Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH PENGAUDITAN II

AUDIT SALDO KAS

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 9
Henny Stephany Hendrik A31115005
Leonie Agatha Panglewai A31115332

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
limpahan kasih dan karunia-Nya sehingga kita semua sehat tanpa kekurangan suatu
apapun juga. Terlebih lagi atas izinnya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah
ini tanpa adanya suatu hambatan yang berarti.

Adapun judul dari makalah yang kami buat ini adalah “Audit Siklus Kas”, yang
dimana tugas ini kami buat sebagai pemenuhan tanggungjawab kami sebagai
mahasiswa pada mata kuliah Pengauditan II.

Akhir kata kami juga mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya


jika dalam isi makalah ini terdapat banyak kesalahan. Saran serta kritik yang
membangun sangat diharapkan guna melengkapi makalah ini. Sekian dan Terima
Kasih

Makassar, April 2018

Kelompok 9

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................... 2

Daftar Isi ................................................................................................................... 3

BAB I Pendahuluan

1. 1 Latar Belakang ........................................................................................ 4

1. 2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4

1. 2 Tujuan Pembelajaran ............................................................................... 5

BAB II Pembahasan

2. 1 Sifat Siklus Kas ....................................................................................... 6

2. 2 Tujuan Audit Kas ..................................................................................... 12

2. 3 Penyusunan Program Audit Kas .............................................................. 15

2. 4 Penerapan Prosedur Audit ....................................................................... 20

2. 5 Pengujian Saldo Kas Sebelum Tanggal Neraca ...................................... 26

2. 6 Pengujian Saldo Kas Setelah Tanggal Neraca ......................................... 36

BAB III Penutup

3. 1 Kesimpulan.............................................................................................. 42

Daftar Pustaka .......................................................................................................... 43

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kas adalah sumber pembiayaan yang paling likuid, dimana saldo kas dapat
digunakan sewaktu-waktu dalam proses pembiayaan dalam kegiatan operasional
suatu entitas. Kas merupakan harta lancar perusahaan yang mudah diselewengkan.
Hal itu terjadi karena banyaknya transaksi yang berkaitan dengan penerimaan dan
pengeluaran kas. Selain itu, kas menjadi objek potensi kecurangan dan pencurian
dibandingkan dengan jenis aset lainnya karena kebanyakan aset harus
dikonversikan terlebih dahulu ke kas agar dapat diuangkan. Oleh karena itu
sangatlah perlu dilakukan audit terhadap saldo kas.
Tujuan utama audit saldo kas adalah untuk memastikan saldo kas telah
diidentifikasi dan diklasifikasikan dengan tepat dalam neraca, sehingga kas tersebut
dapat memenuhi kebutuhan entitas. Dengan audit atas saldo kas maka akan
memudahkan perusahaan dalam mengembangkan anggaran kas. Dengan
pengelolaan anggaran kas yang baik perusahaan dapat mempr oyeksikan peramalan
yang baik atas penerimaan dan pengeluaran kas. Dengan teknik peramalan kas,
manajemen dapat merencanakan untuk menginvestasikan kelebihan kas, dan bila
terdapat kebutuhan akan kas mendapatkan pinjaman dengan tingkat bunga yang
menguntungkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sifat saldo kas?
2. Bagaimana tujuan audit kas?
3. Bagaimana penyusunan program audit kas?
4. Bagaimana penerapan prosedur audit?
5. Bagaimana pengujian saldo kas sebelum tanggal neraca?
6. Bagaimana pengujian saldo kas setelah tanggal neraca?

4
1.3 Tujuan Pembelajaran
1. Memahami sifat saldo kas
2. Memahami tujuan audit kas
3. Memahami penyusunan program audit kas
4. Memahami penerapan prosedur audit
5. Memahami pengujian saldo kas sebelum tanggal neraca
6. Memahami pengujian saldo kas setelah tanggal neraca

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sifat Saldo Kas


Saldo kas meliputi penerimaan di tangan yang belum disetor, kas di bank, pada
rekening giro umum dan rekening tabungan, serta akun impress seperti kas kecil dan
rekening di bank untuk gaji. Ini merupakan kas yang diperlukan untuk melunasi
kewajiban serta membayar gaji, dan kebanyakan entitas akan memindahkan kelebihan
kas ke beberapa bentuk investasi yang menghasilkan bunga (Boynton, 2003:207).
Sedangkan enurut PSAK No. 2 (2009), kas terdiri atas saldo kas (cash on hand) dan
rekening giro (demand deposits), sedangkan setara kas (cash equivalent) adalah
investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat
dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko perubahan nilai
yang tidak signifikan.

AKUN-AKUN KAS
Pertama-tama akan dibahas mengenai jenis-jenis akun kas yang lazim dijumpai
pada kebanyakan perusahaan, karena pendekatan pengauditannya berbeda-beda.
Auditor bisa mempelajari tentang berbagai saldo akun kas ketika ia mendapatkan
pemahaman tentang bisnis klien. Berikut ini adalah beberapa jenis akun yang utama.

Akun Kas Umum


Akun kas umum adalah akun utama pada hampir semua organisasi, karena
hampir semua penerimaan dan pengeluaran mengalir melalui akun ini. Sebagai
contoh, pengeluaran kas untuk siklus pembelian dan pembayaran biasanya dibayar
dari akun ini, demikian pula penerimaan kas dalam siklus penjualan dan
pengumpulan piutang disimpan dalam akun ini.

6
Akun Imprest
Seperti yang telah dibahas pada siklus jasa personalia, banyak perusahaan yang
menyelenggarakan akun imprest khusus untuk membayar penggajian agar
meningkatkan pengendalian atas pengeluaran kas untuk penggajian. Dengan cara
ini pengawasan akan lebih mudah dilakukan, karena akun ini hanya didebet untuk
gaji/upah mingguan atau dua mingguan atau bulanan, dan dikredit untuk
pembayaran kepada para karyawan.
Akun imprest yang agak berbeda kadang-kadang juga digunakan perusahaan.
Dalam tipe ini, perusahaan menyelenggarakan satu akun khusus untuk
penerimaan, dan satu akun yang lain khusus untuk pengeluaran kas. Tipe seperti
ini biasa digunakan oleh perusahaan yang beroperasi pada berbagai lokasi yang
berbeda. Semua penerimaan disetorkan kea kun imprest, dan totalnya ditransfer ke
akun kas umum secara periodik. Penggunaan akun imprest semacam itu dapat
meningkatkan pengawasan terhadap penerimaan dan pengeluaran kas.

Akun Bank Cabang


Untuk perusahaan yang beroperasi di sejumlah lokasi, sering dikehendaki untuk
memiliki akun bank tersendiri pada setiap lokasi. Akun bank cabang berguna
untuk membangun relasi pada komunitas local dan memungkinkan dilakukan
sentralisasi pada level cabang.
Pada perusahaan-perusahaan tertentu, penyetoran dan pengeluaran kas untuk
setiap cabang dilakukan pada akun bank yang terpisah, dan kelebihan kas secara
periodik ditransfer secara elektronik kea kun bank umum di kantor pusat. Akun di
cabang sebenarnya hampir seperti akun umum, tetapi pada level cabang.

Dana Kas Kecil Imprest


Dana kas kecil imprest bukan merupakan suatu akun bank. Akun kas kecil ini
adalah akun dengan jumlah yang ditetapkan terlebih dahulu yang disediakan untuk
pengeluaran-pengeluaran insidentil. Kas ini digunakan untuk pengeluaran yang
berjumlah kecil yang dapat dibayar dengan lebih mudah bila memakai kas

7
dibandingkan dengan memakai check. Akun kas imprest ditetapkan dengan cara
yang sama seperti akun bank imprest, tetapi khusus untuk pengeluaran-
pengeluaran yang berjumlah kecil, seperti misalnya untuk pembelian perlengkapan
kantor, perangko, atau makan siang karyawan. Jumlah kas yang ditetapkan pada
dana kas kecil ini biasanya tidak begitu besar, dan diisi kembali sekali atau dua
kali dalam sebulan.

