Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH SISTEM AKUTANSI PEMERINTAH

AKUTANSI S1
“ PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA ”

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Ayu Oktaviani (1802110925)
Nurmawati (1802111481)
Rizki Doefani (1802112544)

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas bimbingan dan penyertaan-Nya sehingga
kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul ”PENGELOLAAN
PENERIMA NEGARA ” disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Sistem akutansi
pemerintah.
        Kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami
menyelesaikan makalah ini. Terutama kepada dosen mata kuliah yang bersangkutan yang telah
membimbing kami agar dapat mengerti tentang materi yang di bahas.
         Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca,
walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam penulisan makalah ini kami
merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki, untuk itu kami mengharapkan dukungan dari pembaca sekalian
demi menyempurnakan tugas makalah berikutnya. Terima kasih.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG MASALAH ................................................................. 4
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 5
2.1 Definisi Penerimaan dan pedapatan negara ............................................... 6
2.2 Jenis Penerimaan Negara ............................................................................... 6
2.2.1 Penerimaan Pajak......................................................................................... 6
2.2.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak ................................................................ 7
2.3 Objek PNBP..................................................................................................... 8
2.4 Subjek PNBP.................................................................................................... 9
2.5 Tarif PNBP....................................................................................................... 9
2.6 Pengelolaan PNBP........................................................................................... 9
2.7 Dasar Hukum................................................................................................... 11
2.8 Prinsip Penerimaan Hibah.............................................................................. 12
2.9 Jenis – Jenis Hibah.......................................................................................... 12
2.10 Mekanisme Pelaksanaan Hibah................................................................... 15
BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 16
3.1Kesimpulan......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 17

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah wujud daripengelolaan
keuangan negara yang merupakan instrumen bagi Pemerintah untukmengatur
pengeluaran dan penerimaan negara dalam rangka membiayaipelaksanaan kegiatan
pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhanekonomi, meningkatkan
pendapatan nasional, mencapai stabilitas perekonomian,dan menentukan arah serta
prioritas pembangunan secara umum. Salah satu unsur APBN adalah anggaran
pendapatan negara dan hibah yang diperoleh salahsatunya dari Penerimaan negara bukan
pajak (PNBP). Penerimaan Negara Bukan Pajak memiliki kontribusi yang cukup
signifikan bagi penerimaan negara.Penerimaan Negara Bukan Pajak tidak hanya dikelola
oleh Direktorat Jenderal Pajak, akan tetapi dikelola oleh banyak Kementerian Lembaga,
Salah satunyalembaga bea cukai.Saat ini Penerimaan Negara Bukan Pajak dikelola oleh
lebih dari 3.000satuan kerja (satker) dengan jenis dan tarif PNBP yang beragam dengan
jumlahlebih dari 15.000 jenisdan masing-masing diatur dengan Peraturan
Pemerintah.Salah satu Kementerian Lembaga yang menyelenggarakan, fungsi
PenerimaanNegara Bukan Pajak juga mengelola berbagai jenis PNBP yang tarifnya
diaturdalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 38Tahun 2012 tentangTarif
atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada KementerianPekerjaan
Umum.
APBN merupakan salah satu piranti kebijakn fiskal, sebagai segenapkebijakan
yang menyangkut pengelolaan penerimaan dan pengeluaran yangdilakukan oleh
pemerintah suatu negara.
Menindak lanjuti Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara,Kementerian Keuangan telah menetapkan, Peraturan tentang Pedoman
TataNaskah Dinas. Kementerian Keuangan yang digunakan sebagai acuan
umumpenyelenggaraanadministrasi umum dan acuan penyusunan pedoman tatanaskah
dinas di lingkungan Kementerian Keuangan. Untuk meningkatkan tertibadministrasi
kedinasan dan kelancaran arus komunikasi serta informasi antarunit organisasi,
Direktorat JenderalBea dan Cukai perlu menyesuaikan danmenyempurnakan ketentuan
petunjuk pelaksanaan tata naskah dinas. Kebijakanpokok atau kebijakan pelaksanaan
yang harus dipedomani dan dilaksanakandalam penyelenggaraan tugas dan kegiatan
setiap instansi pemerintah yangberupa produk hukum yang bersifat pengaturan,
penetapan dan penugasan.

