Anda di halaman 1dari 31

Tugas :

MAKALAH

“PENGANTAR AKUNTANSI II"

OLEH

DEDY MAULANA HAMZAH


18120216

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS GAJAYANA MALANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini

dengan materi PENGANTAR AKUNTANSI II.

Materi ini bersumber dari berbagai sumber bacaan yang Insya Allah

tersusun dengan ringkas dan mudah untuk difahami dan dimengerti.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari seutuhnya bahwa masih jauh

dari kata sempurna makalah ini, baik dari segi susunan kalimat maupun tata

bahasanya. Oleh karena itu, penulis terbuka untuk menerima segala masukan dan

kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga penulis bisa melakukan

perbaikan makalah ini sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi manfaat ataupun inpirasi

pada pembaca.

Malang, Maret 2022

Dedy Maulana Hamzah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Sifat Kas dan Pentingnya Pengendalian Atas Kas.....................................3
2.2 Pengendalian Internal Atas Penerimaan Kas.............................................4
2.3 Pengendalian Internal Atas Pembayaran Kas..........................................13
2.4 Penggunaan Rekening Bank....................................................................17
2.5 Rekonsiliasi pada Bank...........................................................................21
2.6 Membuat Dana Kas Kecil........................................................................21
2.7 Penyajian Kas di Neraca..........................................................................25
BAB III PENUTUP...............................................................................................27
3.1 KESIMPULAN........................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kas merupakan alat pembayaran yang sah di Indonesia dan barang-

barang lain yang dapat segera diuangkan sebesar nilai nominalnya dan dapat

digunakan untuk membayar utang jangka pendek. Kas adalah bagian dari

aktiva lancar (current assets), contoh dari kas diantaranya uang kertas, uang

logam, dan sejenisnya yang dapat dimanfaatkan sebagai alat tukar yang

memiliki dasar pengukuran akuntansi. Manajamen kas yang baik sangat

diperlukan untuk mengontrol hal-hal yang bisa saja merugikan perusahaan.

Ini dikarenakan, kas adalah asset yang meiliki resiko paling tinggi dan paling

lancar (likuid). Jadi, pengertian dari kas adalah alat pembayaran yang

dipergunakan oleh perusahaan untuk membiayai kegiatan umum atau

operasional perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, bisa

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Sifat Kas dan Pentingnya Pengendalian Atas Kas ?

2. Bagaimanakah Pengendalian Internal Atas Penerimaan Kas ?

3. Bagaimanakah Pengendalian Internal Atas Pembayaran Kas ?

4. Bagaimanakah Penggunaan Rekening Bank ?

5. Bagaimanakah Rekonsiliasi pada Bank ?

1
6. Bagaimanakah membuat Dana Kas Kecil ?

7. Bagaimanakah Penyajian Kas di Neraca?

1.3 Tujuan

Begitu tujuan dari persiapan makalah ini adalah:

1. Untuk memahami Sifat Kas dan Pentingnya Pengendalian Atas Kas.

2. Untuk memahami Pengendalian Internal Atas Penerimaan Kas.

3. Untuk memahami Pengendalian Internal Atas Pembayaran Kas.

4. Untuk memahami Penggunaan Rekening Bank.

5. Untuk memahami Rekonsiliasi pada Bank.

6. Untuk memahami membuat Dana Kas Kecil.

7. Untuk memahami Bagaimana Penyajian Kas di Neraca.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sifat Kas dan Pentingnya Pengendalian Atas Kas

Kas meliputi uang logam, uang kertas, cek, poswel (kiriman uang

lewat pos; money orders), dan deposito. Perangko bukanlah merupakan kas

melainkan biaya yang dibayar dimuka (prepaid expense) atau beban yang

ditangguhkan (deferred expense). Pada umumnya, perusahaan menbagi kas

menjadi dua kelompok, yaitu uang yang tersedia di kasir perusahaan (cash

on hand) dan uang yang tersimpan di bank (cash in bank).

Dalam praktik, umumnya perusahaan tidak hanya memiliki satu

rekening bank saja tetapi beberapa rekening bank sekaligus pada saat yang

bersamaan. Beberapa rekening bank ini memang secara khusus di buka oleh

perusahaan dengan tujuan untuk mengakomodir masing-masing keperluan

yang berbeda. Sebagai contoh, misalkan saja perusahaan X yang memiliki

empat macam rekening bank yang berbeda. Rekening bank yang berbeda

secara khusus digunakan sebagai tempat untuk menampung seluruh hasil

penerimaan tagihan dari pelanggan; rekening bank yang kedua digunakan

untuk keperluan membayar utang usaha ke supplier; rekening bank yang

ketiga digunakan khusus untuk keperluan pembayaran gaji; dan rekening

bank yang keempat (terakhir) dibuka secara khusus oleh perusahaan untuk

keperluan pembayaran selain gaji dan utang usaha. Sisa uang kas

perusahaan yang tidak tersimpan di bank umumnya tersedia di kasir

3
perusahaan untuk memenuhi pembayaran-pembayaran yang jumlahnya

relatif kecil(sebagai dana kas kecil / petty cash fund) dan juga untuk

memenuhi keperluan pembayaran khusus.

Kas merupakan aktiva yang paling lancar dibanding aktiva lainnya.

Oleh semodul itu, kas merupakan aktiva yang paling banyak digemari untuk

dicuri, dimanipulasi, dan diselewengkan. Dalam neraca kas selalu disajikan

pada urutan pertama, setelah itu baru diikuti dengan akun piutang usaha, dan

seterusnya sesuai dengan urutan tingkat likuiditasnya.