Setara Kas
Perusahaan sering menginvestasikan kelebihan kas yang terakumulasi selama
waktu tertentu dalam siklus operasi perusahaan dalam apa yang disebut setara kas,
karena akan dibutuhkan kembali dalam waktu yang tidak terlalu lama. Setara kas
mempunyai tingkat likuiditas yang sangat tinggi sehingga dapat dijadikan kas
kembali dengan sangat cepat. Berikut ini yang termasuk dalam setara kas, yaitu
deposito atas unjuk, dan money market fund. Setara kas yang bisa cukup material
dicantumkan dalam laporan keuangan sebagai bagian dari akun kas hanya apabila
berupa investasi jangka pendek yang bisa diubah kembali menjadi kas pada jumlah
yang telah diketahui secara cepat, dan tidak ada risiko signifikan pada nilai
tukarnya sebagai akibat perubahan tingkat bunga.

Gambar dibawah ini menjelaskan hubungan antara akun kas umum dengan akun
kas lainnya

Akun Bank Cabang Akun Penggajian Imprest

Kas Umum

Setara Kas Dana Kas Imprest


Impret

8
Hubungan Saldo Kas dengan Siklus Transaksi
Pembahasan tentang hubungan antara kas di bank dan siklus-siklus transaksi lainnya
memiliki dua fungsi (Jusup, 2014:861), yaitu:
1. Menunjukkan pentingnya pengujian audit atas berbagai siklus transaksi terhadap
pengauditan kas.
2. Membantuk dalam pemahaman lebih lanjut pengintegrasian berbagai siklus
transaksi.
Lima siklus transaksi berkaitan langsung dengan saldo kas umum, seperti yang
diperlihatkan dalam gambar di bawah ini. Kelima siklus itu adalah siklus pendapatan,
pengeluaran, pembiayaan, investasi, dan jasa personalia. Siklus produksi tidak
mempunyai transaksi yang berkaitan langsung dengan kas. Perhatikan bahwa siklus
pembiayaan dan siklus investasi keduanya dapat menaikkan kas, dan siklus
pengeluaran serta jasa personalia akan menurunkan kas. Bagi banyak entitas, volume
transaksi sikluspendapatan dan pengeluaran dapat berjumlah besar, demikian juga
dengan siklus jasa personalia. Volume serta ukuran masing-masing transaksi kas dalam
siklus pembiayaan dan investasi sangat bervariasi dari satu entitas ke yang lainnya dan
dapat juga sangat berbeda dari tahun ke tahun untuk satu entitas (Boynton II, 2003:270)

9
(Sumber: Boynton II, 2003:271)

PERTIMBANGAN PERENCANAAN AUDIT


Materialitas
Bagi kebanyakan entitas, bagian dari aktiva lancar atau total aktiva pada suatu titik
waktu yang disajikan oleh saldo kas adalah sangat kecil, dan seringkali tidak material.
Akan tetapi, jika dikaitkan dengan transaksi dalam lima siklus transaksi yang
mempengaruhi kas, jumlah kas yang mengalir melalui akun-akun selama periode
waktu benar-benar dapat sangat material. Dalam kenyataannya, volume transaksi yang
mempengaruhi kas biasanya lebih besar daripada untuk setiap akun lainnya dalam
laporan keuangan.

10
Risiko Inheren
Volume transaksi yang tinggi dapat menimbulkan tingkat risiko inheren yang
signifikan untuk asersi saldo kas tertentu, terutama keberadaan dan keterjadian serta
kelengkapan. Selain itu, sifat saldo kas juga membuatnya rentan atau mudah untuk
dicuri karena berbagai jenis kecurangan yang melibatkan kas telah terbukti, Namun
lain hal nya dengan piutang atau persediaan, risiko yang berkenaan dengan asersi hak
dan kewajiban, penilaian atau alokasi, dan penyajian serta pengungkapan untuk kas
bersifat minimal karena tidak ada kerumitan yang melibatkan hak, pengukuran
akuntansi, estimasi, dan pengungkapan.

Risiko Prosedur Analitis


Saldo kas dipengaruhi oleh keputusan dan strategi operasi, investasi, dan
pembiayaan manajemen. Akibatnya, dalam beberapa audit atas saldo ini mungkin tidak
diharapkan untuk memperlihatkan hubungan yang stabil atau dapat diprediksi dengan
data keuangan atau operasi masa berjalan atau historis. Perusahaan yang dikelola
dengan baik secara teratur dapat mengembangkan anggaran kas, yang
memproyeksikan (1) penerimaan kas berdasarkan penagihan piutang yang diantisipasi,
(2) pengeluaran kas untuk kebutuhan operasi, aktivitas investasi serta pembiayaan.
Prosedur analitis yang efektif mencakup pembandingan saldo kas dengan peramalan
atau anggaran, atau dengan kebijakan perusahaan mengenai saldo kas minimum dan
investasi atas kelebihan kas. Biasanya lebih efektif bagi perusahaan untuk
membandingkan saldo kas dengan anggaran dan kebijakan perusahaan karena masing-
masing kebutuhan kas dari berbagai entitas seringkali bersifat unik. Apabila
pengharapan yang layak dapat dirumuskan dan datanya sesuai dengan pengharapan itu,
maka bukti analitis dapat dipandang memberikan sejumlah kepastian mengenai asersi
eksistensi atau keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau alokasi
untuk saldo kas.

11
Risiko Pengendalian
Penerimaan dan pengeluaran kas sering kali merupakan transaksi rutin yang dapat
dikendalikan oleh sistem pengendalian internal yang baik, memungkinkan auditor
menilai risiko pengendalian pada tingkat rendah. Karena rawannya saldo kas terhadap
pencurian, maka banyak auditor akan mengevaluasi secara cermat pengendalian
internal atas kas, dan memastikan bahwa setiap kondisi yang dapat dilaporkan telah
dikomunikasikan dengan jelas kepada manajemen.

2.2 Tujuan Audit Kas


Karena (1) pertimbangan pengendalian internal berkenaan dengan berbagai
kelompok transaksi yang mempengaruhi kas dan (2) tujuan audit atas kelompok
transaksi yang bertalian dengan transaksi itu telah dibicarakan dalam materi
sebelumnya, maka materi ini terutama akan berfokus pada pengujian substantif saldo
kas. Dengan demikian, Tabel 9-1 hanya mencakup tujuan audit saldo akun untuk kas.
Perhatikan bahwa tujuan spesifik termasuk untuk masing-masing dari lima kategori
asersi laporan keuangan (Boynton II, 2003:270-271).

Tabel 9-1 Tujuan Audit Spesifik untuk Saldo Kas

Kategori Asersi Tujuan Audit Saldo Akun


Keberadaan atau Saldo kas yang dicatat ada pada tanggal neraca (EO1).
keterjadian
Kelengkapan Saldo kas yang dicatat mencakup pengaruh dari semua
transaksi kas yang telah terjadi (C1).
Transfer kas akhir tahun di antara bank telah dicatat pada
periode yang tepat (C2).
Hak dan kewajiban Entitas mempunyai hak legal atas semua saldo kas yang
diperlihatkan pada tanggal neraca (RO1).

12
Penilaian atau alokasi Saldo kas yang dicatat dapat direalisasi pada jumlah yang
dinyatakan di neraca dan sesuai dengan skedul
pendukung (VA1).
Penyajian dan Saldo kas telah diidentifikasi dan diklasifikasikan dengan
pengungkapan tepat dalam neraca (PD1).
Lini kredit, jaminan pinjaman, perjanjian saldo
kompensasi, dan pembatasan lain padanya atas kas telah
diungkapkan dengan tepat (PD2).
(Sumber: Boynton II, 2003:272)

PENGAUDITAN ATAS AKUN KAS


Pengauditan Akun Kas Umum
Dalam pengujian atas saldo akhir akun ke kas umum, auditor harus mengumpulkan
bukti yang cukup dan tepat untuk menilai apakah kas, sebagaimana tercantum dalam
neraca, telah ditetapkan secara wajar dan telah diungkapkan sesuai dengan lima dari
delapan tujuan pengauditan saldo yang digunakan untuk pengujian rinci saldo
(keberadaan, kelengkapan, ketelitian, pisah batas, dan kecocokan saldo). Hak atas kas
umum dan penggolongannya dalam neraca biasanya tidak menjadi perhatian utama,
sedangkan nilai bersih bisa direalisasi tidak relevan untuk tujuan audit ini.