4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai


berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan definisi penerimaan dan pendapatan negara ?


2. Apa yang dimaksud dengan penerimaan Vs Pendapatan Negara ?
3. jelaskan jenis penerimaan Negara ?

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penerimaan dan Pendapatan Negara


Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pendapatan
negara didefinisikan sebagai seluruh penerimaan negara, baik dari perpajakan maupun
bukan perpajakan, serta penerimaan yang berasal dari hibah luar negeri. Sumber
pendapatan negara tidak hanya dari pajak, namun juga berasal dari penerimaan non pajak
serta hibah. Sedangkan dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2019 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara disebutkan bahwa Pendapatan Negara adalah hak
Pemerintah Pusat yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih yang terdiri atas
Penerimaan Perpajakan, Penerimaan Negara Bukan Pajak, dan Penerimaan Hibah.

2.2 Jenis Penerimaan Negara


2.2.1 Penerimaan perpajakan
Penerimaan perpajakan berarti seluruh penerimaan yang diperoleh negara yang terdiri
atas pendapatan pajak. Undang-undang perpajakan nomor 28 tahun 2007 tentang
ketentuan umum pajak mendefinisikan pajak sebagai kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari definisi diatas, dapat
disimpulkan bahwa pajak memiliki beberapa kriteria yaitu:
1. Pajak merupakan kontribusi yang wajib diberikan dari masyarakat kepada negara.
2. Pajak bersifat memaksa, yang berarti setiap warga negara memiliki kewajiban untuk
mengeluarkan pajak tersebut dan diserahkan kepada negara.
3. Tidak mendapat imbalan secara langsung, yang berarti apa yang telah diserahkan
kepada negara, akan dikelola oleh pemerintah dan digunakan untuk memenuhi
kubutuhan masyarakat luas, bukan perorangan atau perkelompok.
4. Pemungutan dan pemotongan pajak dilakukan berdasarkan undang-undang dan
peraturan yang telah dibuat untuk mengaturnya.

Besaran tarif pajak telah diatur dalam undang-undang. Pajak menjadi sumber pendapatan
utama karena dibandingkan dengan penerimaan lainnya, pajak memberikan kontribusi
terbesar dalam pemenuhan kebutuhan negara. Terdapat tujuh sektor pendapatan pajak
negara, yaitu sebagai berikut:
a. Pajak penghasilan
Dalam undang-undangnomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan, disimpulkan
bahwa definisi pajak penghasilan sebagai iuran wajib yang dipaksakan kepada wajib

6
pajak baik orang pribadi, perusahaan, maupun badan hukum atas pendapatan yang
diterima.
b. Pajak pertambahan nilai (PPN)
PPN merupakan pajak yang dipungut atas transaksi perdagangan barang maupun jasa
yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi maupun badan yang telah berstatus
pengusaha kena pajak (PKP).
c. Pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM)
PPnBM dalam undang-undang nomor 42 tahun 2009 didefinisikan sebagai pajak yang
dikenakan terhadap barang-barang yang tergolong mewah, bukan kebutuhan pokok,
dan hanya digunakan oleh kalangan masyarakat tertentu untuk menunjukan status
sosial.
d. Pajak bumi dan bangunan
Pajak bumi dan bangunan adalah merupakan suatu pungutan atas tanah dan bangunan
yang dikarenakan adanya keuntungan, atau kedudukan sosial ekonomi, atau
memperoleh manfaat dari padanya bagi pemilik hak, baik perseorangan maupun
badan.
e. Pajak ekspor
Pajak ekspor adalah pajak yang dikenakan pemerintah terhadap barang kena pajak
(BKP) atau jasa kena pajak (JKP) yang ada pada kegiatan-kegiatan ekspor.
f. Pajak perdagangan internasional
Pajak perdagangan internasional merupakan seluruh penerimaan negara yang berasal
dari bea masuk dan pajak atau pungutan atas ekspor.
g. Bea masuk dan cukai
Kepabeanan merupan seluruh kegiatan pengawasan atas keluar dan masuknya barang
dari dan kedalam pabean. Bea masuk merupakan pungutan negara terhadap barang
impor, sedangkan cukai merupakan pungutan negara terhadap barang yang kena cukai.

