Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENGAUDITAN II

KAS DAN SETARA KAS

OLEH KELOMPOK 1:

Fajar Ramadhan 2230403041

Jihan Khairunnisa 2230403056

Julina Sarah 2230403057

Mezisti Ratia 2230403067

Nasti Ariza 2230403075

Nisa Rahayu 2230403075

DOSEN PENGAMPU:

NAZHFIYANI KS,S.E,M.Ak

PRODI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR

TAHUN 2024/1445 H
KATA PENGANTAR

Bismillahhirramanirrohim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya
kepada pemakalah sehingga dengan rahmat-Nya itulah pemakalah dapat menyelesaikan
makalah dengan mata kuliah “Pengauditan II” ini dengan tepat waktu. Tidak lupa penulis
bershalawat kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang mana beliau telah merubah
peradaban dari peradaban jahiliyah kepada peradaban yang berilmu pengetahuan yang
sama-sama kita rasakan pada saat ini.
Makalah ini pemakalah buat bertujuan untuk memenuhi mata kuliah “Pengauditan
II” semester empat dengan judul “KAS SETARA KAS”. Dalam penyusunan makalah ini
pemakalah menyadari kekurangan baik pada penulisan kata atau materi, mengingat
pemakalah yang masih dalam proses belajar dan sedikitnya pengetahuan. Semoga dengan
penulisan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua terutama untuk pemakalah
sendiri. Dengan kekurangan yang ada pada makalah ini pemakalah mengucapkan mohon
maaf dan ampunan kepada ALLAH SWT. Karena kesalahan itu datangnya dari diri penulis
sendiri dan kebenaran itu hanya milik ALLAH SWT.
Wassalamu’alaikum warahmatullahhi wabarakatuh

Batusangkar,1 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................... 1
C. TUJUAN .................................................................................................................................... 2
BAB II..................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 3
A. PENGERTIAN KAS DAN SETARA KAS ............................................................................. 3
B. CONTOH KAS DAN SETARA KAS...................................................................................... 4
C. SIKLUS KAS DAN SETARA KAS ......................................................................................... 4
D. AKUN YANG MEMPENGARUHI KAS DAN SETARA KAS ........................................... 5
E. TUJUAN AUDIT KAS DAN SETARA KAS ......................................................................... 6
F. KEMUNGKINAN KESALAHAN PENCATATAN DALAM AKUN KAS DAN SETARA
KAS .................................................................................................................................................... 7
G. PENGENDALIAN INTERNAL AKUN KAS DAN SETARA KAS ................................ 8
H. TOC AKUN KAS DAN SETARA KAS BESERTA CONTOH ...................................... 12
I. SUBSTANTIVE TEST/PROSEDUR AUDIT KAS DAN SETARA KAS BESERTA
CONTOH ......................................................................................................................................... 14
BAB III ................................................................................................................................................. 18
PENUTUP ............................................................................................................................................ 18
A. SIMPULAN ............................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehidupan sebuah entitas, baik entitas yang berorientasi pada laba (profit)
maupun non-laba (profit), tidak dapat dipisahkan dari kas. Di dalam suatu perusahaan,
kas adalah suatu elemen penting dalam aktivitas operasional, investasi, maupun
pendanaan perusahaan tersebut. Jika suatu perusahaan mengalami kesulitan likuiditas
atau ketersediaan kas, maka kehidupan perusahaan tersebut akan terganggu. Di
samping itu, kas adalah aset perusahaan yang paling mudah untuk diselewengkan
dikarenakan sifatnya yang sangat likuid dan bebas. Dipergunakan kapanpun untuk
semua kegiatan perusahaan.
Menurut L.Suparwoto (1990:70), untuk menghindari terjadinya berbagai
macam penyelewengan terhadap kas, maka diperlukan adanya sistem pengendalian
(pengawasan) yang cukup terhadap kas. Sistem pengendalian intern (SPI) yang baik
akan mengurangi potensi penyelewengan terhadap kas perusahaan. Contoh metode
klasik dalam penerapan SPI terhadap kas, yaitu penggunaan sistem voucher,
pemisahan tanggung jawab antara pencatat dan pemegang kas, dan pemberian cuti
untuk menghindari fraud.
Pemeriksaan pada kas dan setara kas menjadi salah fokus utama auditor dalam
tugasnya melakukan audit kepada perusahaan/entitas non-laba. Apabila auditor tidak
mendapatkan temuan-temuan yang janggal pada saat pemeriksaan kas dan setara kas
dan penilaian yang baik terhadap pengendalian internal kas perusahaan, auditor akan
lebih mudah untuk melanjutkan pemeriksaan pada elemen neraca perusahaan yang
lainnya. Sebaliknya, jika auditor menilai bahwa pengendalian internal terhadap kas
perusahaan tidak berjalan dengan baik, auditor akan melakukan uji substantif secara
intensif terhadap kas perusahaan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah maksud dari pengertian kas dan setara kas? Sebutkan apa saja
contoh kas dan setara kas?
2. Bagaimanakah siklus kas dan setara kas?
3. Bagaimanakah akun-akun yang mempengaruhi kas dan setara kas?
4. Bagaimanakah tujuan audit kas dan setara kas?
5. Bagaimanakah kesalahan dalam pencatatan akun kas dan setara kas?

