Anda di halaman 1dari 28

“AUDIT KAS DAN INSTRUMEN KEUANGAN”

Tugas ini diajukan untuk memenuhi syarat Mata Kuliah Auditing II

Dosen Pembina:
Yani Zulvina, SE., M.AK.

OLEH
KELOMPOK 4
Arya Dwiki Putra (1802110221)
Fikri Abdul Aziz (1802125022)
Randa ardianto saputra (1602110553)
Fianka Rezalina (1602110416)
Rizky Yunita (1802112004)
Nuraini (1802111085)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru ,22 November 2020


DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ………………………………………………………..…….… i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… i


BAB I PENDAHULUAN
………………………………………………………………………………………. 1

Latar Belakang ………………………………………………………………………. 4


Rumusan Permasalahan …………………………………………………… ……...... 4
Tujuan ……………………………………………………………………………… 5
Manfaat …………………………………………………………………………….. 5
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………. 6
BAB III PENUTUP …………………………………………………………… 29
Kesimpulan ……………………………………………………………………. 29
Saran …………………………………………………………………………… 29
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kas adalah sumber pembiayaan yang paling likuid, dimana saldo kas dapat digunakan
sewaktu-waktu dalam proses pembiayaan dalam kegiatan operasional suatu entitas. Kas
merupakan harta lancar perusahaan yang mudah diselewengkan. Hal itu terjadi karena
banyaknya transaksi yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran kas. Selain itu, kas
menjadi objek potensi kecurangan dan pencurian   dibandingkan dengan jenis aset lainnya karena
kebanyakan aset harus dikonversikan terlebih dahulu ke kas agar dapat diuangkan. Oleh karena
itu sangatlah perlu dilakukan audit terhadap saldo kas. Tujuan utama audit saldo kas adalah
untuk memastikan saldo kas telah diidentifikasi dan diklasifikasikan dengan tepat dalam neraca,
sehingga kas tersebut dapat memenuhi kebutuhan entitas. Dengan audit atas saldo kas maka akan
memudahkan perusahaan dalam mengembangkan anggaran kas. Dengan pengelolaan anggaran
kas yang baik perusahaan dapat mempr oyeksikan peramalan yang baik atas penerimaan dan
pengeluaran kas. Dengan teknik peramalan kas, manajemen dapat merencanakan untuk
menginvestasikan kelebihan kas, dan bila terdapat kebutuhan akan kas mendapatkan pinjaman
dengan tingkat bunga yang menguntungkan.
1.2 TUJUAN
1. Menunjukan hubungan antara kas di bank dan berbagai siklus transaksi.
2. Mengidentifikasi jenis akun kas utama yang digunakan oleh entitas bisnis.
3. Menjelaskan mengenai pengujian audit atas akun kas umum.
4. Mengetahui prosedur yang berorientasi kecurangan.
5. Menjelaskan mengenai audit ataas akun instrumen keuangan.
1.3 MANFAAT
Manfaat yang diharapkan dari karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi Pembaca
Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai proses audit atas kas.
2. Bagi Penulis
Untuk menambah pengalaman dalam membuat paper ini dan menambah wawasan tentang proses
audit atas kas.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. JENIS AKUN KAS DAN INSTRUMEN KEUANGAN


Kita awali dengan membahas jenis akun kas dan instrumen keuangan yang umum
digunakan oleh sebagian besar perusahaan. karena pendekatan auditing terhadap masing-masing
akun itu bewariasi. Auditor akan mengetahui lebih banyak berbagai jenis saldo kas dan
instrumen keuangan setelah memahami bisnis klien. Berikut adalah jenis akun yang utama.

Akun kas umum (general cash account)

Mempakan kas yang panting bagi sebagian besar organisasi karena hampir semua
penerimaan dan pengeluaran kas mengalir melalui akun ini. Sebagai contoh, pengeluaran untuk
siklus akuisisi dan pembayaran biasanya dibayar dari akun ini. sementara penerimaan kas dalam
siklus penjualan dan penagihan disetorkan dalam akun ini.

Akun Imprest Seperti dibahas pada Bab 20, banyak perusahaan membuat akun penggajian
imprest yang terpisah untuk memperbaiki pengendalian internal terhadap pengeluam penggajian.
Suatu saldo tetap, seperti sebesar $5.000, dipertahankan dalam akun bank penggajian imprest
Segera sebelum setiap periode pembayaran, satu cek atau transfer elektronik ditarik dari akun kas
umum untuk menyetorkan total jumlah penggajian bersih ke akun penggajian. Setelah
mencairkan semua cek penggajian pada alum penggajian imprest, rekening bank akan memiliki
saldo sebesar $5.000. Satu-satunya setoran ke akun itu adalah untuk penggajian mingguan dan
setengahbulanan. dan satu-satunya pengeluaran adalah pembayaran kepada karyawan.

Jenis akun imprest yang agak berbeda terdiri dari satu reken'mg bank untuk penerimaan
dan satu untuk pengeluaran. Mungk‘m terdapat beberapa rekcn'mg semacam itu di perusahaan
untuk divisi yang berbeda. Semua penerimaan disetorkan dalam akun imprest, dan totalnya
ditransfer ke akun umum secara periodik Akun pengeluaran ini ditetapkan atas dasar imprest,
tetapi dengan cara yang, berbeda dari akun penggajian imprest. Suatu saldo tetap akan
dipertahankan dalam alum imprest, dan personil yang berwenang dapat bcbas menggunakan dam
tersebut untuk melakukan pembayaran asalkan konsisten dengan kebijakan perusahaann Ketika
saldo kas hampir habis, permohonan pengisian kembali diajukan ke akun

Akun bank cabang. Untuk perusahaan yang beropcrasi di lokasi yang bcrbeda, akan
lebih mudah jika perusahaan memiliki saldo bank yang terpisah di setiap lokasi. Akun bank
cabang (branch bank accounts) berguna untuk membangun hubungan perbankan di komunitas
lokal dan memungkinkan sentralisasi operasi pada tingkat cabang, Di beberapa perusahaan,
setoran dan pengeluaran untuk setiap cabang dilakukan di rekening bank terpisah, dan kelebihan
kas akan ditransfer dilakukan secara elektronik dan secara periodik ke rekening bank umum
kantor utama. Akun cabang dalam contoh ini hampir sama seperti akun umum, tetapi pada
tingkat cabang.