2.2.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)


Menurut undang-undang nomor 8 tahun 2019 tentang penerimaan negara bukan pajak
dan undang-undang nomor 20 tahun 2019 tentang anggaran pendapatan dan belanja
negara, PNBP adalah pungutan yang dibayar oleh orang pribadi atau badan dengan
memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas layanan atau pemanfaat
sumber daya dan hak yang diperoleh negara, berdasarkan peraturan perundang-undangan,
yang menjadi penerimaan pemerintah pusat di luar penerimaan perpajakan dan hibah dan
dikelola dalam mekanisme anggaran pendapatan dan belanja negara.
PNBP merupakan sumber pendapatan negara dari aspek non pajak. PNBP seharusnya
juga menjadi sumber penerimaan negara yang besar, apabila dikelola dengan benar.
Berdasarkan hasil temuan badan pemeriksa keuangan republik Indonesia, diketahui
bahwa pengelolaan PNBP pada 46 kementerian/lembaga minimal sebesar 1,3 triliun
rupiah belum sesuai dengan ketentuan.
Dasar Hukum PNBP yakni:
7
a. Undang-undang nomor 9 tahun 2018 tentang penerimaan negara bukan pajak
menggantikan undang-undang no 20 tahun 1997
b. Pasal 20, pasal 23, pasal 23A, dan pasal 33 undang-undang dasar negara republik
Indonesia tahun1945.

Undang-undang nomor 9 tahun 2018 menggantikan undang-undang nomor 20 tahun 1997


tentang penerimaan negara bukan pajak dibuat untuk mengatasi permasalahan diatas.
Beberapa perubahan yang dilakukan untuk pengelolaan PNBP antara lain:
1. Pemanfaatan dan peningkatan IT dalam pengelolaan PNBP, misalnya peningkatan
kualitas layanan, transparansi pengelolaan PNBP, dan pengelolaan dan pemanfaatan
data PNBP.
2. Perubahan dalam undang-undang PNBP, yang meliputi penyederhanaan dan kebijakan
tariff, peningkatan kepatuhan wajib pajak, pengawasan, pemeriksaan PNBP, sanksi
pidana, opsi keberatan serta keringanan dan pengembalian PNBP.
3. Skema PSC Gross untuk mendorong usaha eksplorasi dan eksploitasi lebih efisien dan
efektif penerimaan negara, serta mengenai sektor migas sebagai sumber terbesar
PNBP dan determinasi biaya operasi yang harus dibayarkan pemerintah & KKKS.

2.3 Objek PNBP


Beberapa objek PNBP dalam Undang-undang nomor 9 tahun 2018 adalah sebagai
berikut:
a. Pemanfaatan sumber daya alam, yaitu pemanfaatan bumi, udara, udara, ruang angkasa,
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya yang dikuasai oleh Negara.
b. Pelayanan, yaitu segala bentuk penyediaan barang, jasa, atau pelayanan administrasi
yang menjadi tanggung jawab pemerintah, baik dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat pelaksanaan ketentuan peraturan pemndang-undangan.
c. Pengelolaan kekayaan Negara, yaitu pengelolaan atas kekayaan negara yang berasal
dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang dijadikan penyertaan modal negara
atau perolehan lain yang sah.
d. Pengelolaan barang milik Negara, yaitu kegiatan penggunaan, pemanfaatan, dan
pemindahtanganan semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban anggaran
pendapatan dan belanja negara atau berasal dari perolehan lain yang sah.
e. Pengelolaan dana, yaitu pengclolaan atas dana pemerintah yang berasal dari anggaran
pendapatan dan belanja negara atau nerolehan lain untuk tujuan tertentu.
f. Hak Negara Lainnya, yaitu hak negara selain dari Pemanfaatan Sumber Daya Alam,
pengelolaan, Pengelolaan Kekayaan Negara Dipisahkan, Barang Milik Negara,
pengelolaan Dana, dan diatur sesuai dengan ketentuan peraturan undang-undangan.