1
6. Bagaimanakah pengendalian internal akun kas dan setara kas?
7. Bagaimanakah TOC akun kas dan setara kas beserta contoh?
8. Bagaimanakah substantive test/prosedur audit kas dan setara kas beserta
contoh?
9. Bagaimanakah contoh kasus audit kas dan setara kas?
C. TUJUAN
1. Untuk mendeskripsikan maksud dengan kas dan setara kas.
2. Untuk mendeskripsikan contoh kas dan setara kas.
3. Untuk medeskripsikan siklus yang digunakan kas dan setara kas.
4. Untuk mendeskripsikan akun apa saja yang mempengaruhi kas dan setara kas.
5. Untuk mendeskripsikan tujuan audit kas dan setara kas.
6. Untuk mendeskripsikan kesalahan dalam pencatatan akun kas dan setara kas.
7. Untuk mendeskripsikan Apa saja yang termasuk dalam pengendalian internal
akun kas dan setara kas.
8. Untuk mendeskripsikan apa saja TOC akun kas dan setara kas beserta contoh.
9. Untuk mendeskripsikan substantive test/prosedur audit kas dan setara kas
beserta contoh.
10. Untuk mendeskripsikan contoh kasus audit kas dan setara kas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KAS DAN SETARA KAS


Dasar yang direkomendasikan oleh IASB untuk laporan arus kas sebenarnya
adalah "kas dan setara kas". Setara kas (cash equivalents) adalah investasi jangka
pendek yang sangat likuid, yaitu:
a. Mudah ditukar untuk mengetahui jumlah kas
b. Sangat mendekati jatuh temponya, yang menyajikan risiko perubahan nilai
yang tidak signifikan (misalnya, karena perubahan suku bunga).
Umumnya, hanya investasi dengan jatuh tempo tiga bulan atau kurang dari tiga bulan
memenuhi syarat berdasarkan definisi tersebut. (Warfield, 2019)
Kas merupakan sejumlah uang tunai dan simpanan uang di bank dalam bentuk
giro, surat-surat berharga yang jatuh tempo dalam waktu kurang dari tiga bulan yang
dapat digunakan sebagai alat pertukaran yang normal. Menurut Slamet Sugiri, 2013;1
menyebutkan bahwa kas adalah aset perusahaan yang paling likuid dan paling rentan
untuk digelapkan oleh karyawan. Saldo kas terdiri dari penerimaan kas yang ada
ditangan (belum disetor ke bank), kas di bank berupa rekening giro dan tabungan
yang bisa diambil setiap saat serta kas kecil yang ada diperusahaan atau disediakan
dalam bentuk rekening giro khusus untuk membayar gaji/upah pegawai. Saldo-saldo
tertentu seperti sertifikat deposito, obligasi, valuta asing serta rekening lain yang
dibatasi penggunaannya biasa digolongkan sebagai investasi. Kas dan setara kas
memiliki beberapa sifat atau kharakteristik sebagai berikut:
1. Aktif tapi tidak produktif
untuk memperoleh rentabilitas, kas tidak boleh dibiarkan menganggur (idle
cash). Untuk memperoleh pendapatan, kas harus diubah terlebih dahulu
menjadi persediaan, piutang dan lain-lain. Tetapi juga tidak diperkenankan
seluruh kas diubah bentuknya, karena perusahaan akan kesulitan beroperasi
apabila tidak disediakan kas yang memadai. Dari kondisi ini maka manajemen
harus mampu menciptakan adanya keseimbangan antara kedua kepentingan
tersebut.
2. Tidak memiliki identitas kepemilikan, sehingga mudah dipindah tangankan
dengan kondisi ini maka manajemen harus yakin bahwa:
1) Setiap pengeluaran kas harus sesuai dengan tujuan pengeluaran.

3
2) Semua uang yang seharusnya diterima, benar-benar diterima.
3) Tidak ada penyalahgunaan terhadap uang milik perusahaan.