Tabel 9-2 Tujuan Audit Saldo dan Pengujian Rinci Saldo untuk Akun Kas Umum di
Bank
Tujuan Audit Saldo Prosedur Pengujian Rinci Komentar
Saldo
Kas sebagaimana Jumlah ke bawah daftar Pengujian ini dilakukan
tercantum dalam check dalam sepenuhnya pada
rekonsiliasi bank perjalanan dan rekonsiliasi bank,
telah ditotal dengan pembayaran secara tidak mengacu pada

13
benar dan cocok elektronik serta dokumen atau catatan,
dengan jumlah di setoran dalam kecuali ke buku besar.
buku besar perjalanan.
(kecocokan saldo) Periksa penambahan dan
pengurangan dalam
rekonsiliasi bank,
termasuk semua hal
yang direkonsiliasi.
Telusur saldo per buku
dalam rekonsiliasi ke
buku besar.
Kas sebagaimana (Lihat penjelasan lebih Ini adalah tiga tujuan
tercantum dalam lanjut prosedur- terpenting untuk kas
rekonsiliasi bank prosedur berikut) di bank.
benar-benar ada Minta dan ujilah Prosedur digabungkan
(keberadaan) konfirmasi bank. karena sangat
Kas yang ada di bank Minta dan ujilah cutoff berkaitan erat.
telah dicatat laporan bank. Tiga prosedur terakhir
(kelengkapan) Ujilah rekonsiliasi bank. hanya perlu dilakukan
Kas di bank sebagaiman Lakukan pengujian kas. apabila pengendalian
tercantum dalam Ujilah kemungkinan internalnya lemah.
rekonsiliasi dicatat terjadinya “kiting”.
dengan teliti
(ketelitian)
Transaksi penerimaan Penerimaan kas: Apabila penerimaan kas
kas dan pengeluaran Hitunglah kas yang ada setelah akhir tahun
kas dicatat pada di perusahaan pada buku dimasukkan
hari terakhir tahun dalam jurnal, maka

14
periode yang tepat buku dan segera posisi kas akan
(pisah batas). telusur ke setoran nampak lebih baik
dalam perjalanan dan dari yang
jurnal penerimaan kas. sesungguhnya. Hal
Telusur setoran dalam seperti itu disebut
perjalanan cutoff “holding open” jurnal
laporan bank. penerimaan kas akan
Pengeluaran kas: mengurangi utang
Hitunglah kas yang ada usaha dan biasanya
di perusahaan pada meningkatkan rasio
hari terakhir tahun lancar.
buku dan segera Prosedur pertama untuk
telusur ke check pengujian pisah batas
dalam perjalanan dan penerimaan dan
jurnal pengeluaran pengeluaran kas
kas. mensyaratkan auditor
Telusur check dalam hadir pada akhir tahun
perjalanan ke laporan buku.
bank bulan
berikutnya.
(Sumber: Jusup, 2014: 869-870)

2.3 Penyusunan Program Audit Kas


Dalam bagian ini dan subbagian berikut, istilah saldo kas hanya mengacu pada kas
yang ditahan dan di bank, tidak termasuk kas kecil dan dana imprest lainnya.
Menentukan Risiko Deteksi
Beberapa pemilik perusahaan kecil menginginkan auditor untuk mengaudit kas
untuk member kepastian tentang keabsahan saldo kas. Auditor akan menekankan pada

15
pengujian rincian, sekalipun model risiko audit dapat menyatakan bahwa pendekatan
tersebut tidak diperlukan karena prosedur analitis atau pengendalian internal telah
efektif. Sementara itu, klien lainnya mungkin mengandalkan pada CFO, atau
departemen audit internal, untuk menelaah atau mengaudit saldo kas secara cermat dan
meminta auditor merancang lingkup audit atas saldo kas berdasarkan apa yang
diperlukan untuk mengeluarkan suatu pendapat mengenai kewajaran penyajian laporan
keuangan.
Risiko inheren biasanya tinggi karena kerawanan kas terhadap penyalahgunaan.
Efektivitas prosedur analitis seringkali tergantung pada prosedur yang ditempuh entitas
untuk mengembangkan anggaran atau peramalan kas yang akurat. Model risiko audit
atau matriks risiko kemudian dapat digunakan, untuk menentukan tingkat risiko deteksi
yang dapat diterima atas setiap asersi saldo kas.

Merancang Pengujian Substantif


Suatu daftar pengujian substantif yang mungkin dilaksanakan untuk mencapai
tujuan audit spesifik atas saldo kas disajikan dalam Tabel 9-3. Daftar ini disusun
menurut kerangka kerja umum untuk mengembangkan program audit bagi pengujian
substantif. Tidak semua pengujian dapat dilaksanakan dalam setiap audit. Setiap
pengujian itu akan dijelaskan dalam bagian berikut, termasuk komentar tentang kapan
pengujian tertentu dapat diabaikan dan bagaimana beberapa pengujian dapat
disesuaikan berdasarkan faktor-faktor risiko yang berlaku.
Menurut Haryono (2014:864-874), perancangan atau penyusunan program audit kas
dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:
 Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Kas (Tahap I)
Kebanyakan perusahaan tidak memiliki risiko bisnis signifikan yang
mempengaruhi kas. Namun demikian, risiko bisnis klien bisa timbul dari
kebijakan manajemen kas yang tidak tepat. Risiko bisnis klien lebih banyak
timbul dari setara kas dan tipe lain investasi. Auditor harus memahami risiko

16
dari kebijakan dan strategi investasi klien, termasuk pengendalian manajemen
untuk menghadapi risiko tersebut.

 Menetapkan Materialitas Pelaksanaan dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)


Pada umumnya saldo kas tidak material, tetapi transaksi kas yang
mempengaruhi saldo tersebut hampir selalu material. Oleh karena itu, sering
terdapat potensi untuk terjadinya kesalahan penyajian kas. Karena kas sangat
rentan terhadap pencurian dibandingkan dengan aset lainnya, terdapat risiko
inheren tinggi untuk tujuan keberadaan, kelengkapan, dan ketelitian. Tujuan-
tujuan tersebut biasanya menjadi fokus dalam pengauditan atas saldo kas.
Untuk tujuan-tujuan lain, risiko inheren biasanya rendah.

 Menilai Risiko Pengendalian (Tahap I)


Pengendalian internal atas saldo kas akhir tahun dalam akun kas umum dapat
dibedakan menjadi dua kategori:
1. Pengendalian atas siklus-siklus transaksi yang mempengaruhi pencatatan
penerimaan dan pengeluaran kas.
2. Rekonsiliasi bank independen.

Pengendalian yang mempengaruhi pencatatan transaksi-transaksi kas


sangat penting untuk menilai risiko pengendalian terhadap kas. Sebagai contoh,
dalam siklus pembelian dan pembayaran, pengendalian utama meliputi adanya
pembagian tugas yang memadai antara penandatanganan check dengan fungsi
utang usaha, penandatanganan check hanya bisa dilakukan oleh orang yang
diberi otorisasi oleh perusahaan, penggunaan check bernomor urut tercetak,
review yang cermat atas dokumen-dokumen pendukung oleh penandatangan
check sebelum ia menandatangani check, dan verifikasi internal yang memadai.
Pengendalian yang sama diterapkan pula pada pembayaran secara elektronik.
Apabila pengendalian yang berkaitan dengan transaksi kas berjalan dengan

17
efektif, maka risiko pengendalian menurun seperti halnya pengujian audit untuk
rekonsiliasi bank akhir tahun.

Rekonsiliasi bank bulanan atas akun bank umum secara tepat waktu oleh
seseorang yang independen dari tugas penanganan dan pencatatan penerimaan
dan pengeluaran kas adalah pengendalian internal yang teramat penting
berkaitan dengan saldo akhir kas. Perusahaan dengan saldo kas yang signifikan
disertai transaksi kas berjumlah besar bisa merekonsiliasi kas secara harian
terhadap catatan bank online. Apabila perusahaan menunda pembuatan
rekonsiliasi bank untuk jangka waktu yang lama, nilai pengendalian akan
berkurang dan bisa mempengaruhi penilaian auditor atas risiko pengendalian
kas. Rekonsiliasi memastikan bahwa catatan akuntansi mencerminkan saldo
kas yang sama dengan jumlah kas sesungguhnya yang ada di bank setelah
mempertimbangkan hal-hal yang direkonsiliasi. Selain itu, rekonsiliasi
independen memungkinkan dilakukannya verifikasi internal transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas. Apabila laporan bank diterima dalam keadaan
tertutup oleh petugas pembuat rekonsiliasi, pengawasan fisik harus dijaga
sampai rekonsiliasi selesai dikerjakan, dan dokumen-dokumen pendukung
laporan bank bisa diperiksa tanpa ada kekhawatiran terhadap kemungkinan
perubahan, penambahan, atau penghilangan. Rekonsiliasi bank yang dibuat
dengan teliti oleh pegawai klien yang kompeten meliputi tindakan-tindakan
berikut:
o Membandingkan data pembayaran dengan check atau transfer elektronik
dalam catatan bank dengan catatan pengeluaran kas perusahaan, meliputi
tanggal, penerima pembayaran, dan jumlah rupiahnya.
o Memeriksa setoran ke bank dengan catatan penerimaan kas perusahaan,
meliputi tanggal, pembayar, dan jumlah rupiahnya.
o Memeriksa keberurutan penggunaan check dan menyelidiki jika ada
nomor yang hilang.