Kriteria dari objek PNBP diatas termasuk:


a. Pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah
8
b. Penggunaan dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara
c. Pengelolaan kekayaan Negara
d. Penetapan peraturan peraturan-undangan.

PNBP merupakan seluruh pungutan yang diterima negara dari orang pribadi atau
badan yang diterima memperoleh manfaat pelayanan dan pemanfaatan sumber daya dan
hak negara, langsung maupun tidak langsung, sesuai dengan peraturan- undangan yang
berlaku, dan menjadi penerimaan Pemerintah di luar penerimaan perpajakan dan hibah,
serta dikelola dengan pendapatan dan belanja negara. PNBP perlu diatur oleh
pemerintah. Adapun tujuan dari penerimaan Negara adalah sebagai berikut:
a. Mewujudkan peningkatan kemandirian bangsa dengan optimalisasi sumber
pendapatan negara dari PNBP guna memperkuat ketahanan fiskal, dan mendukung
pembangunan nasional yang berkelanjutan dan berkeadilan
b. Mendukung kebijakan pemerintah dalam rangka perbaikan kesejahteraan rakyat,
peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, perbaikan distribusi pendapatan,
dan pelestarian lingkungan hidup untuk kesinambungan antar generasi dengan tetap
mempertimbangkan keadilan.
c. Mewujudkan pelayanan pemerintah yang bersih, profesional, akuntabel, dan
akuntabel, untuk mendukung tata kelola pemerintahan yang baik serta meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat.

2.4 Subjek PNBP


Adapun subjek PNBP yang dinyatakan dalam Undang-undang nomor 9 tahun 2018
terdiri dari orang pribadi dan badan, yang wajib membayar PNBP sesuai dengan ketentua
peraturan peraturan-undangan.

2.5 Tarif PNBP


Tarif PNBP menurut Undang-undang nomor 9 tahun 2018 terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Tarif Spesifik.
2. Tarif Advalorem

