiko audit dapat ditentukan dalam ukuran kuantitatif atau kualitatif.
13. Dalam merencanakan audit,auditor harus menggunakan pertimbangan dalam
menentukan tingkat risiko audit yang cukup rendah dan pertimbangan awal
mengenai tingkat materialitas dengan suatu cara yang diharapkan,dalam
keterbatasan bawaan dalam proses audit,dapat memberikan bukti audit yang
cukup untuk mencapai keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari
salah saji material.Tingkat materialitas mencakup tingkat yang menyeluruh untuk
masing-masing laporan keuangan pokok,namun,karena laporan keuangan saling
berhubungan,dan sebagaian besar prosedur audit berhubungan dengan lebih dari
satu jenis laporan keuangan,agar efisien,untuk tujuan
14. Auditor merencanakan audit untuk mencapai keyakinan memadai guna
mendeteksi salah saji yang diyakini jumlahnya cukup besar, secara individual atau
keseluruhan yang secara kuantitatif berdampak material terhadap laporan
keuangan. Walaupun auditor harus waspada terhadap salah saji yang mungkin
material secara kuantitatif, pada umumnya adalah tidak praktis untuk merancang
prosedur pendeteksiannya. SA Seksi 326 (PSA No. 07) , Bukti audit paragraph 20
menyatakan bahwa, “ auditor pada hakikatnya bekerja dalam batas-batas ekonomi,
agar mempunyai manfaat ekonomi, pendapat auditor harus dirumuskan dalam
jangka waktu dan biaya yang wajar”.
15. Dalam situasi tertentu, untuk perencanaan audit, auditor mempertimbangkan
materialitas sebelum laporan keuangan yang akan di auditnya selesai di susun.
Dalam situasi lain, namun ia mungkin menyadari bahwa laporan tersebut masih
memerlukan modifikasi yang signifikan. Dalam kedua keadaan tersebut,
pertimbangan awal auditor tentang materialitas mungkin didasarkan atas laporan
keuangan interim entitas tersebut yang disatukan atau laporan keuangan tahunan
satu priode atau lebih sebelumnya, asalkan ia pengaruh perubahan besar dalam
entitas tersebut (contoh merger) dan perubahan lain yang relevan dalam
perekonomian secara keseluruhan atau industry yang merupakan tempat entitas
tersebut berusaha.
13
16. Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, resiko audit terdiri ats (a) resiko
yang meliputi resiko bawaan (inherent risk) dan resiko pengendalian (control risk)
bahwa saldo akun atau golongan transaksi mengandung salah saji ( disebabkan
oleh kekliruan atau kecurangan ) yang dapat menjadi material terhadap laporan
keuangan apabila digabungakan dengan salah saji pada saldo akun atau golongan
transaksi lainnya, dan (b) resiko deteksi (detection risk) bahwa auditor tidak akan
mendeteksi salah saji tersebut. Penjelasan berikut menjelaskan resiko audit dalam
konteks tiga komponen resiko di atas. Cara yang digunakan auditor untuk
mempertimbangkan komponen tersebut dan kombinasinya melibatkan
pertimbangan professional auditor tergantung pada pendekatan audit yang
dilakukannya.
17. Resiko bawaan dan resiko pengendalian berbeda dengan resiko deteksi. Kedua
resiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas
laporan keuangan, sedangkan resiko deteksi berhunbungan dengan prosedur audit
dan dapat di ubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Resiko deteksi mempunyai
hubungan yang terbalik dengan resiko bawaan dan resiko pengendalian. Semakin
kecil resiko bawaan dan resiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin
besar resiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya resiko
bawaan dan resiko pengendalian yang diyakini auditor, semakin kecil tingkat
resiko deteksi yang diterima. Komponen resiko audit ini ditentukan secara
kuantitatif, seperti dalam bentuk persentase atau secara non kuantitatif yang
berkisar. Misalnya, dari minimum sampai maksimun.
AR=IR×CR×DR atau DR= AR/IR×CR
Dimana :
AR = overall audit risk
IR = inherent risk
CR = control risk
DR = detection risk
18. Resiko deteksi yang dapat diterima oleh auditor dalam merangsang prosedur audit
tergantung pada tingkat yang diinginkan untuk membatasi risiko audit suatu saldo
akun atau golongan transaksi dan tergantung atas penetapan auditor terhadap
resiko bawaan dan resiko pengendalian. Apabila penetapan auditor terhadap
resiko bawaan dan resiko pengedalian menurun, resiko deteksi yang dapat di
terimanya akan meningkat. Namun, auditor tidak boleh sepenuhnya
14
mengandalkan resiko bawaan dan resiko pengendalian dengan tidak melakukan
pengujian substantive terhadap saldo akun atau golongan transaksi, yang di
dalamnya mungkin terkandung salah saji yang mungkin material jika
digabungkan dengan salah saji yang ada pada saldo akun atau golongan transaksi
lain.
15
BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
http://aceqmedia.blogspot.com/2018/05/makalah-audit-plan-audit-program-audit.html
http://misriana12.blogspot.com/2015/11/makalah-auditing-1-audit-plan-audit.html
https://www.academia.edu/36273149/AUDIT_PLAN
17