18
o Merekonsiliasi semua hal yang menyebabkan perbedaan antara saldo per
buku dengan saldo per bank sesuai dengan keadaannya.
o Merekonsiliasi total pendebetan dalam laporan bank dengan total dalam
catatan pengeluaran kas perusahaan.
o Merekonsiliasi total pengkreditan dalam laporan bank dengan total dalam
catatan penerimaan kas perusahaan.
o Mereview transfer bank yang terjadi pada akhir tahun untuk memastikan
ketepatan pencatatannya.
o Tindak lanjut check dalam perjalanan akhir bulan ke bulan berikutnya.

Banyak perangkat lunak akuntansi memuat rekonsiliasi bank sebagai


bagian dari prosedur akhir bulan. Meskipun perangkat lunak tersebut telah
banyak mengurangi pekerjaan tulis-menulis dalam pembuatan rekonsiliasi
bank, namun pembuat rekonsiliasi masih tetap perlu melakukan prosedur-
prosedur tersebut di atas.

 Perancangan Dan Pelaksanaan Pengujian Pengendalian dan Pengujian


Substantif Golongan Transaksi (Tahap II)
Berhubung saldo kas dipengaruhi oleh semua siklus yang lain, kecuali siklus
persediaan dan penggudangan, sejumlah besar transaksi mempengaruhi kas.
Pada beberapa bab yang lalu, telah dibahas secara rinci pengujian pengendalian
dan pengujian rinci saldo yang tepat untuk pengauditan setiap siklus. Sebagai
contoh, pengendalian atas penerimaan kas dan pengendalian atas pengeluaran
kas. Transaksi kas diaudit melalui pengujian atas transaksi-transaksi pada
siklus-siklus tersebut.

 Perancangan dan Pelaksanaan Prosedur Analitis (Tahap III)


Pada kebanyakan audit, bank rekonsiliasi akhir tahun diaudit secara ekstensif.
Penggunaan prosedur analitis untuk menguji kewajaran saldo kas dipandang
kurang penting dibandingkan dengan pada area audit yang lain. Auditor

19
biasanya membandingkan saldo akhir dalam rekonsiliasi bank, setoran dalam
perjalanan, check dalam perjalanan, dan hal-hal yang direkonsiliasi lainnya
dengan rekonsiliasi tahun sebelumnya. Selain itu, auditor juga membandingkan
saldo akhir kas dengan saldo kas akhir bulan yang lalu. Prosedur analitis ini
diharapkan bisa mengungkapkan kesalahan penyajian dalam kas.

 Perancangan Pengujian Rinci Saldo Kas (Tahap III)


Titik tolak pemeriksaan atas saldo akun bank umum adalah mendapatkan
rekonsiliasi bank dari klien untuk dimuat dalam dokumentasi auditor. Untuk
mengaudit kas di bank, auditor menerima kebenaran rekonsiliasi bank yang
diterima dari klien. Tujuan yang paling penting adalah keberadaan,
kelengkapan, dan ketelitian. Oleh karena itu tujuan-tujuan tersebut menjadi
perhatian utama. Selain atas tujuan audit saldo tersebut, auditor juga melakukan
pengujian yang berkaitan dengan empat tujuan penyajian dan pengungkapan,
seperti misalnya review atas notulen rapat dan perjanjian kredit untuk
memastikan ada tidaknya pembatasan atas kas yang harus diungkapkan. Seperti
halnya dalam area audit yang lain, prosedur audit yang sesungguhnya akan
tergantung pada materialitas dan risiko dalam kas yang telah diidentifikasi
auditor dalam bagian audit yang lain.

2.4 Penerapan Prosedur Audit


Berikut ini adalah prosedur-prosedur audit yang mungkin dilaksanakan dalam
pengauditan atas saldo kas. Perhatikan bahwa beberapa dari pengujian ini berlaku
untuk lebih dari satu tujuan audit, dan setiap tujuan didukung oleh berbagai pengujian
yang mungkin. Namun, tidak semua pengujian dapat dilaksanakan dalam setiap audit.
Penjelasan mengenai pengujian-pengujian berikut akan dibahas lebih rinci dalam sub
bagian berikutnya yang memisahkan pengujian saldo kas yang dilaksanakan sebelum
tanggal neraca dan yang dilaksanakan setelah tanggal neraca.

20
Tabel 9-3 Pengujian Substantif yang Mungkin untuk Asersi Saldo Kas

Kategori Pengujian Substantif Tujuan Audit Saldo Akun


Prosedur Awal 1. Mendapatkan pemahaman EO1,
tentang bisnis dan industri serta C1,C2,RO1,VA1,PD1,PD2
menentukan :
a. Signifikansi dari saldo dan
transaksi kas bagi entitas.
b. Kebijakan entitas dalam RO1
meramalkan saldo kas dan
menginvestasikan
kelebihan saldo kas.
2. Melaksanakan prosedur awal
atas saldo dan catatan kas yang
akan mendapat pengujian lebih
lanjut.
a. Menelusuri saldo awal kas
di tangan dan di bank ke
kertas kerja tahun
sebelumnya.
b. Menelaah aktivitas dalam
akun buku besar kas dan
menyelidiki ayat jurnal yang
tampak tidak biasa dari segi
jumlah atau sumbernya.
c. Mendapatkan ikhtisar kas di
tangan dan di bank yang
disiapkan

21
klien,memverifikasi
ketepatan matematis, dan
menentukan kesesuaiannya
dengan buku besar.
Prosedur 3. Melaksanakan prosedur analitis EO1,C1,VA1
Analitis :
a. Membandingkan saldo kas
dengan jumlah yang
dianggarkan, saldo tahun
sebelumnya, atau jumlah
yang diharapkan lainnya.
b. Menghitung kas sebagai
presentase dari aktiva lancar
dan membandingkannya
dengan pengharapan
Pengujian 4. Melaksanakan pengujian pisah- EO1, C1
rincian batas kas (catatan –pengujian
transaksi ini mungkin telah dilaksanakan
sebagai bagian dari program
audit atas piutang usaha dan
utang usaha) :
a. Mengamati bahwa semua
kas yang diterima
menjelang penutupan
usaha pada haricterakhir
tahun fiscal termasuk
dalam kas yang ada di
tangan atau setoran dalam

22
perjalanan dan tidak ada
penerimaan dari periode
berikutnya yang telah
dimasukkan, atau
b. Mereview dokumentasi
seperti ikhtisar kas harian,
slip deposito duplikat, dan
laporan bank yang
mencakup beberapa hari
sebelum dan sesudah
tanggal akhir tahun untuk
menentukan pisah-batas
yang tepat.
c. Mengamati cek terakhir
yang diterbitkan dan
dikirimkan pada hari bisnis
terakhir dari tahun fiscal
dan menelusuri ke catatan
akuntansi untuk
menentukan ketepatan
pisah-batas pengeluaran
kas, atau
d. Membandingkan tanggal-
tanggal pada cek yang
diterbitkan beberapa hari
sebelum dan sesudah akhir
tahun ke tanggal
pencatatan cek untuk

23
menentukan pisah-batas
yang tepat.
Pengujian 5. Menelusuri transfer bank EO1, C2
rincian selama beberapa hari sebelum
transaksi dan sesudah tanggal akhir tahun
untuk menentukan bahwa
setiap transfer telah dicatat
dengan benar sebagai
pengeluaran serta penerimaan
dalam periode akuntansi yang
sama dan secara tepat
dicerminkan dalam rekonsiliasi EO1, C1, C2, RO1, VA1
bank apabila .
6. Menyiapkan bukti atau proof
kas untuk setiap akun bank di
mana entitas itu tidak mampu
merekonsiliasi atau memikul
risiko yang tinggi bahwa
transaksi yang tidak jujur telah
terjadi
Pengujian 7. Menghitung kas di tangan yang EO1,C1,RO1,VA1
Rincian Saldo belum disetorkan dan
menentukan bahwa jumlah
tersebut telah dimasukkan
dalam saldo kas
8. Mengkonfirmasikan saldo EO1,C1,RO1,VA1
setoran dan pinjaman bank
dengan bank