2.6 Pengelolaan PNBP


Pengelolaan PNBP pada kenyataan sama dengan pengelolaan keuangan sumber lainnya.
Tahapan pengelolaan PNBP adalah berikut:
a. Perencanaan
1. Pada tahapan ini dilakukan penyusunan rancangan anggaran pendapatan dan
belanja PNBP yang mengikuti rancangan APBN.
2. Disusun dengan menyajikan rencana anggaran dan target yang realistis dan optimal
serta sesuai dengan ketentuan undangan.
3. Rencana yang dibuat disampaikan oleh pengelola kepada, untuk kemudian diatur
oleh. Apabila instansi pengelola PNBP tidak menyampaian rencananya, maka akan
9
menetapkan PNBP untuk instansi tersebut rencana tersebut yang mengacu pada
APBN atau APBN Perubahan.
b. Pelaksanaan
1. Penentuan PNBP Terutang. Penentuan PNBP terutang dapat dilakukan oleh
instansi pengelola PNBP, mitra instansi pengelcla PNBP, maupun Wajib bayar.
Jika dihitung oleh Wajib Bayar, maka instansi pengelola PNBP wajib melakukan
pengungkit, dan akan dikenakan sanksi agar tidak melakukan pengungkit tersebut.
2. Pemungutan PNBP, dilakukan oleh instansi pengelola PNBP sesuai dengan jenis
dan tarif PNBP yang diatur dalam peraturan, dan dikenakan peraturan yang tidak
sesuai aturan yang berlaku.
3. Pembayaran dan penyetoran PNBP, wajib disetorkan ke kas Negara melalui tempat
yang ditunjuk, atau langsung kepada instansi atau mitra instansi pengelola PNBP.
Pembayaran dilakukan paling lambat saat jatuh tempo, dan dikenakan sanksi 2%
atas pembayaran paling lama untuk 24 bulan.
4. Penggunaan dana PNBP, dapat digunakan oleh instansi pengelola PNBP untuk
menyelenggarakan pengelolaan PNBP, peningkatan kualitas penyelenggarakan
pengelolaan PNBP, serta optimalisasi PNBP
5. pengelolaan pengelolaan PNBP. Bila Wajib Bayar belum melunasi PNBP terutang,
maka instansi pengelola PNBP wajib piutang PNBP sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, dan dikenakan sanksi tidak dilaksanakan.
6. Penetapan dan penagihan PNBP Terutang. Penetapan PNBP terutang berdasarkan
hasil pengungkit atau pemantauan instansi pengelola PNBP, Laporan hasil
pemeriksaan terhadap Wajib Bayar, Pengadilan Putusan, dan Sumber lainnya.
c. Pelaporan dan Pertanggungjawaban
1. Wajib Bayar wajib menghitung sendiri PNBP terutangnya dan menyampaikan
laporan realisasi PNBP kepada instansi pengelola PNBP, yang memuat jenis,
periode, dan jumlah PNBP vane laporan paling lama 20 hari kalender setelah
periode tersebut berakhir, dan dikenakan denda sebesar satu juta rupiah jika Wajib
Bayar tidak menyampaikan laporannya sampai batas waktu yang ditentukan.
2. Untuk pertanggungjawabkan, dimana instansi pengelola PNBP harus
menyampaikan laporan realisasi penerimaan dan penggunaan dana PNBP dalam
lingkungan instansi pengelola PNBP kepada menteri.
d. Pengawasan
1. Pengawasan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan-undangan, atas
pengelolaan PNBP oleh aparat pengawas intern pemerintah yang bertanggungjawab
langsung kepada pemerintah atau pimpinan lembaga.
2. Pengawasan yang dilakukan termasuk pengungkit, pengukuran, dan evaluasi.
Menteri dapat melakukan penguatan organisasi yang memiliki peran sebagai
instansi pengelola PNBP sesuai dengan ketentuan peraturan-undangan.

3. Penerimaan Hibah
10
Hibah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai mempersembahkan
dengan menyerahkan hak atas sesuatu kepada orang lain. Dalam pasal 1666 - pasal 1693
Kitab Undang-undang Hukum Perdata diartikan hibah sebagai persetujuan dengan mana
seorang penghibah menyerahkan suatu barang secara Cuma-Cuma, tanpa dapat
menariknya kembali, untuk kepentingan seseorang yang menerima penyerahan barang
itu, dan hanya mengaku penghibahan antara orang- orang yang masih hidup. Sedangkan
menurut Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan nomor 13 tentang Akuntansi
Hibah dikatakan bahwa hibah merupakan pinjaman yang tidak dapat dikembalikan.
Dapat disimpulkan bahwa hibah memiliki beberapa faktor, yaitu:
a. Hibah merupakan pinjaman, namun tidak dapat dikembalikan.
b. Hibah dilakukan dengan sukarela.
c. Hibah diakui apabila pemberi dan penerima hibah saat terjadi kesepakatan masih
dalam keadaan hidup.

Hibah dapat berupa uang, barang, maupun jasa. Dilanjutkan dalam Buletin Teknis
Standar Akuptansi Pemerintahan nomor 13, hiban yang diterima atau yang diberikan
harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan dan ketentuan dalam regulasi
keuangan negara, karena merupakan bagian dari pendapatan dan belanja negara.
Akuntabilitas tersebut tidak hanya terkait dari aspek akuntansi namun termasuk aspek
penganggaran, pengeluaran / penerimaan dana, pelaporan pemangku kepentingan, dan
pemanfaatan hibah.

2.7 Dasar Hukum


Dasar hukum pengelolaan penerimaan hibah adalah:
a. Undang-undang 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
b. Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
c. Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman
Luar Negeri dan Penerimaan Hibah.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2012 tentang Hibah Daerah
f. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.
g. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara
/ Daerah.

h. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191 taun 2011 tentang Mekanisme Pengelolaan
Hibah.
i. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 180 tahun 2012 tentang Perubahan Atas PMK
224/2011 tentang Tata Cara Pemantauan dan Evaluasi atas PH kepada Pemerintah.