Dana kas kecil imprest (imprest petty cash fund) bukan mempalan rekening bank.
tetapi hampir serupa dengan kas di bank dalam hal pencantumannya. Akun has had adalah akun
sederhana seperti memisahkan sejumiah kas dalam kotak terkunci untuk beban yang tidak
terduga. Dana tersebut digunakan untuk akuisisi tunai bernilai kecil yang dapat dibayar secara
lebih mudah dan lebih cepat dengan kas ketimbang dengan cek, atau untuk memudahkan
karyawan dalam mencairkan cek pribadi atau cek penggajian. Akun kas imprest dibentuk atas
dasar yang sama seperti akun bank cabang imprest, tetapi biasanya digunakan untuk pengeluaran
dalam jumlah yang lebih kecil. Beban yang umum meliputi perlengkapan minor kantor.
perangko. dan sumbangan amal. Akun kas kecil biasanya tidak melampaui beberapa ratus dolar
dan sering kali hanya diisi kembali satu atau dua kali setiap bulan. Sebagai akibat dari saldo yang
tidak material, kita tidak membahas penguji atas rincian saldo kas kecil di bab ini. Untuk
organisasi, kita berfokus pada pengendalian internal. Banyak organisasi menggunakan kartu
pembelian yang belum disetujui (dikenal sebagai kartu-P) untuk melakukan rupa-rupa pembelian
ketimbang mengadakan dana kas kecil. Kartu pembeiian ini berfungsi seperti kartu kredit. tetapi
mcngandung banyak restriksi menyangkut sifat dan jumlah pembelian yang dapat dilakukan.
kantor utama. Akun cabang dalam contoh ini hampir sama seperti akun umum, tetapi pada
tingkat cabang.

Ekuivalen kas. Perusahaan seringkali menginvestasikan kelebihan kas yang diakumulasi


selama bagian tertentu dari siklus operasi, yang akn diperlukan tidak lama lagi dalam bentuk
ekuivalen kas (cash aquivalent) yang bersifat jangka pendek dan sangad liquid. Hal tersebut
termasuk deposito berjangka, sertifikat deposito, dan dana pasar uang. Ekivalen kas, yang dapat
sangat material dicantumkan dalam laporan keuangan sebagai bagian dari akun kas hanya jika
ekuivalen kas tersebut merupakan investasi jangka pendek yang siap dikonversi menjadi
sejumlah kas tertentu, dan terdapat risiko perubahan nilai yang tidak signifikan akibat perubahan
suku bunga.
Instrumen keuangan. Akun instrumen keuangan mencakup investasi dalam sekuritas
yang dapat diperdagangkan seperti sekuritas utang dan ekuitas, instrumen derivatif, dan aktivitas
lindung- nilai (hedging). Investasi dalam instrumen keuangan dapat diklasifikasikan sebgai
sekuritas perdagangan, sekuritas yang tersedia untuk dijual, atau sekuritas yang ditahan hingga
jatuh tempo (held- to- maturity). Sedangkan instrumen derivatif dapat diklasifikasikan sebgai
aset atau kewajiban, sesuai dengan standar akuntansi.

2.2. KAS DI BANK DAN SIKLUS TRANSAKSI


Pembahasan singkat mengenai hubungan antara kas di bank dan siklus transaksi lainnya
memiliki peran ganda:
1. Hal tersebut menunjukkan pentingnya pengujian audit atas berbagai sildus transaksi dalam
audit kas.
2. Hal tersebut membantu kita memahami lebih lanjut tentang integrasi berbagai siklus transaksi.

Dalam audit kas, auditor harus membedakan antara memverifikasi rekonsiliasi saldo pada
laporan bank ldien dan saldo di buku besar umum, serta memveriflkasi apakah kas yang tercatat
di buku besar umum merefleksikan dengan benar semua transaksi kas yang terjadi selama tahun
berjalan. jadi, jauh lebih mudah memverifikasi rekonsiliasi saldo di rekening bank klien dengan
buku besar umum. tetapi bagian Yang signifikaan dari total audit perusahaan melibatkan
verifikasi apakah transaksi yang dicatat dengan benar. Sebagai contoh. masing-masing dari salah
saji berikut akhirnya menghasilkan pembayaran yang tidak tepat atau kegagalan untuk menerima
kas. tetapi biasanya tidak ada yang akan ditemukan sebagai bagian dari audit . rekonsiliasi bank:

•Kegagalan menagih pelanggan.


• Penggelapan kas dengan memotong penerimaan kas dari pelanggan sebelum penerimaan itu
dicatat, dengan menghapus akun sebagai piutang tak tertagih.
• Salinan pembayaran faktur vendor.
• Pembayaran yang tidak semestinya berupa pengeluaran pribadi pejabat.
• Pembayaran bahan baku yang tidak diterima.
• Membayaran kepada karyawan untuk jam kerja yang lebih besar dari yang dia kerjakan.
Pembayaran bunga kepada pihak terkait dalam jumlah yang melampaui tingkat yang berlaku.
Seluruh jenis salah saji yang berbeda itu umumnya ditemukan scbagai bagian dari pengujian
rekonsiliasi bank. Hal tersebut termasuk:
 Kegagalan memasukkan cek yang belum di kliring oleh bank pada daftar cek yang
beredar, walaupun telat dicatat dalam jurnal pengeluaran kas.
 Kas yang diterima oleh klien setelah tanggal neraca tetapi diacatat sebagai penerimaan
kas pada tahun berjalan.
 Setoran yang diacatat sebagai penerimaan kas mendekati akhir tahun, disetorkan ke bank
pada bulan yang sama, dan dicantumkan dalam rekonisliasi bank sebagai storan dalam
perjalanan.
 Pembayaran wesel bayar yang didebet langsung ke saldo bank oleh bank, tetapi belum
dimasukkan dalam catatan klien.

2.3. AUDIT AKUN KAS UMUM

Dalam menguji saldo akhir tahun pada akun kas umum, auditor harus mengakumulasi
bukti yang cukup dan tepat untuk mengevaluasi apakah kas, seperti yang tercantum dalam
neraca, telah dinyatakan secara wajar dan diungkapkan secara layak sesuai dengan lima dari
delapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo yang digunakan untuk semua pengujian atas
rincian saldo (ekstensi, kelengkapan, keakuratan, pisah batas, dan detail tie-in). Hak atas kas
umum, klasifikasinya pada neraca, dan nilai realisasi kas tidak dapat diterapkan.

Metedologi untuk mengaudit kas akhir taahun pada intinya sama dengan yang digunakan
untuk semua akun neraca lainnya dan akan dibahas secara terinci.
 Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi kas ( Tahap I)

Sebagian besar perusahaan mungkin tidak menghadapi resiko bisnis klien yang signifikan
yang mempengaruhi saldo kas. Akan tetapi, resiko bisnis klien bisa saja berasal dari kebijakan
manajemen kas yang tidak tepat atau penanganan dana yang dilakukan oleh pihak lain.