24
9. Mengkonfirmasikan perjanjian EO1,C1,RO1,VA1, PD2
lain dengan bank seperti lini
kredit, perjanjian saldo
kompensasi, dan jaminan pi
jaman atau pihak lainnya.
10. Menscan, menelaah, atau EO1,C1,C2,RO1,VA1
menyiapkan rekonsiliasi bank
sebagaimana mestinya.
11. Mendapatkan dan EO1,C1,C2,RO1,VA1
menggunakan laporan pisah-
batas bank untuk memverifikasi
pos-pos rekonsiliasi bank,
mendeteksi semua cek yang
belum dicatat yang telah
dikliring oleh bank, dan
mencari bukti tentang ‘window
dressing’.
Penyajian dan 12. Membandingkan penyajian
pengungkapan laporan dengan GAAP :
a. Menentukan apakah saldo PD1
kas telah diidentifikasi dan
diklasifikasikan dengan
tepat PD1
b. Menentukan bahwa
overdraft bank telah
direklasifikasi sebagai PD2
kewajiban lancar

25
c. Melakukan tanya-jawab
dengan manajemen,
menelaah korespondensi
dengan bank, dan menelaah
notulen rapat dewan direksi
untuk menentukan hal-hal
yang memerlukan
pengungkapan seperti lini
kredit, jaminan pinjaman,
perjanjian saldo kompensasi,
atau pembatasan lainnya atas
saldo kas.
(Sumber: Boynton II, 2003: 275-277)

2.5 Pengujian Saldo Kas Sebelum Tanggal Neraca

PROSEDUR AWAL
Sebelum membahas pengujian yang terinci atas saldo kas, auditor harus
memastikan bahwa dia telah memperoleh pemahaman tentang bisnis entitas dan
pentingnya saldo kas bagi entitas tersebut. Sebagai contoh, auditor dapat
memahami volume transaksi yang melibatkan berbagai akun kas, kempampuan
entitas untuk menghasilkan arus kas yang positif dari operasi, kebijakan untuk
meramalkan atau menggambarkan kas, dan kebijakan untuk menginvestasikan
kelebihan kas.
Titik awal untuk memverifikasi saldo kas adalah menelusuri saldo awal
periode berjalan ke saldo akhir yang telah diaudit dalam kertas kerja tahun
sebelumnya. Berikutnya, aktivitas selama periode berjalan dalam akun buku besar
kas harus dikaji-ulang menyangkut setiap ayat jurnal signifikan yang bersifat tidak
biasa atau jumlah yang memerlukan penyelidikan khusus. Di samping itu, setiap

26
skedul yang dibuat oleh klien yang menunjukkan ikhtisar penerimaan kas yang
belum disetor pada lokasi yang berbeda dan/atau ikhtisar saldo bank juga harus
diperoleh. Ketepatan matematis dari setiap skedul itu harus ditentukan dan
kecocokannya dengan saldo kas yang berkaitan dalam buku besar juga harus
diperiksa. Pengujian ini memberikan bukti tentang asersi penilaian atau alokasi.

PROSEDUR ANALITIS
Seperti telah dibahas sebelumnya, efektivitas prosedur analitis secara signifikan
bervariasi dari satu klien ke klien lainnya. Efektivitas prosedur analitis yang telah
dibahas sebelumnya dalam bab ini dapat mengurangi jumlah bukti yang diperlukan
dari pengujian substantif lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan apabila
datanya tidak sesuai dengan pengharapan yang dikembangkan dari anggaran atau
peramalan kas, atau kebijakan perusahaan mengenai investasi kelebihan kas.

PENGUJIAN RINCIAN TRANSAKSI


Seperti telah dibahas sebelumnya, beberapa pengujian substantif atas rincian
transaksi melibatkan penelusuran dan vouching transaksi penerimaan kas serta
pengeluaran kas yang biasanya dilakukan bersamaan dengan pengujian
pengendalian sebagai pengujian bertujuan ganda. Bukti yang diperoleh dari
pengujian tersebut harus digabungkan dengan bukti dari prosedur yang telah
dibahas di sini dalam menarik kesimpulan mengenai kewajaran penyajian saldo
kas. Dalam dua sub bagian berikut, pertimbangan akan diberikan pada dua
pengujian atas transaksi yang umumnya dilaksanakan mendekati tanggal neraca.

Melaksanakan Pengujian Pisah-Batas Kas


Pisah-batas yang tepat atas penerimaan dan pengeluaran kas pada akhir tahun
sangat penting bagi kelayakan laporan kas pada tanggal neraca. Dua pengujian
pisah-batas kas (cash cutoff test) telah dilaksanakan: (1) pengujian pisah-batas
penerimaan kas, yang telah dijelaskan dalam bab 14, dan (2) pengujian pisah-
batas pengeluaran kas, seperti yang dijelaskan pada bab 15. Penggunaan

27
laporan pisah-batas bank, yang diuraikan berikut ini, juga berguna dalam
menentukan apakah pisah-batas kas yang tepat telah dilakukan. Pengujian
pisah-batas kas terutama ditujukan pada asersi laporan keuangan, yaitu
eksistensi atau kejadian dan kelengkapan.

Menelusuri Transfer Bank


Banyak entitas membuka akun-akun (rekening) pada lebih dari satu bank.
Sebuah perusahaan yang memiliki banyak akun bank dapat melakukan transfer
uang yang diotorisasi di antara akun-akun bank itu. Sebagai contoh, uang dapat
ditransfer dari akun bank umum ke akun bank untuk penggajian atas cek gaji
yang akan dibagikan pada hari pembayaran. Apabila terjadi transfer bank, maka
beberapa hari (dikenal dengan periode mengambang) umumnya akan berlalu
sebelum cek itu dikliringdi bank apda waktu ditarik. Jadi setoran kas per catatan
bank akan lebih saji selama periode ini, karena cek itu akan termasuk dalam
saldo bank yang menerima setoran dan belum akan dikurangkan dari bank yang
ceknya ditarik. Transfer bank juga dapat menimbulkan salah saji saldo bank per
pembukuan jika pengeluaran dan penerimaan tidak dicatat pada periode
akuntansi yang sama.
Secara sengaja mencatat transfer bank sebagai setoran di bank penerimaan
dan tidak menunjukkan pengurangan dari akun bank tempat transfer cek ditarik
merupakan suatu penyimpangan yang dikenal sebagai kiting. Kiting juga dapat
digunakan untuk menyembunyikan kekurangan kas atau kelebihan kas di bank
pada tanggal laporan.
Seorang auditor memerlukan bukti tentang keabsahan transfer bank atau,
sebaliknya, dapat terjadi salah saji. Bukti ini diperoleh dengan menyiapkan
skedul transfer bank (bank transfer schedule). Data yang akan dicantumkan
pada skedul ini diperoleh dari analisis atas ayat jurnalkas per pembukuan dan
laporan bank serta pisah-batas yang berlaku. Skedul itu mencantumkan semua

28
transfer cek yang diterbitkan pada atau mendekat akhir tahun fiskal klien, dan
menunjukkan tanggal cek itu dicatat oleh klien serta bank
Kiting bisa terjadi apabila kelemahan dalam pengendalian internal
memungkinkan seseorang untuk menerbitkan dan mencetak cek-cek (misalnya
pemisahan tugas yang kurang tepat), atau ada kolusi di antara orang-orang yang
bertanggung jawab atas kedua fungsi itu. Selain menelusuri transfer bank,
kiting juga dapat dideteksi dengan (1) mendapatkan dan menggunakan laporan
pisah-batas bank (seperti yang dibahas pada bagian terakhir) karena cek yang
dikiting dan dikliring pada bulan Januari akan tidak tampak pada daftar cek
yang beredar untuk bulan Desember dan (2) melaksanakan pengujian pisah-
batas kas karena cek terakhir yang diterbitkan pada bulan Desember tidak akan
dicatat dalam register cek. Penelusuran transfer bank akan memberikan bukti
yang dapat diandalkan mengenai asersi eksistensi atau kejadian dan
kelengkapan.