11
j. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 271 tahun 2014 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Hibah.
k. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213 tahun 2013 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
l. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84 tahun 2015 tentang Tata Cara Penarikan
Pinjaman dan / atau Hibah Luar Negeri.
m. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111 tahun 2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pemindahtanganan Barang Milik Negara.
n. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 123 tahun 2013 tentang Pengelolaan BMN yang
berasa dari Aset Lainnya.
o. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 246 tahun 2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penggunaan BMN dan PMK Nomor 87 tahun 2016 tentang Perubahan PMK Nomor
246 tahun 2014.
p. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83 tahun 2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pemusnalhan dan Penghapusan BMN.

2.8 Prinsip Penerimaan Hibah


Adapun Tatacara Penerimaan Hibah sesuai dengan PP Nomor 10 tahun 2011 tentang
Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah adaalan sebagai
berikut:
a. Transparansi, yaitu proses penerimaan hibah dilakukan secara terbuka kepada pihak
yang berkepentingan.
b. Akuntabilitas, yaitu penerimaan hibah dilakukan sesuai dengan prosedur yang dapat
dipertanggungjawabkan.
c. Efisien dan efektif, yaitu penerimaan hibah dilakukan sesuai dengan biaya dan biaya
yang timbul dapat memenuhi seminimal mungkin.
d. Kahati-hatian, proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mengutamakan
kehati-hatian, dengan menghindari keputusan yang bersifat spekulatif.
e. Tidak disertai ikatan politik, yaitu penerimaan hibah tidak mempengaruhi Kebijakan
politik Negara.
b. Tidak memiliki muatan yang dapat niengganggu stabilitas keamanan Negara.

2.9 Jenis-jenis Hibah


Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan
Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, Hibah dapat digolong menjadi beberapa
jenis dan kriteria, yaitu:
a. Hibah berdasarkan jenisnya, terdiri dari:
1. Hibah terencana, yaitu hibah yang dilaksanakan melalui perencanaan dituangkan
dalam Daftar Rencana Kegiatan Hibah (DRKH)
2. Hibah langsung, yaitu hibah yang dilaksanakan tidak melalui mekanisme
perencanaan.
12
b. Hibah berdasarkan pencairan, terdiri dari:
1. Hibah melalui KPPN, adalah Hibah yang proses penarikan dananya dilaksanakan di
BUN / KPPN
2. Hibah tanpa melalui KPPN, Hibah yang proses penarikan dananya tidak
dilaksanakan di BUN / KPPN
c. Hibah berdasarkan sumbernya, terdiri dari:
1. Hibah dalam negeri, yaitu Hibah dari Lembaga Keuangan Dalam Negeri, Lembaga
Non Keuangan Dalam Negeri, Pemerintah Daerah, Perusahaan Asing yang
berdomisili dan melakukan kegiatan di wilayah NKRI, Lembaga Lainnya dan
Perorangan.
2. Hibah luar negeri, yaitu Hibah dari Negara Asing, Lembaga di bawah PBB,
Lembaga Multilateral, Lembaga Keuangan Asing, Lembaga Non Keuangan Asing,
Lembaga Keuangan Nasional yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di
luar wilayah NKRI, Perorangan.
d. Hibah berdasarkan bentuknya, terdiri dari:
1. Hibah uang, dapat dibagi menjadi dua yaitu hibah dalanı bentuk uang tunai, yaitu
Hibah dalam bentuk uang yang diterima Pemerintah dan digunakan tergantung oieh
Pemerintah melalui APBN, dan Uang untuk Membiayai Kegiatan Hibah yang
diterima Pemerintah yang peruntukannya ditentukan dalam Perjanjian Hibah dan
dilaksanakan oleh Kementerian Negara / Lembaga / Pemerintah Daerah penerima
hibah.
2. Hibah barang / jasa, dapat dibagi menjadi dua yaitu hibah barang yaitu Barang
Hibah yang diterima yaitu Pemerintah yang pengadaannya dilaksanakan oleh
Pemberi Hibah untuk mendukung kegiatan Kementerian Negara / Lembaga /
Pemerintah Daerah / BUMN, dan hibah jasa yaitu Hibah yang diterima Pemerintah
berupa jasa tertentu yang kegiatannya dilaksanakan oleh Pemberi Hibah untuk
mendukung kegiatan Kementerian Negara / Lembaga / Pemerintalh Daerah /
BUMN.
3. Hibah surat berharga, yaitu Hibah yang diterima Pemerintah yang dapat berupa
kepemilikan saham pada perusahaan.