B. CONTOH KAS DAN SETARA KAS


Kas, kata lainnya dikenal sebagai uang kas atau uang tunai, merupakan salah
satu aset yang paling likuid dan dapat digunakan untuk membayar kewajiban jangka
pendek. Kas termasuk uang kertas, uang koin, cek, dan beberapa jenis elektronik.
Setara kas, merupakan investasi yang dapat dicairkan secara mudah dan termasuk
saldo rekening giro, tabungan di bank, sertifikat deposito jangka pendek, dan obligasi
pemerintah. Investasi ekuitas tidak dimasukkan dalam setara kas kecuali pada
dasarnya setara kas.
Contoh dari setara kas yaitu:
a. Treasury bills
Treasury bills adalah jenis investasi jangka pendek yang didefinisikan oleh
pemerintah atau bank sentral. Ini adalah investasi yang dapat dibeli dan
diselenggarakan oleh individu atau perusahaan, dan dapat dibeli dalam waktu
singkat, sekitar 90 hari.
b. Commercial paper
Commercial paper (CP) adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid
dan memiliki risiko tingkat bunga minimum. Dalam konteks akuntansi, CP
dapat dikatakan sebagai setara kas, karena ia dapat menjadi mendidih kas
dalam jangka waktu pendek, seperti 3 bulan atau kurang.
c. Dana pasar uang yang dibeli dengan kas yang melebihi kebutuhan mendesak.
Dalam konteks akuntansi, "kas yang melebihi kebutuhan mendesak dalam kas
dan setara kas". Merujuk pada kas yang melebihi persyaratan untuk menjaga
likuiditas perusahaan dan dapat digunakan untuk investasi yang sangat likuid,
berjangka pendek, dan dapat mengkonversi ke kas dalam jumlah tertentu tanpa
menimbulkan biaya yang besar. (Aldianingsih, 2020)

C. SIKLUS KAS DAN SETARA KAS


Siklus kas dan setara kas adalah aliran kas masuk dan keluar perusahaan
dalam periode waktu tertentu. Siklus ini dimulai dengan kas yang digunakan untuk
membiayai operasi perusahaan, kemudian menghasilkan kas kembali melalui

4
penjualan produk atau jasa. Kas yang dihasilkan kemudian dapat digunakan kembali
untuk membiayai operasi perusahaan atau diinvestasikan untuk menghasilkan
pendapatan di masa depan. Kas terdiri dari tiga sistem, yang masing-masing terdiri
dari berbagai jaringan prosedur. Sistem penerimaan kas:
a. Prosedur penerimaan kas dari penjualan tunai
b. Prosedur penerimaan kas dari penerimaan piutang
c. Prosedur setoran ke bank
d. Prosedur pencatatan penerimaan kas.
Sistem pengeluaran kas:
1. Prosedur pembuatan bukti kas keluar
2. Prosedur pembayaran kas
3. Prosedur pencatatan pengeluaran kas.
Sistem kas kecil:
1) Prosedur pembentukan dana kas kecil (imprest fund system dan fluctuonal
fund system)
2) Prosedur permintaan dan pertanggung jawaban pengeluaran dana kas kecil
3) Prosedur pengisian kembali dana kas kecil.

D. AKUN YANG MEMPENGARUHI KAS DAN SETARA KAS


a. Kas
Merupakan akun utama yang merekam saldo uang tunai yang dimiliki oleh
perusahaan.
b. Setara Kas
Termasuk dalam kategori ini adalah investasi jangka pendek yang mudah
dicairkan, seperti surat berharga yang dimiliki oleh perusahaan.
c. Piutang
Transaksi penjualan barang atau jasa yang belum dibayar secara tunai.
d. Hutang
Pembelian barang atau jasa yang belum dibayar secara tunai.
e. Pendapatan
Penerimaan uang tunai dari penjualan barang atau jasa.

f. Beban

5
Pengeluaran uang tunai untuk berbagai keperluan operasional perusahaan.
g. Penerimaan Pendapatan Non-Tunai
Penerimaan pendapatan dalam bentuk selain uang tunai, misalnya pembayaran
dengan kartu kredit atau cek.
h. Pembayaran Beban Non-Tunai
Pembayaran beban dalam bentuk selain uang tunai, seperti pembayaran dengan
kartu kredit atau cek.

E. TUJUAN AUDIT KAS DAN SETARA KAS


1. Posisi kas dan setara kas pada tanggal neraca/laporan posisi keuangan benar-
benar ada dan merupakan milik perusahaan (existence and ownership)
2. Semua transaksi kas dan setara kas telah dicatat dengan lengkap dan
merupakan transaksi yang sah (completeness).
3. Kas di bank seperti dinyatakan dalam rekonsiliasi telah dijumlahkan dengan
benar dan sesuai dengan buku besar (mathematical accuracy).
4. Kas di bank seperti dinyatakan dalam rekonsiliasi adalah absah dan benar
(validity and valuation).
5. Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dicatat dalam periode yang tepat
(cut-off).
6. Kas dan setara kas telah diungkapkan dengan benar (disclosure).(Agoes,
2019)
Secara keseluruhan tujuan audit kas adalah untuk menentukan kas yang
disajikan secara wajar dalam laporan keuangan sesuai dengan PSAP. Tabel di bawah
ini merupakan tujuan audit secara spesifik yang berhubungan dengan asersi laporan
keuangan untuk kas dan identifikasi prosedur audit substantif untuk menyelesaikan
tujuan audit. Tujuan audit khusus untuk kas:
Tujuan spesifik audit Prosedur audit substantif Asersi LK
Keberadaan fisik kas dan Mendapatkan konfirmasi Keberadaan (existence)
yang merupakan bank dan pernyataan cut off keterjadian (occurrence)
kepunyaan entitas bank hak dan kewajiban (right
and obligation)
Penerimaan dan Mendapatkan pernyataan Keberadaan (existence)
pengeluaran kas dicatat cut off bank rekonsiliasi keterjadian (occurrence)