Pengujian Kas (Proof of Cash)


Auditor kadang-kadang melakukan pengujian kas apabila klien memiliki
kelemahan signifikan dalam pengendalian internal untuk kas. Auditor
menggunakan pengujian kas untuk menentukan apakah hal-hal di bawah ini
telah dilaksanakan:
a. Semua penerimaan kas disetorkan ke bank
b. Semua setoran ke bank telah dicatat dalam catatan akuntansi
c. Semua pengeluaran kas terbukukan dibayar oleh bank
d. Semua yang dibayar oleh bank telah dicatat.

Suatu pengujian kas meliputi empat tugas rekonsiliasi berikut ini:


a. Merekonsiliasi saldo pada lporan bank dengan saldo di buku besar pada
awal periode pengujian kas

29
b. Merekonsiliasi penerimaan kas yang disetorkan ke bank dengan
penerimaan yang dicatat dalam junral penerimaan kas pada periode yang
direkonsiliasi.
c. Merekonsiliasi cek-cek yang dibayar bank dan pembayaran secara
elektronik dengan pengeluaran yang dicatat dalam jurnal pengeluaran kas
pada periode yang direkonsiliasi.
d. Merekonsiliasi saldo pada laporan bank dengan saldo di buku besar pada
akhir periode yang diuji.
Pengujian kas semacam ini biasa disebut juga pengujian kas empat kolom
yang berisi masing-masing satu kolom untuk setiap informasi tersebut di atas.
Pengujian kas bisa dilakukan untuk satu bulan atau lebih selama periode
interim, setahun penuh, atau bisa juga untuk bulan terakhir dari tahun buku yang
diaudit.
Dengan menggunakan pengujian kas, auditor menggabungkan pengujian
substantif transaksi dengan pengujian rinci saldo. Pengujian kas adalah
pengujian atas transaksi terbukukan, sedangkan rekonsiliasi bank adalah
pengujian atas saldo kas pada suatu saat/tanggal tertentu. Pengujian kas adalah
metode yang sangat bagus untuk membandingkan penerimaan kas dan
pengeluaran terbukukan dengan akun bank dan rekonsiliasi bank. Namun
demikian, pengujian kas tidak efektif untuk menemukan cek yang dibuat dalam
jumlah yang tidak tepat, cek yang mengandung kecurangan, atau kesalahan
penyajian lain yang tercantum dalam catatan pengeluaran kas yang tidak benar.
Begitu pula, pengujian kas tidak berguna dalam menemukan pencurian
penerimaan kas atau pencatatan dan penyetoran jumlah kas yang tidak tepat.

PENGUJIAN RINCIAN SALDO


Ada lima pengujian substantif yang biasa digunakan untuk saldo kas kategori ini.
Setiap pengujian ini akan diuraikan dalam bagian berikut.

30
Menghitung Kas di Tangan
Penerimaan kas yang belum disetor dan uang kembalian biasanya dipandang
sebagai kas di tangan. Untuk melaksanakan perhitungan kas secara tepat,
auditor harus:
 Mengendalikan semua instrument kas dan yang dapat dinegosiasikan yang
ditahan oleh klien sampai semua uang telah dihitung
 Meminta agar petugas kas hadir sepanjang perhitungan berikut
 Mendapatkan tanda terima yang ditandatangani dari petugas pada waktu
mengembalikan uang kepada klien
 Memastikan bahwa semua cek yang belum disetor dapat dibayarkan kepada
klien, baik secara langsung atau melalui endorsemen.
Pengendalian atas semua dana uang dirancang untuk mencegah transfer
uang yang telah dihitung ke uang yang belum dihitung oleh klien. Penyegelan
uang dan penggunaan staf auditor tambahan seringkali diperlukan apabila kas
disimpan pada banyak lokasi. Pengamanan yang menyangkut pengawasan kas
dilakukan untuk meminimalisasikan kemungkinan, dalam hal terjadinya
kekurangan, klien mengklaim bahwa semua kas adalah utuh pada saat
diserahkan kepada auditor untuk dihitung.
Pengujian ini memberikan bukti tentang masing-masing asersi laporan
keuangan kecuali penyajian dan pengungkapan. Di sini perlu diperhatikan
bahwa bukti tentang hak bersifat lemah karena pengawas dana, seperti dana kas
kecil, mungkin telah menambah uang dari kantung sendiri untuk menutup
kekurangan.

Mengkonfirmasi Saldo Kas dan Pinjaman di Bank


Merupakan hal yang biasa bagi auditor untuk mendapatkan konfirmasi bank
mengenai saldo kas dan pinjaman di bank pada tanggal neraca. Formulir standar
dari konfirmasi informasi saldo akun dengan lembaga keuangan ini
dikembangkan dan disetujui bersama oleh American Bankers Association,

31
AICPA, dan Bank Administration Institute. Perhatikan bahwa formulir itu
meminta konfirmasi tentang tiga hal berikut: (1) saldo setoran, (2) saldo
pinjaman, dan (3) akun (rekening) setoran atau pinjaman lainnya yang mungkin
menarik perhatian pejabat bank yang berwenang.
Permintaan konfirmasi disiapkan rangkap dua dan ditandatangani oleh
penandatanganan cek yang berwenang dari klien. Kedua salinan itu lalu dikirim
ke bank, dan aslinya dikembalikan kepada auditor. Untuk memastikan
kompetensi bukti dari prosedur ini, auditor secara pribadi harus mengirimkan
permintaan ini dalam amplop dengan alamat pengembalian sendiri dan
jawabannya harus dikembalikan langsung ke auditor oleh bank. Permintaan
konfirmasi bank harus dikirimkan ke semua bank di mana klien mempunyai
suatu akun, termasuk yang saldonya nol pada akhir tahun.
Konfirmasi setoran kas terutama memberi bukti mengenai dua asersi
berikut berkenaan dengan kas di bank : (1) keberadaan atau keterjadian karena
ada pemberitahuan tertulis bahwa saldo itu ada, serta (2) hak dan kewajiban
karena saldo itu adalah atas nama klien. Jawaban dari babk juga memberikan
sejumlah bukti untuk dua asersi lainnya. Jawaban ini menyumbang pada asersi
penilaian atau alokasi untuk kas di bank di mana saldo yang dikonfirmasi
digunakan untuk memperoleh saldo kas yang benar pada tanggal neraca. Lebih
lanjut, hal itu juga menyumbang pada asersi kelengkapan, tetapi secara
keseluruhan tidak dapat diandalkan karena para responden tidak diharuskan
untuk mencari catatan bank mengenai saldo setoran dan pinjaman yang tidak
tercantum dalam formulir permintaan konfirmasi.
Konfirmasi saldo pinjaman terutama memberi bukti untuk tiga asersi
berikut : (1) keberadaan atau keterjadian karena ada pemberitahuan tertulis
bahwa terdapat saldo pinjaman, (2) hak dan kewajiban karena pinjaman
merupakan hutang bagi klien, dan (3) penilaian atau alokasi karena jawabannya
menunjukkan jumlah saldo pinjaman. Pengujian in menyumbang pada asersi
kelengkapan dengan cara yang sama seperti pada konfirmasi saldo setoran.

32
Mengkonfirmasi Perjanjian Lainnya dengan Bank
Perjanjian lainnya dengan bank meliputi hal-hal seperti lini kredit, saldo
kompensasi, dan kewajiban kontinjen. Perjanjian untuk menetapkan lini kredit
dengan bank mungkin mengharuskan peminjam mempertahankan saldo kas di
bank. Jumlahnya dapat berupa presentase-yang-disetujui dari jumlah yang
dipinjam, atau dapat berupa jumlah dolar yang ditetapkan. Jumlah minimum
yang disyaratkan dikenal sebagai saldo kompensasi (compensating balance).
Suatu kewajiban kontinjen mungkin ada apabila kilen menjadi penjamin atas
pinjaman yang diberikan oleh bank serta kepada pihak ketiga.
Jika sesudah menilai risiko inheren dan pengendalian, auditor merasa
yakin bahwa perjanjian tersebut ada, maka ia harus mengirimkan surat
konfirmasi kepada bank. Surat itu secara spesifik harus mengidentifikasi
informasi yang diminta dan ditandatangani oleh klien. AICPA telah
mengembangkan surat konfirmasi standar untuk tiga perjanjian yang
diidentifikasikan di atas. Lebih lanjut, surat itu harus dikirim ke pejabat bank
yang bertanggung jawab atas hubungan klien dengan bank. Mengirimkan surat
itu ke orang yang tepat akan mempercepat proses konfirmasi dan mempertinggi
kualitas bukit yang diperoleh auditor. Permintaan auditor akan informasi
tentang lini kredit dan kewajiban kontijen tidak mengharuskan responden untuk
melakukan pencarian yang terinci atas catatan bank. Konfirmasi atas perjanjian
lainnya dengan bank khususnya berguna dalam memenuhi asersi penyajian dan
pengungkapan. Hal itu juga memberikan bukti untuk setiap asersi lainnya. Akan
tetapi, bukti untuk asersi kelengkapan terbatas pada informasi yang diketahui
oleh responden.