Pengelolaan hibah juga masih menemukan berbagai permasalahan, dimana salah


satunya berdasarkan hasil temuan BPK RI bahwa pengelolaan hibah langsung berupa
uang / barang / jasa sebesar 2,85 triliun pada 16 kementerian / lembaga tidak sesuai
dengan ketentuan (BPKRI, 2017). Masalah lainnya yang terkait pengelolaan hibah
adalah sebagai berikut (Buletin Teknis SAP Nomor 13):
a. Praktik pengelolaan hibah saat ini beragam Pola penerimaan hibah yang dilakukan
oleh Kementerian Negara / Lembaga atau Pemda yang terjadi hingga saat ini antara
lain:
1. Hibah luar negeri yang masuk ke dalam APBN / APRD Pemerintah Daerah
menerima penerusan hibah dari luar negeri. Hibah tersebut dianggarkan dalam
13
APBN dan APBD. Hibah diterima melalui BUN dan diteruskan ke BUD.
Misalnya pemerintah Jerman memberikan bantuan hibah untuk pembangunan jalan
pascatsunami di Pulau Nias. Penerimaan hibah tersebut pertama-tama masuk ke
BUN dalam pengelolaan APBN yang ditransfer ke BUD dan dimasukkan dalam
APBD.
2. Hibah langsung berupa uang dari Luar Negeri kepada Kementerian Negara /
Lembaga Penerimaan hibah berupa uang dari Luar Negeri yang langsung diberikan
kepada Kementerian Negara / Lembaga atau kepada Pemerintah Daerah tanpa
meialui BUN / BUD. Contoh, Bappenas mengkoordinasikan penerimaan hibah dari
negara donor dengan transfer dana langsung dari pemberi hibah ke rekening
Bappeda Kabupaten / Kota. Bappeda Kabupaten / Kota mentransfer langsung ke
rekening Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait, kemudian digunakan
untuk membiayai kegiatan seperti dalam perjanjian hibah. Pada tingkat provinsi,
negara pemberi hibah mentransfer dana hibah ke SKPD yang terkait. Persetujuan
penerimaan hibah ditandatangani oleh pemberi hibah dan Bappenas.
3. Hibah Negara / Lembaga / Pemerintah Daerah. Hibah barang berupa aset tetap
(bangunan, kendaraan, alat-alat kesehatan, komputer dan lain-lain) maupun aset
lancar / barang habis pakai (antara lain berupa vaksin. Makanan, kelambu, obat-
obatan) yang diberikan langsung kepada Satuan Kerja Kementerian Negara /
Lembaga / Pemerintah Daerah dan tidak dilaporkan kepada BUN / BUD karena
status kepemilikan dan yang belum jelas (tidak ada Berita Acara Serah Terima)
Sebagai pendukung, Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh Nias menerima
hibah dalam bentuk kendaraan, peralatan berat dan mesin-mesin untuk membantu
pemulihan Aceh pasca tsunami serta penerusan hibah tersebut kepada pemerintah
daerah. Contoh selanjutnya adalah Kementerian Kesehatan menerima hibah Palang
Merah Internasional berupa serum dan vaksin untuk imunisasi masyarakat.
4. Hibah Jasa Langsung ke Satuan Kerja Instansi Pusat / SKPD Hibah berupa jasa
yang diperoleh satuan kerja instansi pusat maupun SKPD antara lain berupa
kegiatan pelatihan, sosialisasi, lokakarya dan seminar, serta bantuan teknis bagi
masyarakat, yang tidak dapat dilaporkan dan dilaporkan pada LK karena tak
berdokumen pendukung, keterangan nilai hibah, dan syarat akuntansi lain. Sebagai
contoh, bantuan dari AusAid kepada Kementerian Agama RI untuk mendukung
program pengembangan akreditasi madrasah.
5. Hibah Langsung Bersyarat dari Pemerintah Daerah Provinsi kepada Satker
Pemerintah Pusat Kementerian Negara / Lembaga / Satker Pusat tertentu mendapat
hibah dari Pemerintah Daerah berupa uang yang digunakan ) yang masuk dalam
platform APBD, tidak melalui BUN, melainkan langsung ke satkes penerima.
Misalnya, pemerintah daerah tingkat provinsi tertena memberi hibah berupa uang
ke perguruan tinggi tertentu yang menurut janji harus digunakan untuk pembelian
sebidang tanah.