Risiko bisnis klien kemungkinan besar dari ekuivalen kas dan jenis investasi lainnya.
Kita akan membahas risiko bisnis yang terkait dengan investasi secara lebih terinci pada bagian
selanjutnya tentang mengaudit aku instrumen keuangan. Auditor harus memahami risiko yang
berasal dari kebijakan dan strategi investasi klien, seerta pengendalian manajemen mengurangi
risiko tersebut.

 Menetapkan materialitas kinerja dan menilai risiko inheren (Tahap I)


Saldo kas bersifat material pada sebagian besar audit, tetapi transaksi kas yang
mempengaruhi saldo itu hampir selalu sangat material. Oleh karena itu, potensi salah saji kas
material sering kali ada.
Karena kas lebih rentan terhadap pencurian ketimbang aset alinnya, terdapat risiko
inheren yang tinggi untuk tujuan eksistensi, kelengkapan, dan keakuraran. Tujuan-tujuan tersebut
biasanya menjadi fokus dalam mengaudit saldo kas. Pada umumnya, risiko inheren untuk semua
tujuan lainnya adalah rendah.
Pengendalian internal terhdapat saldo kas kahir tahun dalam akun umum yang dapat
dibagi dalam dua kategori:
1. Pengendalian terhadap siklus transaksi yang mempengaruhi pencatatan penerimaan
dan pengeluarak kas.
2. Rekonsiliasi bank independen.

Rekosiliasi bank

bulanan terhadap akun ban umum atas dasar waktu oleh orang independen
menangani atau mencatat penerimaan serta pengeluaran kas merupakan pengendaluan
yang penting terhadap saldo kas akhir. Perusahaan yang memiliki aldo kas yang
signifikan dan volume transaksi kas yang besar dapat merekonsiliasi kas setiap hari
dengan catatan perbankan online. Jika suatu perushaan menunda penyiapan rekonsiliasi
bank dalam periode yang lama, nilai pengendaluan akan berkurang dan mungkin
mempengaruhi penilaian risiko pengendalian akan berkurang dan mungkin
mempengaruhi penilaian risiko pengendalian las oleh auditor. Rekonsiliasi itu akan
memastikan bahwa catatan akuntansi merefleksikan saldo kas yang sama seperti jumlah
aktual kas di ank setelah mempertimbangkan item-item rekonsiliasi. Lebih penting lagi,
rekonsiliasi independen memberikan kesempatan bagi verfikasi internal atas transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas. Jika laporan bank diterima dalam kondisi tertutup oleh
orang yang melakukan rekonsiliasi selesai, cek yang dibatalkan, salinan slip deposit, dan
dokumen lainnya yang dicantumkan dalam laporan dapat diperiksa tanpa khawatir
dengan kemungkinan adanya perubahan, penghapusan, atau penambahan. Rekonsiliasi
bank yang cermat oleh personil klien yang kompeten meliputi tindakan-tindakan berikut :

 Membandingkan cek yang dibatalkan atau catatan bank elektronik tentang


pembayaran dengan catatan pengeluaran kas menyangkut tanggal, payee
atau pihak yang dibayar, dan jumlahnya.
 Memeriksa cek yang dibatalkan atau catatan bank elektronik tentangg
pembayaran menyangkut tanda tangan , endorsment, dan pembatalan
 Membandingkan setoran di bank dengan penerimaan kas yang tercatat
menyangkut tanggal, pelanggan, dan jumlah
 Memeriksai urutan nomor cek, dan menyelidik cek yang hilang.
 Merekonsiliasi semua item yang menyebalkan perbedaan antara nilai buku
dan saldo bank serta memverivikasi kesesuaiannya dengan bisnis klien
 Merekonsiliasi total debet pada laporan bank dengan total catatan
pengeluaran kas
 Merekonsiliasi total kredit pada laporan bank dengan total catatan
penerimaan kas
 Mereview transfer antarbank pada akhir bulan unttuk melihat kesesuaian
dan pencatatan yang tepat.
 Menindaklanjuti cek yang beredar dan pemberitahuan penghentian
pembayaran.

Sebagian besar paket perangkat lunak akuntansi memasukkan rekonsiliasi bank sebagai
bagian dari prosedur akhir bulan. Walaupun perangkat lunak itu mengurangi tugas
klerikal dalam melaksanakan rekonsiliasi bank, penyusunannya masih harus melakukan
sebagian besar prosedur yang disebutkan diatas. Pengendalian rekonsiliasi bank dapat
ditingkatkan dengan cara mereview rekonsiliasi bank bulanan oleh karyawan yang
komponen segera setelah rekonsiliasi itu selesai.

 Merangcang dan melaksanakan pengujian pengendalian serta pengujian substantif


atas transanksi ( Tahap II )

Langkah awal dalam memverifikasi saldo akun bank umum adalah memperoleh
rekonsiliasi bank dari klien untuk dicantumkan dalam dokumentasi auditor.
U n t u k m e n g a
klien
sudah
benar.
Tujuan
audit
yang
berkaitan
dengan
saldo dan

pengujian atas rincian saldo yang umum dalam mengaudit akun kan ditunjukkan di tabel 23-1.
Tujuan yang paling penting adalah eksistensi, kelengkapan, dan keakuratan. Karena itu, tujuan-
tujuan tersebut mendapat perhatian yang paling besar. Selain tujuan audit yang berkaitan dengan
saldo, auditor juga melakukan pengujian yang berhubungan dengan empat tujuan penyajian dan
penangkapan, seperti revies notulen dan persetujuan pinjaman untuk menetukan apakah terdapat
pembatasan terhadap kas yang haruus diungkapkan. Seperti dalam bidang audit lainnya, prosedur
audit aktual tergantung pada materialitas dan resiko kas yang telah diidentifikasi oleh auditor
pada bagian audit lainnya.

Berikut adalah tiga prosedur yang layak dibahas lebih lanjut karena arti penting dan
kompleksitasnya: penerimaan konfirmasi bank, penerimaan laporan pisah batas bank, dan
pengujian rekonsiliasi bank.