Melakukan scan, Mereview atau Menyiapkan Rekonsiliasi Bank


Apabila tingkat risiko deteksi yang dapat diterima tinggi, auditor dapat menscan
rekonsiliasi bank yang disiapkan klien dan memverifikasi ketepatan matematis

33
dari rekonsiliasi itu. Jika risiko deteksi sedang, maka auditor dapat menelaah
rekonsiliasi bank klien. Penelaah itu lazimnya akan mencakup :
 Membandingkan saldo akhir bank dengan saldo yang dikonfirmasi pada
formulir konfirmasi bank
 Memverifikasi keabsahan setoran dalam perjalanan dan cek-cek yang
beredar
 Menetapkan ketepatan matematis dari rekonsiliasi itu
 Memvouching pos-pos yang direkonsiliasi seperti beban, kredit, dan
kesalahan bank ke dokumentasi pendukung
 Menyelidiki pos-pos lama seperti cek yang beredar untuk periode waktu
yang lama dan pos-pos tidak biasa
Jika risiko deteksi rendah, maka auditor dapat menyiapkan rekonsiliasi
bank dengan menggunakan data bank di tempat klien. Jika risiko deteksi sangat
rendah atau auditor mencurigai kemungkinan adanya salah saji material, maka
auditor dapat memperoleh laporan bank akhir tahun langsung dari bank dan
menyiapkan rekonsiliasi bank. Untuk melakukan hal itu, auditor harus meminta
klien untuk memberi tahu bank agar mengirimkan laporan bank dan data yang
menyertainya (cek yang dibayar, memo debet, dan lain-lain) langsung ke
auditor. Prosedur ini akan mencegah klien melakukan perubahan data untuk
menutupi setiap salah saji yang ada. Bukti yang diberikan oleh rekonsiliasi bank
umumnya belum mencukupi untuk memverifikasi saldo kas di bank karena
adanya ketidakpastian berkenaan dengan dua pos rekonsiliasi yang paling
penting : (1) setoran dalam perjalanan dan (2) cek yang beredar. Bukti tersebut
hanya dapat diperoleh dengan menelusuri pos-pos ini ke laporan bank dalam
periode akuntansi berikutnya. Prosedur untuk mendapatkan laporan pisah-batas
bank dirancang, sebagian, untuk tujuan ini. Apabila laporan pisah-batas
mengesahkan pos-pos ini dan pos rekonsiliasi lainnya, maka rekonsiliasi bank

34
yang diandalkan bank yang diandalkan auditor dapat dipertinggi secara
signifikan.
Scanning, pengujian, atau penyiapan rekonsiliasi bank menetapkan saldo
kas di bank yang benar pada tanggal neraca. Jadi, hal itu merupakan sumber
bukti utama untuk asersi penilaian atau alokasi. Pengujian ini juga memberikan
bukti untuk asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, dan hak serta
kewajiban.

Mendapatkan dan Menggunakan Laporan Pisah-Batas Bank


Laporan pisah-batas bank (bank cutoff statement) adalah suatu laporan
bank pada tanggal sesudah tanggal neraca. Tanggal ini harus berada pada titik
waktu yang akan memungkinkan sebagian besar cek yang beredar pada akhir
tahun sudah dikliring di bank. Biasanya, tanggal ini adalah tujuh sampai
sepuluh hari bisnis sesudah akhir tahun fiscal klien.
Klien harus meminta laporan pisah-batas dari bank dan memberithukan
agar hal itu dikirim langsung kepada auditor. Setelah menerima laporan pisah-
batas, beserta cek-cek yang dibatalkan dan memo bank terlampir, auditor harus:
 Menelusuri semua cek tertanggal tahun lalu ke cek-cek yang beredar yang
tercantum pada rekonsiliasi bank
 Menelusuri setoran dalam perjalanan pada rekonsiliasi bank ke setoran
pada laporan pisah-batas
 Melakukan scan atas laporan pisah-batas dan data terlampir untuk hal-hal
yang tidak biasa
Penelusuran atas cek-cek dirancang untuk memverifikasi daftar cek yang
beredar. Dalam langkah ini, auditor juga dapat menemukan bahwa cek periode
sebelumnya belum tercantum pada daftar cek yang beredar yang telah dikliring
oleh bank dan beberapa cek yang terdaftar sebagai cek yang beredar belum
dikliring oleh bank. Hal yang pertama dapat menunjukkan suatu penyimpangan

35
yang dikenal dengan kiting, yang telah dijelaskan sebelumnya; sementara hal
yang terakhir mungkin diakibatkan oleh penundaan dalam (1) pengeposan cek
oleh klien, (2) penyetoran cek itu oleh yang dibayar (payee), dan (3)
pemrosesan cek oleh bank. Auditor harus menyelidiki setiap situasi yang tidak
terbiasa

2.6 Pengujian Saldo Kas Setelah Tanggal Neraca


Tiga prosedur audit berikut ini memerlukan pembahasan lebih lanjut karena sangat
penting dan kompleks, yaitu penerimaan konfirmasi bank, penerimaan cutoff
laporan bank, dan pengujian rekonsiliasi bank.
1. Penerimaan Konfirmasi Bank
Standar audit tidak mensyaratkan adanya konfirmasi bank dalam
pengauditan kas. Namun, dalam praktik para auditor biasanya memperoleh
konfirmasi langsung dari semua bank atau lembaga keuangan yang
memiliki hubungan bisnis dengan klien, kecuali apabila terdapat banyak
akun yang tidak aktif. Apabila bank tidak merespon permintaan konfirmasi,
auditor bisa mengirim permintaan kedua atau minta kepada klien untuk
berkomunikasi dengan bank dan meminta mereka agar mengisi dan
mengirim konfirmasi langsung kepada auditor. Di Amerika Serikat para
auditor sering menggunakan format standar konfirmasi bank yang telah
disepakati oleh organisasi profesi auditor (AICPA) dengan American
Bankers Association demi kemudahan para auditor maupun bank yang
diminta untuk mengisi konfirmasi tersebut.

Pentingnya konfirmasi bank dalam pengauditan tidak hanya sebatas


untuk memeriksa saldo kas yang sesungguhnya ada. Dalam konfirmasi
bank tersebut auditor juga minta informasi tentang kredit bank yang
diterima klien yang masih berjalan. Informasi tentang kewajiban klien ke
bank untuk wesel, hipotik, dan pinjaman lainnya, biasanya meliputi jumlah

36
dan tanggal pinjaman, tanggal jatuh tempo, tingkat bunga, dan agunan
pinjaman.
Setelah auditor menerima konfirmasi bank, saldo dalam akun di bank
yang telah dikonfirmasi oleh bank harus ditelusur ke jumlah yang tercantum
dalam rekonsiliasi bank. Demikian pula semua informasi dalam rekonsiliasi
harus ditelusur ke skedul audit yang relevan. Apabila konfirmasi bank tidak
sesuai dengan skedul audit, auditor harus menyelidiki penyebab
perbedaanya.