Dalam siklus normal bisnis (operasi) perusahaan, kas merupakan

sesuatu yang krusial. Dengan kas yang dimliki, perusahaan dapat membeli

barang dagangan dari supplier; lalu menjual kembali barang dagangan

tersebut ke pelanggan, yang sebagian besar dilakukan secara kredit,

timbullah piutang usaha; piutang usaha ini lalu di tagih (dikonversi)

menghasilkan kas, dan seterusnya di mana siklus akan berulang kembali.

Banyak sekali transaksi yang baik secara langsung ataupun tidak langsung

memengaruhi penerimaan dan pembayaran kas. Untuk mengamankan kas

dan menjamin keakuratan (ketepatan penyajian) atas catatan akuntansi kas,

pengendalian internal yang efektif atas kas mutlak diperlukan.

2.2 Pengendalian Internal Atas Penerimaan Kas

Sebagian besar penerimaan kas perusahaan tentu saja berasal dari

hasil kegiatan normal bisnisnya, yaitu melalui penjualan tunai (baik untuk

perusahaan dagang maupun perusahaan jasa), ataupun sebagai hasil

penagihan piutang usaha dari pelanggan (dalam hal penjualan kredit).

4
Sedangkan penerimaan kas lainnya timbul dari kegiatan non-operasional

perusahaan. Contoh sumber penerimaan kas lainnya ini adalah berasal dari

pendapatan bunga, sewa, deviden, setoran pemilik, hasil pinjaman bank,

hasil penjualan aktiva tetap yang tidak terpakai, hasil penerbitan dan

penjualan saham, obligasi dan sebagainya. Mengingat kas merupakan aktiva

yang paling lancar dibanding aktiva lainnya, maka untuk mengamankan

penerimaan kas ini diperlukanlah sebuah sistem pengendalian internal yang

sangat baik dan ekstra hati-hati.

Secara garis besar, berikut ini adalah beberapa penerapan prinsip

pengendalian internal atas penerimaan kas :

1. Hanya karyawan tertentu saja yang secara khusus ditugaskan untuk

menangani penerimaan kas.

2. Adanya pemisahan tugas (segregation of duties) antara individu yang

menerima kas, mencatat/membukukan penerimaan kas, dan yang

menyimpan kas.

3. Setiap transaksi penerimaan kas harus didukung oleh dokumen

(sebagai bukti transaksi), seperti slip berita pembayaran (pengiriman)

uang/remittance advices (dalam kasus penerimaan uang lewat

pos/mail receipts), struk/cash register record (dalam kasus penerimaan

uang lewat konter penjualan/counter receipts), dan salinan bukti setor

uang tunai ke bank(deposite slips).

Seluruh uang kas harian yang diterima perusahaan dipegang oleh

departemen kasir (kepala kasir). Salinan lembar pertama dari

5
ringkasan total penerimaan kas harian yang telah disiapkan oleh

departemen kasir diserahkan ke departemen akuntansi, untuk

selanjutnya oleh bagian akuntansi akan dipergunakan sebagai dasar

pencatatan transaksi ke dalam jurnal (tentu saja setelah melewati

proses analisis transaksi dan identifikasi akun), lalu dibuatkan buku

besar, dan seterusnya sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada dalam

siklus akuntansi. Sedangkan salinan lembar kedua dari ringkasan total

penerimaan kas harian tadi yang telah disiapkan oleh departemen kasir

diserahkan kebagian keuangan. Dokumen asli yang memuat ringkasan

total penerimaan kas harian itu sendiri tetap akan di simpan di

departemen kasir.

4. Uang kas hasil penerimaan penjualan harian atau hasil penagihan

piutang dari pelanggan harus disetor ke bank setiap hari oleh

departemen kasir.

Departemen kasir (kepala kasir) akan mengisi formulir

setoran bank dan kemudian menyetorkan uang kas tadi ke bank.

Salinan bukti setor bank ini, lalu akan diserahkan oleh departemen

kasir ke bagian keuangan. Jika uang kas hasil penerimaan penjualan

harian atau hasil penagihan piutang tersebut tidak sempat disetorkan

ke bank, maka simpanlah uang kas tadi dalam safe deposite box, dan

hanya satu orang tertentu saja yang ditunjuk atau memiliki kode akses

untuk membukanya, hal ini dilakukan untuk menghindari sikap saling

6
menuduh atau memudahkan pertanggungjawaban langsung apabila

terjadi kehilangan atas uang kas tersebut.

5. Dilakukannya pengecekan independen atau verifikasi internal.

Misalnya saja dalam kasus penerimaan uang lewat konter

penjualan, dimana biasanya supervisor akan memverifikasi

(mengecek) kebenaran atas jumlah penerimaan kas harian yang telah

dihasilkan oleh operator mesin register kas dengan cara mencocokkan

antara total catatan register kas dengan total fisik uang kas actual,

sedangkan bagian keuangan juga akan memverifikasi (mengecek)

kebenaran atas jumlah penerimaan kas harian ini dengan cara

membandingkan antara salinan lembar ke dua dari ringkasan total

penerimaan kas harian dengan salinan bukti setor bank.

6. Mengikat karyawan yang menangani penerimaan kas dengan uang

pertanggungan.