 Penerimaan Konfirmasi Bank


konfirmasi bank tidak diharuskan untuk audit entitas non-publik atau menurut standar
auditing internasional. Akan tetapi, biasanya auditor meminta penerimaan informasi langsung
setiap bank atau institusi keuangan lainnya dimana klien melakukan bisnis ,kecuali jika ada
sejumlah besar akun yang tidak aktif. Jika bank tidak merespons permintaan konfirmasi, auditor
harus mengirimkan permintaan kedua atau meminta klien berkomunikasi dengan bank untuk
memintanya melengkapi dan mengembalikan konfirmasi ke auditor. Untuk memudahkan auditor
dan juga bankir yang dimintai untuk mengisi komfirmasi bank, AICPA menyetujui penggunaa
formulir konformasi bank standar. Gambar 23-4 mengilustrsikan konfirmasi standar yang
lengkap yang disebut ‘formulir standaruntuk mengkonfirmasi saldo akun dengan institusi
keuangan’. Formulir standar ini telah disetujui oleh AICPA dan American Banker Association.
Seabagaimana dijelaskan dalam sketsa di hal. 345, konfirmsi bank seringkali dikrim secara
elektronik dan beberapa bank hanya akan merespons permintaan konfirmasi yang dikirim secara
elektronik melalui pihak ketiga yang ditujukannya.

Pentingnya konfirmasi bank dalam audit melampaui verifikasi atas saldo kas aktual.
Biasanya, bakn mengkonfirmasi informasi tentang pinjaman dan saldo bank pada formulir yang
sama, Informasi mengenai kewajiban kepada bank atas wesel, hipotik atas utang lain biasanya
mencantumkan jumlah dan tanggal pnjaman, tanggal jatuh tempo pinjaman, suku bunga dan
keberadaan jaminan.

Bank tidak bertanggung jawab untuk mecari catatan mengenai saldo bank atau pinjaman
diluar yang dicantumkan dalam formulir oleh klien kantor akuntan pblik. Pernyataan didekat
bagian bawah formulir, mewajibkan bank untuk memberitahu kantor akuntan publik mengenai
setiap pinjaman yang tidak dimasukkan dalam konfirmasi dimana bank mengetahui hal tersebut.
Dampak dari tanggung jawab terbatas ini adalah mengharuskan auditor untuk memenuhi sendiri
tujuan kelengkapan saldo bank dan pinjaman yang belum tercatat dengan cara lain. Demikian
juga, bank tidak diharuskan untuk mengkonfirmasi auditor hal- hal seperti batas kredit,
pernyataan saldo kompensasi atau kewajiban kontinjen untuk menjamin pinjaman lainnya. Jika
auditor menginginkan konfirmasi informasi, jenis informasi ini mereka harus memperoleh
konfirmsi terpisah dari institusi keuangan mengenai masalah yang menjadi perhatiannya.

Setelah auditor menerima konfirmasi bank yang lengkap, saldo akun bank yang telah
dikonfirmasi oleh bank ditelusuri ke jumlah yang dinyatakan pada rekonsiliasi bank. Demikian
juga semua informasi lain mengenai rekonsiliasi harus ditelusuri ke skedul audit yang relevan.
Jika konfirmasi bank tidak sama, dengan skedul audit, auditor harus menyelidiki perbedaan
tersebut.

 Penerimaan Aktiva Atas Pisah Batas Bank Setelah Akhir Tahun Laporan Pisah
Batas Bank (Cutoff Bank Statement)

Adalah laporan bank periode parsial dan salinan terkait atau akses digital cek yang dibatalkan
yang terkait, salinan slip deposit, dan dokumen lain yang tercantum dalam laporan bank, yang
dikirimkan langsung oleh bank ke kantor akuntan publik atau melalui akses online ke catatan
elektronik bank tentang informasi rekening bank klien. Tujuan dari laporan pisah batas bank atas
akses elektronik ke informasi akun pada sistem bank adalah memverifiksi item rekonsiliasi pada
rekonsilisi bank akhir tahun klien dengan bukti yang tidak dapat diakses oleh klien. Untuk
memenuhi tujuan ini, aiditor meminta klien untuk meminta bank mengirimkan laporan periode
parsial atau akses digital ke informasi, 7-10 hari setelah tanggal neraca langsung ke auditor.

Cara lain, dapat menunggu hingga laporan bank periode berikutnya tersedia untuk
memverifikasi item- item rekonsiliasi, jika laporan pisah batas tidak diterima secara langsung
dari bank. Tujuannya adalah untuk mengujia apakah karyawan klien telah menghilangkan,
menambah, atau mengubah dokumen yang menyertai laporan. Jelas, ini adalah untuk pengujian
salah saji yang disengaja. Auditor melaksanakan verifikasi tersebut dalam bulan setelah tanggal
neraca;

 Memfoot dftar semua cek yang dibatalkan. Memo debit, setoran, dan memo kredit
 Memverifikasi bahwa laporan bank dalam keadaan seimbang ketika total footing
digunakan.
 Mereview item yang dilibatkan dalam footing untuk memastikan bahwa hal itu telah
dibatalkan oleh bank pada periode yang benar dan tidak memasukkan penghapusan atau
perbahan.
 Pengujian Rekonsiliasi Bank

Rekonsiliasi bank yang independen disiapkan dengan baik merupakan pengendalian


internal yang penting terhadap kas. Auditor menguji rekonsiliasi bank untuk menentukan
apakah personil kilen telah membuat rekonsiliasi bank dengan cermatdan untuk
memverifikasi apakah saldo bank yang tercatat milik klien sama jumlahnya dengan kas
aktuak di bank kecuali setoran dalam perjalanan, cek yang beredar, dan item rekonsiliasi
lainnya.

Dalam verifikasi rekonsiliasi, auditor menggunakan informasi yang ada dalam laporan pisah
batas bank atau memverifikasi kelayakan item yang direkonsiliasi. Verifikasi atas
rekonsiliasi yang dilakukan auditor melibatkan beberapa prosedur;