2. Memeriksa Aktivitas Bank setelah Akhir Tahun Buku


Cutoff laporan bank adalah laporan bank sebagian (tidak sebulan penuh, tapi
hanya meliputi beberapa hari sesudah tanggal neraca) yang dikirimkan oleh
bank langsung kepada auditor atau secara online ke catatan elektronik akun
klien di bank. Tujuan cutoff laporan bank adalah untuk memeriksa hal-hal
yang direkonsiliasi dalam rekonsiliasi bank akhir tahun yang dibuat klien
dengan bukti yang belum terdapat pada klien. Untuk mencapai tujuan
tersebut, auditor minta pada klien agar bank mengirim laporan bank
sebagian, untuk jangka waktu sekitar 7-10 hari sejak awal tahum, langsung
kepada auditor.
Alternatif lain apabila auditor tidak dapat memperoleh cutoff laporan
bank langsung dari bank, maka auditor dapar menunggu sampai tersedianya
laporan bank bulan berikutnya untuk memeriksa hal-hal yang
direkonsiliasi. Tujuannya adalah untuk menguji apakah pegawai klien telah
menghilangkan, menambah, atau mengubah dokumen yang dilampirkan
pada laporan bank. Sudah barang tentu pengujian ini ditujukan pada
kesalahan penyajian yang dilakukan secara sengaja.

37
3. Pengujian Rekonsiliasi Bank
Rekonsiliasi bank independen yang dibuat dengan baik merupakan
pengendalian internal kas yang penting. Auditor melakukan pengujian atas
rekonsiliasi bank untuk memastikan bahwa personil klien telah membuat
rekonsiliasi bank dengan cermat dan untuk memeriksa apakah catatan klien
tentang saldo di bank sesuai dengan kas yang ada di bank kecuali untuk
setoran dalam perjalanan, cek dalam perjalanan, dan unsur rekonsiliasi
lainnya.
Dalam memeriksa rekonsiliasi, auditor menggunakan informasi yang
tercantum dalam cutoff laporan bank untuk memastikan ketepatan unsur
rekonsiliasi. Pemeriksaan auditor atas rekonsiliasi meliputi beberapa
prosedur:
a. Memeriksa ketelitian perhitungan dalam rekonsiliasi
b. Menelusur saldo dalam konfirmasi bank dan/atau saldo awal dalam
cutoff laporan bank ke saldo per bank dalam rekonsiliasi bank untuk
memastikan bahwa semua menunjukkan angka yang sama.
c. Menelusur cek yang ditarik dan dicatat sebelum akhir tahun buku
dan tercantum dalam cutoff laporan bank ke daftar cek dalam
perjalanan dalam rekonsiliasi bank dan ke jurnal pengeluaran kas
pada periode atau periode-periode sebelum akhir tahun buku yang
diaudit. Semua cek yang diluangkan setelah akhir tahun buku dan
dicatat dalam jurnal pengeluaran kas harus dimasukkan juga ke
dalam daftar cek dalam perjalanan. Apabila cek telah dicatat dalam
jurnal pengeluaran kas, maka cek tersebut harus dimasukkan
sebagai cek dalam perjalanan, apabila cek tersebut sampai dengan
tanggal terakhir tahun buku belum juga diuangkan. Sebaliknya,
cek-cek yang telah diuangankan sebelum akhir tahun buku, tidak
perlu dimasukkan ke dalam rekonsiliasi.

38
d. Menyelidiki semua cek yang signifikan yang tercantum dalam
daftar cek dalam perjalanan yang tidak tercantum sebagai cek telah
diuangkan dalam cutoff laporan bank. Langkah pertama dalam
penyelidikan iini adalah menelusur jumlah-jumlah yang belum
diuangkan ke jurnal pengeluaran kas. Alasan mengapa cek belum
diuangkan harus ditanyakan kepada klien, dan apabila auditor
mencurigai adanya kecurangan maka saldo utang usaha kepada
pemasok perlu dikonfirmasi untuk memastikan apakah pemasok
telah mengakui adanya penerimaan kas dalam catatannya.
e. Menelusur setoran dalam perjalanan ke cutoff laporan bank. Semua
penerimaan kas yang belum disetorkan ke bank pada akhir tahun
buku harus ditelusur ke cutoff laporan bank untuk memastikan
bahwa setoran tersebut telah tersetorkan segera setelah awal tahun
buku yang baru.
f. Memeriksa semua unsur rekonsiliasi lain dalam laporan bank dan
rekonsiliasi bank. Hal ini meliputi unsur-unsur seperti biaya
administrasi bank, kesalahan bank dan koreksinya, dan transaksi
yang didebetkan atau dikreditkan langsung oleh bank. Unsur-unsur
rekonsiliasi tersebut harus diselidiki untuk memastikan bahwa
mereka telah diperlakukan dengan tepat oleh klien.

PENGUJIAN UNTUK MENDETEKSI LAPPING


Lapping adalah suatu penyimpangan yang disebabkan oleh misapropriasi
secara sengaja atas penerimaan kas. Lapping dapat melibatkan penggelapan
penerimaan kas secara sementara atau permanen untuk kepentingan pribadi dari
seseorang yang melakukan tindakan yang bukan wewenangnya. Lapping biasanya
tidak hanya bersangkutan dengan penagihan dari pelanggan, tetapi juga dapat
melibatkan jenis penerimaan kas lainnya. Kondisi-kondisi yang kondusif untuk

39
lapping tersedia apabila seseorang yang menangani penerimaan kas juga
memegang buku besar piutang usaha. Auditor harus menilai kemungkinan lapping
guna mendapatkan pemahaman tentang pembagian tugas seperti penerimaan dan
pencatatan penagihan dari pelanggan.

Prosedur Auditing
Pengujian untuk mendeteksi lapping hanya dapat dilaksanakan apabila risiko
pengendalian untuk transaksi penerimaan kas adalah sedang atau tinggi. Kemudian
ada tiga prosedur yang dapat mendeteksi lapping, yaitu:
1. Mengkonfirmasi Piutang Usaha
Pengujian ini akan menjadi lebih efektif jika dilaksanakan secara mendadak
pada tanggal interim. Melakukan konfirmasi pada saat ini akan mencegah
orang yang terlibat dalam lapping membuat akun yang di “lapped” menjadi
mutakhir. Konfirmasi yang ada pada tanggal neraca mungkin tidak efektif
karena pelaku lapping dapat mengantisipasi prosedur ini dan menyesuaikan
akun yang di “lapped” dengan saldo yang benar pada tanggal bersangkutan

2. Melakukan perhitungan kas secara mendadak


Perhitungan kas ini akan mencakup uang logam atau koin, uang kertas, dan
cek pelanggan yang ada di tangan. Auditor harus mengawasi setoran dari
dana-dana tersebut. Berikutnya, rincian setoran yang ditunjukkan pada slip
setoran duplikat harus dibandingkan dengan ayat jurnal penerimaan kas dan
posting ke akun pelanggan.

3. Membandingkan rincian ayat jurnal penerimaan kas dengan rincian slip


setoran harian yang berkaitan
Prosedur ini akan mengungkapkan perbedaan rincian seperti yang
ditunjukkan dalam dua contoh sebelumnya. Apabila pembagian tugas yang
tepat dalam penanganan penerimaan pos sudah diterapkan, beberapa auditor
lebih memilih untuk menggunakan daftar pendahuluan dari prosedur ini.

40
Dan dalam kasus tersebut, tanggal penagihan aktual dibandingkan dengan
tanggal posting penagihan itu ke buku besar piutang usaha.

41
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Saldo kas meliputi beberapa akun, diantaranya akun kas umum, akun imprest, akun
bank cabang, dana kas kecil imprest, dan setara kas. Siklus-siklus yang telah dibahas
sebelumnya memiliki kaitan langsung dengan saldo kas umum. Siklus-siklus tersebut
meliputi siklus pendapatan, pengeluaran, pembiayaan, investasi, dan jasa personalia.
Siklus produksi tidak mempunyai transaksi yang berkaitan langsung dengan kas.
Seorang auditor harus mempertimbangkan materialitas, risiko inheren, risiko
prosedur analitis, serta risiko pengendalian dalam merencanakan audit. Setelah
mempertimbangkan hal tersebut, seorang auditor menentukan risiko deteksi dan mulai
merancang pengujian substantif atas saldo kas, yang terdiri dari prosedur awal,
prosedur analitis, pengujian rincian transaksi, pengujian rincian saldo, serta penyajian
dan pengungkapan

42
DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A. , Elder, Randal J. dan Beasley, Mark S. 2015. Auditing dan Jasa
Assurance: Pendekatan Integrasi. Edisi Kelima belas. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Boynton, William C. , Johnson, Raymond N. dan Kell, Walter G. 2003. Modern


Auditing. Edisi Ketujuh. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Jusup, Al. Haryono. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA). Yogyakarta:


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPKN.

Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

43

Anda mungkin juga menyukai