6
dengan jumlah dengan bank menyiapkan atau kelengkapan
jumlah dan perhitungan melakukan tes daftar (completeness)
yang tepat sesuai dengan transfer bank penilaian (valuation)
periodenya alokasi (allocation)
Saldo kas meliputi dana Mendapatkan konfirmasi Keberadaan (existence)
di semua lokasi dan bank dan pernyataan cut off keterjadian (occurrence)
deposit in transit. bank kelengkapan
rekonsiliasi bank (completeness)
menyiapkan atau melakukan penyajian&pengungkapan
tes daftar transfer bank (presentation&disclosure)
kepatuhan(authorization)
Kas di sajikan dan Mendapatkan konfirmasi Hak dan kewajiban (right
diklasifikasikan bank and obligation)
sebagaimana semestinya Melakukan rekonsiliasi penyajian &
dan cukupnya bank pengungkapan
pengungkapan dalam konfirmasikan jaminan (presentation &
LK. untuk akun bank disclosure)
kepatuhan(authorization)
(Zamzami, 2017)

F. KEMUNGKINAN KESALAHAN PENCATATAN DALAM AKUN KAS DAN


SETARA KAS
a. Kesalahan Pengetikan
Kesalahan saat mengetik jumlah uang yang masuk atau keluar.
b. Transaksi Tertinggal
rencana tertinggal diakibatkan karena tidak mencatat beberapa transaksi kas yang
dilakukan.
c. Pencatatan Ganda
Pencatatan ganda merekam transaksi yang sama dua kali
d. Pengabaian Transaksi
Mengabaikan pencatatan transaksi tunai yang seharusnya dicatat.

7
e. Kesalahan dalam Penyesuaian
Salah melakukan penyesuaian untuk transaksi yang tidak sesuai dengan laporan
bank.
f. Kesalahan Konversi
Kesalahan dalam mengkonversi mata uang asing ke mata uang yang digunakan
dalam pencatatan kas.
g. Ketidaksesuaian dengan Kebijakan
Tidak mematuhi kebijakan atau prosedur yang ditetapkan untuk mencatat
transaksi kas.

G. PENGENDALIAN INTERNAL AKUN KAS DAN SETARA KAS


Pengendalian Internal atas Penerimaan Kas
Sebagian besar penerimaan kas perusahaan tentu saja berasal dari hasil
kegiatan normal bisnisnya, yaitu melalui penjualan tunai (baik untuk perusahaan
dagang maupun perusahaan jasa), ataupun sebagai hasil penagihan piutang usaha dari
pelanggan (dalam hal penjualan kredit). Sedangkan penerimaan kas lainnya timbul
dari kegiatan non-operasional perusahaan. Contoh sumber penerimaan kas lainnya ini
adalah berasal dari pendapatan bunga, sewa, dividen, setoran pemilik, hasil pinjaman
bank, hasil penjualan aset tetap yang tidak terpakai, hasil penerbitan dan penjualan
saham, obligasi, dan sebagainya.
Mengingat kas merupakan aset yang paling lancar dibanding aset lainnya,
maka untuk mengamankan penerimaan kas ini diperlukan suatu sistem pengendalian
internal yang baik dan ekstra hati-hati. Secara garis besar, berikut ini adalah beberapa
penerapan prinsip pengendalian internal atas penerimaan kas:
a. Hanya karyawan tertentu saja yang secara khusus ditugaskan untuk menangani
penerimaan kas
b. Adanya pemisahan tugas (segregation of duties) antara individu yang menerima
kas, mencatat/membukukan penerimaan kas, dan yang menyimpan kas.
c. Setiap transaksi penerimaan kas harus didukung oleh dokumen (sebagai bukti
transaksi), seperti slip berita pembayaran (pengiriman) uang/remittance advices
(dalam kasus penerimaan uang lewat pos/mail receipts), struk/cash register
records (dalam kasus penerimaan uang lewat konter penjualan/counter receipts),
dan salinan bukti setor uang tunai ke bank (deposit slips). Seluruh uang kas harian