14
6. Hibah dari Pemerintah Daerah kepada BUMD / Perusahaan Daerah. Pemerintah
daerah tertentu memberi hibah berupa uang kepada BUMD / Perusahaan Daerah
yang masuk dalam APBD, padahal pemerintah daerah mengharapkan ada manfaat
dan keuntungan sosial yang akan diterima masyarakat dari pemberian hibah yang
dimaksud.
7. Hibah dari Pemerintah Daerah kepada Daerah Pemekaran. Pemerintah Daerah
Induk memberi hibah berupa uang kepada Daerah Otonom Baru (Pemekaran) untuk
menunjang kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pemilukada sesuai
amanat dalam undang-undang pemekaran daerah.
b. Belum tertibnya penerimaan penerimaan dan belanja hibah Pemerintah Pusat dapat
memberikan pinjaman dan / atau hibah kepada pemerintah daerah, pemerintah /
lembaga asing, perusahaan negara / daerah dan / atau sebaliknya sesuai dengan yang
tercantum dalam UU APBN. Mekanisme mempersembahkan hibah dilaksanakan
sesuai dengan tujuan pengeluaran / belanja hibah yang berada dalam dokumen
anggaran yang berwenang menjadi BUN / BUD diatur dalam peraturan-undangan
tentang keuangan negara. Namun masih ditemui praktik atas transaksi hibah yang
belum sesuai dengan peraturan peraturan-undangan, seperti adanya pemberian bantuan
yang dialokasikan dalam jenis belanja sosial atau belanja barang yang seharusnya
merupakan hibah.

2.10 Mekanisme Pelaksanaan Hibah


Mekanisme penerimaan hibah dilaksanakan dengan sistem yang memudahkan hibah
sesuai dengan sistem hibah. Selain itu, prinsip ini diharapkan dapat memberikan solusi
yang tetap berada dalam prinsip yang digunakan dalam penerimaan hibah.

BAB III
PENUTUP

Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pendapatan negara
didefinisikan sebagai seluruh penerimaan negara, baik dari perpajakan maupun bukan
perpajakan, serta penerimaan yang berasal dari hibah luar negeri.

15
Jenis jenis penerimaan negara :
 Penerimaan pajak
Penerimaan perpajakan berarti seluruh penerimaan yang diperoleh negara yang terdiri
atas pendapatan pajak.
 Penerimaan Negara bukan Pajak (PNBP)
PNBP merupakan seluruh pungutan yang diterima negara dari orang pribadi atau
badan yang diterima memperoleh manfaat pelayanan dan pemanfaatan sumber daya
dan hak negara, langsung maupun tidak langsung, sesuai dengan peraturan- undangan
yang berlaku, dan menjadi penerimaan Pemerintah di luar penerimaan perpajakan dan
hibah, serta dikelola dengan pendapatan dan belanja negara.

DAFTAR PUSTAKA

Yesi mutia Basri. Nur azlina dan Vera Oktari Sistem Akutansi Pemerintah
http://repository.uin-suska.ac.id/3612/2/BAB%20I.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai