Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PEMERIKSAAN AKUNTANSI I

PEMERIKSAAN KAS DAN SETARA KAS

DISUSUN OLEH :

ANGGOTA KELOMPOK 11 :

1. NITA KHAIRUNNISA (19A1816SA)


2. ISMYATUN MAHDATILA (19A1817SA)
3. MUHAMAD SIGIT PUTRAWAN R.(19A1819SA)
4. SANIA AL ZAHRA (171542SA)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AMM MATARAM


Jln. Pendidikan No. 1 Mataram Tlp. (0370) 632051
Tahun Ajaran 2019/2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmatNya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang Pemeriksaan Kas dan Setara Kas. Kami
sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta

1
pengetahuan kita mengenai Pemeriksaan kas dan setara kas. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Mataram, 16 September 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................................4

2
1.1........................................................................................................................Latar
Belakang ......................................................................................................4
1.2........................................................................................................................
Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3........................................................................................................................
Tujuan..........................................................................................................5
BAB II. PEMBAHASAN..............................................................................................6
2.1. Pengertian Kas dan Setara Kas................................................................6
2.2. Sifat Kas dan Setara Kas...........................................................................6
2.3. Contoh Kas dan Setara Kas......................................................................7
2.4. Tujuan Pemeriksaan Kas dan Setara Kas...............................................7
2.5. Prosedur Pada Pemeriksaan Kas dan Setara Kas..................................9
BAB III. PENUTUP......................................................................................................14
3.1. Kesimpulan.................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN CONTOH KASUS PEMERIKSAAN KAS DAN SETARA KAS

BAB I
PENDAHULUAN

3
1.1. Latar Belakang

Kehidupan sebuah entitas, baik entitas yang berorientasi pada laba (profit) maupun
non-laba (profit), tidak dapat dipisahkan dari kas. Di dalam suatu perusahaan, kas adalah
suatu elemen penting dalam aktivitas operasional, investasi, maupun pendanaan perusahaan
tersebut. Jika suatu perusahaan mengalami kesulitan likuiditas atau ketersediaan kas, maka
kehidupan perusahaan tersebut akan terganggu. Di samping itu, kas adalah aset perusahaan
yang paling mudah untuk diselewengkan dikarenakan sifatnya yang sangat likuid dan bebas
dipergunakan kapanpun untuk semua kegiatan perusahaan.
Menurut L. Suparwoto (1990:70), untuk menghindari terjadinya berbagai macam
penyelewengan terhadap kas, maka diperlukan adanya sistem pengendalian (pengawasan)
yang cukup terhadap kas. Sistem pengendalian intern (SPI) yang baik akan mengurangi
potensi penyelewengan terhadap kas perusahaan. Contoh metode klasik dalam penerapan SPI
terhadap kas, yaitu penggunaan sistem voucher, pemisahan tanggung jawab antara pencatat
dan pemegang kas, dan pemberian cuti untuk menghindari fraud.
Pemeriksaan pada kas dan setara kas menjadi salah fokus utama auditor dalam tugasnya
melakukan audit kepada perusahaan/entitas non-laba. Apabila auditor tidak mendapatkan
temuan-temuan yang janggal pada saat pemeriksaan kas dan setara kas dan penilaian yang
baik terhadap pengendalian internal kas perusahaan, auditor akan lebih mudah untuk
melanjutkan pemeriksaan pada elemen neraca perusahaan yang lainnya. Sebaliknya, jika
auditor menilai bahwa pengendalian internal terhadap kas perusahaan tidak berjalan dengan
baik, auditor akan melakukan uji substantif secara intensif terhadap kas perusahaan.
Pemaparan singkat di atas melatarbelakangi tim penyusun untuk menyusun makalah
berjudul “Pemeriksaan Kas dan Setara Kas”. Judul tersebut diambil dari judul pada bab 9
(sembilan) materi mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi 1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, tim penyusun membbuat topik permasalahan terkait
dengan makalah “Pemeriksaan Kas dan Setara Kas” sebagai berikut :
1. Apakah pengertian kas dan setara kas?
2. Bagaimana sifat kas dan setara kas?
3. Apa saja contoh kas dan setara kas?
4. Apa saja tujuan pemeriksaan kas dan setara kas?
5. Apa saja prosedur pada pemeriksaan kas dan setara kas?