8
yang diterima perusahaan dipegang oleh departemen kasir (kepala kasir). Salinan
lembar pertama dari ringkasan. Total penerimaan kas harian yang telah disiapkan
oleh departemen kasir diserahkan ke departemen akuntansi untuk selanjutnya oleh
bagian. Akuntansi akan dipergunakan sebagai dasar pencatatan transaksi ke dalam
jurnal (tentu saja setelah melewati proses analisis transaksi dan identifikasi akun),
lalu dibuatkan buku besar, dan seterusnya sesuai dengan tahapan- tahapan yang
ada dalam siklus akuntansi. Sedangkan salinan lembar kedua dari ringkasan total
penerimaan kas harian tadi yang telah disiapkan oleh departemen kasir diserahkan
ke hagian keuangan. Dokumen asli yang memuat ringkasan total penerimaan kas
harian itu sendiri tetap akan disimpan di departemen kasir.
d. Uang kas hasil penerimaan penjualan harian atau hasil penagihan piutang dari
pelanggan harus disetor ke bank setiap hari oleh departemen kasir. Departemen
kasir (kepala kasir) akan mengisi formulir setoran bank dan kemudian
menyetorkan uang kas tadi ke bank. Salinan bukti setor bank ini lalu akan
diserahkan oleh departemen kasir ke bagian keuangan. Jika uang kas hasil
penerimaan penjualan harian atau hasil penagihan piutang tersebut tidak sempat
disetor ke bank, maka simpanlah uang kas tadi. dalam safe deposit box, dan
hanya satu orang tertentu saja yang ditunjuk atau memiliki kode akses untuk
membukanya. Hal ini dilakukan untuk menghindari sikap saling menuduh atau
memudahkan pertanggung jawaban langsung apabila terjadi kehilangan atas uang
kas tersebut.
e. Dilakukannya pengecekan independen atau verifikasi internal. Misalnya saja
dalam kasus penerimaan uang lewat konter penjualan, di mana biasanya
supervisor akan memverifikasi (mengecek) kebenaran atas jumlah penerimaan kas
harian yang telah dihasilkan oleh operator mesin register kas dengan cara
mencocokkan antara total catatan register kas dengan total fisik uang kas aktual
sedangkan bagian keuangan juga akan memverifikasi (mengecek) kebenaran atas
jumlah penerimaan kas harian ini dengan cara membandingkan antara salinan
lembar kedua dari ringkasan total penerimaan kas harian dengan salinan bukti
setor bank. Mengikat karyawan yang menangani penerimaan kas dengan uang
pertanggungan.

9
Pengendalian Internal atas Pembayaran Kas
Kas mungkin dikeluarkan untuk berbagai tujuan (alasan), seperti misalnya untuk
membayar beban beban tertentu (baik sebagai pengeluaran operasional maupun non
operasional), untuk membayar utang kepada pemasok, bankir, atau pihak kreditor
lainnya, serta bisa juga kas dikeluarkan untuk membeli aset. Pada umumnya,
pengendalian internal atas pengeluaran kas akan lebih efektif ketika pembayaran
dilakukan dengan menggunakan cek atau transfer lewat rekening bank, dari pada
dengan melibatkan uang kas secara langsung. Pengecualian dibuat untuk pengeluaran
tertentu yang jumlahnya relatif kecil, di mana pengeluaran ini mungkin dapat dibiayai
lewat dana kas kecil (petty cash fund).
Pengendalian internal atas pembayaran kas seharusnya memberikan jaminan yang
memadai bahwa pembayaran hanya dilakukan untuk transaksi yang benar-benar telah
diotorisasi dengan semestinya. Di samping itu, budgeting juga dapat menjadi sebagai
salah satu alat kontrol untuk memastikan bahwa uang kas telah digunakan secara
efisien. Biasanya, manajer keuangan perusahaan secara berkala akan menyusun
anggaran pengeluaran kas dengan penuh hati-hati, dan nantinya pada setiap akhir
periode kinerja dari anggaran pengeluaran kas ini akan dievaluasi secara cermat untuk
mengetahui lebih lanjut faktor-faktor penyebab terjadinya pengeluaran kas yang
menyimpang jauh dari atau di luar anggaran.
Pengendalian internal sesungguhnya juga harus dapat menjamin bahwa setiap
kejadian ekonomi yang sifatnya akan menghemat pengeluaran kas benar-benar telah
dimanfaatkan dengan semestinya untuk kepentingan perusahaan, bukan untuk
kepentingan pribadi oknum karyawan tertentu. Sebagai contoh, seharusnya kalau
pengendalian internal telah diterapkan dengan baik, seperti yang sering terjadi dalam
kasus di perusahaan dagang, maka dapat dipastikan bahwa tidak akan mungkin
seorang karyawan dapat dengan leluasa melakukan penggelapan kas atas potongan
pembelian (purchase discounts) yang diberikan oleh pemasok.
Untuk menjamin pengendalian internal yang baik maka pemisahan tugas
(segregation of duties) sangat mutlak diperlukan. Sudah dapat dipastikan apa yang
akan terjadi apabila bagian pembelian juga merangkap dengan bagian pembayaran
dan pembukuan. Dalam hal ini, kemungkinan besar dapat dipastikan bahwa akan
terjadi yang namanya employee fraud (tindakan kecurangan yang dilakukan oleh
karyawan). Kalau pengendalian internal tidak diterapkan dengan baik, maka tidak