Pengendalian atas Penerimaan Uang Lewat Pos

Dalam hal ini, uang diterima lewat kiriman pos ketika pelanggan

membayar tagihan mereka. Kas di sini biasanya dalam bentuk checks

atau money orders. Cek akan diterima oleh perusahaan bersamaan

dengan slip berita pembayaran (pengiriman) uang/remittance advices.

Slip ini biasanya merupakan bagian dari faktur tagihan yang telah

dikirimkan pertama kali ke pelanggan pada waktu terjadinya

penjualan, yang kemudian dikembalikan lagi oleh pelanggan yang

bersangkutan bersamaan dengan pembayarannya. Slip ini berisi

7
keterangan pembayaran, yang memuat mengenai tanggal penerbitan

(pembayaran) cek, nomor tagihan, serta jumlah tagihan bersih setelah

dikurangi dengan potongan-potongan atau penyesuaian (pengurangan)

harga.

Karyawan yang membuka kiriman ini seharusnya pertama kali

mencocokkan antara jumlah kas yang diterima dengan jumlah yang

tertera dalam slip berita pembayaran. Sama seperti cash register

records, remittance advices ini berfungsi sebagai catatan penerimaan

kas pertama kalinya, dan juga untuk memastikan ketepatan

pembukuan dalam rekening pelanggan yang bersangkutan. Karyawan

yang membuka kiriman ini lalu akan memberikan stempel “Hanya

Untuk Disetorkan” (“For Deposit Only”) pada cek yang diterimanya.

Hal ini dilakukan untuk menutup kemungkinan bahwa cek akan

dipakai untuk kepentingan pribadi. Bank tidak akan memberikan kas

atas cek yang telah diberi stempel ini melainkan akan diperhitungkan

langsung secara otomatis sebagai setoran ke rekening bank perushaan.

Karyawan yang membuka kiriman tadi juga akan menyiapkan sebuah

list (daftar) yang berisi cek yang diterima setiap hari. Daftar ini

menunjukkan nama pengirim (pembuat) cek, tujuan pembayaran

beserta jumlahnya.

Seluruh cek yang diterima akan diserahkan ke departemen kasir

(kepala kasir), berikut remittance advices dan daftar cek. Kepala kasir,

berdasarkan cek yang diterima berikut slip berita pembayaran dan

8
daftar cek akan mengisi formulir setoran bank dan membuat ringkasan

total penerimaan kas harian (daily cash summary).

Salinan lembar pertama dari ringkasan total penerimaan kas harian

ini akan diteruskan oleh kepala kasir ke departemen akuntansi sebagai dasar

pencatatan atas transaksi penerimaan uang lewat pos. Bukti setor

departemen kasir ke bank yang brupa salinan deposite slip dan salinan

lembar kedua dari ringkasan total penerimaan kas harian akan diserahkan

kebagian keuangan.

Bagian keuangan lalu akan membandingkan antara salinan dari

ringkasan total penerimaan kas harian (yang memuat penerimaan uang lewat

pos) dengan salinan bukti setor bank. Pada akhirnya, bagian keuangan akan

mem-fotocopy salinan bukti setor bank tadi untuk selanjutnya diserahkan ke

bagian akuntansi.

Pengendalian atas Penerimaan Uang Lewat konter Penjualan

Hampir dapat dipastikan, kita semua pasti pernah atau bahkan

telah puluhan kali pergi berbelanja ke hypermarket/supermarket,

minimarket, department stote, retail store, atau fast-food restaurants (seperti

Carrefour, Superindo, Giant, Hero, Alfamart, Indomaret, Toko Buku

Gramedia, McDonald’s, Wendy’s dan lain-lainnya). Cobalah perhatikan

pada saat kita hendak mulai membayar belanjaan yang kita beli (pesan).

Operator mesin register kas (klerek) akan menghitung jumlah keseluruhan

nilai barang yang kita beli (pesan) dengan cara memasukkan (menginput)

satu per satu setiap item belanjaan, lalu nilai setiap item belanjaan tersebut

9
akan muncul di layer monitor mesin register kas beserta jumlah totalnya

yang harus dibayar. Kita akan membayar jumlah keseluruhan nilai belanjaan

kita berdasarkan struk yang telah dicetak dari mesin register kas tadi.

Dalam beberapa kasus, seperti konter-konter penjualan yang ada di

Carrefour, Superindo, Hero, dan supermarket sejenis lainnya, klerek,

bahkan akan mengidentifikasi kode barang (barcode) melalui mesin scanner,

yang kemudian secara otomatis memunculkan nama jenis barang belanjaan

beserta harganya dalam layer monitor.

Pada saat kita membayar, jangan lupa bahwa seharusnya kita

memeriksa kembali secara cermat setiap jumlah barang yang dibeli

(dipesan), dengan cara membandingkan antara data yang terekam dalam

struk dengan fisik barang belanjaan (jenis barang, kuantitas, dan harga).

Data belanjaan yang telah terekam dalam mesin register kas dan di cetak

dalam bentuk struk ini berguna sebagai alat

control, yang menjamin bahwa belanjaan kita telah di bebankan

dengan benar, atau dengan kata lain untuk memastikan keakuratan nilai

belanjaan. Hal ini tentu saja sangat bermanfaat untuk menghindari

terjadinya kekeliruan, baik kesalahan yang tidak disengaja maupun

kekurangan yang disengaja oleh karyawan klerek.