1.3. Tujuan

4
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk memperluas pemahanan terkait
dengan definisi dan proses pemeriksaan kas dan setara kas. Kami mengharapkan pembahasan
dalam makalah dapat bermanfaat dalam praktik pemeriksaan akuntasi terhadap pemeriksaan
kas dan setara kas.

BAB II

5
PEMBAHASAN

1.1. Pengertian kas dan setara kas


1.1.1. Menurut Standar Akuntansi keuangan tahun 1994 :
a. Yang dimasud dengan kas ialah alat pembayaran yang siap dan bebas
dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan.
b. Yang dimaksud dengan bank adalah sisa rekening giro perusahaan yang dapat
dipergunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan umum perusahaan.
1.1.2. Menurut PSAK No. 2, hal 2.2 dan 2.3 (IAI :2002)
Kas terdiri atas : saldo kas (cash on hand) dan rekening giro.
Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid,
berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah
tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.
1.1.3. Menurut SAK ETAP (IAI, 2009 : 28)
Setara kas adalah investasi jangka pendek dan sangat likuid yang dimiliki untuk
memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk tujuan investasi atau
lainnya. Oleh karena itu, investasi umumnya diklasifikasikan sebagai setara kas
jika hanya segera jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal
perolehan. Cerukan bank pada umumnya termasuk aktivitas pendanaan sejenis
dengan pinjaman. Namun, jika cerukan bank dapat ditarik sewaktu-waktu dan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan kas entitas, maka
cerukan tersebut termasuk komponen kas dan setara kas.
1.2. Sifat kas dan setara kas
Kas merupakan aset lancar perusahaan yang sangat menarik dan mudah untuk
diselewengkan. Selain itu banyak transaksi perusahaan yang menyangkut penerimaan dan
pengeluaran kas. Karena itu, untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecurangan
atau penyelewenang yang menyangkut uang kas perusahaan, diperlukan adanya
pengendalian intern (internal control) yang baik atas kas dan setara kas. Kas merupakan
aktiva yang paling lancar dalam arti istilah kas sehari-hari dapat disamakan dengan uang
tunai yang dapat dijadikan sebagai alat pembayaran yang sah. Persediaan kas yang cukup
maka perusahaan akan beroperasi dengan lancar terutama dalam kegiatan pengeluaran kas
yang meliputi pembelian barang dan jasa, memiliki harta, membayar hutang, membiayai
operasi serta kegiatan-kegiatan lainnya. Banyak transaksi perusahaan yang menyangkut
penerimaan dan pengeluaran kas. Kas dapat dikatakan merupakan satu-satunya pos yang

6
paling penting dalam neraca. Karena berlaku sebagai alat tukar dalam perekonomian kita,
kas terlihat secara langsung atau tidak langsung dalam hampir semua transaksi usaha.
1.3. Contoh kas dan setara kas

Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongan sebagai kas dan setara kas, yaitu :
- Kas kecil (Petty Cash) dalam rupiah maupun mata uang asing.
- Saldo rekening giro di Bank dalam rupiah maupun mata uang asing.
- Bon sementara (I O U)
- Bon-bon kas kecil yang belum direimbursed
- Check tunai yang akan didepositokan.
Yang tidak dapat digolongkan sebagai bagian dari kas dan setara kas pada laporan posisi
keuangan (neraca), yaitu :
- Deposito berjangka (time deposit).
- Check mundur dan check kosong.
- Dan yang disisihkan untuk tujuan tertentu (sinking fund)
- Rekening giro yang tidak dapat segera digunakan baik dalam maupun diluar negeri,
misalnya karena dibekukan.
1.4. Tujuan pemeriksaan kas dan setara kas
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas kas dan
setara kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank. Jika akuntan
publik (auditor) dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas kas dan
setara kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank berjalan efektif
maka luasnya pemeriksaan dalam melakukan substantive test bisa dipersempit.
Beberapa ciri internal control yang baik atas kas dan setara kas serta transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas dan bank adalah:
a. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara yang menerima dan
mengeluarkan kas dengan yang melakukan pencatatan, memberikan otorisasi
atas pengeluaran dan penerimaan kas dan bank.
b. Pegawai yang membuat rekonsiliasi bank harus lain dari pegawai yang
mengerjakan buku bank. Rekonsiliasi bank dibuat setiap bulan dan harus
ditelaah (direview) oleh kepala Bagian Akuntansi.
c. Digunakan imprest fund system untuk mengelola kas kecil.
d. Penerimaan kas, check dan giro, harus disetor ke bank dalam jumlah seutuhnya
(intact) paling lambat keesokan harinya.

7
e. Uang kas harus disimpan ditempat yang aman, misalnya di cash box, berangkas
atau di bank.
f. Uang kas harus dikelola dengan baik, dalam arti jangan dibiarkan menganggur
atau terlalu banyak disimpan di rekning giro, karena tidak memberikan hasil
yang optimal.
Jika ada uang kas yang menganggur sebaiknya disimpan dalam deposito
berjangka atau dibelikan surat berharga yang sewaktu-waktu bisa diuangkan
(marketable) sehingga bisa menghasilkan bunga atau dividen.
g. Blanko check dan giro harus disimpan ditempat yang aman supaya tidak
disalahgunakan, selain itu harus dihindari penandatanganan check dalam
bentuk blanko. Pada saat penandatanganan check, harus dilampirkan bukti-
bukti pendukung yang lengkap.
h. Sebaiknya check dan giro ditulis atas nama dan check/giro ditandatangani oleh
2 orang untuk menghindari penyalahgunaan.
i. Sebaiknya kasir di asuransikan atau diminta menyerahkan uang jaminan, untuk
back up seandainya terjadi kehilangan uang atau kecurangan yang dilakuakan
oleh kasir.
j. Digunakan kuitansi yang bernomor urut tercetak (prenumbered).
k. Bukti-bukti pendukung dari pengeluaran kas yang sudah dibayar harus di
stempel lunas, untuk menghindari kemungkinan untuk di proses
pembayarannya dua kali (double payment).
2. Untuk memeriksa apakah saldo kas dan setara kas yang ada di laporan posisi
keuangan (neraca) per tanggal laporan posisi keunagan (neraca) betul-betul ada dan
dimiliki perusahaan.
Maksudnya auditor harus meyakinkan dirinya bahwa kas dan setara kas yang
dimilki perusahaan (cash on hand dan in bank) betul-betul ada dan dimiliki
perusahaan dan bukan milik pribadi direksi atau pemegang saham. Karena itu
auditor harus melakukan kas opname dan mengirim konfirmasi bank.
3. Untuk memeriksa apakah ada pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan setara
kas. Jika perusahaan menyisihkan sebagaian dana yang dimiliki untuk keperluan
pelunasan obligasi berikut bunganya (sinking fund) maka dana tersebut tidak dapat
dilaporkan sebagai bagian dari kas di aset lancar.
Begitu juga jika ada saldo rekning giro yang dibekukan karena perusahaan
tersangkut suatu masalah hukum, maka saldo tersebut tidak boleh dilaporkan

8
sebagai bagian dari kas di aset lancar. Hal tersebut harus di jelaskan dalam catatan
atas laporan keuangan.
4. Untuk memeriksa seandainya ada saldo kas/setara kas dalam valuta asing, apakah
saldo tersebut sudah dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs
tengah Bank Indonesia (BI) pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan
apakah selisish kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi
(komprehensif) tahun berjalan. Misalkan per 31 Desember 2010 perusahaan
mempunyai saldo bank sebesar US $10 ribu yang di buku besar dicatat dalam
rupiah sebesar Rp. 100.000.000,- misalkan kurs BI per 31 Desember 2010: kurs jual
1 US $ 9.600.- dan kurs beli 1 US $= Rp 9.400,-
Maka saldo US $10.000 tersebut harus dikonversasikan ke dalam rupiah dengan
menggunakan kurs 1 US $=Rp. 9.500,-. Karena itu harus dibuat Adjustment:
Dr. Rugi selisih kurs Rp. 5.000.000,-
Cr. Bank Rp. 5.000.000,-
Untuk mengoreksi selisih kurs dari saldo bank dalam US $ per tanggal laporan
posisi keuangan (neraca).
5. Untuk memeriksa apakah penyajiannya di laporan posisi keuangan (neraca) sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
Menurut SAK:
 Kas dan Setara Kas disajikan di laporan posisi keuangan (neraca) sebagai aset
lancar (Current Assets).
 Kas dan Setara kas yang penggunaannya dibatasi dapat dimasukkan dalam
aset lancar yang hanya jika pembatasan tersebut di lakukan untuk menyisihkan
dana untuk melunasi kewajiban jangka pendek atau jika pembatasan tersebut
hanya berlaku selama satu tahun.
 Saldo kredit pada perkiraan bank disajikan pada kelompok kewajiban sebagai
kewajiban jangka pendek.
Saldo kredit dan debit rekning giro pada bank yang sama dapat digabung dan
disajikan pada laporan posisi keuangan (neraca) sebagai satu kesatuan.
1.5. Prosedur pada pemeriksaan kas dan setara kas
1. Pahami dan evaluasi internal control atas kas dan setara kas serta transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas dan bank.
Proses memahami dan mengevaluasi internal control atas kas dan setra kas serta
transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank merupakan bagian yang sangat

9
penting dalam suatau proses pemerikasaan akuntan. Kas dan setara kas dalam
perusahaan sering dikatakan sebagai darah dalam tubuh manusia.
Jika perusahaan mengalami kesulitan uang, sama seperti manusia yang “lesu darah”
atau “kekurangan darah”.
Selain itu hampir semua transaksi perusahaan menyangkut kas dan setara kas. Hasil
evaluasi internal control atas kas dan bank serta transaksi penerimaan dan
pengeluaran kas dan bank berupa kesimpulan apakah internal control tersebut berjalan
efektif atau tidak. Jika auditor menyimpulkan bahwa internal kontrol efektif, berarti
luas nya pengujian atas kewajaran saldo kas dan setara kas per tanggal laporan posisi
keuangan (neraca) bisa dipersempit, karena kemungkinannya terjadi kesalahan adalah
kecil dan jika kesalahan terjadi akan segera bisa ditemukan oleh pihak perusahaan.
Untuk memahami internal control yang terdapati perusahaan, auditor bisa meakukan
tanya jawab dengan klien dengan digambarkan lebih lanjut dalam flowchart, dan (jika
dianggap perlu) dalam bentuk cerita (narrative).
Berdasarkan jawaban ICQ, flowchart dan penjelasan narrative (jika ada), auditor bisa
mengevaluasi internal control yang ada secara teoritis dan menarik kesimpulan
sementara apakahh internal control atas kas dan setara kas serta penerimaan dan
pengeluaran kas/bank baik , sedang atau lemah. Jika disimpulkan sementara bahwa
internal control baik atau sedang, auditor harus melakukan tes ketaatan atas transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas/bank, untuk membuktikan apakah internal control
berjalan efektif atau tidak.
Yang diambil sebagai sampel biasanya bukti penerimaan kas/bank dan bukti
pengeluaran kas/bank atau nomor check/giro. Jika disimpulkan sementara bahwa
internal control lemah, auditor tidak perlu mengadakan tes ketaatan, tetapi langsung
melakukan substantive test yang diperluas. Karena biasanya jika tetap dilakukan
compliance test , kesimpulan akhir tetap menyatakan bahwa internal kontrol lemah.
Setelah compliance test selesai dilakukan, auditor harus menarik kesimpulan akhir
apakah internal control, baik, sedang atau lemah. Setelah itu baru dilakukan
substantive test atas saldo kas/bank.
2. Buat Top Schedule kas dan setara kas per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Dibuat oleh auditor.
3. Lakukan Cash Count
Jika klien menggunakan imprest fund system untuk kas kecilnya, cash count bisa
dilakukan kapan saja karena saldo kas selalu tetap. Tetapi juga digunakan fluctuating
fund system maka cash count sebaiknya dilakukan tidak jauh dari tanggal laporan

10
posisi keuangan (neraca) agar tidak mengalami kesulitan sewaktu melakukan
perhtiungan maju atau mundur ke tanggal laporan posisi keuangan ( neraca) (saldo
kas per tanggal cash count ditambah atau dikurangi dengan penerimaan atau/dan
pemgeluaran sebelum/sesudah tanggal laporan posisi keuangan [neraca]).
Perbedaan journal entry antara imprest fund system dan fluctuating fund system
dalam pengelolaan kas kecil adalah sebagai berikut :
Imprest Fund Fluctuating Fund
a. Pengadaan Petty Cash
DR.Petty Cash xx DR.Petty Cash xx
CR.Cash In Bank xx CR.Cash In Bank xx
b. Penyaluran kas kecil untuk membayar biaya rutin
No.Entry DR.Biaya Telepon xx
DR.Biaya Transportasi xx
CR.Petty Cash xx
c. Penerimaan uang dari hasil penjualan tunai
No.Entry DR.Petty Cash xx
CR.Sales xx
d. Pengisian kembali Petty Cash dengan membuka cek
DR.Biaya-Biaya xx DR.Petty Cash xx
CR.Cash In Bank xx CR.Cash In Bank xx

4. Kirim konfirmasi atau dapatkan pernyataan saldo dari kasirdalam hal tidak dilakukan
kas opname.
Untuk kas yang berada di cabang yang jauh dan saldonya tidak besar (misalnya di
Irian Jaya dengan saldo Rp1.000.000) tidak perlu auditor secara khusus mengunjungi
cabang tersebut untuk melakukan kas opname, karena tidak berimbang cost dan
benefit-nya. Sehingga cukup dikirim surat konfirmasi atau diminta pernyataan saldo
dari kasir.
5. Kirim konfirmasi untuk seluruh rekening bank yang dimiliki perusahaan.
Surat konfirmasi tersebut harus ditandatangani oleh pejabat perusahaan yang nama
dan contoh tandatangannya tercantum di “signatur card” bank perusahaan (authorized
signature). Konfirmasi tersebut bisa mencantumkan nomor rekening bank perusahaan,
tetapi akan lebih baik jika nomor rekening tersebut tidak dicantumkan.
Surat konfirmasi harus tetap dikirim walaupun perusahaan sudah menerima rekening
koran dari bank karena :
 Hal tersebut merupakan standard audit procedures untuk mendapatkan bahan
bukti audit (audit evidence).
 Yang ditanyakan dalam surat konfirmasi bukan hanya saldo bank tetapi
banyak hal lainnya, seperti:jumlah kredit, pendiskontoan wesel tagih,
contingent liability dan lain-lain.

11
 Jawaban konfirmasi diminta untuk dikirim langsung ke auditor, sedangkan
rekening koran selalu dikirim ke klien.
6&7. Minta rekonsiliasi bank dan lakukan pemeriksaan atas rekonsiliasi bank tersebut.
Rekonsiliasi bank harus dibuat oleh klien dan tugas auditor adalah memeriksa
kebenaran rekonsiliasi tersebut, serta mengusulkan audit adjusment jika ditemukan
suatu kesalahan.
Prosedur audit yang bisa dilakukan adalah :
 Cocokkan saldo menurut rekening koran bank dengan rekening koran bank
yang bersangkutan dan jawaban konfirmasi bank.
 Periksa footing dan cross footing.
 Cocokkan saldo menurut pembukuan dengan saldo buku kas/bank dan buku
besar kas/bank.
 Periksa outstanding check dan outstanding deposit ke rekening koran bulan
berikutnya, perhatikan apakah ada check yang outstanding lebih dari 70 hari
sehingga perlu dibuatkan jurnal koreksi.
 Periksa biaya administrasi bank dan jasa giro ke rekening koran dan nota
debit/credit dari bank.
8. Review jawaban konfirmasi dari bank, notulen rapat dan perjanjian kredit untuk
mengetahui apakah ada pembatasan dari rekening bank yang dimiliki perusahaan.
Saldo rekening bank yang penggunaanya dibatasi untuk jangka waktu >1 tahun tidak
boleh dikelompokkan sebagai aset lancar dan harus dijelaskan di catatan atas laporan
keuangan mengenai alasan pembatasan tersebut. Pembatasan tersebut bisa terjadi
karena perusahaan mempunyai masalah hukum sehingga rekeningnya dibekukan atau
karena karena dijadikan jaminan, bank garansi (sebagian dari saldonya).
Untuk mengetahui apakah ada pembatasan atau tidak, auditor bisa menanyakan
kepada klien, mereview jawaban konfirmasi bank, notulen rapat dan perjanjian
kredit.
Kemungkinan juga ada saldo kas/bank yang merupakan “sinking fund”sehingga tidak
boleh digunakan untuk membiayai kegiatan rutin perusahaan, karena dana itu akan
digunakan untuk pelunasan obligasi atau expandi perusahaan.
9. Periksa interbank transfer ± 1 minggu sebelum dan sesudah tanggal laporan posisi
keuangan (neraca), untuk mengetahui adanya kitting dengan tujuan untuk window
dressing. Check kitting bisa dilakukan jika perusahaan mempunyai lebih dari satu
rekening bank. Karena biasanya check kitting dilakukan mendekati tanggal laporan
posisi keuangan (neraca) maka periode yang harus diperiksa ±1 minggu sebelum dan
sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
10. Periksa transaksi kas sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) ( subsequent
payment dan subsequent collection) sampai mendekati tanggal selesainya
pemeriksaan lapangan.

12
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada unrecorded liabilities ( kewajiban
yang belum tercatat) pertanggal laporan posisi keuangan (neraca) yang baru dibayar
di periode berikutnya, baik yang berasal dari pembelian aset ataupun biaya-biaya
perusahaan. misalnya di Januari 2011 ditemukan adanya pembayaran ke penasihat
hukum perusahaan untuk konsultasi bulan Desember 2010 yang belum di accrued per
31Desember 2010.
Tujuan lain untuk mengetahui apakah utang per tanggal laporan posisi keuangan
(neraca) sudah dilunasi di periode berikutnya, sehingga auditor lebih yakin mengenai
kewajaran saldo utang pertanggal laporan posisi keuangan (neraca). Untuk
subsequent collection tujuan terutamanya untuk meyakinkan auditor mengenai
kewajaran angka piutang per tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Mungkin saja
ada penjualan, misalnya Desember 2010, yang dilunasi Januari 2011 dan belum
tercatat oleh perusahaan.
11. Seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam mata uang asing per tanggal laporan
posisi keuangan (neraca), periksa apakah saldo tersebut sudah dikonversikan ke
dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal laporan posisi
keuangan (neraca), dan apakah selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau
dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan.
Kurs tengan BI adalah rata-rata kurs beli dan kurs jual di Bank Indonesia yang bisa
dilihat di surat kabar atau business news. Misalnya per tanggal 31 Desember 2010
perusahaan mempunyai piutang ke XYZ Corporation di Hong Kong sebesar US
$10,000 yang tercatat dibuku perusahaan sebesar Rp100.000.000, (kurs tanggal
pencatatan 1 US $1=Rp10.000,-). Per 31 Desember 2010 kurs tengah BI adalah
Rp10,080 per 1 US $, untuk itu harus dibuat adjusment sebagai berikut :
DR.Piutang Rp800.000,-
CR.Rugi/Laba Selisih Kurs Rp800.000
Menurut SAK ETAP (IAI;2009:153):
Entitas harus mencatat transaksi mata uang asing, pada pengakuan awal dalam mata
uang fungsional, dengan menggunakan kurs tunai (spot rate) pada tanggal transaksi
antara mata uang fungsional dan mata uang asing tersebut.
Tanggal transaksi adalah tanggal dimana transaksi pertama kali memenuhi syarat
pengakuan sesuai dengan SAK ETAP. Un tuk tujuan praktis, kurs yang mendekati
kurs sebenarnya pada tanggal transaksi sering digunakan, misalnya kurs rata-rata
selama seminggu atau sebulan mungkin dapat digunakan untuk seluruh transaksi
dalam mata uang asing yang terjadi selama satu periode tersebut. Namun demikian,
jika kurs tukar berfluktuasi secara signifikan, penggunaan kurs rata-rata untuk
periode tersebut tidak tepat.
12. Periksa apakah penyajian kas dan setara kas di laporan posisi keuangan (neraca) dan
catatan atas laporan keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan di
Indonesia ( SAK/ETAP/IFRS).

13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Kas dan Setara Kas merupakan salah satu aset strategis yang dimiliki sebuah
perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Pemeriksaan yang dilakukan
terhadap kas dan setara kas menjadi salah satu penilaian penting bagi auditor dalam
meyakinkan diri untuk memberikan opini terhadap laporan keuangan perusahaan yang
diperiksa. Pengelolaan kas dan setara kas tidak dapat dipisahkan dari struktur
pengendalian internal (SPI) yang baik. Semakin baik SPI terkait kas dan setara kas,
akan semakin memudahkan auditor dalam memeriksa kas dan setara kas perusahaan
sehingga kewajaran kas dan setara kas menjadi hasil yang memuaskan bagi
perusahaan.

14
DAFTAR PUSTAKA

BUKU :
 Agoes, Sukrisno. 2016. Auditing edisi 4 buku 1. Jakarta : Selemba Empat.
 Agoes, Sukrisno dan Trisnawati, Estralita. 2017. Praktikum Audit buku 1. Jakarta :
Selemba Empat.
 Agoes, Sukrisno dan Trisnawati, Estralita. 2017. Praktikum Audit buku 2. Jakarta :
Selemba Empat.

INTERNET :

Http://septianino.blogspot.com/2015/04/makalah-pemeriksaan-akuntansi-1.html

15
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CONTOH KASUS PEMERIKSAAN KAS DAN SETARA KAS

16

Anda mungkin juga menyukai