10
hanya potongan pembelian, tetapi potongan dagang (trade discounts) juga akan atau
dapat dimanipulasi. Potongan pembelian diberikan oleh pemasok kepada perusahaan
atas pembayaran yang dilakukan dalam waktu yang segera sesuai dengan periode
potongan yang tertera dalam credit term. Sedangkan potongan dagang adalah
potongan langsung yang diberikan oleh pemasok kepada perusahaan atas pembelian
barang dalam jumlah atau partai besar.
Pada umumnya, pengendalian internal baru diterapkan oleh perusahaan dengan
skala bisnis ukuran menengah ke atas, yang di mana kegiatan operasionalnya sudah
semakin kompleks dan jenjang otorisasi mulai semakin meluas (bertingkat).
Penerapan atas pengendalian internal mengharuskan perusahaan untuk mau tidak mau
mengeluarkan tambahan biaya. Pada prinsipnya, manfaat yang akan diperoleh dari
penerapan pengendalian internal harus lebih besar dibanding pengorbanan yang
dikeluarkan..
Pada perusahaan kecil, seorang manajer mungkin dapat dengan leluasa
menandatangani setiap cek tanpa limit otorisasi. Sedangkan untuk perusahaan dengan
skala bisnis ukuran menengah ke atas, maka biasanya manajer keuangan atau kepala
cabang memiliki batas-batas jumlah tertentu dalam hal penandatanganan cek atau
melakukan pembayaran. Sebagai contoh bahwa manajer keuangan yang ada di kantor
pusat mungkin hanya boleh menyetujui pembayaran-pembayaran yang jumlahnya
tidak melebihi 50 juta rupiah. Sehingga jika kebutuhan pembayaran melebihi jumlah
tersebut, maka harus mendapat otorisasi khusus dari pimpinan yang ada di atasnya,
dalam hal ini misalnya otorisasi dari direktur keuangan. Perusahaan yang memiliki
beberapa kantor cabang juga biasanya akan memberlakukan batas. otorisasi
pembayaran kas atau penandatanganan cek yang bervariasi antara kepala cahang yang
satu dengan kepala cabang lainnya. Misalnya saja bahwa kepala cabang Surabaya
diperbolehkan (memiliki otorisasi) untuk melakukan pembayaran kas atau
penandatanganan cek sampai dengan 40 juta rupiah, tetapi mungkin kepala cabang
Cirebon hanya memiliki batas otorisasi maksimum 20 juta rupiah. Hal ini dapat
dimengerti sehubungan dengan kebutuhan dana kas operasional yang berbeda.
Dalam praktik, banyak sekali tindakan-tindakan kecurangan yang terjadi sebagai
akibat dari lemahnya pengendalian internal. Masalah pengendalian internal lainnya
yang tidak kalah penting (di samping masalah pemisahan tugas dan limit otorisasi
seperti yang telah dibahas di atas) adalah mengenai masalah keabsahan dokumen.
Seringkali dokumen bukti pembayaran kas dimanipulasi. Contoh yang paling sering

11
terjadi adalah melebih-lebihkan jumlah penggantian atas biaya perjalanan dinas
(seperti biaya makan, transport atau uang bensin, dan lain-lain) dan juga klaim atas
penggantian biaya kesehatan (biaya berobat. maupun penggantian kaca mata). Perlu
juga diperhatikan bahwa dokumen tagihan yang telah dibayar lunas harus segera
diberi stempel lunas (Paid) untuk menghindari terjadinya penguangan kembali oleh
oknum karyawan yang tidak bertanggung jawab. Secara garis besar, berikut ini adalah
beberapa penerapan prinsip pengendalian internal atas pembayaran kas dengan
menggunakan cek:
1. Hanya pejabat tertentu saja yang secara khusus memiliki otorisasi untuk
menandatangani cek (biasanya manajer keuangan).
2. Adanya pemisahan tugas (segregation of duties) antara individu yang
menyetujui pembayaran kas, melakukan pembayaran kas, dan yang
mencatat/membukukan pengeluaran kas.
3. Menggunakan cek yang telah bernomor urut tercetak setiap cek harus
dilampiri dengan bukti tagihan.
4. Simpanlah blanko cek yang belum terpakai (yang telah bernomor urut tercetak
tadi) dalam safe deposit box, dan hanya satu orang tertentu saja yang ditunjuk
atau memiliki kode akses untuk membukanya cetak jumlah nilai cek yang
akan dibayarkan dan tujuan serta si penerima pembayaran dengan
menggunakan mesin cetak.
5. Dilakukannya pengecekan independen atau verifikasi internal.
Bandingkanantara cek dengan bukti tagihan dan cocokkanlah dengan laporan
bank atau rekening koran bulanan.
6. Faktur tagihan (invoices) yang telah dibayar lunas harus segera diberi stempel
Lunas (Paid).

H. TOC AKUN KAS DAN SETARA KAS BESERTA CONTOH


Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit yang dirancang untuk
memverifikasi efektivitas pengendalian intern klien. Pengujian pengendalian terutama
ditujukan untuk mendapatkan informsi mengenai:
a. frekuensi pelaksanaan aktivitas pengendalian yang ditetapkan
b. mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian tersebut
c. karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut.

12
Auditor melakukan pengujian dengan cara memilih secara acak surat order pembelian
yang dibuat oleh klien dalam tahun yang diperiksa dan kemudian melakukan audit
mengenai:
1. Frekuensi pelaksanaan aktivitas pengendalian. Dalam pengujian pengendalian,
auditor memeriksa seberapa banyak transaksi pembelian diotorisasi dari
pejabat yang berwenang dalam periode yang diperiksa. Kemungkinan dari 150
lembar order pembelian yang dibuat oleh klien dalam April tersebut, auditor
hanya menemukan:
1) 145 lembar, telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang
2) 5 lembar, tidak berisi tanda tangan pejabat yang berwenang
2. Mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian. Otorisasi dari pejabat yang
berwenang merupakan salah satu aktivitas pengendalian untuk mengawasi
transaksi pembelian. Di samping auditor berkepentingan terhadap frekuensi
terjadinya pengendalian atas transaksi pembelian melalui otorisasi tersebut,
dalam pengujian pengendalian auditor juga menguji mutu pelaksanaan
aktivitas pengendalian tersebut. Seringkali dalam melaksanakan suatu
aktivitas, karyawan hanya melaksanakan aktivitas tersebut tanpa mengetahui
apa yang hendak dicapai dengan aktivitas pengendalian tersebut. Pelaksanaan
suatu aktivitas pengendalian dikatakan baik mutunya jika aktivitas tersebut
dapat mencapai tujuan yang hendak dicapai dengan melaksanakan aktivitas
pengendalian tersebut.
3. Karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian. Pelaksanaan suatu
aktivitas pengendalian sangat tergantung pada siapa yang melaksanakan
aktivitas tersebut. Salah satu unsur pengendalian intern terhadap sediaan
adalah dilakukannya secara periodik pencocokan jumlah fisik sediaan yang
benar-benar ada di tangan perusahaan dengan jumlah sediaan yang tercantum
dalam catatan akuntansi. Biasanya aktivitas pengendalian ini dilaksanakan
oleh klien dengan penghitungan fisik sediaan. Dalam pengujian pengendalian
auditor menguji apakah secara periodik klien melaksanakan aktivitas
pengendalian terhadap sediaan. Di samping itu auditor juga melakukan
pengujian mengenai karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian
tersebut.

13
TOC (Tingkat Operasional Kas) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan berbagai tingkatan dalam pengelolaan kas suatu perusahaan. Berikut
adalah beberapa tingkatan kas dan contohnya:
1) Kas Tunai (Petty Cash)
Penggunaan uang tunai untuk keperluan sehari-hari, seperti pembelian kantor
supplies atau kebutuhan sehari-hari.
2) Kas Operasional Kas
Kas operasional kas yang digunakan untuk kegiatan operasional harian
perusahaan, termasuk pembayaran gaji, tagihan, dan biaya operasional
lainnya.
3) Kas Investasi Uang
Uang tunai yang diinvestasikan dalam instrumen keuangan atau proyek-
proyek yang dapat memberikan pengembalian.
4) Kas Pemeliharaan
Dana yang disiapkan untuk pemeliharaan peralatan atau fasilitas agar tetap
berfungsi optimal.
5) Kas Darurat Cadangan
kas untuk menghadapi situasi darurat atau keadaan tak terduga, seperti
kerusakan peralatan penting atau bencana alam.
6) Kas Pembayaran Utang
Dana yang dialokasikan khusus untuk membayar utang perusahaan.
7) Kas Pembayaran Dividen
Uang tunai yang disiapkan untuk pembayaran dividen kepada pemegang
saham.
Perlu diingat bahwa setiap perusahaan dapat memiliki struktur kas yang berbeda
tergantung pada jenis bisnis dan kebutuhan spesifik mereka.

I. SUBSTANTIVE TEST/PROSEDUR AUDIT KAS DAN SETARA KAS


BESERTA CONTOH
Dalam audit, ada dua jenis prosedur audit yang umum digunakan, yaitu
prosedur audit kas dan setara kas, dan pengujian substantif. Prosedur audit kas dan
setara kas adalah prosedur audit yang dirancang untuk menemukan kemungkinan
adanya kesalahan moneter yang secara lsangsung dapat mempengaruhi keputusan

14
auditor. Dalam prosedur ini, auditor akan melakukan pengujian pada dokumen dan
transaksi yang langsung terkait dengan kas dan setara kas.
Pengujian substantif adalah prosedur audit yang dirancang untuk menemukan
kemungkinan adanya kesalahan moneter yang secara tidak langsung dapat
mempengaruhi keputusan auditor. Dalam pengujian ini, auditor akan melakukan
pengujian terhadap transaksi rinci, pengendalian, dan dokumen yang tidak terkait
langsung dengan kas dan setara kas.
Contoh pengujian substantif yang umum digunakan dalam audit kas dan setara
kas adalah:
a. Pengujian pengendalian (test of control)
Auditor akan melakukan pengujian terhadap sistem pengendalian yang ada
dalam perusahaan, seperti sistem pengendalian kas, sistem pengendalian
transaksi, dan sistem pengendalian dokumen.
b. Pengujian terhadap transaksi rinci (detailed Transaction Testing)
Auditor akan melakukan pengujian terhadap transaksi rinci yang dianggap
mempunyai risiko tinggi, seperti transaksi yang besar, transaksi yang
dilakukan oleh individu dengan hak otonom, dan transaksi yang dilakukan
oleh individu yang memiliki konflik dengan manajer perusahaan.
c. Pengujian terhadap dokumen yang tidak langsung terkait dengan kas dan
setara kas (pengujian dokumen non tunai)
Auditor akan melakukan pengujian terhadap dokumen yang tidak langsung
terkait dengan kas dan setara kas, seperti dokumen pembayaran, dokumen
pengeluaran, dan dokumen penerimaan.
Prosedur Audit atas Kas
Menurut Arens et al. (2017: 740-742) metodologi untuk mengaudit kas akhir
tahun pada dasarnya sama dengan akun neraca lainnya, antara lain:
1. Mengidentifikasi risiko pada bisnis klien yang memengaruhi kas risiko pada
bisnis klien sering kali timbul dari setara kas dan jenis investasi lainnya.
Auditor harus memahami risiko dari kebijakan dan strategi investasi klien,
serta kontrol manajemen yang memitigasi risiko- risiko ini.
2. Menetapkan salah saji yang dapat diterima dan menilai risiko bawaan Karena
kas merupakan aset lebih rentan terhadap pencurian daripada aset lain, ada
risiko tinggi yang berhubungan erat dengan keberadaan, kelengkapan, dan
akurasi. Tujuan-tujuan ini biasanya akan berfokus pada audit saldo kas.

15
3. Menilai risiko kontrol (control risk) pengendalian internal atas saldo kas akhir
tahun dalam akun kas umum dapat dibagi menjadi dua kategori:
1) Pengendalian atas siklus transaksi yang memengaruhi pencatatan
penerimaan dan pengeluaran kas
2) Rekonsiliasi bank yang bersifat independen jika pengendalian yang
memengaruhi transaksi kas terkait transaksi operasional dinilai efekrif,
maka risiko pengendalian akan berkurang. Seperti halnya pengujian audit
untuk rekonsiliasi bank akhir tahun.
4. Merancang dan melakukan uji pengendalian (test of control) dan pengujian
substantif atas transaksi (substantive test of transactions) uji pengendalian
merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk menguji efektivitas dari
pengendalian internal dalam rangka untuk mengurangi penilaian risiko
pengendalian (control risk). Sedangkan uji substantif merupakan prosedur
yang dirancang untuk menguji salah saji moneter (rupiah / dollar) yang secara
langsung berpengaruh pada ketetapan saldo laporan keuangan. Terdapat tiga
jenis pengujian substantif, yaitu uji substantif atas transaksi, prosedur analitis
dan uji terperinci saldo.Secara umum, terdapat dua pengendalian atas kas,
yaitu penerimaan dan pengeluaran kas. Auditor harus mengikuti beberapa
proses berikut dalam melakukan uji pengendalian dan uji substantif atas
transaksi untuk penerimaan kas berdasarkan tujuan audit terkait transaksi,
yaitu:
1) Menentukan pengendalian internal utama untuk setiap tujuan audit
2) Merancang uji pengendalian untuk setiap pengendalian yang digunakan
untuk mengurangi risiko pengendalian
3) Merancang uji substantif atas transaksi untuk menguji salah saji material
dari setiap tujuan audit
5. Merancang dan melakukan prosedur analisis substantive
Auditor biasanya membandingkan saldo akhir pada rekonsiliasi bank,
setoran dalam perjalanan (deposits in transit), cek yang beredar (outstanding
checks), dan jenis rekonsiliasi lainnya dengan rekonsiliasi yang dilakukan
pada tahun sebelumnya. Prosedur analisis substantif ini dapat digunakan untuk
menemukan salah saji pada kas.
6. Merancang uji terperinci saldo kas (tests of details of cash balance)

16
Terdapat tiga prosedur penting dalam melakukan uji terperinci atas
saldo kas khususnya untuk kas di bank, yaitu:
1) Permintaan atas konfirmasi bank
2) Permintaan atas cut off bank statement
3) Pengujian rekonsiliasi bank. (hery, 2019)

17
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Kas dan setara kas merupakan salah satu aset strategis yang dimiliki sebuah
perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Pemeriksaan yang dilakukan
terhadap kas dan setara kas menjadi salah satu penilaian penting bagi auditor dalam
meyakinkan diri untuk memberikan opini terhadap laporan keuangan perusahaan yang
diperiksa. Pengelolaan kas dan setara kas tidak dapat dipisahkan dari struktur
pengendalian internal (SPI) yang baik. Semakin baik SPI terkait kas dan setara kas,
akan semakin memudahkan auditor dalam memeriksa kas dan setara kas perusahaan
sehingga kewajaran kas dan setara kas menjadi hasil yang memuaskan bagi
perusahaan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S. (2019). pratikum audit berbasis SAK ETAP. salemba empat.


Aldianingsih, A. (2020). audit laporn keuangan 1 (teori dan kasus) (pertama). universitas
pekalongan press.
hery. (2019). akuntansi perpajakan (pertama). pT Grasindo.
Warfield, kieso weygandt. (2019). akuntansi keuangan menengah. salemba empat.
Zamzami, F. (2017). audit keuangan sektor publik untuk laporan keuangan pemerintah
daerah. gajah mada universiti press.

19

Anda mungkin juga menyukai