 Memverifikasi bahwa rekonsiliasi bank klien sudah akurat secara matematis


 Menelusuri saldo pada kofirmasi bank dan atau saldo awal pada laporan pisah batas
ke saldo per bank pada rekonsiliasi bank untuk memastikan saldo tersebut sama.
 Menelusuri cek yang ditulis dan dicatat sebelum akhir tahun dan dimasukkan dengan
laporan pisah batas bank ke daftar cek yang beredar pada rekonsiliasi sebelum tanggal
neraca. Semua cek yang telah dikliring oleh bank setelah tanggal neraca dan
dimasukkan dalam jurnal pegeluarankas, cek itu harus dimasukkan sebagai cek yang
beredarjika belum dikliring sebelum tanggal neraca. Demikian juga, jika cek sudah
dikliring oleh bank sebelum tanggal neraca, cek itu tidak boleh ada dalam rekonsiliasi
bank.
 Menyelidiki semua cek yang signifikan yang tercantum dalam daftar cek beredar
yang belum dikliring oleh bank pada laporan pisah batas. Langkah pertama dalam
penyelidikan ini adalah menelusuri jumlah setiap item yang belum dikliring ke jurnal
pengeluaran kas. Alasan cek itu belum diuangkan harus dibahas dengan klien , dan
jika auditor khawatir mengenai kemngkinan adanya kecurangan, saldo untang usaha
vendor harus dikonfirmasi utuk menentukan apakah vendor telah mengakui
penerimaan kas dalam catatanya. Selain it, cek yang dibatalkan juga harus diteliti
sebelum hari terakhir audit jika cek tersebut tersedia.
 Menelusuri setoran dalam perjalanan ke laporan pisah batas bank. Semua penerimaan
kas yang belum disetorkan ke bank pada akhir tahun harus ditelusuri ke laporan pisah
batas bank untuk memastikan bahwa hal itu disetorkan segera setelah awal tahun
yang baru.
 Mempehitungkan item yang direkonsiliasi lainnya pada laporan bank dan rekonsiliasi
bank. Hal tersebut termasuk item seperti beban jasa bank kesalahan dan koreksi bank,
dan transaksi yang belum tercatat didebet atau dikredit secara langsung ke akun bank
oleh bank. Item yang direkonsiliasi tersebut harus diselidiki untuk memastikan bahwa
item itu telah di perlakukan secara tepat oleh klien.

2.4. PROSEDUR YANG BERORIENTASI KECURANGAN

Pertimbangan utama dalam audit saldo kas umum adalah kemungkinan terjadinya kecurangan.
Auditor harus memperluas prosedur audit kas akhir tahun untuk menentukan kemungkinan
adanya kecurangan yang material apabila pengendalian internal tidak memadai, terutama
pemisahan tugas yang tidak tepat antara penanganan kas dan pencatatan transaksi kas dalam
catatan akuntansi serta tidak adanya rekonsiliasi bank bulanan yang disiapkan secara independen.

Dalam merancang prosedur untuk mengungkapkan kecurangan, auditor harus


mempertimbangkan secara cermat sifat defisiensi pengendalian internal, jenis kecurangan yang
mungkin terjadi akibat defisiensi itu, materialitas kecurangan yang potensial, dan prosedur audit
yang paling efektif dalam mengungkapkan kecurangan.

Ketika secara khusus menguji kecurangan, auditor harus ingat bahwa prosedur audit selain
pengujian atas rincian saldo kas juga dapat bermanfaat. Prosedur yang dapat mengungkapkan
kecurangan dalam bidang penerimaan kas termasuk:

 Konfirmasi piutang usaha


 Pengujian yang dilaksanakan untuk mendeteksi lapping. Mereview ayat jurnal buku besar
umum dalam akun kas untuk pos-pos tidak biasa
 Membandingkan pesanan pelanggan dengan penjualan dan penerimaan kas selanjutnya.
 Memeriksa persetujuan dan dokumen pendukung piutang tak tertagih serta retur
penjualan dan pengurangan.

Pengujian serupa dapat digunakan untuk menguji kemungkinan pengeluaran kas yang
mengandung kecurangan.

Bahkan dengan prosedur yang berorientasi pada kecurangan, sangatlah sulit mendeteksi
pencurian kas, serta pelaporan keuangan yang curang yang melibatkan kas, terutama transaksi
dan saldo akun yang dihilangkan. Sebagai contoh, jika perusahaan memiliki akun kas offshore
ilegal dan melakukan setoran ke akun tersebut dari penjualan yang tidak tercatat, tidak mungkin
auditor dapat mengungkapkan kecurangan itu. Akan tetapi, auditor bertanggung jawab
melakukan upaya yang maksimal untuk mendeteksi kecurangan apabila meyakini alasan bahwa
hal tersebut memang ada. Untuk mengungkapkan kecurangan yang berhubungan secara langsung
dengan saldo kas akhir tahun prosedurnya adalah: memperluas pengujian rekonsiliasi bank, bukti
kas, dan pengujian transfer antarbank.

Memperluas Pengujian Rekonsiliasi Bank

]ika auditor yakin bahwa rekonsiliasi bank akhir tahun disalahsajikan dengan sengaja, maka tepat
melaksanakan pengujian lebih lanjut atas rekonsiliasi bank akhir tahun. Prosedur yang diperluas
ini memverifikasi apakah semua transaksi yang dicantumkan dalam jurnal selama beberapa
bulan terakhir tahun berjalan telah dimasukkan dalam atau dikeluarkan dari rekonsiliasi bank
secara benar, dan memverifikasi apakah semua item dalam rekonsiliasi bank telah dicantumkan
secara benar. Mari kita asumsikan bahwa ada kelemahan pengendalian internal yang material
dan akhir tahun klien adalah 31 Desember. Dengan menggunakan pendekatan umum, auditor:

1. Memulai dengan rekonsiliasi bank bulan November dan membandingkan semua item
yang direkonsiliasi dengan cek yang dibatalkan dan dokumen lain dalam laporan bank
bulan Desember.
2. Membandingkan semua cek yang dibatalkan yang tersisa dan slip setoran dalam laporan
bank bulan Desember dengan jurnal pengeluaran kas dan penerimaan kas.
3. Menelusuri semua item yang belum dikliring dalarn rekonsiliasi bank bulan November
serta jurnal pengeluaran dan penerimaan kas bulan Desember ke rekonsiliasi bank
tanggal 31 Desember untuk memastikan bahwa itemitem tersebut telah dimasukkan.
4. Memveriflkasi bahwa semua item rekonsiliasi dalam rekonsiliasi bank tanggal 31
Desember menyajikan item dari rekonsiliasi bank bulan November dan jurnal bulan
Desember yang belum dikliring oleh bank.
Selain keempat pengujian tersebut, auditor juga harus melaksanakan prosedur setelah akhir
tahun dengan menggunakan laporan pisah batas bank. Pengujian tersebut sama seperti yang telah
dibahas sebelumnya.

Bukti Kas

Auditor terkadang menyiapkan bukti kas ketika klien memiliki kelemahan Pengendalian
internal yang material terhadap kas. Auditor menggunakan bukti kas untuk menentukan apakah
hal-hal berikut dilakukan:

 Semua penerimaan kas yang tercatat telah disetorkan


 Semua setoran di bank dicatat dalam catatan akuntansi
 Semua pengeluaran kas yang tercatat telah dibayarkan oleh bank
 Semua jumlah yang telah dibayar oleh bank dicatat

Bukti kas (proof of cash) meliputi empat tugas rekonsiliasi berikut:

1. Merekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku besar pada awal periode bukti kas.

2. Merekonsiliasi penerimaan kas yang disetorkan per bank dengan penerimaan yang dicatat
dalam Jurnal penerimaan kas selama periode tertentu.