Pada awal shift, biasanya supervisor akan memberikan modal

(dana) kas awal kepada setiap operator register kas untuk uang kembalian

(change fund). Dana untuk uang kembalian ini akan tersedia dalam laci

masing-masing klerek. Nanti, pada setiap akhir shift, setiap operator register

10
kas akan mempertanggungjawabkan uang kembalian tersebut ditambah

dengan uang kas yang telah dihasilkan lewat penjualan dalam konternya.

Pada umumnya, pihak perusahaan tidak akan mentoleransi kekurangan yang

terjadi dalam penghitungan fisik atas jumlah uang kas yang harus ada di

akhir shift tugas karyawan klereknya (kecuali jika kekurangan tersebut

memang dikarenakan sistem pembulatan ke bawah yang di terapkan

perusahaan). Hal ini berarti bahwa kekurangan yang terjadi (diluar sistem

perusahaan) akan menjadi tanggungan karyawan yang bersangkutan.

Apabila kekurangan yang terjadi memang dikarenakan sistem

pembulatan ke bawah yang diterpkan perusahaan, maka pihak perusahaan

akan mencatat kekurangan kas tersebut ke dalam sebuah akun, yaitu akun

“beban atas kekurangan penerimaan kas”. Akun ini akan masuk dalam

laporan laba rugi sebagai beban operasional lain-lain. Sebagai contoh:

Berikut ini adalah ayat jurnal yang perlu dibuat dalam pembukuan

perusahaan untuk mencatat beban kekurangan kas sebesar Rp. 400,- dimana

besarnya total penjualan adalah Rp. 4.270.150,- (berdasarkan jumlah yang

tercantum dalam keseluruhan struk penjualan shift saat itu) sedangkan fisik

uang kas actual yang ada adalah hanya sebesar Rp. 4.269.750,-:

Kas Rp 4.269.750.-

Bebas Pengeluaran Kas 400

Penjualan Rp 4.270.150

11
Sebaliknya jika perusahaan menerapkan kebijakan atau sistem

pembulatan keatas, maka akun “pendapatan atas kelebihan penerimaan kas”

akan dikredit sebesar sebesar selisihnya ( yaitu selisih antara jumlah yang

tercantum dalam struk dengan jumlah fisik uang kas yang ada ). Akun ini

akan masuk dalam laporan laba rugi sebagai pendapatan operasional lain-

lain.

Dalam praktik, ada juga perusahaan yang menggunakan akun “selisih

penerimaan kas” untuk membukukan baik kekurangan penerimaan kas

maupun kelebihan penerimaan kas (dimana akun selisih penerimaan kas

akan di debet jika terjadi kekurangan penerimaan kas, dan sebaiknya akun

selisih penerimaan kas akan dikredit jika terjadi kelebihan penerimaan kas).

Setelah uang kas diperiksa dan dihitung oleh supervisor, supervisor

akan mencatatnya, kedalam sebuah laporan perhitungan kas ( cash count

sheets ) dalam bentuk memo. Memo ini akan diparaf baik oleh klerek yang

bersangkutan maupun supervisor. Memo yang telah di paraf ini dan catatan

register kas dari masing-masing klerek berikut uang kas-nya kemudian

diserahkan ke departemen kasir (kepala kasir). Kepala kasir, berdasarkan

uang kas yang diterima dari supervisor berikut catatan register kas dan

laporan perhitungan kas akan mengisi formulir setoran bank dan membuat

ringkasan total penerimaan kas harian ( daily cash summary ).

Salinan lembar pertama dari ringkasan total penerimaan kas harian ini

akan diteruskan oleh kepala kasir ke departemen akuntansi sebagai dasar

pencatatan atas transaksi penjualan harian. Bukti sector departemen kasir ke

12
bank yang berupa salinan deposit slip dan salinan lembar kedua dari

ringkasan total penerimaan kas harian akan diserahkan ke bagian keuangan.

Bagian keuangan lalu akan membandingkan antara salinan dari ringkasan

total penerimaan kas harian ini dengan salinan bukti setor bank. Atau bagian

keuangan dapat juga membandingkan antara salinan laporan perhitungan

kas yang dibuat oleh supervisor dengan salinan bukti setor bank. Pada

akhirnya, bagian keuangan akan mem-fotocopy salinan bukti setor bank tadi

untuk selanjutnya diserahkan kebagian akuntansi.

2.3 Pengendalian Internal Atas Pembayaran Kas

Kas mungkin dikeluarkan untuk berbagai tujuan (alasan), seperti

misalnya untuk membayar beban-beban tertentu (baik sebagai pengeluaran

operasional maupun non operasional), untuk membayar utang kepada

pemasok, bankir, atau pihak kreditur lainnya, serta bisa juga kas di

keluarkan untuk membeli aktiva. Pada umumnya, pengendalian internal atas

pengeluaran kas akan lebih efektif ketika pembayaran dilakukan dengan

menggunakan cek atau transfer lewat rekening bank, dari pada dengan

melibatkan uang kas secara langsung. Pengecualian dibuat untuk

pengeluaran-pengeluaran tertentu yang jumlahnya relative kecil, dimana

pengeluaran-pengeluaran ini mungkin dapat dibiayai lewat dana kas kecil

(petty cash fund).

Pengendalian internal atas pembayaran kas seharusnya memberikan

jaminan yang memadai bahwa pembayaran hanya dilakukan untuk

transaksi-transaksi yang benar-benar telah diotorisasi dengan semestinya. Di

13
samping itu, budgeting juga dapat menjadi sebagai salah satu alat kontrol

untuk memastikan bahwa uang kas telah digunakan secara efisien. Biasanya,

manager keuangan perusahaan secara berkala akan menyusun anggaran

pengeluaran kas dengan penuh hati-hati, dan nantinya pada setiap akhir

periode kinerja dari anggaran pengeluaran kas ini akan dievaluasi secara

cermat untuk mengetahui lebih lanjut faktor-faktor penyemodul terjadinya

pengeluaran kas yang menyimpang jauh dari atau di luar anggaran.

Pengendalian internal sesungguhnya juga harus dapat menjamin

bahwa setiap kejadian ekonomi yang sifatnya akan menghemat pengeluaran

kas benar-benar telah di manfaatkan dengan semestinya untuk kepentingan

perusahaan, bukan untuk kepentingan pribadi oknum karyawan tertentu.

Sebagai contoh, seharusnya kalau pengendalian internal telah diterapkan

dengan baik, seperti yang sering terjadi dalam kasus di perusahaan dagang,

maka dapat dipastikan bahwa tidak akan mungkin seorang karyawan dapat

dengan leluasa melakukan penggelapan kas atas potongan pembelian

(purchase discounts) yang diberikan oleh pemasok.

Untuk menjamin pengendalian internal yang baik maka pemisahan

tugas (segregation of duties ) sangat mutlak diperlukan. Sudah dapat

dipastikan apa yang akan terjadi apabila bagian pembelian juga merangkap

dengan bagian pembayaran dan pembukuan. Dalam hal ini, kemungkinan

besar dapat di pastikan bahwa akan terjadi yang namanya employee fraud

( tindakan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan ). Kalau pengendalian

internal tidak diterapkan dengan baik, maka tidak hanya potongan

14
pembelian, tetapi potongan dagang ( trade discounts ) juga akan atau dapat

dimanipulasi. Potongan pembelian diberikan oleh pemasok kepada

perusahaan atas pembayaran yang dilakukan dalam waktu yang segera

sesuai dengan periode potongan yang tertera dalam credit term. Sedangkan

potongan dagang adalah potongan langsung yang diberikan oleh pemasok

kepada perusahaan atas pembelian barang dalam jumlah atau partai besar.

Pada umumnya, pengendalian internal baru diterapkan oleh

perusahaan dengan skala bisnis ukuran menengah ke atas, yang di mana

kegiatan operasionalnya sudah semakin kompleks dan jenjang otorisasi

mulai semakin meluas (bertingkat). Penerapan atas pengendalian internal

mengharuskan perusahaan untuk mau tidak mau mengeluarkan tambahan

biaya. Pada prinsipnya, manfaat yang akan diperoleh dari penerapan

pengendalian internal harus lebih besar di banding pengorbanan yang

dikeluarkan.

Pada perusahaan kecil, seorang manager mungkin dapat dengan

leluasa menandatangani setiap cek tanpa limit otorisasi. Sedangkan untuk

perusahaan dengan skala bisinis ukuran menengah ke atas, maka biasanya

manager keuangan atau kepala cabang memiliki batas-batas jumlah tertentu

dalam hal penandatangan cek atau melakukan pembayaran. Sebagai contoh

bahwa manager keuangan yang ada di kantor pusat mungkin hanya boleh

menyetujui pembayaran-pembayaran yang jumlahnya tidak melebihi 50 juta

rupiah. Sehingga jika kebutuhan pembayaran melebihi jumlah tersebut,

maka harus mendapat otorisasi khusus dari pimpinan yang ada diatasnya,

15
dalam hal ini misalnya adalah otorisasi dari direktur keuangan. Perusahaan

yang memiliki beberapa kantor cabang juga biasanya akan memberlakukan

batas otorisasi pembayaran kas atau penandatangan cek yang bervariasi

antara kepala cabang yang satu dengan kepala cabang lainnya. Misalnya

saja bahwa kepala cabang Surabaya diperbolehkan (memiliki otorisasi)

untuk melakukan pembayaran kas atau penandatangan cek sampai dengan

40 juta rupiah, tetapi mungkin kepala cabang Cirebon hanya memiliki batas

otorisasi maksimum 20 juta rupiah. Hal ini dapat dimengerti sehubungan

dengan kebutuhan dana kas opersaional yang berbeda.

Dalam praktik, banyak sekali tindakan kecurangan yang terjadi

sebagai akibat dari lemahnya pengendalian internal. Masalah pengendalian

internal lainnya yang tidak kalah penting (disamping masalah pemisahan

tugas dan limit otorisasi seperti yang telah di bahas di atas) adalah mengenai

masalah keabsahan dokumen. Seringkali dokumen bukti pembayaran kas

dimanipulasi. Contoh yang paling sering terjadi adalah melebih-lebihkan

jumlah penggantian atas biaya perjalanan dinas (seperti biaya makan,

transport, atau uang, bensin dan lain-lain), juga klaim atas penggantian

biaya kesehatan (biaya berobat maupun penggantian kacamata). Perlu juga

diperhatikan bahwa dokumen tagihan yang telah dibayar lunas harus segera

diberi stempel “lunas” (“paid”) untuk menghidar terjadinya pengulangan

kembali oleh oknum karyawan yang tidak bertanggung jawab.

Secara garis besar berikut ini adalah beberapa penerapan prinsip

pengendalian internal atas pembayaran kas dengan menggunakan cek :

16
1. Hanya pejabat tertentu saja yang secara khusus memiliki otorisasi

untuk menandatangani cek (biasanya manajer keuangan).

2. Adanya pemisahan tugas (segregation of duties) antara individu yang

menyetujui pembayaran kas, melakukan pembayaran kas, dan yang

mencatat/ membukukan pengeluaran kas.

3. Menggunakan cek yang telah bernomor urut tercetak, setiap cek harus

dilampiri dengan bukti tagihan.

4. Simpanlah blanko cek yang belum terpakai (yang telah bernomor urut

tercetak tadi) dalam save deposit box, dan hanya satu orang tertentu

saja yang ditunjuk atau memiliki akses untuk membukanya, cetak

jumlah nilai cek yang akan dibayarkan dan tujuan serta penerimaan

pembayaran dengan menggunakan mesin cetak.

5. Dilakukan pengecekan independen atau verivikasi internal.

Bandingkan antara cek dengan bukti tagihan dan cocokanlah dengan

laporan bank atau rekening Koran bulanan. Faktur tagihan yang telah

dibayar lunas (invoices) yang telah dibayar lunas harus diberi stempel

lunas (“paid”).

2.4 Penggunaan Rekening Bank

Sebagian besar dari kita hampir dapat dipastikan sudah tidak asing

lagi dengan rekening bank. Penggunaan rekening bank sanga efektif

terutama dalam menunjang pengendalian atas kas. Perusahaan dapat

mengamankan kasnya dengan cara menyimpannya dibank. Selain itu,

seperti telah disebutkan diatas bahwa sering kali perusahaan memanfaatkan

17
cek atau transfer uang lewat rekening bank untuk melakukan pembayaran

kas.

Pemanfaatan rekening bank dapat mengurangi jumlah uang kas yang

harus dibawa kesana kemari, sekaligus memperkecil resiko terjadinya

kehilangan atas uang kas. Di samping itu, dengan rekening bank

memungkinkan pencatatan berganda atas seluruh transaksi perusahaan yang

melalui bank, transaksi dicatat oleh perusahaan dan juga sekaligus bank.

Hubungan yang ada antara deposan (depositor) dengan bank (depository)

adalah hubungan timbal balik. Setiap kali deposan menyetor uang ke bank

maka hal ini merupakan kewajiban bagi bank, sebaliknya jika deposan

melakukan penarikan uang maka hal ini akan mengurangi kewajiban bank.

Jumlah saldo uang kas deposan yang ada di bank secara terus menerus harus

dicocokan antara menurut catatan perusahaan dengan catatan bank.

Cek adalah dokumen tertulis yang ditandatangani oleh deposan,

meminta bank untuk membayarkan sejumlah uang ke individu atau entitas

tertentu. Ada tiga pihak yang terlibat dalam proses penerbitan sampai

pencairan cek yaitu pembuat atau penarik cek, bank, dan penerima cek.

Pembuat atau penarik cek adalah orang yang menandatangani atau

menerbitkan cek dan meminta bank untuk melakukan pembayaran. Bank

adalah pihak dimana cek tersebut ditarik. Sedangkan penerimaan cek adalah

pihak dimana cek terhutang atau pihak dimana pembayaran ditujukan.

Nama dan alamat deposan biasanya bercetak pada setiap lembar cek.

Disamping itu cek haruslah bernomor urut tercetak, sehingga cek-cek

18
tersebut tetap dapat dengan mudah ditelusuri baik oleh pembuat cek maupun

bank. Sebelum cek disetorkan di bank, penerima cek akan memisah

remittance advices kan terlebih dahulu. Penerima cek lalu dapat

menggunakan remittance advices ini sebagai bukti rincian penerimaan kas.

Laporan Bank (Rekening Koran)

Rekening Koran memuat hal yang sama dengan buku tabungan. Di

dalamnya, sama-sama memuat mengenai tanggal dan sandi transaksi mutasi

debet, mutasi kredit, dan saldo. Bedanya adalah kalau buku tabungan dibuka

untuk nasabah (deposan) perorangan, sedangkan rekening koran untuk

nasabah corporate (entitas). Nasabah perorangan biasanya akan mendatangi

bank bersangkutan untuk mencetak setiap transaksi bank yang terjadi ke

dalam buku tabungan, sedangkan untuk nasabah corporate, biasanya

rekening koran memuat transaksi bulanan akan dikirim langsung oleh bank

ke nasabah yang bersangkutan.

Dalam satu buku tabungan biasanya bisa menampung rincian transaksi

dari beberapa periode (tergantung pada sedikit atau banyaknya transaksi

bank yang terjadi). Jika seluruh halaman yang ada dalam buku tabungan

telah terpakai. Maka bank akan menggantinya dengan buku tabungan yang

baru. Sedangkan rekening koran yang rutin dikirim oleh bank sifatnya

bulanan. Setiap bulan, nasabah akan menerima rekening koran yang

meringkas seluruh transaksi bank selama satu bulan terakhir. Sebagai

contoh , rekening koran yang memuat transaksi bank selama bulan januari

19
baru akan diterima oleh perusahaan di bulan februari , dan seterusnya.

Dalam rekening koran juga biasanya memuat mengenai ringkasan transaksi.

Sistem akuntansi atau pencatatan yang ada dalam buku tabungan

maupun rekening koran mewakili kepentingan bank. Perhatikan bahwa

setiap setoran uang, kiriman masuk (baik dari hasil penagihan piutang wesel

dari pelanggan maupun penerimaan pinjaman) serta pendapatan bunga akan

dicatat oleh bank yang bersangkutan disebelah kredit, (pada kolom mutasi

kredit) baik dalam buku tabungan maupun rekening Koran. Ini artinya

adalah bahwa setiap setoran yang dilakukan nasabah, kiriman uang masuk

maupun pendapatan bunga yang menjadi hak (milik) nasabah akan

menambah jumlah kewajiban bank terhadap nasabah bersangkutan (ingat

kembali bahwa kewajiban memiliki saldo normal disebelah kredit), yang

berarti juga saldo nasabah ikut bertambah. Bank biasanya akan menerbitkan

nota kredit (credit memorandum) untuk transaksi-transaksi yang sifatnya

mengurangi kewajiban bank terhadap nasabah (mengurangi saldo nasabah),

seperti penarikan uang, beban administrasi, pajak dan cek yang

dikembalikan karena tidak cukup dana (not sufficient fund cheek). Pada

waktu bank menerima setoran cek dari nasabahnya, maka bank akan

kembali menerbitkan nota debet atas nasabah bersangkutan, lalu apabila

ternyata setoran cek tersebut tidak ada atau tidak cukup dananya, maka bank

akan kembali menerbitkan nota debet atas nasabah bersangkutan untuk

membatalkan nota kredit yang tadi.

20
2.5 Rekonsiliasi pada Bank

Rekonsiliasi Bank adalah daftar transaksi dan jumlahnya yang

menyebabkan saldo kas yang dilaporkan pada laporan bank berbeda dengan

saldo kas pada pembukuan perusahaan. Rekonsiliasi laporan bank berguna

untk mengecek ketelitian dalam pencatatan dalam rekening kas dan catatan

bank, selain itu untuk mengetahui penerimaan atau pengeluaran yang belum

dicatat oleh perusahaan.

Dalam rekonsiliasi laporan bank perlu diketahui bahwa yang

direkonsilisasi adalah catatan perusahaan dan bank, sehingga harus dibuat

perbandingan antara keduanya agar dapat diketahui perbedaan-perbedaan

yang ada. Perbandingan ini dilakukan dengan cara debit rekening kas

dibandingkan dengan kredit catatan bank yang bisa dilihat laporan bank

kolom penerimaan, dan kredit rekening kas dibandingkan dengan debit

catatan bank yang bisa dilihat dari laporan bank kolom pengeluaran.

2.6 Membuat Dana Kas Kecil

Seperti telah disinggung diatas bahwa pada umumnya pengendalian

internal atas pengeluaran kas akan lebih efektif ketika pembayaran

dilakukan dengan menggunakan cek atau transfer lewat rekening bank, dari

pada dengan melibatkan uang akas secara langsung. Pengecualian dibuat

untuk pengeluaran-pengeluaran tertentu yang jumlahnya relatif kecil,

dimana pengeluaran-pengeluaran ini dapat dibiayai langsung dengan

menggunakan dana kas kecil (petty cash fund). Akan menjadi sangat tidak

praktis apabila perusahaan menggunakan cek atau transfer lewat rekening

21
bank hanya untuk membeli perangko, vas bunga, alas meja tamu yang ada

di frot office, membyar langganan Koran (secara harian), dan lain-lain.

Alasan perlu dibuatnya (dibentuknya) sebuah sistem dana kas kecil

adalah bahwa pembayaran-pembayaran yang jumlahnya relative kecil ini

yang sering terjadi, mungkin pada akhirnya juga dapat menjadi suatu jumlah

tertentu yang cukup signifikan jika ditotal. Oleh semodul itu agar

pengeluaran-pengeluaran ini juga dapat tetap dimonitori secara baik maka

pengendalian internal mutlak diperlukan caranya dengan membentuk sistem

dana kas kecil.

Dana kas kecil pertama dibentuk dengan cara mengestimasi

terlebih dahulu jumlah kas yang dibutuhkan untuk melakukan pembayaran

pembayaran sepanjang interval periode tertentu, bisa mingguan atau

bulanan. Setelah estimasi kebutuhan kas disetujui oleh pejabat yang

berwenang (biasanya oleh manajer atau direktur keuangan), cek lalu akan

dibuat dan dicairkan sebesar jumlah estimasi yang telah disetujui tadi. Ayat

jurnal atas pembentukan dana kas kecil ini dibuat dengan cara mendebet

akun kas kecil dan mengkredit akun kas (cash in bank).

Uang hasil pencairan tersebut lalu disimpan oleh seorang karyawan

yang memang secara khusus ditunjuk dan diberi wewenang atas nama

perusahaan untuk membayarkan kas dari kas kecil tadi. Untuk tujuan

pengendalian, perusahaan biasanya akan membatasi jumlah maksimum

tertentu dan jenis-jenis pembayaran yang boleh dilakukan atas dana kecil.

Kebanyakan dana kas kecil dibentuk atas dasar jumlah yang tetap, yang

22
dinamakan system dana tetap (imprest fund system). Dengan menggunakan

sistem ini , tidak ada ayat jurnal tambahan yang diperlukan atas akun kas

kecil, kecuali manajemen perusahaan memang bermaksud mengubahnya

(menambah atau mengurangi) jumlah kas kecil yang sudah dibentuk.

Setiap kas kecil dibayarkan, karyawan yang menangani dana kas

kecil tadi akan mencatat setiap rincian pembayaran dalam masing-masing

formulir penerimaan kas kecil (petty cahs receipt atau petty cash voucher)

yang bernomor urut terletak dan ditandatangani baik oleh karyawan yang

bersangkutan (karyawan yang membayar/ menangani kas kecil) maupun

oleh pihak yang menerima pembayaran atas kas kecil. Formulir yang

ditandatangani oleh kedua belah pihak ini berisi mengenai tanggal dan

jumlah pembayaran , nama identitas penerima pembayaran, jenis atau tujuan

pembayaran, dan nama akun yang akan dibebankan (misalnya bahwa kas

kecil yang dibayarkan untuk membeli vas bunga akan dibebankan ke akun

beban lain-lain, demikian juga kas kecil yang dikeluarkan untuk membayar

ongkos angkutan pembelian barang dagangan akan dibebankan kedalam

akun freight-in ongkos angkut masuk dan seterusnya).

Seluruh dokumen pendukung (seperti faktur tagihan) harus

dilampirkan bersama dengan formulir penerimaan kas kecil. Sepanjang

waktu, besarnya penggunaan dana kas kecil (seperti tercantum dalam petty

cash recept) ditambah dengan sisa kas yang masih ada dalam dana kas

kecil , jumlah nya harus sama dengan total dana kas kecil yang pertama kali

dibentuk. Untuk menjamin pengendalian internal atas jumlah dana kas kecil

23
ini, perlu adanya pemeriksaan secata tiba-tiba yang dilakukan oleh seorang

independen (auditor internal) untuk memastikan bahwa dana kas kecil telah

dikelola dengan baik (tidak dimanipulasi/diselewengkan).

Dengan sistem dana tetap, tidak ada ayat jurnal yang dibuat untuk

mencatat pembayaran kas kecil. Efek akuntansi dari setiap pembayaran kas

kecil baru akan diakui atau dicatat dalam pembukuan (melalui jurnal

akuntansi) ketika kas kecil yang telah dibayarkan tersebut diisi kembali.

Dana kas kecil ini akan diisi kembali pada interval periode tertentu atau

ketika jumlah uang yang ada dalam dana kas kecil telah mencapai tingkat

minimum.

Permintaan pengisian atau penggantian kembali kas kecil, sebesar

jumlah kas kecil yang telah dibayarkan (seperti yang tercantum dalan petty

cash receipt), dilakukan atas inisiatif karyawan kas kecil bersangkutan (petty

cash custodian). Seluruh petty cash receipt beserta dokumen pendukungnya

akan dianjutkan ke bagian keuangan untuk selanjutnya diverifikasi

mengenai kelayakan dan keabsahan pembayaran kas kecil yang telah

dilakukan oleh petty cash custodian. Jika tidak ada masalah, bagian

keuangan lalu akan menyetujui permintaan pengisian atau penggantian

kembali kas kecil dilanjutkan oleh petty cash custodian dan cek akan dibuat

sebesar jumlah penggantian tersebut. Pada saat yang bersamaan, seluruh

dokumen pendukung akan diberi stempel “Lunas” untuk menghindari

terjadinya pembayaran berganda atau diuangkannya kembali faktur tagihan.

Pengisian kembali kas kecil akan menjadikan dana kas kecil kembali ke

24
jumlah semula yang dibentuk. Ketika dana kas diisi kembali, seluruh akun

yang telah dibebankan atas pengeluaran kas kecil ( seperti akun beban lain-

lain, akun ongkos angkut masuk, dan seterusnya) seperti yang tercantum

dalam petty cash receipt akan didebet dan mengkredit akun kas (cash in

bank).

2.7 Penyajian Kas di Neraca

Kas dilaporkan di dalam neraca sebesar nilai nominal. Cara yang

paling umum untuk menyajikan kas di neraca adalah sebagai berikut :

1. Digunakan satu rekening “Kas” yang menunjukkan seluruh elemen

kas yang dimiliki oleh perusahaan.

2. Kas dibagi menjadi 2 rekening yaitu :

 Rekening “Kas” yang menunjukkan saldo kas yang ada di

perusahaan.

 Rekening “Bank” yang menunjukkan saldo kas yang disimpan di

bank dalam bentuk rekening giro.

Di dalam neraca, Kas biasanya akan di tempatkan dalam kelompok

aktiva lancar. Untuk menentukan apakah sesuatu aktiva akan dicantumkan

sebagai aktiva lancar atau tidak akan tergantung pada jangka waktu yang

diperlukan untuk merubah aktiva tersebut menjadi kas. Pada prinsipnya

simpanan di bank yang dapat digolongkan sebagai kas adalah simpanan-

simpanan yang dapat sewaktu-waktu dipergunakan seperti giro. Adapun

simpanan dalam bentuk deposito tidak dapat digolongkan kedalam kas

tetapi termasuk aktiva lancar (tidak sebagai kas) atau kedalam kelompok

25
aktiva tidak lancar tergantung pada jangka waktu berakhirnya deposito

tersebut setelah tanggal neraca.

26
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dalam pengertian sempit, Kas bisa berarti “Uang”, dalam pengertian

luas bisa meliputi : uang kertas, uang logam, check, poswessel, simpanan di

Bank, dan segala sesuatu yang dapat disamakan dengan uang..

27
DAFTAR PUSTAKA

Prayoga, Agung,.2022. MAKALAH PENGANTAR AKUNTANSI

II.https://www.academia.edu/36492191/MAKALAH_PENGANTAR_

AKUNTANSI_II, Diakses pada maret 2022

28

Anda mungkin juga menyukai