3. Merekonsiliasi pembayaran elektronik dan kliring cek yang dibatalkan oleh bank dengan yang
dicatat di jurnal pengeluaran kas selama periode tertentu.

4. Merekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku besar umum pada akhir periode bukti
kas.

Bukti kas jenis ini sering kali disebut bukti kas empat kolom yang masing-masing kolom berisi
jenis informasi yang telah disebutkan. Bukti kas dapat dilaksanakan untuk satu atau lebih bulan
interim, setahun, atau bulan terakhir dari suatu tahun. Hal yang menjadi perhatian dari bukti kas
bulan interim, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 23-6, bukanlah saldo kas akhir. Akan
tetapi, auditor berfokus pada merekonsiliasi jumlah yang dicatat dalam pembukuan dengan
jumlah yang dimasukkan dalam laporan bank

Ketika mengumpulkan bukti kas, auditor mengombinasikan pengujian substantif atas


transaksi dengan pengujian atas rincian saldo. Penerimaan bukti kas adalah pengujian atas
transaksi yang tercatat, sementara rekonsiliasi bank adalah pengujian atas saldo kas pada suatu
waktu tertentu. Bukti kas merupakan metode yang jitu untuk membandingkan penerimaan dan
pengeluaran kas yang tercatat dengan rekening bank dan dengan rekonsiliasi bank. Akan tetapi,
bukti pengeluaran kas tidak efektif untuk mengungkapkan cek yang ditulis dalam jumlah yang
tidak sesuai, cek palsu, atau salah saji lainnya di mana jumlah dolar yang muncul dalam catatan
pengeluaran kas tidak benar. Demikian juga, bukti penerimaan kas tidak dapat digunakan untuk
mengungkapkan pencurian kas atau pencatatan dan penyetoran jumlah kas yang tidak tepat.

Pengujian Transaksi Antarbank

Para penggelap uang biasanya menutupi pencurian kas dengan praktik yang dikenal sebagai
kiting: mentransfer uang dari satu bank ke bank lainnya dan mencatat transaksi tersebut dengan
tidak benar. Mendekati tanggal neraca, sebuah cek ditarik dari satu rekening bank dan dengan
segera disimpan di rekening kedua untuk dikredit sebelum akhir periode akuntansi. Dalam
melakukan transfer tersebut, penggelap uang memastikan bahwa cek disimpan pada saat-saat
terakhir sehingga tidak dikliring oleh bank pertama hingga akhir periode. Jika transfer antarbank
tidak dicatat hingga setelah tanggal neraca, jumlah yang ditransfer dicatat sebagai aset di kedua
bank. Walaupun terdapat cara lain untuk melakukan kecurangan ini, masing-masing melibatkan
peningkatan saldo rekening bank untuk menutupi kekurangan karena menggunakan transfer
antarbank itu.

Untuk menguji kiting, serta kesalahan tidak sengaja dalam mencatat transfer antarbank,
auditor dapat mendata semua transfer antarbank yang dilakukan beberapa hari sebelum dan
setelah tanggal neraca dan menelusuri masing-masing ke catatan akuntansi agar pencatatannya
benar. Gambar 23-7 menunjukkan skedul transfer antarbank dengan empat transfer antarbank
yang dilakukan segera sebelum dan setelah tanggal neraca. Terdapat beberapa hal yang
sebaiknya diaudit dalam skedul transfer antarbank.

 Ketepatan informasi di skedul transfer antarbank harus diverifikasi. Auditor harus


membandingkan informasi pengeluaran dan penerimaan pada skedul dengan catatan
pengeluaran dan penerimaan kas untuk memastikan bahwa informasi tersebut akurat.
Begitu pula, tanggal pada skedul transfer yang diterima dan dikeluarkan harus
disesuaikan dengan laporan bank. Terakhir, catatan pengeluaran dan penerimaan kas
harus diperiksa untuk memastikan bahwa semua transfer beberapa hari sebelum dan
sesudah tanggal neraca saldo telah dimasukkan dalam skedul. (Tanda (ceklis) pada skedul
di Gambar 23-7 menunjukkan bahwa langkah-langkah tersebut telah dilakukan).

 Transfer antarbank harus dicatat baik dalam laporan bank yang menerima maupun bank
yang mengeluarkan. Iika, misalnya, terdapat transfer sebesar 510.000 dari Bank A ke
Bank B tapi hanya pengeluaran yang dicatat, maka hal tersebut membuktikan bahwa
terdapat usaha untuk menutupi pencurian kas.
 Tanggal pencatatan pengeluaran dan penerimaan dari setiap transfer harus berada dalam
tahun fiskal yang sama. Dalam Gambar 23-7, tanggal di kedua kolom “tanggal yang
tercatat di pembukuan” [(4) dan (7)] berada dalam periode yang sama untuk setiap
transfer; oleh karena itu, transfer tersebut benar. Iika

 Pengeluaran dalam skedul transfer antarbank harus dimasukkan dalam atau dikeluarkan
dari rekonsiliasi bank akhir tahun dengan benar sebagai cek yang beredar. Dalam Gambar
23-7, rekonsiliasi bank 31-12-13 untuk akun kas umum harus mencantumkan cek yang
beredar untuk transfer kedua dan ketiga tetapi tidak dua lainnya. [Bandingkan tanggal di
kolom (4) dan (5).] Kurang saji mengenai cek yang beredar pada rekonsiliasi bank
menunjukkan kemungkinan adanya kiting.
 Penerimaan dalam skedul transfer antarbank harus dimasukkan dalam atau dikeluarkan
dari rekonsiliasi bank akhir tahun dengan benar sebagai setoran dalam perjalanan. Dalam
Gambar 23-7, rekonsiliasi bank 31-12-13 untuk akun tabungan dan payroll harus
mengindikasikan setoran dalam perjalanan untuk transfer ketiga tapi bukan untuk tiga
yang lainnya. (Bandingkan tanggal dari masing-masing transfer di kedua kolom terakhir).
Lebih saji setoran dalam perjalanan di rekonsiliasi bank mengindikasikan kemungkinan
adanya kiting.
Walaupun pengujian audit untuk transfer antarbank biasanya berorientasi pada
kecurangan, pengujian tersebut sering kali dilakukan pada audit di mana terdapat sejumlah
transfer bank, tanpa memperhatikan pengendalian Internal. Selain kemungkinan adanya
kiting, penanganan transfer yang salah dapat juga menghasilkan misklasifikasi antara kas dan
utang usaha. Materialitas transfer dan kemudahan melaksanakan pengujian membuat banyak
auditor yakin bahwa prosedur tersebut harus selalu dilaksanakan.

2.5. AUDIT ATAS AKUN INSTRUMEN KEUANGAN

Dalam menguji saldo akhir tahun instrumen keuangan, auditor harus mengumpulkan bukti yang
cukup dan tepat untuk mengevaluasi apakah akun instrumen keuangan, sebagaimana tercantum
dalam neraca, telah disajikan secara wajar dan diungkapkan layak sesuai dengan kedelapan
tujuan audit yang berkaitan dengan saldo yang digunakan dalam pengujian atas rincian saldo
(eksistensi, kelengkapan, keakuratan, klasifikasi, pisah batas, detail tie-in, nilai realisasi, dan
hak) Kita sekarang membahas metodologi untuk mengaudit instrumen keuangan akhir tahun.

Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Instrumen Keuangan (Tahap I)

Risiko bisnis yang terkait dengan instrumen keuangan akan bervariasi tergantung pada
signifikansi dan agresivitas aktivitas investasi perusahaan. Risiko yang lebih tinggi akan
ditanggung oleh perusahaan yang berinvestasi dalam sekuritas yang kurang likuid atau instrumen
keuangan derivatif, dan jika proporsi investasi lebih besar dari total aset. Perusahaan jasa
keuangan akan menanggung risiko yang lebih besar akibat minimnya volume aktivitas dan jenis
instrumen yang diperdagangkan; misalnya, beberapa perusahaan menderita kerugian
perdagangan yang besar dari aktivitas “pedagang nakal” (rogue trader) individu yang
disembunyikan dengan menyalahsajikan saldo investasi dan kas. Selain itu, seperti diilustrasikan
dalam sketsa yang terkait dengan “program nakal” (rogue program), volatilitas pasar secara
keseluruhan juga lebih tinggi hanya karena sifat dari aktivitas perdagangan di pasar. Auditor
harus memahami risiko dari kebijakan dan strategi investasi klien, serta pengendalian
manajemen yang mengurangi risiko tersebut.

Menetapkan Materialitas Kinerja dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)

Saldo akun instrumen keuangan mungkin bersifat material tergantung pada jenis dan
frekuensi aktivitas investasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko inheren atas instrumen
keuangan meliputi tujuan manajemen terkait dengan aktivitas investasi (misalnya, hedging untuk
meminimalkan risiko), kompleksitas sekuritas atau derivatif, pengalaman sebelumnya
perusahaan dengan investasi tertentu, dan apakah faktor-faktor eksternal seperti risiko kredit atau
risiko suku bunga mempengaruhi asersi yang relevan. Banyak dari risiko tersebut berhubungan
dengan tujuan audit keakuratan, klasifikasi, dan nilai realisasi. Faktor lainnya yang
meningkatkan risik inheren atas instrumen keuangan adalah kompleksitas standar akuntansi yang
relevan. Mayoritas instrumen keuangan dinilai dengan menggunakan estimasi nilai wajar (fair
value estimates). Standar akuntansi membedakan antara estimasi nilai wajar tingkat 1 (harga
yang dapat diamati, yaitu ditetapkan, di pasar aktif untuk aset ata kewajiban yang identik) dan
estimasi tingkat 2 atau tingkat 3. Estimasi tingkat menggunakan input yang dapat diamati
(langsung atau tidak langsung) selain harga Yang ditetapkan, seperti harga aset atau kewajiban
yang serupa, sedangkan estimasi tingkat 3 menggunakan input yang tidak dapat diamati seperti
model penetapan harga atau arus kas yang didiskontokan. Estimasi ini memerlukan
pertimbangan manajemen yang signifikan dan auditor juga perlu mempertimbangkan insentif
manajemen untuk mengklasilikasikan investasi sebagai nilai wajar tingkat 2 atau tingkat 3.
Semua risiko ini, dikombinasikan dengan volatilitas pasar baru-baru ini dan potensi pasar
menjadi tidak likuid, akan menghasilkan potensi salah saji dan misklasifikasi saldo instrumen
keuangan yang signifikan.

Menilai Risiko Pengendalian (Tahap I)

Auditor harus memahami efektivitas perancangan dan pengoperasian pengendalian


internal menyangkut inisiasi, otorisasi, pemrosesan, pengukuran nilai wajar, dan pengungkapan
aktivitas investasi. Hal yang paling penting, manajemen harus memiliki

(1) strategi investasi dan kesadaran atas tingkat exposure berbagai risiko;

(2) prosedur untuk mengklasifikasikan instrumen keuangan dengan benar sebagai


perdagangan, tersedia untuk dijual, atau dimiliki hingga jatuh tempo berdasarkan niat;

(3) prosedur untuk memulai dan mencatat transaksi; dan

(4) pengendalian internal yang ketat atas penentuan estimasi nilai wajar, seperti personil
dengan keahlian atau pengalaman yang tepat dalam menilai estimasi tingkat 2 atau 3. Jika
perusahaan menggunakan organisasi jasa, seperti penasihat atau manajer investasi, untuk
mengelola aktivitas investasinya, auditor juga harus memahami pengendalian organisasi jasa itu.
Auditor sering kali dapat mengandalkan pengendalian internal organisasi jasa jika auditor
organisasi jasa tersebut menerbitkan laporan tentang pengendalian internal organisasi jasanya,
Sebaliknya, auditor mungkin memerlukan pengetahuan khusus atau mungkin harus
mengandalkan spesialis internal perusahaan untuk membantu memahami sistem informasi yang
relevan.

Merancang dan melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas


Transaksi (Tahap II)

Tidak seperti beberapa akun lain di mana auditor dapat memilih untuk melakukan
pengujian substantif yang lebih ekstensif dan mengurangi ketergantungan pada pengendalian,
penilaian pengendalian internal yang terkait dengan instrume keuangan mungkin diperlukan
demi mengurangi risiko audit ke tingkat yang dapat diterima, terutama untuk tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi. Pengujian transaksi yang akan dilakukan terkait dengan instrumen
keuangan meliputi pengujian pembelian dan penjualan sekuritas serta derivatif atau penyelesaian
transaksi hedging atau lindung-nilai, keuntungan atau kerugian yang terkait, serta bunga dan
pendapatan dividen. Biasanya auditor mengandalkan laporan dan saran broker (notiiikasi yang
dikirim dari broker kepada klien berupa rincian pembelian atau penjualan) dari manajer investasi
untuk menguji pembelian dan penjualan selama pengendalian dianggap efektif, menelusuri
pembayaran atau hasil ke pengeluaran atau penerimaan kas, kemudian menguji keakuratan
matematis keuntungan dan kerugian. Pendapatan bunga dapat dihitung ulang, sementara dividen
dapat dihitung ulang dan dibandingkan dengan sumber publik seperti catatan dividen Standard
and Poor's.

Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap II)

Prosedur analitis biasanya tidak begitu penting dalam menilai saldo akhir tahun Maumen
keuangan karena saldo tersebut dapat berfluktuasi dari tahun ke tahun dan tidak selalu terkait
dengan akun lainnya. Namun, prosedur analitis dapat digunakan untuk menguji kewajaran
pendapatan bunga dan dividen. Auditor juga dapat membandingkan persentase relatif investasi di
masing-masing dari tiga kategori nilai wajar (tingkat 1, 2, atau 3) dari tahun-ke-tahun untuk
menilai perubahan strategi investasi atau risiko portofolio.
Merancang Pengujian atas Rincian Saldo Instrumen Keuangan (Tahap III)

Titik awal pengujian saldo akhir akun instrumen keuangan adalah mendapatkan skedul
aktivitas investasi selama tahun berjalan. Skedul aktivitas investasi akan meliputi saldo awal,
pembelian dan penjualan instrumen keuangan serta keuntungan dan kerugian terkait, saldo akhir
yang dicatat pada nilai pasar wajar atau nilai lain yang konsisten dengan standar akuntansi.
Skedul itu juga akan menunjukkan pendapatan dividen dan bunga. Tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo dan pengujian atas rincian saldo yang umum dalam audit instrumen keuangan
ditampilkan pada Tabel 23-2. Tujuan yang paling penting adalah eksistensi, keakuratan, dan nilai
realisasi bagi investasi dalam sekuritas, sementara kelengkapan juga penting bagi instrumen
keuangan derivatif. Tujuan penyajian dan pengungkapan juga sangat penting menurut
persyaratan pengungkapan catatan kaki yang ekstensif terkait estimasi nilai wajar. Dalam
pembahasan tentang pengujian yang terinci, kita mengasumsikan bahwa entitas menggunakan
organisasi jasa sebagai manajer investasi dan auditor telah menentukan bahwa organisasi jasa itu
memiliki pengendalian yang efektif. Manajer investasi, atau penasihat investasi, biasanya yang
mengawali transaksi, memegang sekuritas, serta memroses dan menyimpan catatan yang terkait
dengan transaksi itu. Kita mengacu organisasi jasa itu sebagai broker-dealer dalam pembahasan
kita tentang prosedur audit.

Auditor meminta konfirmasi dari broker-dealer untuk mengkonfirmasi holdings akhir


tahun serta transaksi yang telah selesai dan belum selesai yang terjadi selama tahun
bersangkutan. Konfirmasi ini memberikan assurance atas eksistensi, kelengkapan, dan
keakuratan. Sangatlah penting memverifikasi saldo kas, ekuivalen kas, dan instrumen keuangan
secara simultan untuk memastikan bahwa manajemen tidak berupaya menutupi kekurangan kas
dengan menghitung ganda kas. Pengujian yang lebih ekstensif terkait dengan kelengkapan juga
akan diperlukan jika ada instrumen keuangan derivatif, seperti memeriksa kontrak derivatif
terlampir serta membaca notulen rapat dewan direksi yang berhubungan dengan aktivitas
hedging dan investasi.

Pengujian yang berkaitan dengan nilai realisasi akan bervariasi menurut jenis sekuritas
dan standar akuntansi terkait. Standar akuntansi mungkin mengharuskan agar instrumen
keuangan dicatat pada harga pokok, nilai wajar, atau berdasarkan hasil keuangan investee.
Pedoman auditing disediakan untuk mengaudit estimasi akuntansi dan terutama untuk
mengestimasi nilai wajar karena melibatkan banyak pertimbangan auditor. Estimasi nilai wajar
tingkat 1 (aset identik dengan harga pasar yang ditetapkan) lebih mudah diaudit dan biasanya
melibatkan observasi harga pasar pada akhir tahun, yang dapat dilakukan dengan memeriksa
The Wall Street Journal atau publikasi keuangan ternama lainnya. Estimasi nilai wajar tingkat 2
dan tingkat 3 lebih sulit diaudit karena melibatkan pertimbangan manajemen yang signifikan
baik dalam klasifikasi (tingkat 2 atau 3) maupun dalam menentukan nilai wajar. Auditor harus
menguji kelayakan dan ketepatan asumsi serta model Yang digunakan oleh manajemen ketika
menentukan estimasi nilai wajar. Jika auditor memilih menggunakan spesialis untuk menguji
estimasi nilai wajar, standar auditing mengharuskan auditor menentukan apakah spesialis
tersebut objektif dan memenuhi kualifikasi, selain harus memahami metode yang digunakan oleh
spesialis untuk menentukan nilai wajar. Juga penting bagi auditor untuk mempertimbangkan
insentif manajemen dalam mengklasiflkasikan instrumen keuangan sebagal tmgkat 2 atau tingkat
3 akibat perbedaan estimasi yang diperoleh menurut pandekatan yang berbeda, serta persyaratan
pengungkapan yang lebih ekstensif terkait dengan estimasi nilai wajar tingkat 3.

BAB 3

KESIMPULAN

Dalam bab ini kita telah melihat bahwa transaksi di sebagian besar siklus mempengaruhi
akun kas. Karena hubungan antara transaksi di beberapa siklus dan saldo akun kas akhir, auditor
biasanya menunda audit saldo kas akhir hingga hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi untuk semua siklus telah selesai dan dianalisis. Pengujian saldo kas
biasanya memasukkan pengujian rekonsiliasi bank dari akun kas utama, seperti akun kas umum,
akun penggajian imprest, dan dana kas kecil imprest. Jika kemungkinan kecurangan pada kas
dinilai tinggi oleh auditor, mereka mungkin melaksanakan pengujian tambahan seperti prosedur
rekonsiliasi bank yang diperluas, bukti kas, atau pengujian transfer antarbank.

Upaya dan banyaknya pertimbangan yang dilibatkan ketika mengaudit instrumen


keuangan akan bervariasi tergantung pada strategi investasi klien dan insentif manajemen.
Pengujian utama meliputi konfirmasi dengan broker-dealer serta pengujian estimasi nilai wajar.

Anda mungkin juga menyukai